Tumgik
#Tutorial jadi istri bos
rubbyarlian · 2 years
Video
Tutorial jadi istri Bos 
#IkatanCintaEp594
4 notes · View notes
Text
Bagaimana Meningkatkan ‘ Fluency ‘ Berbahasa Inggris
Tips English Coach ‘ Meningkatkan Kemampuan Conversation Yang Efektif
Bagaimana Meningkatkan ‘ Fluency ‘  Berbahasa Inggris ?
Pernah kehabisan kata-kata ketika berbicara bahasa Inggris ? anda tahu apa yang Ingin katakan tetapi tidak ter expresikan dengan lancar  ke dalam kalimat bahasa Inggris ?  sungguh membuat frustasi , bukan ?
jadi apanya yang salah ? dan bagaimana mengatasi situasi memalukan seperti ini  ? j kami menyebutnya  ‘ Speecheless  English syndrom ‘ Tuntaskan membaca artikel ini 15 menit kedapan untuk mendapatkan Tips dari Expert English coach, bagaimana mengatasi ‘ English Speech Syndrom
Pertama ….
Ketahui apa dan bagaimana  penyebab sebenarnya ?
1# TRANSLATING HABIT
YES ! Kebiasaan kita untuk selalu menterjemaahkan Bahasa Indonesia kedalam bahasa Inggris – Bisa jadi ini disebabkan dari cara kita belajar di sekolah dulu bahkan kita selalu menterjemahkan perkata hingga akhirnya kita terjebak dalam  menganalisa grammar / susunan kalimat yang benar,tetapi apa yang terjadi kemudian ?  anda seperti kehilangan kata-kata dan sulit untuk mengekspresikan kedalam bahasa Inggris, kita akan cenderung berfikir keras ketika berbicara ‘  seolah –olah lawan bicara kita akan menghakimi kita jika terjadi kesalahan grammar !
berhentilah berfikir SALAH atau BENAR ketika berbicara bahasa Inggris – Tidak perlu menterjemaahkan kalimat supaya sempurna !
Tidak apa-apa Jika kalimat anda tidak akan sempurna secara grammar tetapi yang lebih penting adalah melatih spontanitas dalam berbicara bahasa Inggris anda, So Just Say It ! simpel kan ?
Ok coba kita latihan sekarang  Misal ada pertanyaan :  Tell me about your Home Town ?
Kira-kira apa jawaban anda ? ingat tidak harus dalam grammar yang sempurna- bayangkan tentang apa yang paling anda ingat tentang home town anda dan ‘ Ungkapkan sebisa anda tanpa peduli dengan grammar dan peniliain lawan bicara anda – sekali lagi Just say It, tugas anda ketika ada pertanyaan adalah berbicara bukan menterjemahkan.
2# Lack of Vocabulary
Banyak orang berpendapat Sebab dari ‘ Speechless syndrom adalah kurang kosa kata, ini bisa jadi benar- tetapi sebenarnya ada sebuah teknik yang dapat anda gunakan ketika anda tidak tahu satu-dua kata tanpa anda harus menjadi ‘ Frozen atau kehilangan kata-kata, cara nya adalah dengan ‘ Bertanya kepada lawan bicara anda !
Terdapat jutaan kata yang tidak mungkin kita kuasai semua – akan selalu ada saatnya dimana kita akan bertanya kepada lawan bicara beberapa kata yang kita belum tahu dan itu adalah normal, bukan hal yang memalukan , tanyakan saja dan anda akan belajar kata baru pada saat bersamaan.
3# From Reading to Speaking
Ambil majalah atau buku berbahasa Inggris yang berisi dialog  tanpa harus anda mengetahui artinya – mulailah membaca dengan Intonasi dan lakukan berulang-ulang berikan intonasi seolah-olah anda seorang aktor dan jangan lupa untuk merekam dengan smartphone anda ! jika ini sering dilakukan akan membantu otak anda untuk terbiasa mengucapkan kalimat bahasa Inggris tanpa proses berfikir atau menganalisa aturan grammar atau cara pengucapan yang baik dan benar- yang menjadi sebab utama dari Speaking Syndrom.
dengan merekam suara ,anda akan bisa memperbaiki Intonasi dan pengucapan yang lebih baik- lakukan berulang-ulang sampai anda merasa intonasi dan speaking terdengar natural.
Saya akan berikan contoh dialog nya seperti ini :
Meeting Chairman: If we are all here, let’s get started. First of all, I’d like you to please join me in welcoming Jack Peterson, our Southwest Area Sales Vice President.
