Tumgik
#chan lovemehard012
fluffskizeu · 11 months
Text
Littles
Suara bell tiba-tiba berbunyi di apartemen yang masih sepi suara itu, jam 6 pagi di hari Minggu, belum ada orang yang beraktifitas.
DUG DUG DUG
Mendengar suara itu, si gadis tidak lagi bisa berpura-pura tertidur. Lagipula siapa yang akan tidak sopan menggedor pintu orang lain di pagi hari, khususnya di hari Minggu?!!
Dengan masih mengernyit, mata yang menyipit, perempuan itu meninggalkan hangat dari pelukan kekasihnya, juga selimut tebalnya untuk melihat siapa yang ada di depan.
Perempuan itu justru semakin mengernyit, dari lubang pengintipnya ia melihat kakak perempuannya ada di depan pintu bersama kedua balita kembarnya.
Click
“AUNTIEEEEEE!!!”
Teriakan dari kedua bocah itu seketika memenuhi unit apartement beserta seisi lorongnya, membuat sang ibu buru-buru melangkah masuk, takut-takut mengganggu yang lain.
Keduanya menyerbu paha perempuan itu, karena tingginya yang belum seberapa, tetap semangat menyambut tantenya yang baru bangun tidur.
“Sorry, really need your help. i have to go to the hospital”
Seakan kakaknya bisa menebak apa yang dipikirkannya, anak kembar yang belum mengerti percakapan orang dewasa itu masih asyik bermain dan bercakap dengan mainan yang dibawanya masing-masing.
“Here I already prepared their meals, this-is what you should cook for them, and these are the list they couldn’t eat— you can bill me for the expenses okay? I really need your help sissy, -must go now!”
Bicaranya dengan kecepatan yang membuat adiknya sendiri termenung diam, berusaha mencerna semuanya. Kakak perempuannya menghampiri kedua balitanya dan mengecup pipi mereka masing-masing.
“You both are happy right? I granted your wish to go to Aunt’s house, now mommy gonna go for a while and you guys— don’t be naughty and give your auntie a hard time, alright? Bu-bye”
Lagi-lagi keduanya masih terlihat senang, mengecup balik pipi ibunya sebelum sang ibu meninggalkan mereka di tempat yang masih sedikit asing untuknya.
Click
Perempuan itu mengerjapkan matanya, apa.. yang baru saja terjadi.. tiba-tiba keponakannya berkunjung- atau lebih tepatnya terpaksa berkunjung?
Ia masih terduduk diam di kursi meja makan, menatap ke arah ruang tamu di mana keduanya sedang bercanda dan bermain, sampai tiba-tiba ia lengah dengan pengawasannya.
Salah satu dari gadis kecil itu membuka kamarnya, dan berteriak memanggil saudara kembarnya.
“PLAY HERE!! IT’S COOL IN HERE!!”
Dilanjut dengan tawanya dan kaki kecil itu mendepak lantai berlari dengan semangat, belum sempat dihentikan.
Oh tidak, Chan sedang tertidur di dalam. Hari ini seharusnya jadi hari istirahat Chan, setelah berminggu-minggu tidur di subuh hari dan kembali bekerja di pagi hari.
Bahkan, ia juga tidak tahu kekasihnya suka anak kecil atau tidak. Tidak pernah melihatnya bersinggungan atau berinteraksi dengan anak kecil sebelumnya, membuatnya sedikit tak enak hati kalau kedua keponakannya akan mengganggu.
“Wait guys! You can’t-“
“AUNTIE THERE’S SOMEONE SLEEPING!!”
Gadis itu tambah terbelalak dengan teriakan salah satu dari mereka, buru-buru ia masuk ke dalam kamar melihat pemandangan horror, keponakannya berloncat-loncat di ranjangnya. Bahkan tubuh Chan terlihat ikut sedikit terguncang karena ulah mereka.
“AUNTIEE LOOK WHO IS THIS!!!”
Anak kecil itu menunjuk pria yang perlahan terbangun, menyipitkan matanya berkat gorden yang sudah dibuka lebar oleh salah satu dari mereka. Laki-laki itu mengusap matanya, tubuhnya ikut berguncang dengan dua orang anak kecil terus berlomba-lomba meloncat lebih tinggi di atas kasur.
