Tumgik
#ketua umum ipti
beritatangerang · 2 years
Text
Peringati Hari Sumpah Pemuda, Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia Gelar Munas ke-III di BSD
Peringati Hari Sumpah Pemuda, Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia Gelar Munas ke-III di BSD
Kliktangerang.com – Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia (IPTI) untuk menggelar musyawarah nasional ke-III di Hotel Sapphire Sky kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), Pagedangan, Kabupaten Tangerang. Agenda munas ke-3 tersebut di hadiri oleh para perwakilan dari organisasi kepemudaan (OKP), pengurus internal, dan juga perwakilan polri. Ardy Susanto, Ketua…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
turisiancom · 25 days
Text
TURISIAN.com – PSMTI atau Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) bakal menggelar tiga event besar di tahun 2024 ini. Rencana tersebut ikut di bahas dalam rapat umum di MGK Office, Jakarta Pusat, pada Jumat, 17 Mei 2024 lalu. “Iya, ada beberapa event besar yang akan kami selenggarakan,” kata Wakil Ketua Umum (WKU) PSMTI Koordinator (Korwil) Jawa Barat – DKI Jakarta yang ikut alam rapat tersebut. Menurut Henry—yang juga Tokoh Pariwisata Jawa Barat ini, ketiga event tersebut yakni Rakernas ke-XX, HUT PSMTI ke-26, dan Tuan Rumah Asean Chinese Clans Association (ACCA) ke-XI. BACA JUGA: Perayaan Festival Lentera PSMTI 2024, Melambangkan Kekuatan dan Ketangguhan “Dalam rapat umum ini, kami mendiskusikan berbagai persiapan untuk pelaksanaan event tadi. Mudah-mudahan semua berjalan lancer, sesuai yang kita harapkan ya,” katanya. Sebagaimana  diketahui rapat tersebut menjadi ajang diskusi penting bagi organisasi ini, yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum PSMTI Wilianto Tanta. Hadir pula sejumlah tokoh penting seperti Ketua Dewan Kehormatan Teguh Kinarto, Dewan Penyantun Abraham Rudy Hartono, Sekretaris Umum Peng Suyoto, hingga Bendahara Umum Husin Widjajakusuma. BACA JUGA: Pelantikan Pengurus PSMTI Jawa Tengah, Ganjar Pranowo Sampaikan Hal Ini Pemuda Tionghoa Indonesia Tak ketinggalan, rapat ini juga diikuti oleh organisasi sayap PSMTI. Seperti Ikatan Koko Cici Indonesia (IKOCI), Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia (IPTI). Dan, Perkumpulan Wanita Tionghoa Indonesia (PERWANTI). Ketua Umum PSMTI Wilianto menyampaikan harapannya agar ketua panitia masing-masing acara dapat menyelenggarakan event tersebut dengan sebaik-baiknya. "Hasil rapat hari ini cukup panjang, hampir tiga jam. Saya berharap Ketua Panitia Rakernas, HUT, dan ACCA yang muda dan energik dapat melaksanakan apa yang telah kita bahas. Semoga ini bisa menjadi harapan kita bersama," tuturnya penuh optimisme. BACA JUGA: Perlu Perubahan, Tokoh Pariwisata Henry Husada Tekankan Ini Saat Bimtek TOT Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Kehormatan PSMTI Teguh Kinarto menekankan pentingnya kerja sama dan kekompakan dalam berorganisasi. "Kita harus lebih kompak dalam mencapai tujuan. Berorganisasi tentunya memiliki visi dan misi yang jelas,” katanya. “Tentu rapat hari ini memerlukan dukungan kekompakan melalui teamwork," sambungnya. Sebagai tambahan informasi, ketiga event besar tersebut direncanakan akan diselenggarakan pada akhir tahun mendatang. Sehingga, diharapkan mampu memperkuat solidaritas serta kebersamaan di antara anggota PSMTI dan masyarakat luas. ***
0 notes
goriaucom · 1 year
Text
Menpora Dito Dukung Program Kerja DPP IPTI Menuju Indonesia Emas 2045
JAKARTA - Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI), Dito Ariotedjo, menerima audiensi Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Pemuda Tionghoa (DPP IPTI) Ardy Susanto yang hadir bersama pengurus lainnya di ruang kerjanya lantai 10 Kantor Kemenpora Senayan, Jakarta, Jumat (12/5/2023). http://dlvr.it/SnxYTR
0 notes
baitulmalik · 1 year
Photo
Tumblr media Tumblr media
Muktamar Tarbiyah PERTI
Menghadiri undangan Muktamar Tarbiyah PERTI, Mewakili YMM. Ayahandaguru Prof. Dr. H. SS. Kadirun Yahya, MSc (majelis pembina Tarbiyah) dan juga sebagai Peninjau Muktamar.