Jack Peterson: Thank you for having me, I’m looking forward to today’s meeting.
Meeting Chairman:  I’d also like to introduce Margaret Simmons who recently joined our team.
Margaret Simmons: May I also introduce my assistant, Bob Hamp.
Meeting Chairman:  Welcome Bob. I’m afraid our national sales director, Anne Trusting, can’t be with us today. She is in Kobe at the moment, developing our Far East sales force.
Scripts is taken from : https://www.thoughtco.com
4# Get More Speaking Experience.
Dapatkan pengalaman berbicara bahasa Inggris dalam kehidupan secara nyata, misalnya : anda bisa mulai praktekan bahasa Inggris anda dengan Istri,anak, saudara, bos anda atau siapapun supaya anda memilki pengalaman yang real dalam menggunakan bahasa Inggris .
Mungkin anda bilang ‘ Lingkungan saya tidak mendukung – tidak ada orang yang bisa saya ajak praktek bahasa Inggris  ‘ no worries ! anda ada beberapa hal yang bisa dilakukan supaya anda tetap bisa mempraktekan bahasa Inggris anda dikehidupan nyata, saya berikan link bagi anda yang ingin mempraktekan bahasa Inggris .
http://www.conversationexchange.com/
http://www.speaktalkchat.com/
www.language-exchanges.org
Consclusion :
Sebenarya tidak ada rahasia atau cara supercepat untuk meningktkan kemampuan speaking anda. prinsipnya sederhana ‘ If you want to speak better and more fluent English you will need to speak English more ‘  jika anda melihat orang lain berbahasa Inggris dengan lancar dan percaya diri –saya yakin itu bukan bawaan dari lahir dan tidak datang secara kebetulan – RAHASIANYA adalah dia pasti memilki pengalaman menggunakan bahasa Inggris yang lebih sering !
SO PRACTICE – PRACTICE And PRACTICE !
Ingin mendapatkan Tips dan tutorial  seperti ini ?
Don’t forget to like, Sibscribe and share
Kami akan berikan notifikasi untuk tips terbaru dari English coach Jakarta.
For more details on our products and services, please feel free to visit us at Training Bahasa Inggris, in-house english Training, Bahasa Inggris kelas karyawan, Kursus Inggris karyawan & Bussines English course
0 notes
kireynazkiya · 7 years
Text
Millennials, Gojek, Smule, dan Reuni Keluarga
*based on my personal journal, Saturday, March 25 2017
Pagi ini terbangun akibat dentingan di whatsapp dari grup sebelah. Sebuah uraian tentang millennial menceramah. Katanya Generasi X (usia di atas 35 tahun) ga ngerti paradigma berpikir Generasi Y / Generasi Millennial (16-35 tahun) dan Generasi Z / Generasi Post Millennial (6-16 tahun) yang kekinian, begitu juga sebaliknya.
Sambil baca sambil nongtong in dulu ya kak~
Simon Sinek on Millennials in the Workplace
Katanya juga, generasi X itu Gagap Teknologi (gaptek), ga ngerti kalo lagi terjadi Revolusi Media Sosial. Makanya makin kesini makin sering denger demo di kota-kota besar terhadap Uber, Grab, Gojek. Pokoknya ngedemoin moda transport online. Begitu juga dengan moda bisnis, agen travel, asuransi, jasa delivery makanan, perbankan, properti, produk lokal, yang juga udah bergeser jadi online. Welcoming the digital world. Semua mua usaha dibikin appnya.
Selain itu katanya generasi Y dan Z lebih memilih langganan musik (spotify, 8tracks, joox, deezer, dll) yang bahkan udah nyediain playlist tinggal pilih doang sesuai mood. Begitu juga dengan buku, daripada ribet nggendong tas isinya buku2 tebal yang enak dijadiin bantal, mending disimpen di tab ebooknya, ratusan buku pun jadi tersedia dalam layar tipis. Film? apalagi. Kalau anak Jogja sih biasanya yang simple tinggal ngopy dari luxury, platinum, prima net, atau dewa net. Databasenya lengkap, sesuai abjad, sesuai kategori, udah sama subtitlenya bahkan. Mau dari yang resolusi cetek ampe blu ray lengkap. Mau hollywood, bollywood, kpop, jpop, bahkan dokumenter Natgeo pun ada. Kalau ga, dengan internet super cepat dan wifi yang tersedia di mana-mana, donlod aja di torrent. Mau dari yang jadul ampe yang baru keluar di bioskop juga ada.
