Tumgik
#dan nutu
bayuperdanas · 4 years
Text
Berpindah dan Menetap
Tumblr media
Di kawasan pedalaman kaki Gunung Halimun di ketinggian 800–1200 meter di atas permukaan laut yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional, tinggalah suatu masyarakat adat yang bernama kasepuhan Cipta Gelar dihuni oleh sekitar 293 orang yang terdiri dari 84 kepala keluarga dengan 151 orang laki-laki dan 142 orang perempuan. Desa ini merupakan bagian dari Kesatuan Adat Banten Kidul yang tersebar di lebih dari 500 desa.
Secara detail wilayahnya berada di desa Sirnaresmi, kecamatan Cisolok, kabupaten Sukabumi. Wilayahnya meliputi kabupaten Lebak, Bogor, dan Sukabumi. Untuk mencapai lokasi desa ini perlu usaha keras karena medan yang dilalui cukup terjal dan meliuk-liuk, khas perjalanan menuju puncak bukit. Terdapat 3 akses untuk menuju ke sana, yakni melalui Hutan Pameungpeuk, Kampung Cipta Rasa, atau Pelabuhan Ratu dengan melewati Kasepuhan Sirnaresmi di Desa Sirnaresmi.
Kasepuhan yang berdiri sejak tahun 1368 ini masih memegang kuat ajaran leluhur seperti ciri khas lokasi, bentuk rumah, serta tradisi yang masih dijalankan oleh penduduknya. Nilai-nilai yang tumbuh menganut paham saling menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi nilai gotong royong.
Disebutnya desa ini sebagai kasepuhan karena desa ini memiliki model kepemimpinan yang berasal dari adat dan kebiasaan orang tua atau sesepuh. Sehingga keseharian masyarakat dilandaskan pada hukum adat. Jika terjadi pelanggaran terhadap aturan itu, maka pelakunya dipercaya akan mengalami kualat atau kabendon.
Salah satu hal menarik dari Ciptagelar adalah cara hidup masyarakatnya. Kehidupan mereka yang terikat dengan adat istiadat tidak menjadikan mereka tertutup dari dunia luar, karena nyatanya masyarakat Ciptagelar justru berhasil mengadaptasi teknologi modern untuk menyokong kehidupan mereka tanpa meninggalkan budaya dan petuah-petuah leluhur mereka.
Konon, kasepuhan ini telah mengalami beberapa kali perpindahan desa pusat pemerintahan yang disebut Kampung Gede dan sudah berpindah sebanyak 10 lokasi, sejak pertama kali ada pada abad ke-7. Sehingga hal ini menyebabkan masyarakat menjalankan tradisi berpindah tempat berdasarkan perintah leluhur (wangsit) yang diterima para leluhur (karuhun).
Usut punya usut, faktor kepindahan mereka dari satu tempat ke yang lain cukup irasional, mengandalkan wangsit.  Wangsit itu sendiri dianggap akan muncul ketika sumber air mulai menyusut dan kesuburan tanah mulai berkurang.
Wangsit tersebut akan diperoleh pemimpin desa Ciptagelar setelah melalui proses ritual dan hasilnya harus dilakukan. Itu sebabnya rumah warga di Ciptagelar merupakan bangunan tidak permanen. Rumah di masyarakat terbuat dari kayu dilapisi bilik bambu dan beratapkan pelepah aren yang dikeringkan.
Warga di kampung ini mayoritas bekerja sebagai petani dan bertani merupakan suatu wujud menjaga ketahanan pangan sehingga di kasepuhan ini adanya aturan yang mengikat semua elemen.
Dalam mengolah tanah, warga Kasepuhan Ciptagelar melakukan cara dan sistem pertanian secara tradisional. Menanam padi setahun sekali secara serentak guna mencegah serangan hama dan penyakit di seluruh areal pesawahan yang ada dan dengan melihat tanda-tanda astronomi berdasarkan pengamatan terhadap rasi bintang tertentu dan dipimpin oleh pemimpin adat di Kasepuhan Ciptagelar.
