Tumgik
#jangkapanjang literasi belajar
aiyasmina · 4 years
Text
Minoritas
Bukan hal aneh lagi menjadi satu dari sekian ribu. Menjadi abu dari gumpalan kabut. Entah, hingga kapan status ini berubah, atau setidaknya, tak ada lagi perbedaaan. 
Tapi, aku tahu jawabnya. Aku selalu bertanya-bertanya-bertanya, lantas kujawab dengan kesimpulan renunganku sendiri, mungkin itu mengapa tidak sedikit kawan yang kadang kala segan dengan apa yang aku renungkan. Di luar nalar, katanya. 
Semalam. Tepat semalam. Waktu yang seharusnya mengikatku dengan obrolan dan hafalan, justru berbanding untuk berkumpul, sekedar membahas masa depan anak-anak. Aku terkesiap, beranjak cepat. Berharap banyak, hendak suara yang kuajukan bernilai besar. Atau mungkin mendapat apresiasi istimewa di mata kawan. 
Tapi? Apa arti minoritas? Berfikir jangka panjang bersisian dengan mereka berjangka pendek, tidak mudah menyatukan, hanya orang yang memahami betapa penting dan betapa urgent kebutuhan ini. 
Apa arti minoritas. Konon, minority is priority. Tapi, jika hendak egois, apa arti aku hidup dengan minoritas seperti ini. Sekali dapat dipahami, dua kali masih boleh negosiasi, tapi tiga hingga berkali-kali? Apa yang bisa kuperbuat? Mereka hanya mnegurus urusan perut, tak lebih dan tak kurang, hanya berbuat untuk mencari ekonomi semata sedetik saat itu juga. Apakah mampu hidup dengan perut senyawa? Mengapa tak ingin akal turut diasah?
Aku kecewa. 
Tempat awal aku bertumbuh dan berkembang. Justru, hendak berbalas tetapi mendapat timbal balik prasangka buruk, yang bahkan menghina darimana ilmu itu berasal. 
Mereka sudah lupa! 
Mereka sudah lupa sulit dan sukarnya meraih gelar yang tertandang di jiwa mereka! Ah, tentu aku ingat, mereka hanya sekedar men-copy paste apa yang sudah tertera di dunia literasi digital. Mengapa aku berprasangka baik jika mereka berusaha lebih baik? Sedang mereka sendiri menghina apa yang telah menghantarkan mereka menuju puncak gelar tiga huruf itu.
Aku yakin, siklus ini tak berhenti disini. Sejauh apapun aku pergi. Aku akan bertemu dengan keadaan minor ini. Sehebat apapun aku berjuang, sedahsyat apapun aku menyuarakkan, sudahlah, mereka hanya berharap kenyang di perut lantas memperbincangkan menu untuk esok dan esok nanti.  
2 notes · View notes