“Oh my God.. guys guys, come on come here”
Perempuan itu berbisik, yang tentu saja tidak mempengaruhi keduanya. Justru Chan yang memunggunginya tadi berbalik menghadapnya yang ada di pintu, berusaha memanggil kedua gadis kecil itu.
Oh she feels sorry for him
Kamar itu dipenuhi dengan berisik teriakan seru anak kecil, dan tak lama kekasihnya sepenuhnya terbangun. Tampaknya anak kembar itu juga tidak takut dengan pria asing yang sama sekali tidak pernah dikenal mereka.
Malahan keduanya tertawa tergelitik melihat, dengan berani menyentuh rambut keriting Chan, tapi justru malah membuat care takernya panik.
“Why your hair look like this mister?” One of them grab a small part of his curly hair and giggles.
“No baby.. no-no-no.. you can’t touch anyone without their permission okay? What do you say now?”
Tawa kecilnya diinterupsi karena tidak sopan pada pria asing di depannya, matanya membulat merasa bersalah.
“Awe it’s okay hahaha, who are you guys little girls hmm?”
Chan merespon dengan senyum lesung pipinya, tangannya menadah dan ditepuk dengan gadis kecil satunya, menjawab dengan riang.
“I’m Anne! That’s my sister Anna” Also answering on her behalf of her sister.
“I’m Chan”
“They are my nieces, twins. My sister just dropped by, she said she had an urgent, so.. yea”
Kekasihnya sedikit menjelaskan, sementara pria itu menggenggam tangan kecil yang menepuk tangannya tadi.
“Now.. girls come on, don’t bother uncle Chan because he needs to sleep, yea? Let’s go out”
Ajaknya berharap keduanya mengikuti, tapi tidak.
“Why? the sun is up already”
Chan yang mendengar itu malah tertawa kecil, pikiran anak kecil memang terlalu polos.
“It’s okay babe- I’m awake already”
“I’m really..sorry about this. You can just go back to sleep okay?”
“What do you mean? The sun is already up Anne said”
Ketiganya termasuk Chan tertawa serempak, bahkan sempat-sempatnya pria itu memberikan tangannya untuk ditos kedua anak kembar itu.
“Are you guys like mommy and daddy? Mommy and daddy says babe at home too”
Pertanyaan Anna membuat keduanya saling melirik.
“Yeah we are”
Jawab Chan mendahului kekasihnya yang berpikir menyiapkan jawaban.
“Now, what’s for breakfast? Did you guys aready have breakfast? Come on let’s go out”
Entah ia kurang mengenal kekasihnya sendiri, atau situasi yang menurutnya aneh ini sedikit menenangkannya. Bahkan Chan berhasil membawa kedua bocah kecil itu keluar dari kamar, tanpa paksaan atau teriakan.
33 notes · View notes
fluffskizeu · 11 months
Text
Littles (2)
Littles (1)
Tampaknya Chan sudah lebih segar ketimbang kekasihnya yang masih terduduk di ranjang kamar, entah kejadian mendadak hari ini membuat otaknya berjalan lambat.
Setelah membereskan kekacauan di kasurnya, ia melangkah ke luar kamar. Pria bermata kecil itu terlihat bercanda gurau dengan dua keponakan perempuannya yang sudah duduk rapi di meja makan.
Perhatiannya teralih saat matanya bertemu dengan si gadis yang memperhatikannya diam.
“Uh, they can eat this right? I found it there”
Laki-laki itu menunjuk pada tas kecil yang ditinggal kakak perempuannya tadi, gadis itu kemudian mengangguk dan ikut duduk bersama gadis-gadis kecil itu.
Memperhatikan cara bicara Chan yang otomatis berubah ketika berbicara dengan keponakannya. Intonasinya lebih pelan dan.. menarik? Lucu.
Hatinya juga sedikit lega melihat interaksi hangat si kembar dengan pria itu. Bahkan Chan tak segan menadahkan tangannya untuk Anne yang tidak sengaja menggigit bawang yang tidak disukainya.
He’s a lot more than she knows.
“Watching you like this makes me feel like they’re your nieces, not mine” she joked.
“Hmm? What do you expect me be like?”
Tanya balik Chan, yang dijawab dengan gelengan kecil membuat pria itu tertawa.