Pertaniannya tidak menggunakan pupuk kimia, traktor, gilingan padi. Selain itu, aturan adat membatasi hasil pertanian hanya untuk dikonsumsi oleh anggota masyarakatnya saja, atau yang dikenal dengan istilah mupusti pare, bukan migusti pare (artinya: memuliakan padi, tetapi tidak menuhankan padi). Inilah yang membuat hasil panen Ciptagelar tidak diperjualbelikan di luar Kasepuhan dan membuat Kasepuhan Ciptagelar mampu berswasembada pangan hingga beberapa tahun kedepan.
Kendati telah menjadi hal yang biasa dilakukan, namun aktivitas pertanian di Ciptagelar tetap mendapat perlakuan istimewa. Serangkaian ritual adat, seperti ngaseuk, sapangjadian pare, sawenan, beberes mager, ngarawunan, mipit, nutu, ngayaran, tutup nyambut dan turun nyambut pun digelar sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas limpahan rezeki berupa hasil pertanian.
Selain sawah, hutan juga memiliki arti penting bagi masyarakat Ciptagelar. Pasalnya, hutanlah yang mengalirkan air untuk lahan pertanian dan memasok energi untuk pembangkit listrik berbasis mikrohidro yang menerangi seluruh kawasan Ciptagelar.
Meski masyarakat di kasepuhan ini memegang teguh dan menjaga adat istiadat para leluhur, mereka tetap menikmati kemajuan teknologi. Teknologi dianggap sebagai tatanan di lingkungan masyarakat. Aturan adat yang diberlakukan di Kasepuhan Ciptagelar, mampu menciptakan sistem ketahanan pangan guna mencukupi kebutuhan pokok masyarakatnya. Selain bertani padi, masyarakat di Kasepuhan Ciptagelar juga berladang dan menjual kerajinan tangan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
0 notes
lmv-h · 7 years
Text
 Narcisse rencontre une préfiguration de son dédoublement dans le reflet aquatique, en la personne de la nymphe Echo. Amoureuse de lui mais repoussée, Echo, qui ne sait que répéter les paroles des autres (c’est ainsi que l’a voulu Junon pour la punir d’avoir trop protégé les amours adultères de son père Saturne), finit par perdre son corps : “toute l’essence même de son corps se dissipe dans les airs”, ses os se pétrifient, seule sa voix reste intacte. Les amoureux déçus de Narcisse finissent par réclamer de la “déesse de Rhamnonte”, de Némésis, “qu’il aime donc de même à son tour et de même ne puisse posséder l’objet de son amour”. Le châtiment se réalise lorsque, penché sur une source pour se désaltérer au cours d’une chasse, l’enfant est saisi par une autre soif : “Pendant qu’il boit, séduit par l’image de sa beauté qu’il aperçoit, il s’éprend d’un reflet sans consistance, il prend pour un corps ce qui n’est qu’une ombre.”  Nous sommes ici devant ce qu’il faut bien appeler le vertige d’un amour sans objet autre qu’un mirage. Ovide s’émerveille, fasciné et épouvanté, devant un double aspect du leurre qui ne continuera pas moins d’alimenter la vie psychologique et intellectuelle de l’Occident pendant des siècles : d’une part, l’exaltation devant un non-objet, simple produit d’une erreur des yeux ; de l’autre, la puissance de l’image : “L’objet de ton amour n’existe pas ! (Quod petis, est nusquam) (…) Cette ombre que tu vois, c’est le reflet de ton image (Ista repercuassae, quam vernis, imaginis ambra est.)” “Elle n’est rien par elle-même, c’est avec toi qu’elle est apparue, qu’elle persiste, et ton départ la dissiperait, si tu avais le courage de partir (Nil habet ista sui : tecum venitque manetque, / Tecum discedet, si tu discedere possis).”  On assiste ensuite à une scène érotique entre Narcisse et son double, toute tissée d’étreintes impossibles, de baisers ratés, de touchers abusés. Avec l’oeil, la bouche est l’organe principal de l’aspiration amoureuse, ainsi que la peau frustrée par cette “mince couche d’eau (…) qui empêche notre union”.  