Muktamar Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah- PERTI) dimulai pada hari Minggu, 23 Oktober 2022.
Kegiatan yang bertemakan “Menuju Satu Abad Persatuan Tarbiyah Islamiyah untuk Mencerdaskan Umat dalam Mewujudkan Indonesia Maju” dihadiri oleh; Wakil Presiden RI, Menko Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Ketua Umum Pimpinan Daerah Tarbiyah PERTI serta para Ketua umum PP; Pemuda Islam (PI), Ikatan Pemuda Tarbiyah Islamiyah (IPTI), KFI, Ikatan Mahasiswa Tarbiyah Islamiyah (IMTI) dan Persatuan Wanita Perti (PERWATI)
Oktober 2022.
0 notes
redaksi · 2 years
Text
Pemuda Tarbiyah Harus Gerak Cepat dan Bangkit. Buya Khairul Muslim Pimpin IPTI Sumut
Medan||Redaksijateng 81.com Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pemuda Tarbiyah Islamiyah (PB IPTI) Buya DR.Muhammad Guntur,SE,MM menyatakan optimisnya ,IPTI akan maju dan bangkit termasuk di Sumatera Utara. Memang upaya tersebut butuh kerja keras karena harus melakukan konsolidasi . Apalagi Sumatera Utara memiliki 33 Kabupaten/Kota. Buya Guntur yakin dibawah kepemimpinan Buya Khairul Muslim yang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
inanews-blog1 · 5 years
Text
Poster "Raja Jokowi" Dipasang Relawan Sendiri, PDIP Mencoba "Play Victim"?
Inanews - Pelaku pemasangan alat peraga kampanye (APK) berupa poster bergambar Jokowi yang memakai mahkota raja akhirnya berhasil diketahui identitasnya. Relawan Pro-Jokowi dan dan pengurus PDIP Kecamatan Bumiayu menemukan gudang atribut "Raja Jokowi" itu bersama dengan salah seorang pemasangnya, atas nama Ade Irmanus Sholeh. Menurut pengakuan Ade, alat peraga kampanye "Raja Jokowi" itu dipasang oleh organisasinya, Kaukus Anak Muda Indonesia yang sebelumnya sudah mendeklarasikan dukungannya pada pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. "Yang memasang itu anggota KAMI (Kaukus Anak Muda Indonesia) yang sudah deklarasi dukung Jokowi dua periode," tutur Ade, Sabtu (17/11/2018) siang. Sebelum dipasang, para pengurus KAMI diundang "pihak pusat" di Semarang. Selain acara deklarasi dukungan, acara itu juga membahas pemasangan alat peraga kampanye di seluruh wilayah Jawa Tengah. "KAMI semua koordinator kota dan kabupaten tidak dijelaskan secara gamblang dan jelas terkait spesifikasi gambar. Hingga akhirnya pengurus PDIP merasa keberatan dengan gambar Jokowi yang mengenakan mahkota dan logo partai," ungkap Ade. Sebelumnya, pihak PDIP menduga ada "orang besar" yang ikut bermain dalam kasus pemasangan poster "Raja Jokowi". Menurut Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto, ada kemungkinan pula pihak lawan yang memasang poster tersebut. "Tentu yang punya gawe (kepentingan) itu orang yang punya duit. Kalau (dibuat) pendukung Jokowi, maaf, pemahaman organisasinya rendah, pemahaman budayanya rendah. Tapi kalau lawan, dia jago, punya kecerdasan luar biasa, karena kalau keliru menurunkan (poster), isu tersebar PDIP turunkan gambar Jokowi, cari sensasi," ujar Ketua DPD PDIP Jateng Bambang 'Pacul' Wuryanto di Semarang, Rabu. Belakangan, setelah menangkap basah dan mengetahui pemasang poster tersebut adalah pendukung Jokowi, PDIP terlihat mengelak. Bambang Wuryanto mengaku tidak mengenal nama Kaukus Anak Muda Indonesia, yang disebut oleh pelaku pemasangan atribut tersebut. "Kami PDIP belum mengenal nama itu, dan baru dengar namanya