Tumgik
#YA HABIBI SUAMI AKU MANA
sexysilverstrider · 2 years
Text
seeing malay women go ham over al haitham is something so funny to me
3 notes · View notes
myliberation-notes · 1 year
Text
Rini:
Bagaimanapun Ibu; cinta pertamaku.
# # #
Perayaan pertama ini, akan aku rayakan untuk seorang perempuan cantik yang memiliki mata sipit dan jiwa yang kuat. Teruntuk manusia pertama yang mampu merasakan debar jantung dan tanda hidupku. Manusia pertama, yang mengajakku berbicara tidak hanya dengan lisannya, tetapi juga dengan segenap hatinya. Perempuan kesayanganku, perempuan kesayangan banyak manusia lain, selainku:
Kesayangan kedua orangtuanya. Kesayangan mendiang suaminya. Kesayangan kakak perempuannya. Kesayangan anak-anak dan cucu-cucunya. Kesayangan sahabat, teman, murid, dan banyak orang yang sempat mengenalnya. Perempuan yang tidak senantiasa sempurna, tetapi dengan ketidak sempurnaannya itulah ia amat sangat layak untuk dirayakan. Ia adala seorang perempuan mungil, imut, berambut hitam-lurus; meski sudah banyak kerut ditubuhnya, karena kini mulai senja; namun ia selalu menjadi perempuan paling cantik milikku.
Rini;
Begitu mendiang mbahku memanggilnya, begitu dia senang dipanggil namanya; Rini. Walau kata Rini tidak akan pernah muncul di berbagai kartu identitasnya. Karena Rini adalah nama yang tidak pernah tercatat di akta kelahirannya, namun nama Rini, selalu tercatat di dasar hatinya.
Rini;
Mendiang suaminya pernah menuliskan banyak cerita menggunakan namanya. Bahkan beberapa di antaranya menjadi daftar baca, di beberapa majalah yang sempat berjaya pada masanya. Bagaimana dengan itu, menjadi salah satu alasan ia merasa sangat dicintai oleh mendiang suaminya. Mendiang suami, yang tak pernah ingin ia gantikan posisinya dengan pria mana pun yang coba mendekatinya. Sebab baginya, mendiang suaminya adalah lelaki paling romantis sedunia dan tidak akan tergantikan posisinya. Bahkan menurutnya, kisah cinta Habibie dan Ainun masih kalah romantis jika dibandingkan dengan kisah cintanya dan mendiang suaminya. Tapi lucunya, sampai saat ini, dia tidak pernah secara terang-terangan bersedia untuk mengakui tentang perasaannya; tentang betapa besar rasa cintanya untuk mendiang suaminya itu.
Rini;
Dialah perempuan cantik nan baik hati, yang selalu ingin aku bahagiakan, aku banggakan, dan tentu saja selalu ingin untuk bisa senantiasa aku rayakan. Yang akan merasa senang sekali setiap anak-anaknya memanggilnya "Ummi." Sayangnya, anak-anaknya itu sudah terbiasa memanggilnya "Mamake". Mungkin sesekali mereka tetap memanggilnya "Ummi", demi menyenangkan hatinya. Tapi salah satu anaknya lebih senang memanggilnya "Ibuku, tercinta." Ya, Ibuku tercinta; yang bagaimanpun akan selamanya dicintai sepenuh hati dan sepenuh hidup. Walau ada beberapa peristiwa yang membuat sang anak ingin sekali tidak pernah mencintainya. Karena dalam suatu momentum, mereka bisa menjelma menjadi dua bola api yang sama panasnya, yang membuat masing-masing dari keduanya kepanasan, terbakar. Namun bagaimanapun dan apapun yang terjadi di antara keduanya; semua itu takkan pernah mengubah takdir bahwa keduanya akan terus mencintai, sampai nanti.
Rini; Seniman pertama yang mewarnaiku.
Telah banyak bekas coretan yang telah ia cipta disekujur tubuh, hati, jiwa, dan di alam bawah sadarku. Meski tidak selalu dipenuhi oleh warna-warni yang kusukai; tidak selamanya tetap putih, tidak selalu merah muda, dan biru. Karena terkadang ia juga tak sengaja menumpahkan warna yang sebenarnya tak aku ingin ada dikanvas hidupku; sesekali abu-abu pekat, sesekali ungu, dan sesekali juga merah darah yang menyala dibeberapa tumpahannya. Tapi karena itulah, aku menjadi aku yang indah, dengan pilihan warna darinya. Sebab coretan dan tumpahannya itulah aku berbeda, unik, dan tidak akan pernah menjadi aku yang sama pada selainku.
Walau pada awal mulanya aku mempertanyakan ;
"Mengapa harus ada warna-warna itu di kanvas putihku? Mengapa aku harus menerima warna-warna yang bahkan tidak pernah aku minta ini? Mengapa harus ditumpahkan warna-warna ini padaku?"
Hingga pada suatu hari di mana aku mulai berjalan lebih jauh: Menyusuri lebih banyak tempat hingga lebih banyak warna yang kulihat: Terkadang aku dipaksa melwati lorong gelap; untuk bisa melihat langit dan lautan biru. Terkadang aku harus sabar menunggu malam hitam, hilang; untuk bisa menikmati merah muda langit ketika matahari terbit. Tidak jarang pula, aku harus bisa mulai menikmati senja yang berwarna merah terang; untuk menyadari bahwa purnama yang sangat aku sukai itu sesekali berwarna putih bersih.
Semakin jauh langkahku berjalan, semakin banyak mataku melihat kanvas-kanvas lain yang juga berwarna-warni:
Tapi semua corak di kanvas lain itu, tak pernah sama persis dengan milikku: Guratannya tak akan pernah bisa sama persis dengan apa yang telah ia lukis, ia cipta; pada kanvas putih disekujur tubuh, hati, jiwa, dan di alam bawah sadarku. Rini, Ibuku: Seniman terhebat, duniaku.
Rini, Ibuku; bagaimanapun Ibu; cinta pertamaku.
Cinta pertamaku, yang selalu ingin aku rayakan hingga seluruhku meluruh. Yang akan senantiasa aku rayakan, meski sepenuhku sedang gaduh. Yang akan aku dekap, di dalam doa-doa dan rinduku; yang berterbangan tanpa sayap; melalui air mata dan sunyi malamku. Yang dengan semua yang mencintainya, dengan semua aku; dirayakan.
Ditulis oleh seorang perempuan dewasa, namun akan selalu menjadi gadis perempuan kecilnya, untuk bisa merayakan sepenuhnya. Teruntuk yang teristimewa, Ibuku tertjinta;
Rini.