Arrive enfin le moment de la compréhension. A force de frustrations, Narcisse devine qu’il est en fait dans un univers de “signes” : d’un signe de tête tu réponds aussi à mes signes ; et autant que je le devine au mouvement de ta bouche charmante, tu me renvoies des mots qui n’arrivent pas à mes oreilles !” (nutu quoque sigaremittis / Et, quantum motu formosi suscitor oris,/Verba refers aures non pervenientia nostras). Cet effort de déchiffrement le conduit à la connaissance, à l’autoconnaissance : “Tu n’es autre que moi-même, je l’ai compris ; je ne suis plus dupe de ma propre image (Iste ego sum ! sensu ; nec me mea fallit imago).” Nous sommes ici au sommet du drame : “Que faire ? (…) Ce que je désire, je le porte en moi-même, mon dénuement est venu de ma richesse. Oh ! si je pouvais me dissocier de mon corps ! (Quid faciam ? (…) Quod cupio, mecum est ; inopem me copia fecit / O utinam a nostro secedere corporem possem !)  La tragédie atteint un degré supérieur lorsque Narcisse, au moment où ses larmes troublent la source, se rend compte que non seulement cette image aimée est la sienne, mais que, de surcroît, elle peut disparaître : comme s’il avait pensé que, faute de pouvoir toucher, il pouvait néanmoins se satisfaire de la seule contemplation (”qu’il me soit permis d’en repaître mes yeux”) devenue désormais elle-même impossible. Désespéré, il “frappe son sein nu de la paume de ses mains de marbre”. Narcisse meurt ainsi au bord de son image, et Ovide ajoute : “même dans l’infernal séjour, il se contemplait encore dans l’eau du Styx.” Alors que les pleureuses, dont Echo reprend les lamentations, préparent le bûcher, on s’aperçoit que “son corps avait disparu (Nusquam corpus erat)”. Dans une étrange résurrection, la fleur de Narcisse a pris sa place.
Histoires d’amour (Narcisse : la nouvelle démence) - Julia Kristeva  [+]
14 notes · View notes
sumedangtandang · 5 years
Video
instagram
Reposted from @canvassumedang Sapatapaan merupakan tempat berinteraksinya seniman dan budayawan yang peduli terhadap Sumedang melalui pengembangan seni, budaya, tradisi dan lingkungan serta juga membangun simpul-simpul pemberdayaan melalui pngembangan seni, budaya tradisi dan lingkungan. Selain itu, Sapatapaan ini merupakan sebuah destinasi wisata yang sarat dengan makna filosofis. Bagi Anda yang ingin beraksi di depan kamera dengan suasana lain, di sini tempatnya. Anda bisa berfoto di Saung Sapatapaan yang merupakan perpaduan Antara leuit dan capit gunting. Anda bisa mencoba menjadi "urang lembur" dengan berfoto sambil napi béas (membersihkan beras), nutu paré (menumbuk padi), di dapur depan hawu, atau di antara aliran sungai yang jernih alami. Sumber artikel :https://www.wisatajabar.com/2019/12/sapatapaan-wisata-kearifan-lokal-dan.html?m=1 • • • • 🎥 @restukangtahu @aditlq17 🖥 @aditlq17 #Inframe @imam_soegi @andrias_sudjadi @elliska_dewi #sumedang #inimahsumedang #jabar #jawabarat #jabarkahiji #canvassumedang #sumedangtandang #explorejawabarat #explorer #exploresumedang #wisatasumedang #sumedangtandang https://www.instagram.com/p/B9gAZh7FyeY/?igshid=xxgaveihqc7p
0 notes
siajunblog · 5 years
Text
Huma dan istilah dalam prosesnya
Huma dan istilah dalam prosesnya
Berkebun, adalah satu istilah dalam bidang pertanian dan berkebun bisa diartikan sebagai bertani diatas kebun.Bertani sebagai satu kegiatan pengelolaan lahan atau bila melihat dijaman modern sekarang ini bertani itu banyak macamnya bukan hanya berkebun,mengelola sawah dan lainya yang sipatnya mengelola lahan.