“Sorry for bothering your rest, you girls too— say sorry to him for barging the room”
Kedua anak-anak itu melihat ke arah Chan yang langsung merubah ekspresinya.
“Na-na-nahh.. Babe I told you it’s okay, it’s fine- no need to say sorry or else I will be..”
Sengaja membuat nada bicaranya panjang membuat kedua anak kecil itu ikut memperhatikan menunggu apa yang akan ia lanjutkan.
“Be what?” Anna said.
“I’ll be angry if you say sorry- not your fault! I’ll be more than happy if you come visit us often!”
Lanjutnya beriringan dengan senyum sumringahnya yang membuat keduanya tergelak. Jauh beda dengan reaksi kekasihnya yang masih terdiam.
Chan mendekat ke arahnya dan sedikit membungkuk di belakang bangku gadisnya, berbisik sesuatu padanya.
“Don’t worry too much okay? I swear I’m not annoyed at all, they’re all happy and having fun here - that’s what matters okay?”
— Cup
He pecked her cheek when none of the girls were paying attention, busy joking with each other while eating their breakkie.
Mata perempuan itu terbelalak dan reflek menepuk pipi Chan di sampingnya, membuat laki-laki itu tertawa geli.
Entah bagaimana cara kekasihnya membuat hari yang dikiranya akan runyam karena suasana tak biasa di rumahnya berubah menjadi tenang.
Ketiganya sedang menonton serius acara anak-anak yang diputar di layar televisi di ruang tamu. Hatinya lega belum ada kekacauan selain suara-suara tadi pagi, ia melanjutkan kegiatannya untuk membersihkan rumah.
Ia tidak lagi terheran bagaimana kedua anak kembar itu terlihat nyaman dengan orang asing yang baru menemui mereka hari ini.
It’s Chan, her Chan.
Kepalanya sekilas menoleh pada Anne yang entah sejak kapan duduk di pangkuan laki-laki itu, sementara Anna bersandar pada lengan besarnya, matanya masih tak lepas dari tayangan di depan.
Pria itu memainkan rambut lembut Anne di depannya, sesekali mendekatkan hidungnya untuk mencium wangi lembut dari shampoo yang dipakainya. Tangannya mencoba menyilang-nyilang beberapa helai rambut yang ada dipegangannya. Mencoba untuk mengepang.
Pandangan si gadis tak bisa terlepas dari pemandangan hangat itu, Chan tersenyum dan tertawa sendiri yang berkali-kali gagal membentuk kepangan, sementara kedua anak itu masih tak bergeming.
She chuckled to herself, cute.
Dan tentu saja, bukan saudara kalau sehari tidak bertengkar. Seperti sekarang contohnya, perempuan itu buru-buru berlari dari dapur ke arah ruang tamu.
“I wanna play with the doll!”
“I have it first!!”
Keduanya sama-sama meninggikan suara, memegang ujung-ujung boneka mencengkramnya dengan kuat dengan tangan kecilnya.
Baru saja ingin melangkah mendekat, Chan tiba-tiba keluar dari kamar yang nampaknya baru saja selesai mandi. Segera mendekat pada tempat kejadian perkara.
Ia berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan kedua anak itu. Ikut memegang boneka yang diperebutkan mereka.
“Okay-okay, no doll if you both keep screaming to each other. Anna, did you play with it first or your sister did?” He questioned, the situation got more tense because Chan changed the way he spoke.
One of the sisters sobs as she pointed to her sister.
“Okay then, Anne can play with the doll for 10 minutes and give it to Anna, if you still want to play with the doll you could wait 10 minutes until Anna finished her turn, does that sound okay?”
Anna shook her head disagreed, tears began to spill streaming down her cheeks.
“I want it now… “
Chan shook his head, giving the doll to Anne and picked Anna up on his arms, taking her inside the bedroom where the aunt also followed to see the situation.
Chan memeluk gadis kecil itu membiarkannya menangis sesugukan, menenggelamkan wajahnya yang memanas pada pundak Chan sementara pria itu mengelus dan mengusap punggung kecilnya. Kekasihnya menatap pria itu dengan ekspresi bingung, bingung bagaimana menenangkannya.
Sementara pria itu mengangguk kecil padanya pertanda ia sudah tahu apa yang akan ia lakukan.