Tulisan ini lahir dari hati anak perempuanmu yang keras kepala. Anak perempuan yang mungkin tidak selalu bisa untuk selalu dirimu banggakan, tapi selalu tak pernah bisa untuk benar-benar kau tinggalkan. Anak perempuan yang tidak lagi merengek saat terbangun dari tidurnya karena engkau tidak ada dipendaran matanya, karena anak perempuan itu kini menyadari, kau akan selalu ada di dalam hatinya. Anak perempuan yang tidak seutuhnya bisa memahami gemuruh dan hancur lebur dalam hidupmu, namun ia selalu tahu bahwa kau adalah perempuan kuat miliknya. Seorang anak perempuan yang masih sangat jauh dari inginmu, namun diam-diam memikirkan cara dan berusaha untuk bisa mewujudkan mimpi dan maumu. Dia yang mungkin tidak banyak bertanya kabarmu, tapi akan selalu menyediakan telinganya untuk mendengarkan apapun ceritamu; meski ia tahu ceritamu akan selalu itu-itu saja. Namun ia akan selalu seksama mendengarkan. Dia yang sejak kecil sangat senang membaca puisi dan tulisanmu. Karena baginya, cerita yang kau punya, berarti segalanya.
Duhai perempuan yang telah mengandungku selama sembilan bulan: Ibuku, cinta pertamaku. Selamat menuju bulan ke sembilan pada tahun 2023; bulan di mana, 63 tahun lalu, kisah pertamamu dilahirkan. Ibu mesti tahu, salah satu isi doaku hampir setiap malam: "Semoga lama hidupmu di hidupku, agar kita bisa merayakan seluruhmu. Agar apa yang menjadi mimpimu, satu persatu bisa kita wujudkan."
N.A. | August 08, 23 - 01.04 | Nyawaku nyala.
0 notes
hanamaulida · 5 years
Text
Kisah cinta kita dan Habibie Ainun
Tiba2 pengen nulis sesuatu untuk suami. Mungkin karena beberapa hari ini menonton banyak tayangan tentang kisah hidup Eyang Habibie. Yang pasti tak lepas dari romansanya dengan Eyang Ainun. Oke, kita mulai ya. Siapa yang hatinya tidak hangat menyaksikan kisah cinta mereka? Atau, barangkali, pertanyaan yang lebih gamblangnya adalah; wanita mana sih yang tidak iri atas kesetiaan Habibie terhadap Ainun? Maksudku, siapa wanita yang tidak ingin memiliki lelaki seperti itu? yang sangat mencintainya, yang matanya begitu berbinar ketika membicarakan segala hal tentang istrinya, seperti Habibie ketika membicarakan ibu Ainun? Aku sendiri, jika ditanya ingin atau tidak, tentu ingin. Tapi... Aku bukan Ibu Ainun. Suamiku juga bukan Habibie ((ya iyalah, hehe)). Aku bukan dokter. Suamiku juga bukan pembuat pesawat terbang dan mantan presiden RI. Maka, kisah cintaku, pastilah berbeda dengan kisah Habibie Ainun. Kisah kami mungkin biasa saja. Namun aku pastikan lebih menarik. Sebab kita lah yang memerankannya. Tidak seindah cerita Habibie Ainun, namun sangat aku syukuri. Obrolan di malam hari, pertemuan setelah berminggu-minggu, cium tangan dan pelukan ketika berpisah dan bertemu... Itu semua bisa jadi sangat biasa di mata orang lain. Namun bagiku begitu spesial. Lebih dari kisah cinta manapun di dunia ini. Karena? pemerannya adalah kami sendiri. Kita. Aku dan kamu. Hanya kamu yang berada di sampingku, membelikanku obat, menyuapiku makan, ketika aku sakit. Hanya kamu yang sabar mendengarkan keluhku mengasuh anak dan mengurus rumah seharian. Hanya kamu, Suamiku, bukan yang lain. Kisah Habibie Ainun jelas amat sangat menginspirasi. Tapi kisah cinta kita, sampai kapanpun, adalah yang terbaik.
12 notes · View notes
nuansagarini · 5 years
Text
Mamah Ghada Sudah Ikhlas
Mama Ghada, Mama Ghada. Tadi siang kita bertemu di perpustakaan Jarir ya mah. Mamah tanya asal aku dari mana aku jawab dari Indonesia. Kemudian percakapan kita berlanjut semakin seru. Mamah tanya di mana sekolah aku dan ada perihal apa aku di sini. Ibu-ibu yang kupenasarani sejak tadi akhirnya menyapaku duluan. Tidak ingin penasaranku berakhir penasaran, ku perpanjang percakapan dengan mengajukan tanya, “Buku apa yang sedang mamah baca, tidak sering kudapati wanita di usia mamah meluangkan waktunya untuk membaca seperti ini.”
“Oh, mamah sedang kaji beberapa hal perihal hukum, mamah akan berangkat ke pengadilan untuk memperkarakan perceraian”. Aku yang memegang buku John Grey, sang aktifis parenting menjadi sontak menjawab, “Mah, coba mamah baca buku ini, barangkali niat mamah untuk bercerai bisa urung. “Ayo mah, coba diambil. Di dalam buku ini ada banyak hal yang dapat kita baca untuk memahami ingin pasangan.” Tapi mamah malah menjawab lain, “Tidak nak saya sudah melakukan perceraian, lima belas tahun yang lalu. Saya hanya akan menggugat suami perihal nafkahnya yang belum ia salurkan untuk membesarkan anak-anaknya. Walaupun mamah sudah tidak butuh uang itu lagi, namun bila berhasil setidaknya itu akan membuat anak-anak merasa kelahirannya diperhatikan ayahnya”, jawab mamah.
Air wajahku berubah, aku sedih. Ku pandang mata mamah tapi tak kudapati emosi itu. Kulanjutkan rasa penasaranku, aku tanyakan mengapa dan ada apa. Mengapa mamah ingin bercerai sedangkan itu adalah perihal yang dibenci Tuhan. Mamah kembali bercerita, mamah bulat ingin bercerai dengan alasan karena suaminya telah berhasil membohongi mamah, tentang agama yang dia anut ternyata masih Budha. Anggap saja suami mamah bernama Jhoni, Jhoni kenal mamah di Saudi. Dia seorang lelaki berkewarganegaraan Malaysia, sedangkan mamah seorang Libanon yang sudah mendapatkan kewarganagaraan Saudi. Alkisah Jhoni menikahi mamah karena ingin mendapatkan kewarganegaraan Saudi, ia butuh itu untuk pekerjaannya. Mamah yang lebih dulu beragama islam mensyaratkan pemindahan agama Jhoni ke Islam bila ia ingin menikahinya. Beberapa tahun pernikahan berlangsung, mamah lahirkan dua orang putra. Di usia putra mamah masih kecil, mamah mengetahui kalau Jhoni ternyata masih memeluk Budha, ucapan dan salat yang ia lakukan di depan istrinya ternyata kosong, karena itulah mamah bercerai.