Kebun adalah satu nama lahan atau objek yang akan dijadikan tempat untuk bertani yang…
View On WordPress
0 notes
liputanviral-blog · 6 years
Text
Ciptagelar, Kampung Adat di Sukabumi yang Teguh Memegang Tradisi
Liputanviral - Sebuah kampung adat bernama Ciptagelar di Sukabumi, Jawa Barat masih memegang erat tradisinya hingga saat ini. Masyarakat hukum adat ini tinggal di sebuah desa yang berada di kawasan pedalaman Gunung Halimun-Salak yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Halimun dan Gunung Salak yang bernama Kampung Gede Kasepuhan Cipta Gelar dan dikelilingi oleh gunung lainnya seperti Gunung Surandil, Gunung Karancang, dan Gunung Kendeng. Kampung Ciptagelar berada di wilayah Kampung Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Wilayahnya meliputi Kabupaten Lebak, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi. Berdiri sejak tahun 1368, kampung yang berada di ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut ini memiliki suhu berkisar 20 - 26 derajat celcius, ini masih memegang kuat adat dan ajaran leluhur seperti ciri khas lokasi, bentuk rumah, serta tradisi yang masih dijalankan oleh penduduknya.
Tumblr media
Disebut kasepuhan karena desa ini memiliki model kepemimpinan yang berasal dari adat dan kebiasaan orang tua atau sesepuh. Kata kasepuhan sendiri berasal dari kata sepuh dengan awalan 'ka-' dan akhiran '-an' yang dalam bahasa Sunda berarti 'kolot' atau 'tua'. Secara harafiah, kasepuhan dapat diartikan sebagai tempat tinggal sesepuh atau mereka yang dituakan.
Tumblr media
Kasepuhan Ciptagelar tersebar di tiga kabupaten yang berada di sekitar wilayah perbatasan Provinsi Banten dan Jawa Barat. Kasepuhan ini telah mengalami beberapa kali perpindahan desa pusat pemerintahan yang disebut Kampung Gede karena masih menjalankan tradisi berpindah tempat berdasarkan perintah leluhur (wangsit) yang diterima para leluhur (karuhun).
Tumblr media
Wangsit tersebut akan diperoleh pemimpin desa Ciptagelar setelah melalui proses ritual dan hasilnya harus dilakukan. Itu sebabnya rumah warga di Ciptagelar merupakan bangunan tidak permanen. Rumah di masyarakat terbuat dari kayu dilapisi bilik bambu dan beratapkan pelepah aren yang dikeringkan. Warga di kampung ini mayoritas bekerja sebagai petani, khususnya yang tinggal di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun. Sebagian kecilnya berprofesi sebagai pedagang, peternak, buruh, dan pegawai.
Tumblr media
Dalam mengolah tanah, warga Kasepuhan Ciptagelar melakukan cara dan sistem pertanian secara tradisional. Menanam padi setahun sekali secara serentak dengan melihat tanda-tanda astronomi, tidak menggunakan pupuk kimia, traktor, gilingan padi, hingga dilarang menjual beras atau padi. Hal ini membuat Kasepuhan Ciptagelar mampu berswasembada pangan hingga beberapa tahun kedepan. Meski masyarakat di kasepuhan ini memegang teguh dan menjaga adat istiadat para leluhur, mereka tetap menikmati kemajuan teknologi. Teknologi dianggap sebagai tatanan di lingkungan masyarakat.
Tumblr media
Masyarakat di Kasepuhan Ciptagelar percaya manusia bertugas untuk menjaga dan memelihara keseimbangan alam, karena keteraturan dan keseimbangan alam semesta merupakan sesuatu yang mutlak. Adanya malapetaka atau bencana adalah akibat keseimbangan dan keteraturan alam yang terganggu. Eksistensi desa adat Kesepuhan Ciptagelar, Sukabumi telah dikenal secara luas oleh masyarakat Jawa Barat. Terutama karena tradisi bertani seperti ngaseuk, mipit, nutu, nganyaran, dan ponggokan yang diakhiri serentaun. Serentaun menjadi puncak acara kegiatan ritual penanaman padi di setiap tahunnya. Lebih lanjut, pada rangkaian acara ini dihadirkan pula kesenian seperti seni Jipeng, Topeng, Angklung Buhun, Wayang Golek, Ujungan, Debus, dan Pantun Buhun. Read the full article
0 notes
hrokurinn · 6 years
Text
Liðsmenn Hróksins hafa síðustu daga staðið fyrir hátíð á Austur-Grænlandi, þar sem búa næstu nágrannar Íslendinga. Byrjað var með hinni árlegu Air Iceland Connect-hátíð í Kulusuk, þar sem Hrafn Jökulsson tefldi við öll börn bæjarins, og tónlistarmennirnir Birkir Blær Ingólfsson og Jónas Margeir Ingólfsson töfruðu alla upp úr skónum. Öll börnin fengu gjafir og gleðin var allsráðandi, en lauk frábærum degi með æsispennandi fótboltaleik á splunkunýjum sparkvelli.