saat ini ketika mereka mengklaim sebagai pemasang poster," ungkap Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto. Selain tak dikenal PDIP, Bambang memastikan nama kelompok KAMI juga tidak dikenal oleh Tim Kampanye Nasional (TKN) dan Tim Kampanye Daerah (TKD) Joko Widodo-Ma'ruf Amin. "TKN pun tidak tahu dan tidak kenal, dan TKD tidak pernah bersentuhan," tambah politisi yang akrab disapa Bambang Pacul ini. Pernyataan Ketua DPD PDIP Jateng ini sangat aneh. Sepertinya PDIP tengah mencoba "play victim". Berusaha terlihat sebagai korban untuk meraih simpati masyarakat. Keanehan yang tampak nyata karena pada dasarnya KAMI justru dikenal oleh Tim Kampanye Nasional. pada 3 November 2018, Direktur Relawan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Maman Imanulhaq dan Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Diaz Hendropriyono menghadiri peresmian Posko Koalisi Nasional Relawan Muslim Indonesia (KN RMI) di jalan Slamet Riyadi No. 5 Jakarta Timur KN RMI merupakan gabungan dari organisasi kepemudaan dan relawan yaitu Ikatan Pemuda Tarbiyah Islamiyah (IPTI), Himmah al Washliah, Angkatan Muda MDI, Aliansi Masyarakat untuk Nawacita (Almaun), Sahabat Muslim Jokowi (Salim Jokowi), Forum Ulama dan Habaib Nusantara, Cendekia Muda Nusantara, Kaukus Anak Muda Indonesia (KAMI), Jaringan Matahari (JM), Relawan Merah Hati, GenMu, Millenial Muslim Indonesia, Laskar Santri Jokowi, Ikatan Alumi Menta (IKAM 58), Barisan Muda Masjid, Relawan Muslim Tionghoa Indonesia, Demi JOIN, Majelis Taklim Jokowi-Amin (MATA JOMIN), Kami JAMIN, dan Lingkar Adat Nusantara. Jauh hari sebelumnya, pada 16 Agustus 2018, KAMI juga pernah mengadakan acara diskusi publik yang dihadiri oleh antara lain H.Ya'qut Cholil Qoumas (Ketua Umum GP Ansor), Ilham Pramana (Ketua Umum PP AMPG), dan Prananda Surya Paloh (Ketua Bidang Pemuda, Olahraga, dan Mahasiswa DPP Partai Nasdem. Melihat fakta tersebut, pernyataan Ketua DPD PDIP Jateng yang menyebut KAMI tidak dikenal oleh Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf adalah sesuatu yang tidak benar. Memang benar, pemasangan poster "Raja Jokowi" yang mencatut logo PDIP kemungkinan besar tidak diketahui oleh PDIP sendiri. KAMI adalah organisasi di luar PDIP. Karena itu, wajar pula jika akhirnya PDIP merasa gusar atas pemasangan alat peraga kampanye tersebut. Tapi mengingkari keberadaan KAMI sebagai bagian dari ormas atau relawan yang mendukung kubu petahana bisa menjadi bukti PDIP tengah memainkan peran sebagai korban untuk meraih simpati publik. Pola play victim seperti ini memang cenderung bisa meraih simpati publik. Tipikal masyarakat kita mudah terserang sisi emosionalnya dan mudah merasa bersimpati pada seorang korban. Kita tentu ingat keberhasilan SBY yang sukses memainkan peran sebagai "Pihak yang dizolimi" oleh penguasa saat itu. Mengingat fakta ini, ada baiknya kita yang belum mengetahui kejelasan sebuah kasus, apalagi kasus itu masuk dalam ranah politik, tidak terburu-buru membuat berbagai analisa. Ketika analisis kita ternyata melenceng jauh dari kebenaran - terlebih ada tuduhan pada salah satu pihak, apakah kita berani meminta maaf, atau paling tidak menulis ulang analisa yang benar dan sesuai fakta? Read the full article
0 notes
inanews-blog1 · 6 years
Text
Poster "Raja Jokowi" Dipasang Relawan Sendiri, PDIP Mencoba "Play Victim"?