Kutanya mamah, mamah pasti menyimpan rasa marah ya, mamah pasti punya tanya bagaimana orang lain bisa sanggup menyakiti mamah. Tidak menjawab pertanyaanku mamah meneruskan ceritanya tentang bagaimana penduduk Libanon beragama. Mereka terbiasa untuk tidak melakukan hukum wajib salat. Mamah bilang mamahpun bermasa lalu yang sama, mamah tidak terbiasa lakukan salat lima waktu dan tanggalkan hijab. Karena itulah mamah meyakini hidupnya tidak diberi Allah hal-hal manis, termasuk berjodoh dengan manusia naif.
Meraskan hidupnya sempit mamah memutuskan untuk memperbaiki salat. Mamah lakukan salat wajib lima waktu dan mulai kenakan hijab. Mamah bilang mamah telah dapatkan bimbingan Allah, termasuk mengetahui kebohongan suami yang berjanji akan pindah agama. Allah memperlihatkan kepada mamah apa yang sebenarnya terjadi dan memutuskan untuk bercerai menimbang mamah tidak kuat lagi melihat suaminya yang berbohong.
Kutelusuri, bagaimana dengan anak mamah? Apa mereka berkebutuhan cukup? Aku ingat bagaimana Ibu dari Presiden Sukarno dan Habibi adalah seorang single fighter dan mereka memiliki anak yang berpengaruh untuk bangsa. Yang aku yakini perempuan hebat akan dapat mendidik anaknya dengan baik, walau ia berjuan sendiri. Untuk mamah akupun melihat mamah beraura hebat, kuterka mamah pasti punya anak yang hebat-hebat pula. Kutanyakan pada mamah, “Mah, bagaimana dengan anak-anak mamah? Apa mereka mendapatkan kehidupan yang cukup walaupun tumbuh besarnya harus dengan tanpa Bapak?.” Mamah menjawab, perkara kebutuhan, mamah memiliki rizki yang cukup. Begitu pula dengan anak-anak mamah, mereka sudah menyelesaikan pendidikannya dan sekarang mendapatkan posisi yang baik di masyarakat. Dugaanku benar!
Selama dua tahun setelah perceraian, mamah berdiam di Makkah mamah lakukan tawaf sehari dua kali dan sa’yi. Aku juga tidak tahu apa yang batin mamah alami dengan lakukan itu. Bagai Siti Hajar berjalan dan berlari kecil antara shafa dan marwah mencari jawab, mungkin mamah telah Allah perlihatkan kalau apa yang sebenarnya terjadi adalah anugrah.
Di akhir waktu berpisah kutukar nomor telfonku dengan nomor telfonnya agar kita bisa saling berbincang lagi. Aku akan melanjutkan penasaranku tentang mamah yang  mengatakan rizkinya ditanggung oleh Allah, ia mendapat rizki yang sangat melimpah yang ia yakini itu dari Allah. Di akhir percakapan mamah berkali-kali tekankan kepadaku, “Nak, walau orang lain telah berbuat hal tidak baik, demi Rasul dan Agama, kita tetap harus berprilaku baik.” Kuamini dan kukenang nasihat mamah sembari bergegas karena pegawai perpustakaan harus menutup tokonya di waktu salat. Wassalamualaikum mah, pertemuan yang benar-benar berharga. Aku jadi dibuatnya ingin memaafkan semua hal di semua waktu. Terima kasih mah, terima kasih Allah.
    Madinah, 7 September 2019
Mamah Ghada Sudah Ikhlas ini pertama kali diterbitkan di blog Nuansa Garini.
2 notes · View notes
dianesstari · 7 years
Text
Perjuangan Seorang Laki-Laki
Enrekang, 2009
“Perjuangan Seorang Laki-Laki”
“Tidak ada yang benar-benar membuat perempuan merasa dicintai, jika belum memperjuangkannya. Bukankah setiap perempuan ingin diperjuangkan? Itu bukti cinta sesungguhnya. Aku sendiri ingin diperjuangkan, seperti perjuangan bapak untuk ibu.”
Kalian tahu kenapa gunung di kotaku ini dinamakan gunung Nona?
Cobalah ingat nama-nama gunung yang pernah kamu hafal di bangku sekolah, atau kamu buka peta dunia sekarang atau sekalian saja googling di internet. Tidak ada satupun nama seganjil nama gunung di kota kami. Aku sendiri belum pernah mendengar ada gunung dengan kata sapaan orang setelahnya. gunung Tuan, gunung Ibu, gunung Bapak, gunung kakek, gunung nenek kecuali diartikan lain dengan makna “gunung” yang lain.
Di kotaku gunung Nona bentuknya menyerupai organ vital wanita sehingga lebih sering dijadikan candaan kalau gunung ini salah satunya aurat yang tidak haram dilihat. Ada-ada saja. Seandainya saja kalian datang sendiri kesini dan melihatnya langsung kalian akan setuju dengan mereka.
Sebagian besar kotaku dikelilingi gunung-gunung yang landai. Dihadapan gunung Nona ada gunung bambapuang yang selalu dijadikan sebagai pasangannya. Tidak heran kebanyakan pemuda-pemudi yang tidak tahu akalnya disimpan dimana menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk berdoa diberikan jodoh. Sungguh pemikiran yang primitif.
Kalau gunung Nona adalah perempuan maka Gunung bampapuang adalah laki-lakinya. Gunung saja punya pasangan yah? Kadang ini pula yang dijadikan alasan untuk menobatkan kotaku sebagai kota yang romantis.
Seromantis kisah cinta bapak dan ibu yang terkliping indah disini.
***
Selamat datang di BUMI MASSENREMPULU! Mobil Avanza abu-abu yang dikemudikan kakak tertuaku melaju melewati sebuah pagar batas kota tertulis besar-besar, KABUPATEN ENREKANG. Kota dengan slogan “Tanah Rigalla Tanah Riambussungi” yang berarti tanah yang dikeramatkan, tanah yang dibanggakan.
Memang setiap kali memasuki kota ini selalu ada perasaan yang menyeruak. Seperti debar-debar yang tak menentu. Tempat setiap potret kenangan dimunculkan kembali. Sekitaran se-jam lagi kami akan sampai di rumah tante aji, sebutan untuk saudara perempuan ibuku yang sudah lima belas tahun ini menjadi pengganti ibuku.
Amul-Huzn. Tahun ini adalah tahun kesedihan. Bapak dua pekan lalu meninggal. Membuat Ibu dan kami semua berduka dan terpukul, kehilangan sosok yang begitu berharga dalam hidup kami. Ibu yang paling tersiksa. Dimana-mana ada bayangan bapak, ada cerita bapak, ada cinta bapak.