Þaðan lá leiðin til Tasiilaq, sem er höfuðstaður Austur-Grænlands. Þar var slegið upp alhliða veislu í félagsheimilinu, þar sem Hrafn tefldi við tugi heimamanna á öllum aldri, meðan Birkir Blær og Jónas Margeir léku listir sínar. Fjölmargir komu að fylgjast með, og brustu sumir í dans undir tónaflóðinu meðan taflið stóð sem hæst. Sannarlega frábær hátíðardagur, til minningar um Gerdu Vilholm, heiðursfélaga Hróksins og máttarstólpa barnanna í Tasiilaq. Justus Hansen þingmaður á grænlenska þinginu og Hróksliði með meiru minntist Gerdu, sem lést í janúar á síðasta ári, í fallegri setningarræðu. Justus hefur lagt fram tillögu um að skák verði gerð að kennslugrein fyrir öll grunnskólabörn, og er búist við almennri samstöðu um málið, enda er skákin að skjóta sterkum rótum á Grænlandi eftir fimmtán ára starf Hróksins þar í landi.
Sigurvegari dagsins í minningarveislunni um Gerdu Vilholm var hin 10 ára gamla Anitse Kuitse, sem sat ein eftir þegar Hrafn hafði lokið öðrum skákum. Hún fékk veglegan bikar að launum, og allir mótherjar Hrafns hlutu gullpeninga og önnur verðlaun í boði Kiwanis-klúbbsins Heklu. Sérstakra vinsælda nutu íslensku landsliðstreyjurnar, sem KSÍ lagði til, enda óhætt að segja að næstum hver einasti Grænlendingur haldi með strákunum okkar. Með þessum viðburði var botn sleginn í Polar Pelagic-hátíðina, sem hófst í Kulusuk í janúar. Þá öftruðu veðurguðir ferð Hróksliða frá Kulusuk til Tasiilaq, en sólin baðar nú hina fögru austurströnd Grænlands.
Hróksliðar hafa jafnframt heimsótt vini sína á PITU, sem er heimili fyrir börn sem ekki geta dvalið hjá fjölskyldum sínum. Þar fengu börnin ýmsar góðar gjafir, m.a. föt og spjaldtölvur í boði Tölvulistans. Leiðin lá líka á dagheimili sem rekið er af góðgerðarsamtökum og þar var slegið upp stórtónleikum og gjafir afhentar. Börnin í Tasiilaq og Kulusuk nutu góðs af framlagi íslenskra prjónakvenna, ekki síst prjónahópnum í Gerðubergi, en þær hafa á síðustu árum nestað Hróksmenn með óteljandi gjafir til grænlenskra barna.
Næsta ferð Hróksins til Grænlands verður í september, en þá mun félagið jafnframt slá upp stórmóti í Reykjavík í tilefni af 20 ára afmæli félagsins, en það var stofnað 12. september 1998.