Lima menit berjalan akhirnya tangis sesugukannya reda, berani menghadap pria besar di depannya yang sigap menghapus jejak air matanya dengan ibu jarinya.
“Hey.. you know.. It’s five minutes more until your turn.. wanna watch something so you can watch while waiting?”
She nodded with a red face and unstable breath, while he kept rubbing in circles on her tiny back to calm her down.
Suasana kembali terkontrol berkat Chan.
Tak terasa pagi berganti malam, padahal kekasihnya bukan tipe yang akan tidur terlalu pagi. Seperti sekarang di jam 8 malam, lampu kamar sudah mati. Pria itu tidur di kasur tambahan yang di letaknya di samping kasur utama yang memuat kedua gadis kecil dan gadisnya.
Keduanya berada di samping kanan kiri tantenya, tentu mereka tidak akan langsung tertidur, ada saja pertanyaan-pertanyaan aneh yang keluar dari mulut kecil itu. Kalau dirinya tak bisa menjawab, maka Chan akan tiba-tiba membuka mulutnya dan mengarang untuk menjawab.
Setelah perempuan itu membacakan tiga cerita pengantar tidur, akhirnya tidak ada lagi suara atau pertanyaan aneh yang terdengar.
“Chan.. are you asleep?” She whispered.
“Not yet”
Gadis itu perlahan merangkak untuk berpindah. Berusaha meminimalisirkan guncangan agar tidak membangunkan si kembar.
Chan yang peka pun menggeser sesikit posisinya agar kekasihnya bisa menyelipkan dirinya dekat dengannya. Ia meraba wajah pria itu yang membuatnya tertawa kecil, menjangkau pipinya lalu mencium bibirnya di tengah gelapnya kamar.
He giggled.
“Thankyou for helping me today, didn’t know I could survive this day”
Pria itu melingkarkan tangannya pada pinggang gadisnya membawanya tubuhnya mendekat.
“Sorry for taking your rest day” she sighed.
“It’s so much refreshing rather than sleeping all day you know?” He joked and kissing her cheek.
“I swear you’re going to be a good dad”
“So do you, you’re going to be a good mom I believe”
“They listened to you well”
“Uhumm”
Gadis itu bangun pagi lebih awal untuk menyiapkan keperluan kedua keponakannya sebelum mereka terbangun, ibunya akan menjemput pagi ini juga. Mungkin setelah jam sarapan.
Setengah jam berlalu, ia kembali ke dalam kamar di mana semuanya masih tertidur termasuk Chan, padahal sinar matahari juga sudah menyeruak masuk dari gordennya.
Entah sejak kapan kedua gadis itu berpindah, bersandar pada lengan Chan yang dijadikan bantal dengan mata masih terpejam, bahkan Anne memeluk tubuh yang berkali-kali lipat lebih besar darinya dari samping, memeluknya seperti guling membuat kakinya berada di atas perut Chan.
Couldn’t help herself to not take some photos to capture this warm moment that warmth her heart.
Lalu ia mendekat dan mengecup bibir Chan, membuatnya perlahan tersadar dari alam mimpi lalu kebingungan dengan situasi ini.
“Oh..Gosh..Since when they—“
“Don’t know baby hahaha wake them up for breakfast okay? You too get up”
“Hey-hey- princesses time to wake up! Breakfast is ready! Heard your mom gonna pick you up”
Perlahan keduanya terbangun tapi masih belum mau berpindah posisi, yang membuat Chan gemas dan menggelitik keduanya membuat kamar itu dipenuhi suara tawa mereka.
Sampai akhirnya kakak perempuannya kembali berkunjung untuk menjemput, terlihat juga Chan yang langsung akrab menyapa sementara perempuan itu hanya mendengarkan dari dapur.
“I think he’s ready for twins”
Tidak tahu sejak kapan atau darimana tiba-tiba kakaknya bercanda dibaliknya, dan tertawa kecil. Ia menunjuk ke ruang sebelah yang bisa dilihat dari dapur di mana ketiganya sedang fokus menonton sesuatu dengan Chan yang ada di tengah memegang ponselnya.
“He’s so sweet to the kids hm? I think you both couldn’t wait it for too long now?”
She teased and laughed.
Her sister wasn’t wrong, she could see it too, Chan is a good dad material, at least that’s what she has seen for a full day.