Ibu tidak tahan hidup di rumah kami di Makassar karena semua mengingatkannya pada bapak. Ketika di ruang makan, ketika ibu pergi mengajar, ketika di kamar, di ruang keluarga bayang-bayang bapak selalu mengikuti ibu. Istri siapa yang tidak mengalami rasa kehilangan ketika suaminya tiada.
Aku bisa membayangkan bagaimana usaha ibu untuk bisa move on dari kenangan tentang bapak. Bagiku besarnya cinta ibu ke bapak, bapak ke ibu mengalahkan kisah kesetiaan cinta Habibi dan Ainun yang belakangan tersebar.
Bahkan setiap berbicara dengan ibu, selalu ujung-ujungnya ada bapak. Seperti ketika makan malam di rumah tante aji. Ibu mulai meracau banyak sekali tentang makanan kesukaan bapak, bagaimana cara minumnya, cara makanannya, dan semua yang berbau meja makan dan bapak.
Sesekali kerutan di wajahnya hilang tersapu senyum mengembang menceritakan tentang belahan jiwanya itu. Sangat jelas terbaca, kesedihannya belum sepenuhnya menghilang. Yah, hari ini sudah hari kesekian bapak berpulang. Suami yang dicintainya itu berpulang tepat dipangkuannya sesaat setelah menyuapi makanan terakhir dimulut bapak.
Ibu yang dengan segala kesabarannya harus bolak balik ke rumah sakit menemani bapak. Ketika bapak buang air kecil, buang air besar, ketika makan, ketika ingin sholat dan baca Alquran, ketika mandi, ibulah yang selalu setia ada disampingnya, melayani segala kebutuhan bapak dengan cinta.
Tak pernah kulihat ada muka yang masam selama bersama dengan bapak. Ibu telah menunjukkan totalitasnya sebagai seorang ibu dan istri untuk bapak, untuk keluarga ini. Ahhh ibu. Seandainya ada give awards untuk kategori ibu paling setia di dunia ini maka ibulah juaranya. Bahkan beberapa bual setelah masa iddah ibu habis.
Seorang teman bapak datang untuk melamar ibu. Namun ibu menolak. Ibu ingin kembali berkumpul dengan bapak kelak di surga. Bapak dan ibulah yang telah mengajarkanku tentang arti kesetiaan, saling memperjuangkan dan saling mencintai yang sesungguhnya.
Setelah selesai makan kami sama-sama mendirikan sholat isya berjamaah di bilik kamar. Sebelum sholat, ibu mengenang bapak lagi.
“Nak, kau tahu, bapak kalau sholat sunnah di rumah paling suka mencium kening ibu sebelum dan selesai sholat.”
Maka langsung kuraih kening ibu lalu kucium. Ada rindu yang tak bisa terwakilkan di sunggingan senyumnya yang hangat.
“Yuk, ah bu sholat. Ibu jadi imamnya yah”
“Bagaimana dengan ketua panitia MOSmu yang kamu ceritakan kemarin? Itu juga cocok jadi imammu nanti nak.”
Ibu dengan senyum genitnya masih sempat-sempatnya bercanda.
“Bu! Kita mau milih imam sholat nih, bukan mau milih menantu yah!”
Ya Rabbi. Usiaku masih 15 tahun dan ibu sudah kepikiran kesana. Gimana sepuluh tahun yang akan datang?
Kuraih tempat disebelah ibu dan bertakbir, “Allahu Akbar.”
Selesai sholat, kami sudah bersiap-siap untuk tidur. Entah mengapa malam itu aku ingin sekali menyenangkan hati ibu.
“Aku buatkan teh yah bu?”
“Nggak usah, sudah mau tidur juga.”
“Hmm kalau gitu aku pijit yah?”
“Nggak usah kakak istirahat aja.”
“Nggak papa, kan ibu tadi capek duduk berjam-jam di mobil.”
”Yah sudah.“
Sambil memijit punggung ibu yang membelakang. Tiba-tiba saja aku meluncurkan pertanyaan tentang bapak ke ibu.
“Bu, kenapa sih dulu ibu mau terima bapak?”
Seketika badan ibu bereaksi, memiringkan badannya lalu menatap langit-langit lekat-lekat. Kata-kata seolah tertahan sepersekian menit.
“Karena bapakmu, laki-laki paling setia yang pernah ibu temui, nak.”
Ibu tanpa pertanyaan tambahan sudah dengan kusyhuknya bercerita.
Dulu ibu bertemu dengan bapakmu pertama kali di acara rakyat “Tentara Masuk Desa.” Hanya beradu pandang dan selesai. Ibu sebenarnya dilarang ikut melihat acara itu karena nenekmu itu paling tidak suka dengan anak perempuan yang keluar malam.
Untuk yang kesekian kali ibu berhasil lolos untuk ikut acara rakyat itu dan bertemu bapak lagi. Kemudian kami saling mengenal dan tiba-tiba saja ibu menyukai bapak. Setelah kejadian itu, bapak menemui ibu dan ketahuan oleh nenek sehingga dihukum tidak boleh keluar rumah kecuali untuk sekolah.
Dulu kalau anak perempuan bertemu anak laki-laki itu harus sembunyi-sembunyi. Takut. Tidak kayak sekarang yang jelas terang-terangan datang kerumahnya langsung. Dan bahkan ada yang sampai diizinkan berdua-duan di ruang tamu.
Di rumah, ibu diberikan banyak tugas sebagai hukuman. sudah berapa malam bapak tak melihat ibu. Namun bukan bapak namanya kalau tidak mencari tahu tentang ibu. Sejak pertemuan kami malam itu, banyak informasi yang bapak dapatkan.
Mulailah bapak mencari cara untuk memperjuangkan ibu. Sampai bapak mengutus seorang macomblang yang disegani di kampung untuk berbicara serius dengan kakek. Ibu memang nggak mau pacaran. Jadi waktu itu ibu bilang ke bapak. Kalau memang serius datang langsung ke rumah.
Karena dulu bapak orang asing dari kota yang jauh, maka tidak mudah bagi bapak untuk bisa langsung diterima oleh kakek. Sangat panjang perjuangannya bapak hingga mampu meluluhkan hati kakek.
Bayangkan bapak ditolak kakekmu sebanyak 7 kali. Tapi semangat bapak pantang menyerah. Mentalnya mental juara. Bukannya sedih dan meratapi kegagalan seperti orang kebanyakan, malah bapak membuktikan ke kakek kalau dia adalah laki-laki bertanggung jawab yang pantas mendampingi putri kakek.
“Kau tahu bagaimana rasanya diperjuangkan?” Ibu menatapku sumringah.
“Hmm, nggak tahu.”
“Nanti kamu akan tahu rasanya seperti apa sayang. Apalagi jika orang yang memperjuangkanmu nantinya adalah yang kamu tunggu, yang juga memiliki perasaan yang sama denganmu.”