[divider]
Tafl og tónaflóð Hróksins á Grænlandi Liðsmenn Hróksins hafa síðustu daga staðið fyrir hátíð á Austur-Grænlandi, þar sem búa næstu nágrannar Íslendinga. Byrjað var með hinni árlegu Air Iceland Connect-hátíð í Kulusuk, þar sem…
0 notes
zatuuo-blog · 13 years
Text
Buy Tanase Scatiu Movie Online
Tanase Scatiu movie download
Actors:
Christina Nutu Dan Nutu Ioana Ciomârtan Vasile Nitulescu Carmen Galin Andrei Pintilie Eliza Petrachescu András Csiky
Download Tanase Scatiu
Tanase Scatiu Summary, Cast and Crew Tanase Scatiu Summary, Cast and Crew. Tnase Scatiu - Tnase Scatiu (1976) - Film - CineMagia.ro Sinoposis Tnase Scatiu: Boierul Murgulet (Vasile Nitulescu) e escrocat de vechilul Scatiu (Victor Rebengiuc), care dupa ce ca-i fura averea. Abuses by Tanasse Scatiu, one of the major landowners in a rural region of Rumania, cause conditions to grow. Tanase Scatiu | Moviefone Tanase Scatiu Movie - Starring Eliza Petrachescu - Abuses by Tanasse Scatiu, one of the major landowners in a rural region of Rumania, cause conditions. Tanase-Scatiu - Trailer - Cast - Showtimes - NYTimes.com An overview of Tanase Scatiu, including cast and credit details, a review summary, and more.. Abuses by Tanasse Scatiu, one of the major landowners in a rural region of Rumania, cause conditions to grow worse for everyone,. Plot: Abuses by Tanasse Scatiu, one of the major landowners in a rural region of Rumania, cause conditions to grow worse for everyone, including his.. Tnase Scatiu - Wikisource n cele din urm, Tnase Scatiu pierdu rbdarea. Watch free trailers, read the latest news and plot synopsis, and see photos of the cast and crew of Tanase Scatiu on MTV.com. Find interviews with the cast and crew, photos, and more on Fandango.com. Cnd se mai oprir caii nc o dat lng crma din drum, el iei de sub coul trsurii.. Tanase Scatiu: Information from Answers.com Tanase Scatiu . Tanase Scatiu Synopsis - Plot Summary - Fandango.com Read the Tanase Scatiu plot summary and movie synopsis. Tanase Scatiu Plot Summary and Details | Moviefone Tanase Scatiu Plot Summary,Tanase Scatiu synopsis. Tanase Scatiu (1976) - Overview - MSN Movies Tanase Scatiu (1976) overview: synopsis, movie reviews, photos, trailers, movie clips, cast and crew,news, dvd, user reviews, message board and more Tanase Scatiu | Free Trailers, Plot Synopsis, Photos, Cast
0 notes
oocainh-blog · 13 years
Text
Diminetile unui baiat cuminte Download
Diminetile unui baiat cuminte movie download
Actors:
Ion Caramitru Mariana Mihut Stefan Ciubotarasu Dan Nutu Carmen Galin Sebastian Papaiani George Constantin Octavian Cotescu
Download Diminetile unui baiat cuminte
Dimka: Information from Answers.com Dimka . Diminetile Unui Baiat Cuminte: Information from Answers.com Diminetile Unui Baiat Cuminte . Diminetile Unui Baiat Cuminte Plot Summary and Details. Diminetile Unui Baiat Cuminte | Free Trailers, Plot Synopsis. Plot: A young man leaves home after graduation from high school to make his way in the world and seek his independence. Visit Answers.. . Diminetile Unui Baiat Cuminte Plot Summary,Diminetile Unui Baiat Cuminte synopsis Diminetile unui baiat cuminte (1966) - FAQ Diminetile unui baiat cuminte on IMDb: Movies, TV, Celebs, and more... DIMINETILE UNUI BAIAT CUMINTE - Film / Movie DIMINETILE UNUI BAIAT CUMINTE - Movie Information. Postcards With Wild Flowers - Movie info: cast, reviews. Diminetile unui baiat cuminte (1966) - Trivia - IMDb Diminetile unui baiat cuminte (1966) Trivia on IMDb: Cameos, Mistakes, Spoilers and more... Capacity (2008 Film), Diminetile Unui Baiat Cuminte (1968 Film). It would be Blaier's last ". He had his first success with his third film, Diminetile Unui Baiat Cuminte/The Mornings of a Sensible Youth (1966). Read the Diminetile Unui Baiat Cuminte plot summary and movie synopsis. Plot: A fatherless Russian boy plays hooky and goes looking to purchase a daddy in downtown Moscow in
Dark Breed divx
4 notes · View notes