Inanews - Pelaku pemasangan alat peraga kampanye (APK) berupa poster bergambar Jokowi yang memakai mahkota raja akhirnya berhasil diketahui identitasnya. Relawan Pro-Jokowi dan dan pengurus PDIP Kecamatan Bumiayu menemukan gudang atribut "Raja Jokowi" itu bersama dengan salah seorang pemasangnya, atas nama Ade Irmanus Sholeh. Menurut pengakuan Ade, alat peraga kampanye "Raja Jokowi" itu dipasang oleh organisasinya, Kaukus Anak Muda Indonesia yang sebelumnya sudah mendeklarasikan dukungannya pada pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. "Yang memasang itu anggota KAMI (Kaukus Anak Muda Indonesia) yang sudah deklarasi dukung Jokowi dua periode," tutur Ade, Sabtu (17/11/2018) siang. Sebelum dipasang, para pengurus KAMI diundang "pihak pusat" di Semarang. Selain acara deklarasi dukungan, acara itu juga membahas pemasangan alat peraga kampanye di seluruh wilayah Jawa Tengah. "KAMI semua koordinator kota dan kabupaten tidak dijelaskan secara gamblang dan jelas terkait spesifikasi gambar. Hingga akhirnya pengurus PDIP merasa keberatan dengan gambar Jokowi yang mengenakan mahkota dan logo partai," ungkap Ade. Sebelumnya, pihak PDIP menduga ada "orang besar" yang ikut bermain dalam kasus pemasangan poster "Raja Jokowi". Menurut Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto, ada kemungkinan pula pihak lawan yang memasang poster tersebut. "Tentu yang punya gawe (kepentingan) itu orang yang punya duit. Kalau (dibuat) pendukung Jokowi, maaf, pemahaman organisasinya rendah, pemahaman budayanya rendah. Tapi kalau lawan, dia jago, punya kecerdasan luar biasa, karena kalau keliru menurunkan (poster), isu tersebar PDIP turunkan gambar Jokowi, cari sensasi," ujar Ketua DPD PDIP Jateng Bambang 'Pacul' Wuryanto di Semarang, Rabu. Belakangan, setelah menangkap basah dan mengetahui pemasang poster tersebut adalah pendukung Jokowi, PDIP terlihat mengelak. Bambang Wuryanto mengaku tidak mengenal nama Kaukus Anak Muda Indonesia, yang disebut oleh pelaku pemasangan atribut tersebut. "Kami PDIP belum mengenal nama itu, dan baru dengar namanya saat ini ketika mereka mengklaim sebagai pemasang poster," ungkap Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto. Selain tak dikenal PDIP, Bambang memastikan nama kelompok KAMI juga tidak dikenal oleh Tim Kampanye Nasional (TKN) dan Tim Kampanye Daerah (TKD) Joko Widodo-Ma'ruf Amin. "TKN pun tidak tahu dan tidak kenal, dan TKD tidak pernah bersentuhan," tambah politisi yang akrab disapa Bambang Pacul ini. Pernyataan Ketua DPD PDIP Jateng ini sangat aneh. Sepertinya PDIP tengah mencoba "play victim". Berusaha terlihat sebagai korban untuk meraih simpati masyarakat. Keanehan yang tampak nyata karena pada dasarnya