Alhamdulillah dengan sekian banyak usaha yang dilakukan bapak. Akhirnya hati kakek pun goyah karena melihat perjuangannya yang sungguh diluar dugaan.
Bapak setiap harinya datang kerumah untuk membantu pekerjaan kakek yang punya toko penjualan barang grosir. Mulai dari angkat-angkat barang sampai menjadi kurir pengiriman barang. Apapun bapak lakukan. Walaupun awalnya kakek selalu berbicara ketus dan sama sekali tidak mengharapkan kehadiran bapak.
Namun pada akhirnya kakek melihat kesungguhan bapak.
Toh yang diperlukan seorang untuk menerima diri kita tidak selalu berdasarkan seberapa banyak hartanya, kemampuannya dan apapun yang kita miliki namun bagaimana kesungguhan dari usaha dan perjuangannya.
“Dan bapakmu sekali lagi memiliki itu, sayang.”
Dan ini yang justru jarang dimiliki oleh laki-laki.
“Kau tahu nak, kalau ada perempuan paling bahagia saat itu maka ibulah orangnya. Bahagia karena telah diperjuangkan oleh bapak. Perempuan mana yang tidak bahagia bila diperjuangkan?”
Akhirnya menikahlah Hamsah dan Haslindah dengan bahagianya. Nama kedua orangtuaku.
Hanya berlangsung beberapa bulan setelah menikah. Rumah tangga ibu dihadapkan dengan ujian. Bapak harus bergabung bersama pasukan pengamanan di Timur-Timur dan itu berlangsung selama lima tahun.
“Ibu di rundung rindu yang teramat sangat. Tapi ibu memasrahkannya sama Allah. Itulah ujian di awal-awal pernikahan kami nak.”
“Alhamdulillah setelah lima tahun, kakak pertama kamu lahir lebih tepatnya yang kedua. Karena sebelumnya anak paling pertama meninggal sesaat setelah persalinan.” Yah, sesabar itu lah ibu menunggu kelahiran anak pertamanya.
Ibu melanjutkan selama kelima anaknya dilahirkan, orang paling setia yang selalu ada disamping ibu adalah bapak. Dan tidak ada satupun proses melahirkan dimana ibu tidak menggenggam tangan bapak di ruang persalinan.
Bapak yang mencuci semua pakaian ibu, memasak, bahkan menemani ibu menggendong kami. Bapak sangat jarang di luar rumah. Hanya pernah satu kali ibu marah sama bapak. Bapak telat pulang karena sementara mengikuti lomba 17an main catur depan rumah.
Bapak keluar sebagai juara satu. Ketika pulang ke rumah ibu tidak jadi marah karena bapak membawakannya hadiah alat dapur dari main caturnya.
“Bapak kalau lagi merayu ibu yang lagi marah itu dengan mencubit pipi ibu sembari menyanyikan lagu, sawerigading…..sawerigading…..sawerigading.
Ibu lalu mempraktekannya ke aku, “kayak begini kakak bapakmu dulu!” Sambil menjewer pipiku sembari mendendangkan lagu sawerigading…..sawerigading...sawerigading.
Kami sama-sama tertawa.
Ibu kalau cerita tentang bapak nggak pernah ada habis-habisnya. Ibu berkisah lagi.
Katanya lagi, bapak pernah dimintai tolong sama ibu tetangga yang ada di depan kompleks perumahan. Ibu itu meminta tebengan motor untuk diantar walaupun hanya sampai ke depan jalan. Tapi bapak menolak dengan alasan tempat duduk di belakang motor ini rusak padahal tidak mau saja membonceng perempuan lain.
Ahh bapak, so sweetnya. Bahkan sampai cerita ini jadi buah bibir di arisan ibu-ibu kostrad dan geger selama beberapa hari. Membuat pipi ibu merona semerah buah delima, setiap kali ibu memuji kesetiaan bapak.
“Bapak itu paling ganteng selorong perumahan. Banyak gadis-gadis yang menembak bapak. Sampai sudah menikah pun masih ada yang cari perhatiannya bapak. Tapi bapak mah cintanya untuk ibu seorang saja.” Kata ibu dengan bangganya menatap langit-langit.
Ada perasaan bahagia yang kulihat dari sorot mata ibu malam ini. Bahwa dia sangat bahagia memiliki bapak.
“kak, duh jam berapa ini, yuk tidur!”
Sambil kami berpelukan aku beradu senyum dengan ibu, menutup mata masing-masing. Aku menghela nafas panjang dan berbisik di telinga ibu yang terpulas lebih dulu.
“Bu, kepingin imamnya nanti yang kayak bapak!”
Ibu membuka mata, ternyata belum tertidur dan mendoakan.
“Aamiien, sayang.”
“Hmm, semoga imamnya nanti yang mempunyai kecintaan yang besar dengan ibunya. Karena kalau ibunya saja dia cintai sebegitu besarnya, bagaimana dengan perempuan yang akan ada selalu disampingnya nanti. Yah kan bu?”
“Allahumma aamiien. Anak ibu ternyata sudah pinter yah sekarang.”
“Loh kok sekarang kenapa kakak yang terlalu serius bahas laki-laki?”
“Gara-gara ibu nih yang duluan.” Malu, muka langsung memerah. Mengambil bantal guling kemudian berbalik arah.
“Hehehe. Memangnya sudah ada?”
Menggeleng. “Ih Ibu ngomong apaan. Yah belum lah bu. Masih kecil begini!”
“Oh kalau sudah ada, langsung disuruh kerumah aja yah sayang.”
Lucu. Umurku masih 15 tahun dan aku sudah menentukan standar untuk laki-laki yang akan menjadi imamku. Pertama, laki-laki yang mempunyai kesetiaan cinta seperti bapak. Kedua, yang memiliki kecintaan yang besar kepada setiap perempuan terutama ibu.
Hari ini ibu dan aku tinggal di Enrekang. Sementara keempat kakak laki-lakiku tetap tinggal di Makassar untuk menyelesaikan studinya. Dengan musyawarah dengan kami anak-anaknya, ibu kemudian memutuskan untuk menjual rumah kami di Makassar, lalu resign dari tempat kerja dan pindah ke kota ini.
Sampai disini tidak ada cinta yang bertambah, masih untuk bapak. Bagiku kisah cinta bapak dan ibu sudah cukup untuk memberikan defenisi cinta yang sesungguhnya. Tentang cinta, perjuangan dan kesetiaan. Konsep inilah yang kemudian tumbuh dalam pikiran dan hatiku.
Satu hari lagi izin dari sekolahku akan habis. Aku harus menata hatiku kembali untuk mewujudkan mimpi-mimpi bapak. Menjadi Matahahari.