26 notes · View notes
fluffskizeu · 9 months
Text
Warm Christmas ( Part of Secretary’s )
!!! Christmas themed only, nothing about religion intended in the story.
Nampaknya wanita itu mulai terbiasa dengan ketidakhadiran Chris di sekitarnya untuk jangka waktu beberapa lama.
Perusahaan yang semakin besar membuat keduanya harus membagi pekerjaan, sering kali harus terpisah untuk mengerjakan urusan yang berbeda.
Tapi di hari natal..
Sebetulnya, perasaan perempuan itu berkecamuk tidak bisa berkumpul dengan Chris, yang notabene sudah menjadi suaminya, untuk menghabiskan hari natal pertama mereka bersama.
Tapi apa boleh buat, pria itu harus kembali ke Australia karena urusan mendadak. Tapi untungnya, laki-laki itu bisa singgah di rumah kedua orang tuanya yang lama tak dikunjunginya.
He deserved that, honestly.
Sementara dirinya sendiri juga harus mengerjakan pekerjaan yang belum beres, walau hari natal adalah tanggal merah di kalender. Bukan hal besar yang membuat jadwalnya sibuk dan padat seperti di kantor.
Chris akan menegurnya kalau bekerja tak ingat waktu, yang sangat mencerminkan laki-laki itu sendiri.
Di sela waktunya, perempuan itu juga mengunjungi kerabat dekat dan rumah orang tuanya sendiri, lumayan menghabiskan waktu di sana dari pada suntuk di rumah sendirian.
Tak disadarinya hari sudah semakin gelap, sehingga ia memutuskan untuk kembali pulang ke rumahnya setelah berpamitan.
Suaminya sempat mengirimkan pesan-pesan singkat yang membuatnya terkikik geli. Hatinya juga terasa hangat ketika pagi tadi membaca pesannya.
Ditambah lagi dengan telepon singkat dari keluarga Chris di Australia yang ikut mengucapkan selamat hari natal dari sana.
Tapi mengingat suaminya yang baru akan pulang tiga hari lagi, cepat membuatnya menghembuskan nafas panjang.
Lampu-lampu yang semula mati saat di tinggalnya, kembali dihidupkan. Bergegas untuk sedikit merapikan ruang tamu dan kamar tidurnya.
Lumayan menyita waktunya untuk lupa sesaat dengan jam yang terus berjalan. Apalagi dengan memutar musik menggunakan headphone hadiah dari pria itu tahun lalu.
Setelahnya ia bergegas membersihkan diri setelah melewati hari yang panjang, perjalanan yang panjang pula ia tempuh untuk bertemu kerabat-kerabat dekatnya.
Cukup melelahkan untuk kembali berinteraksi dengan banyak orang, setidaknya ia tidak sedang membahas urusan kantor yang membuatnya semakin penat.
Selagi berendam di air hangat, wanita itu kembali mengecek ponselnya. Rasanya seperti ada yang janggal, Chris tak lagi membalas pesan terakhirnya yang dikirimkan sejak pagi tadi.
Obrolannya berhenti begitu saja.
Ia menekan kembali tanda panah untuk mengirimkannya pesan, tapi kali ini pesannya hanya menunjukan centang satu.
Entahlah, padahal laki-laki itu belum mengabari kesibukannya. Apakah ponselnya mati karena kehabisan baterai? Ia pikir Chris tidak akan mungkin membiarkan ponselnya mati kehabisan baterai.
Perasaan itu terus mengganjal hatinya sampai ia menyelesaikan mandinya, dan bersiap-siap untuk tidur.
Beberapa kali ia masih mengecek kembali aplikasi pesannya, dan entah sudah ke berapa kalinya akhirnya pesannya menunjukan tanda dua centang yang berarti berhasil terkirim.
Melihat jam, sudah menunjukan pukul sepuluh malam, kemungkinan juga Chris sudah tertidur karena perbedaan waktu di tempatnya.
Matanya juga semakin lelah, badannya terasa letih, perlahan terpejam. Lega rasanya melihat pesannya terkirim karena ia yakin Chris akan cepat membalas pesannya.
Yang ia tidak tahu adalah, rencana laki-laki itu sendiri untuk membohonginya, atau lebih tepatnya untuk memberinya kejutan.