KAMI justru dikenal oleh Tim Kampanye Nasional. pada 3 November 2018, Direktur Relawan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Maman Imanulhaq dan Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Diaz Hendropriyono menghadiri peresmian Posko Koalisi Nasional Relawan Muslim Indonesia (KN RMI) di jalan Slamet Riyadi No. 5 Jakarta Timur KN RMI merupakan gabungan dari organisasi kepemudaan dan relawan yaitu Ikatan Pemuda Tarbiyah Islamiyah (IPTI), Himmah al Washliah, Angkatan Muda MDI, Aliansi Masyarakat untuk Nawacita (Almaun), Sahabat Muslim Jokowi (Salim Jokowi), Forum Ulama dan Habaib Nusantara, Cendekia Muda Nusantara, Kaukus Anak Muda Indonesia (KAMI), Jaringan Matahari (JM), Relawan Merah Hati, GenMu, Millenial Muslim Indonesia, Laskar Santri Jokowi, Ikatan Alumi Menta (IKAM 58), Barisan Muda Masjid, Relawan Muslim Tionghoa Indonesia, Demi JOIN, Majelis Taklim Jokowi-Amin (MATA JOMIN), Kami JAMIN, dan Lingkar Adat Nusantara. Jauh hari sebelumnya, pada 16 Agustus 2018, KAMI juga pernah mengadakan acara diskusi publik yang dihadiri oleh antara lain H.Ya'qut Cholil Qoumas (Ketua Umum GP Ansor), Ilham Pramana (Ketua Umum PP AMPG), dan Prananda Surya Paloh (Ketua Bidang Pemuda, Olahraga, dan Mahasiswa DPP Partai Nasdem. Melihat fakta tersebut, pernyataan Ketua DPD PDIP Jateng yang menyebut KAMI tidak dikenal oleh Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf adalah sesuatu yang tidak benar. Memang benar, pemasangan poster "Raja Jokowi" yang mencatut logo PDIP kemungkinan besar tidak diketahui oleh PDIP sendiri. KAMI adalah organisasi di luar PDIP. Karena itu, wajar pula jika akhirnya PDIP merasa gusar atas pemasangan alat peraga kampanye tersebut. Tapi mengingkari keberadaan KAMI sebagai bagian dari ormas atau relawan yang mendukung kubu petahana bisa menjadi bukti PDIP tengah memainkan peran sebagai korban untuk meraih simpati publik. Pola play victim seperti ini memang cenderung bisa meraih simpati publik. Tipikal masyarakat kita mudah terserang sisi emosionalnya dan mudah merasa bersimpati pada seorang korban. Kita tentu ingat keberhasilan SBY yang sukses memainkan peran sebagai "Pihak yang dizolimi" oleh penguasa saat itu. Mengingat fakta ini, ada baiknya kita yang belum mengetahui kejelasan sebuah kasus, apalagi kasus itu masuk dalam ranah politik, tidak terburu-buru membuat berbagai analisa. Ketika analisis kita ternyata melenceng jauh dari kebenaran - terlebih ada tuduhan pada salah satu pihak, apakah kita berani meminta maaf, atau paling tidak menulis ulang analisa yang benar dan sesuai fakta? Read the full article
0 notes
inanews-blog1 · 6 years
Text
Poster "Raja Jokowi" Dipasang Relawan Sendiri, PDIP Mencoba "Play Victim"?