"Novel Rindu tanpa Batas"
Cooming soon on Maret
@dianesstari
19 notes · View notes
andinavika · 7 years
Text
Akrablah dengan Anak
Oleh : Abah Ihsan Baihaqi
Ingin anak anda berkurang perbuatan buruknya? Ingin anak menurut dan patuh pada kita? AKRABLAH DENGAN ANAK ANDA
Seorang ayah, dengan mimik sedih bercerita pada saya : “Abah, anak saya perempuan, kelas 2 SMA. Masuk sekolah favorit dan masuk kelas unggulan. Dia tidak bersemangat sekolah. Saya sangat susah mengorek apa yang terjadi. Saat masuk ke kamarnya, ibunya sering sekali menemukan handphone di bawah bantal.”
Saya wawancarai, saya korek. Lalu ujung-ujungnya saya bilang “Mulai sekarang, akrabi anak anda”
Setelah kira-kira dua tahun, ayah ini menelpon saya : “abah, terima kasih. Setelah konsultasi selama 2 tahun, anak saya memang berhenti sekolahnya. Tapi setelah saya mengakrabinya, saya jadi tahu yang dirasakannya. Ia memutuskan kejar paket dan bersemangat hidup lagi. Sekarang ia kuliah di perguruan tinggi sesuai keinginannya.”
Parents, coba periksa anak-anak bermasalah di sekitar anda. Wawancarai dan periksa bagaimana hubungan mereka dengan orangtuanya. Apakah mereka sering diajak ngomong orang tuanya setiap hari? Diajak ngomong, loh ya, bukan diomongin!
Wawancarai anaknya ya, bukan orang tuanya. Sebab sebagian orang tua dari anak bermasalah ini sering tidak menyadari bahwa mereka berkontribusi besar terhadap perilaku anaknya sehingga bermasalah meski mungkin tidak disengaja dan tidak disadari.
Ketika anaknya bermasalah, mereka terus saja mengatakan, “Apa yang kurang dari saya? Apa yang kurang? Handphone, mobil, motor, jalan-jalan ke luar negru, semua saya fasilitasi untuk anak saya! Apa lagi yang kurang dari saya?!”
Lalu, anda mungkin akan mengatakan, “yang dibutuhkan anak adalah teladan!” Coba deh, periksa orang-orang di sekitar anda. Tak sedikit anak yang ayahnya rajin shalat ke mesjid, anaknya begitu santai menunda-nunda shalat di rumah. Kurang teladan apa?
Anda lihat ke desa-desa. Sebagian ayah mereka bekerja keras di sawah atau ladang, sementara sebagian anaknya asyik Facebook-an. Kurang teladan apa?
Atau anda lihat anak pejabat, orang kaya, pengusaha sukses, ayahnya sukses jadi pejabat atau pengusaha, tetapi sebagian anaknya menghamburkan uang ayahnya, mengoleksi mobil atau motor balap, nongkrong di jalan, kongkow di kafe tiap hari menghabiskan uang orang tuanya. Kurang teladan apa?
Atau anda juga akan berkata, “kurang perhatian, kali!” Mereka juga tak akan kalah argumen. Sebagian akan berkata, “Apa? Kurang perhatian? Anda tahu tidak, saya sudah bosan menasihati anak saya. Saya nasihati anak saya tiap hari. Itu kan bentuk perhatian dan kasih sayang saya”
Bahwa teladan itu penting, saya setuju. Itu hal “wajib a'in” yang tak usah lagi diperdebatkan. Bahwa perhatian itu penting, saya juga setuju. Tapi apakah menasihati anak tiap hari akan diterima anak sebagai sebuah bentuk perhatian?
Coba tanya anak, siapa di antara mereka yag betah dinasihati tiap hari? Bagaimana dengan anda? Posisikan diri anda sebagai anak, apakah dinasihati tiap hari itu membuat anda merasa diperhatikan? Merasa dicintai dan disayangi? Mana yang membuat anda merasa disayangi orangtua anda : DIOMONGI orang tua tiap hari, atau DIAJAK NGOMONG orangtua tiap hari?
Ini hasil riset tidak langsung saya. Ini fakta yang dapat anda temukan di sekitar anda dan mungkin tidak anda sadari. Ini bukti nyata yang sangat mudah anda temukan. Lihat kiri kanan anda.
Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Siapa di antara anda yang waktu remaja dahulu sering curhat pada orang tua? Dari sekian ribu yang ditanya, hanya sebagian kecil saja yang mengangkat tangan. Ciri akrab yang sederhana adalah sangat terbuka menceritakan masalah, mulai dari lawan jenis yang disukai, pelajaran, pertemanan, dll. Sering diajak ngomong orang tua, bukan hanya diomongin orang tua (beda, kan?)
2. Kepada yang akrab dengan orangtuanya ini, saya ajukan pertanyaan lagi : apakah anda merasa dekat dan lebih mudah mendengar nasihat orang tua plus jadi lebih menurut atau justru jadi lebih sering membantah orang tua? Jawaban mereka hampir kompak, “jadi lebih nurut dgn orang tua”
Banyak orang tua menyangka agar anak dapat dengan mudah dikuasai, agar anak patuh dan menurut, agar anak menghormati orang tua, adalah dengan mengedepankan hukuman fisik berupa kekerasan pada anak. Bahkan dari sekitar 70 kota di 22 propinsi yang sudah menyelenggarakan program pendidikan orang tua, kekerasan fisik pada anak adalah keniscayaan. Istilah “kalau tidak dipukul, anak akan kurang ajar”, masih saja ada yang meyakininya
Bahwa mencubit atau memukul supaya anak menjadi patuh, bisa jadi betul. Coba diingat-ingat kita yang pernah atau sering dicubit waktu kecil, apakah kepatuhan itu betul2 karena kesadaran atau karena TAKUT?
Kepatuhan karena keakraban sangat berbeda. Anak yang tanpa dipukul, tanpa dicubit, tanpa dibentak, ternyata lebih mudah dikuasai orang tuanya. Lebih mudah mendengar orangtuanya, lebih mudah patuh.
Bahkan saya ingin “memprovokasi” anda lebih keras lagi berkaitan dengan masalah keakraban ini. JANGAN PERNAH MENCOBA MENDISIPLINKAN ANAK JIKA ANDA TIDAK PERNAH MEMILIKI KEDEKATAN EMOSIONAL DENGAN ANAK.
Mendisiplinkan anak tanpa disertai kelengketan emosional hanya akan membuat hubungan orang tua dengan anak menjadi hubungan yang kering, garing, atau hubungan tanpa makna dan tanpa jiwa. Hubungan seperti ini hanya akan menjadi seperti “komandan dan prajurit” yang formalitas dan minim ekspresi emosi
Fungsi pertama keakraban dengan anak adalah “penjaga kedamaian hati anak”. Ketika anda mendisiplinkan anak, ketika anda mencoba menghentikan perilaku buruk anak, maka suatu saat anda tidak dapat menghindari utk memberikan konsekuensi pada anak.