Tak lama setelah pesannya terkirim, karena Chris baru saja mendarat dari Australia setelah perjalanan yang memakan waktu belasan jam.
Dan akhirnya tiba kembali di tempat tinggalnya satu jam kemudian, sekitar jam setengah dua belas malam. Mencoba mengurangi suara-suara yang ia buat di sekitar apartemen agar tidak membangunkannya.
Tahu betul istrinya sudah terlelap karena tak ada lagi suara dari dalam kamar dan tv ruang tamu yang sudah gelap dimatikan.
Pria itu membuka gagang pintu kamarnya dengan hati-hati, disambut dengan pemandangan gundukan berlapis selimut di atas kasur.
She’s in a deep sleep.
Masih sempat untuk mengganti bajunya, setelah seharian menghabiskan waktu di pesawat dan bandara. Bahkan koper yang dibawanya juga ditinggal di depan pintu masuk agar tidak terlalu berisik kalau ia menggeretnya ke dalam.
Perlahan beranjak merangkak ke atas kasur dengan hati-hati.
He could peek a little, to see her pretty sleeping face. She’s indeed in a deep slumber, otherwise she would have already woken up by his moves.
He giggled a little. Slowly laying himself beside her, behind her body and let his hand slip wrapped on her waist.
But suddenly she jolted awake.
Perempuan itu tiba-tiba terbangun dengan detak jantung tak beraturan setelah merasakan tubuhnya disentuh.
Otaknya memberikan alaram panik, masih merasakan tangan yang rekat dipinggangnya dan merasakan ada kehadiran seseorang di belakangnya.
Kamarnya yang gelap karena lampunya dimatikan juga sama sekali tak membantunya.
Bibirnya kering, tenggorokannya terasa pedas.
“Hhh-h- who”
Ia mencoba memberontak dari pelukan itu, suaranya serak dan linglung karena terbangun tiba-tiba.
Begitu pun Chris yang terkejut dengan reaksinya, yang malah kembali menarik tubuh istrinya, membuat perempuan itu reflek mencubit punggung tangannya.
“Babe—it’s me- what happened-hey”
Menahan rasa perih di tangannya, Chris mencoba menenangkannya, tapi nampaknya belum cukup membuat wanita itu sadar.
“Hey-hey-babe-it’s your husband- Chris- it’s me Chris”
Chris kembali menangkap kedua tangannya untuk menghindari cubitannya, Pengakuannya tadi membuat istrinya berhenti bereaksi.
“Huhh..Chris?”
Tangan laki-laki itu meraba meja nakas di sampingnya, menekan tombol lampu tidur untuk menyalakannya, cukup membuat perempuan itu reflek menyipitkan mata karena terang yang tiba-tiba menyinari matanya.
Perlahan terbuka, dan betul saja, Chris suaminya sudah ada di depannya perlahan tersenyum dengan lesung pipi yang menghiasi ujung bibirnya, dan matanya yang mengecil geli terkekeh.
“Chris?”
Namanya yang dipanggil karena gadis itu sudah lebih sadar membuatnya semakin tertawa puas, sampai-sampai menahan perutnya sendiri karena mulai sakit.
“W-what.. w-when”
Laki-laki itu menarik kembali istrinya ke dalam pelukannya, kali ini tanpa pemberontakan. Ia hanya menggeleng dan menolak untuk menjelaskannya sekarang, mengecup ujung hidung perempuan itu dan mengarahkannya untuk kembali berbaring.
“Let’s just go back to sleep yea? I’ll tell you everything tomorrow”
Perempuan itu mengangguk walau harus menahan rasa penasarannya. Tapi hatinya lega dengan keberadaan suaminya yang sekarang betul-betul menyentuhnya. Dekat.
Saat ia kembali memejamkan matanya, bibirnya dikecup oleh pria yang kemudian merekatkan jaraknya dengan memeluk tubuhnya.
“It’s still christmas is it? Merry Christmas baby”
He whispered infront of her lips. She nodded while closing her eyes. Snuggling on to his chest further more, feeling warm and cozy.
“Mhmm.. Merry Christmas Chris “
He giggled as he ran through his fingers on to her hair. Slowly both of them drifting to sleep peacefully.
Send QnA & Reaction
19 notes · View notes
fluffskizeu · 11 months
Text
Chat
Pdkt - Dinner
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
18 notes · View notes