Akhirnya, yang berjaya pada masa Generasi X jaman masih muda, seperti taksi dan ojek konvensional, travel agent (yang jual-jualin tiket sekarang udah bisa pesen sendiri di webnya ato lewat traveloka / tiket.com), departement store, agen asuransi, kantor cabang bank, agen properti, distributor, toko CD, toko buku, dll) mulai sepi satu-per satu. Anak-anak Y dan Z ini katanya lebih suka yang gratisan dari internet (modal quota doang ato beli kopi di cafe). Yang makin ga laku buat generasi millennial ini : Partai Politik. Naq muda lebih suka pemimpin yang kekinian juga kak. Yang bisa ngevlog di yutub, aktif ngoceh di twitter, dengerin komen di facebook, dan juga hobi narsis di instagram.
Belajar juga ga perlu di sekolah, bisa ikut online class aja, ada diskusinya juga, padahal bahasannya berat, kek ’Access and Property’. Atau nongtong tutorial di yutub juga cukup. Ngapain cape-cape sekolah disuruh ini itu sama pak guru bu dosen. Ga bole telat lah, laporan praktikum kudu tulis tangan lah, responsi ga bole absen lah atau perjuangan satu semestermu sia-sia. Sekarang mah belajar di mana aja ama siapa aja, ga harus di kelas. Gitu kak.
Nah lucunya, kalo kata mas Simon, semisal jaman mbiyen cara coping mechanism terhadap stress biasanya lewat alkohol, rokok, sama gambling. Nah kalo generasi Y sama Z nyari dopaminnya lewat device (handphone) and sosmed. Hasil studi Harvard nih, katanya buat generasi ini ngomongin dirinya di media sosial itu bisa mengaktifkan hormon dopamin, makanya makin banyak yang hobi narsis, soalnya dopamin itu bikin nagih. Pokoknya apa-apa diposting. penting ga penting. Mau foto ama caption quote ga nyambung ga masalah, penting narsis. Semua seisi dunia harus tau apa yang aku rasain. Walopun dunia belum pernah ketemu sama aku. Walopun temen-temenku superficial. Pokoknya approval from peers itu penting kak!
Naq millennial ini intinya susah dimanage, soalnya punya cara berpikir sak sak e. lahirnya generasi instan (termasuk butuhnya instan gratification), walopun di kandungan emak tetap 9 bulan. selain itu mereka juga cenderung kudu entitled, narsis, pemalas, ga fokus, self interested. Kalo ditanya trus mau ngapain, jawabnya ya mau kerja yang membuat perubahan lah, berdampak positif lah, tujuan yang bermakna lah. 
Yang jadi tantangan kemudian adalah ketika terkait dengan Job satisfaction/fulfillment dan Love / Strength of Relationship (dimana kedua proses itu semuanya adalah perjalanan / journey yang butuh proses, progress lambat, menyiksa, ga menyamankan, messy process dan ga ada appnya!). There’s a mountain in it that you have to go through, not just the summit. They don’t know how to build deep meaningful relationship. Udah susah tuh nyari pdkt yang malu-malu kucing ampe kebawa mimpi saking ga berani ngungkapin perasaan. Suka? swipe kanan. Ga suka? Swipe kiri. Simple. Ini kalo relasinya gagal trus gabisa dihadapin jadinya bikin self esteem si anak menurun. Semacam berasa ‘aku ga bisa menghadapi kejamnya dunia…’ atau ‘I feel like I don’t belong to this world’… sounds familiar? Ku juga suka ngerasa gini kok kak. Lucunya, melalui medsos terutama instagram sebagai arena narsis pencitraan mereka bakal showing hal-hal semacam ini.. “Life is amazing even though I’m depressed.” ye gak?
Trus, kalo generasi millennial banyakan ga ngerasa belong to this world gimana dong? Kalo saran mas Simon si rubah ‘environment’nya.. Itu kerandoman naq naq muda tolong difasilitasi sama yang ngasih kerjaan, jangan bikin mereka asing dan teralienasi, tapi make the home comfortable for them. They’re bright and smart young people yang kalo difasilitasi kreatifitasnya they’ll contribute something great. We need good leadership yang ngajarin real social skills to them, how to form trust and deep meaningful relationship. Ato kalo ga difasilitasi ya paling ujung-ujungnya bikin start up digital dewe. Trus malah didemo sama generasi X. Kata mas Simon, real innovation and ideas itu lahir ketika km make a distance with your cellphone, really just be with you, your mind, your soul at a moment.