Ketika anak berlebihan main game atau nonton tv, misalnya, anda bisa jadi mencabut hak main game atau nonton tvnya. Lalu karena tidak nyaman, kemudian anak mencoba mengekspresikan ketidaknyamanannya kepada orgtua “Ayah jahat!” atau “Mama tidak sebaik nenek” atau “temanku tidak pernah dibatasi nonton, kenapa aku dibatasi?!”
Dengan menerapkan hukuman atau konsekuensi pada anak, suatu saat anda akan sampai pada suatu titik keraguan yang akan menggoda anda untuk tidak konsisten menjalankan ketegasan anda. Mungkin sebagian orang tua khawatir “Apakah saya ini akan dianggap anak sebagai ayah/ibu yang jahat dan tidak sayang anak?” Ada juga seorang ibu berkata dengan mimik sedih “Ya Allah..abah, anak saya ngomong saya jahat. Sedih betul saya!”
Saya akan katakan : TIDAK AKAN PERNAH! tidak akan pernah anak memiliki pemikiran dan perasaan bahwa anda adalah ayah atau ibu yang jahat meski mulutnya bicara spt itu. Tidak akan pernah anak memiliki pikiran orangtuanya jahat hanya karena anda memberikan konsekuensi pada anak.
Bahwa anak tidak nyaman saat diberi konsekuensi, itu benar! Namun, konsekuensi tidaklah pasti berarti akan membuat anak kemudian beranggapan bahwa orangtuanya tidak sayang padanya. Selama anda menjaha keakraban dengan anak. itu hanya EKSPRESI EMOSIONAL sesaat dari anak.
Fungsi kedua keakraban adalah “pemupuk kasih sayang”. Maksud saya begini. Orang tua yang akrab dengan anaknya adalah tanda bahwa mereka menyediakan sebagian tubuh, waktu, pikiran, dan perasaan mereka untuk anak. mereka memupuk cinta pada diri anak-anaknya. Tidak hanya sebatas merasa sayang dalam “pikiran”, tapi mengekspresikan kasih sayang itu secara konkret dalam tindakan nyata.
Maaf jika agak melebar sedikit. Pernah mendengar kisah nyata suami setia yang tidak pernah menikah lagi meski istrinya bertahun-tahun menderita penyakit? Pernah mendengar cerita cinta Habibie dan Ainun yang melankolis itu? Pernah mendengar cerita Muhammad sang Rasulullah yang ketika berumahtangga dengan Khadijah tidak melakukan poligami sama sekali?
Semua lelaki ini mungkin memiliki sejumlah alasan. Jauh hari sebelum sang istri sakir, jauh hari ketika sang Ainun meninggalkan dunia, jauh hari sebelum sang Rasulullah menjadi penguasa, para perempuan ini memiliki persamaan : mereka memberikan cinta terbaik mereka untuk suami mereka. Mereka membangun ikatan emosional dengan suami mereka. Menjalin keakraban.
Apa yang saya ingin ungkapkan adalah ketika kita merasa dicintai dengan sebenar-benarnya, ada perasaan tak nyaman jika kita menyakiti orang yang memberikan cinta itu. Semua lelaki, yang tak bersedia melakukan poligami di atas -meski mereka bisa melakukannya- bisa jadi karena memiliki perasaan tidak nyaman untuk melakukannya. Saking karena merasa sangat dicintai sang istri. Demikian pula anak-anak kita.
Sekarang, anda coba fokuskan pikiran. Bayangkan anda adalah remaja lelaki berusia 14 tahun. Bayangkan anda sering menghabiskan waktu utk kegiatan bersama ayah (walau tidak setiap hari). Atau setiap akhir pekan anda bersepeda atau main bulu tangkis dengan orangtua anda. Anda punya kegiatan insidental setiap bulan dengan orang tua. Dua bulan lalu kemping ke gunung, bulan lalu mancing di sungai. Pekan ini anda nonton bola di stadion bersama. Sementara musim liburan sekolah nanti, anda sudah bersepakat akan keluar kota selama 4 hari.
Kira-kira apa perasan yang muncul dalam benak anda? Lalu, apa yang akan anda berikan untuk orang tua anda?
Atau, bayangkan anda seorang anak perempuan, usia 13 tahun. Setiap hari anda bebas cerita masalah anda pada ibu anda di kasur, di meja makan, di sofa. Jika ada masalah, pasti anda akan meminta pendapat ibu anda. Ketika anda difitnah teman, anda menangis sesenggukan di pangkuan ibu. Lalu punggung anda diusap-usap ibu. Anda pun sering melakukam kegiatan bersama ibu. Bulan lalu, anda diajak kursus membuat brownies. Ibu anda selalu menyempatkan nonton pertandingan basket anda meski kadang terlambat datang. Kira-kira apa pula perasaan yang muncul dalam benak anda? Lalu apa yang ingin anda berikan untuk orang tua anda?
Apapun jawabannya, insya Allah yang positif kan? Mungkin sebagian anda akan rajin berdoa dan mendoakan orangtua “Ya Allah..aku sayang ayahku. Jaga ayahku, ya Allah. Bantu aku jadi anak yang menyenangkan orangtuaku, ya Allah”
Jadi, tidak berlebihan rasanya jika saya ingin mengatakan pada anda: ANDAIKAN SEMUA ORANGTUA DI DUNIA AKRAB DENGAN ANAKNYA, RASANYA KITA AKAN SULIT MENEMUKAN ANAK BERMASALAH DI DUNIA INI : terkena narkoba, hamil di luar nikah, tawuran, dsb
(Buku “7 kiat orang tua shalih menjadikan anak disiplin dan bahagia” karya Ihsan Baihaqi halaman 40-47)
299 notes · View notes
dunnohue · 7 years
Text
Harus Tahu Bagaimana Bersikap terhadap Pasangan
Tapi, di balik kejadian ini aku dapat mengambil pelajaran bahwa aku memang tak patut mengharapkan apa pun dari manusi. Mungkin kak Azhar benar “Tuhan Maha Romantis. Sudah jelas bahwa Tuhan memberi umatnya surat cinta yang paling romantis. Naif sekali manusia jika dia jarang membaca surat cinta Tuhan dan justrus sibuk minta digombali oleh makhluk. Astaghfirullahal ‘adhim....
walau bagaimanapun, saya adalah makhluk biasa. Saya bukan nabi. Meski saya tahu kenyataannya demikian, saya masih ingin diperlakukan sebagai manusia normal dan juga umumnya seorang istri. Sampe saya bilang gini ke suami “Dulu kamu nggak pacaran kan? Ibaratnya dulu kamu puasa. Setelah menikah adalah waktu berbuka, waktu kamu bisa seenaknya ngegombalin anak orang tanpa takut dosa. Tapi mengapa pas udah menikah kamu tetep cuek? gak suka ngegombal? gak romantis? Ibarat udah waktunya berbuka, kamu tetep gak makan? ngapain?”
saya sampe bilang gitu. dan saya juga bertanya “Emang dulu nabi gak suka nggombalin istrinya?” Dia jawab “ngegombal yang kaya gimana dulu. Budaya Arab dan Indo beda. Gombalan nabi dan gombalan kita beda. Kalo kamu cuma mau gombalan kaya Dilan, udah bukan jamanya.” FYI, Novel dan Film Dilan lagi ngetrend akhir2 ini. banyak anak kuda yang suka. Aku juga. Cewek mana sih yang gak suka digombali.
oke, forget it. kembali ke masalah “bukan jamannya”. Hello, Sapardi Djoko Damono walaupun udah tua tapi tetap berkarya dengan sastranya. Apa dia mau bilang Sapardi udah tua tapi masih kekanak-kanakan? Yang nulis Dilan adalah Pidi Baiq yang juga tidak muda lagi. nggak ada hubungannya kali umur dan keromantisan. Nggak fair lah kalo orang romantis dibilang kekanak-kanakan, Dia cuma kurang bisa mengekspresikan dirinya saja.
Bukan masalah apa-apa sih. Aku cuma pengen ketika aku udah penat ngurus anak, penat ngerjain tesis, penat ngadepin segala permasalah hidup yang kian rumit, aku dapet angin segar alias hiburan dari kata-kata romantisnya dia. Dia tanya “Apa kabar sayang?” it’s more than enough for me. Apa susahnya sih bilang gitu aja ke istri. Toh nyenengin istri juga pahal kan? Plus kalo istri seneng dia juga ikut seneng kan?
Dia sih ngelesnya “AKu gak perlu jelasin apa-apa ke kamu. Kamu cukup lihat aja yang aku lakuin ke kamu selama ini, maka kamu akan paham.” Kalo menurutku ya, justru karena dia sering ngelakuin hal-hal ganjil ke aku, maka aku butuh penjelasan yang lebih konkrit bahwa di balik apapun yang dilakuin ke aku, sebenernya itu semua demi kebaikanku, demi rasa sayngnya ke aku. Coba lihat, pas dia diemin aku, Nggak cuma sekali dua kali ya, berkali-kali dan hingga kini gak ada penjelasan apa yang dia maksud dengan diam itu. Kalo dia udah terlanjur diam, dia nggak bisa diajak ngomong. bahkan aku nangis seahrian pun itu nggak mempan. bahkan aku kinta maaf pun ke dia walaupun aku tak tau sama sekali penyebabnya apa, walaupun kalaupun toh aku salah, aku gak tau salahku apa, dan kadang-kadang aku bahkan merasa tak melakukan kesalahan apapun, toh selalu aku yang minta maaf duluan. Pa itu sbenernya? Apa di saat kaya gitu aku masih disuruh untuk memaklumi bahwa segala hal yang dia lakukan itu karena rasa sayngnya sama aku? ha?
Apakah suatu saat kelak, ketika dia dekat dengan cewek (aku tahu ini sulit untuk terjadi, bahkan mungkin dibilang mustahil, karena aku tahu dia bukan orang yang seperti itu, tapi nggak ada yang bisa menjamin juga bahwa rumah tangga kami akan selamanya aman dari godaan orang ketiga), aku juga tak perlu penjelasan? aku harus percaya begitu aja bahwa dia sayang sama aku? Di dunia ini semuanya butuh penjelasan. Kelak kamu akan tahu bahwa dunia hampa tanpa kata-kata. Kelak kau akan mengeti....
Aku hanya takut, jika suatu saat kelak, aku bosan dengan semua ini, aku akan jenuh dengan semua ini dan aku akan berhenti berkata-kata untukmu karena kata-kataku seakan-akan tak kau anggap. seakan-akan hal yang berlalu begitu saja. Aku takut jika rumah tangga kita terasa hambar. Aku takut jika semua terasa membosankan, lalu aku mencari pelarian ke luar, mencari hiburan yang lebih menyenangkan, mencari bahu orang yang bisa kusandari, mencari orang yang bisa kuajak berbalas puisi, mencari orang yang pandai menggombali, pandai menasehati, kau akan memarahiku, kau akan menganggap aku yang salah. kau akan memakiku. Aku tahu kamu orangnya seperti apa. Kamu hanya terlalu sulit untuk berubah. Kamu terlalu kaku dengan prinsipmu. Kau bahkan tak mau berubah walaupun perubahan itu untuk kita bersama. bukan hanya untuk diriku saja. Cobalah sedikit rileks. Aku milikmu. Perlakukan aku sekehendakmu. Jangan sampai aku memiliki kesan bahwa kau hanya menyapaku untuk memarahiku saja. Benarkan? Jika kau tak pernah bilang sayang, tak pernah romantis, kau hanya mengeluarkan kata-kata hanya ketika aku merasa salah saja, kesannya kau datang hanya untuk marah-marah saja, Ayolah, lebih terbuka padaku. Susah senang sedih marah semuanya ekspresikan padaku. Aku akan menyukainya. Jangan datang saat marah saja.
Aku juga takut, jika suatu saat aku meninggal duluan, kau akan menyesal karena belum sempat bilang sayang ke aku. Aku takut, suatu saat ketika aku meninggal dan tak ada yang menyapamu dengan sapaan “selamat pagi sayank, selamat malam cinta, selamat tidur, semoga mimpi indah”, kau akan merindukanku. Jika aku boleh meminta, mumpung aku masih di sini, mumpung aku masih di sampingmu, bahagiakan aku. Sanjung aku, Sayangi aku. Ekspresikan dirimu sebebas-bebasnya tanpa ragu dan tanpa malu. Menurutku, kau hanya terkungkung dengan prinsipmu. Kau kurang berani berekspresi. Tiap orang pasti punya sisi kekanak-kanakan kok. Itu lumrah. Tiap orang punya sisi romantis. Dan romantis itu tak mengurangi sedikitpun wibawamu sebagai seorang lelaki. Habibi romantis dengan bu ainun. Toh, Habibi juga seorang presiden yang berwibawa kan? Nggak ada yang bilang habibi kekanak-kanakan. Sukarno juga romantis.
Katanya suka sejarah? katanya sering baca buku sejarah? kok gak tau sih kalo mereka juga romantis terhadap pasangannya? makanya yang dibaca jangan sejarah mereka menaklukkan dunia doang. Baca juga bagaimana cara mereka menaklukkan hati pasangannya.
0 notes