Kalo generasi X katanya gaptek, kok di keluarga besar saya ga ya. Jadi kita punya grup whatsapp keluarga. Kamu juga kan? Maklum, karena banyak perantau, ada yang di Sumatera, ada yang di Jakarta, ada yang di Jogja. Jarang ketemu, bahkan lebaran pun belum tentu mudik karena nenek kakek sudah ga ada. Tapi semua uwak, cik, om, tante, kakak, abang, ayuk mau yang lahir tahun 60 an, 70 an, 80 an, 90 an punya akun wa, facebook, instagram, path, twitter. Bahkan ponakan yang lahir tahun 2000 an pun udah punya akun sendiri juga (biasa, musim bayi seleb). Tapi gatau juga yg kayak periscope, snapchat, bigo live, gitu-gitu.. soalnya ku ga punya akunnya sih kak. Intinya semua eksis di medsos. Bahkan emak lebih narsis daripada saya. 
*Sik, barusan ditelpon emak. Rumah di Bogor kemasukan ular kobra segede lengan. T.T
Kay. njut. Jadi ceritanya, keluarga besar saya ini hobi nyanyi. Kalau ada acara besar keluarga, hajatan apa gitu, entah nikahan, ato akikah apa sunatan, biasanya mesti manggil organ tunggal trus nyanyi ampe puas, gantian. Dari uwak, om, cik, tante, ayuk, abang. Semua kudu menyalurkan hobi. jadilah kami terkenal dengan keluarga penyanyi. Cita-cita emak adalah bukan jadi PNS, tapi bisa duet sama Rita Sugiarto suatu hari nanti. 
Berhubung jarang ketemu keluarga langsung, ketika tau ada aplikasi karaoke online, langsunglah emak bikin akun di Smule, VIP bok. aku aja gatau awalnya smule itu apa. Ikut-ikutlah kakak dan adek sepupu. Ngerekam karaoke bisa cuma audio, bisa sama video juga. Bisa nyanyi sendiri, bisa duet. Resolusi dan referensi lagunya juga luamayan. Tersalurkanlah bakat menurun ini. Makin kesini, ngerekam di smule jadi challenge di grup wa. Pokoknya tiap hari kudu posting trus nanti anggota keluarga yg lain ikutan komen kayak juri DA (Dangdut Academy). Bole request lagu juga. Pokoknya disempetin, mau yang ngerekam di parkiran kantor sebelum absen, ada juga yang pas lagi macet di Kuningan, ada yang lagi selo di teras rumah, ada yang lagi di ruang kerja bahkan, sambil lirik-lirik takut ketawan bos. haha. Serunya, kekompakan dalam bermusik secara virtual ini jadi hiburan keluarga hampir setiap harinya. Ku belum sempat rekaman secara ga punya app smule kak, hape lum apgred :P
Hal lain yang jadi bukti bahwa era digital ini ga cuma milik generasi millennial. Makin sering lah ya denger cerita orang tua reunian sama temen2 entah SD, SMP, SMA, kuliah.. ketemunya dari grup wa atau dari add temen-temen lama di fb. Duh, kalo dengerin cerita emak reunian sm tmn2 sekolahnya dulu, nostalgia dan rumpi2 cucu (maap ya mak belum bisa ngasih barang satu), kedengerannya heboh tur seru abiiiss.. 
Terkait dengan moda online. Hidup di ibukota dengan segala macetnya bikin emak lebih nyaman pesen grab ato uber daripada nyetir sendiri. Jadilah mobil seringnya diparkir doang, ato jadi tempat karokean smule sebelum ngantor haha. Omku juga pernah sempat nyambi supir grab daripada di perjalanan dari rumah (pondok labu) ke kantor (kuningan) dewekan dan mobil kosong. Lebih efektif dan jelas nambah duit jajan istri di rumah. Belanja online? jangan tanya. Tetiba ada paket nyampe ke kosan, entah emak beliin apa yang lagi hits dari tanah abang (yang sekarang juga bisa beli online lho, ga perlu sumpel-sumpelan). Kamu bisa bayangkan perasaan bahagia kalo tetiba ada paket buatmu datang ? Ga dipungkiri kalau era digital mempermudah dan juga mampu memperbaiki silaturahmi yang secara fisik terpisah ratusan bahkan jutaan kilometer. Karena era digital ga cuma milik millennial.
Ku naq gofood pokoknya ga terima kalo mereka dibanned!
0 notes