Inanews - Pelaku pemasangan alat peraga kampanye (APK) berupa poster bergambar Jokowi yang memakai mahkota raja akhirnya berhasil diketahui identitasnya. Relawan Pro-Jokowi dan dan pengurus PDIP Kecamatan Bumiayu menemukan gudang atribut "Raja Jokowi" itu bersama dengan salah seorang pemasangnya, atas nama Ade Irmanus Sholeh. Menurut pengakuan Ade, alat peraga kampanye "Raja Jokowi" itu dipasang oleh organisasinya, Kaukus Anak Muda Indonesia yang sebelumnya sudah mendeklarasikan dukungannya pada pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. "Yang memasang itu anggota KAMI (Kaukus Anak Muda Indonesia) yang sudah deklarasi dukung Jokowi dua periode," tutur Ade, Sabtu (17/11/2018) siang. Sebelum dipasang, para pengurus KAMI diundang "pihak pusat" di Semarang. Selain acara deklarasi dukungan, acara itu juga membahas pemasangan alat peraga kampanye di seluruh wilayah Jawa Tengah. "KAMI semua koordinator kota dan kabupaten tidak dijelaskan secara gamblang dan jelas terkait spesifikasi gambar. Hingga akhirnya pengurus PDIP merasa keberatan dengan gambar Jokowi yang mengenakan mahkota dan logo partai," ungkap Ade. Sebelumnya, pihak PDIP menduga ada "orang besar" yang ikut bermain dalam kasus pemasangan poster "Raja Jokowi". Menurut Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto, ada kemungkinan pula pihak lawan yang memasang poster tersebut. "Tentu yang punya gawe (kepentingan) itu orang yang punya duit. Kalau (dibuat) pendukung Jokowi, maaf, pemahaman organisasinya rendah, pemahaman budayanya rendah. Tapi kalau lawan, dia jago, punya kecerdasan luar biasa, karena kalau keliru menurunkan (poster), isu tersebar PDIP turunkan gambar Jokowi, cari sensasi," ujar Ketua DPD PDIP Jateng Bambang 'Pacul' Wuryanto di Semarang, Rabu. Belakangan, setelah menangkap basah dan mengetahui pemasang poster tersebut adalah pendukung Jokowi, PDIP terlihat mengelak. Bambang Wuryanto mengaku tidak mengenal nama Kaukus Anak Muda Indonesia, yang disebut oleh pelaku pemasangan atribut tersebut. "Kami PDIP belum mengenal nama itu, dan baru dengar namanya saat ini ketika mereka mengklaim sebagai pemasang poster," ungkap Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto. Selain tak dikenal PDIP, Bambang memastikan nama kelompok KAMI juga tidak dikenal oleh Tim Kampanye Nasional (TKN) dan Tim Kampanye Daerah (TKD) Joko Widodo-Ma'ruf Amin. "TKN pun tidak tahu dan tidak kenal, dan TKD tidak pernah bersentuhan," tambah politisi yang akrab disapa Bambang Pacul ini. Pernyataan Ketua DPD PDIP Jateng ini sangat aneh. Sepertinya PDIP tengah mencoba "play victim". Berusaha terlihat sebagai korban untuk meraih simpati masyarakat. Keanehan yang tampak nyata karena pada dasarnya KAMI justru dikenal oleh Tim Kampanye Nasional. pada 3 November 2018, Direktur Relawan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Maman Imanulhaq dan Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Diaz Hendropriyono menghadiri peresmian Posko Koalisi Nasional Relawan Muslim Indonesia (KN RMI) di jalan Slamet Riyadi No. 5 Jakarta Timur KN RMI merupakan gabungan dari organisasi kepemudaan dan relawan yaitu Ikatan Pemuda Tarbiyah Islamiyah (IPTI), Himmah al Washliah, Angkatan Muda MDI, Aliansi Masyarakat untuk Nawacita (Almaun), Sahabat Muslim Jokowi (Salim Jokowi), Forum Ulama dan Habaib Nusantara, Cendekia Muda Nusantara, Kaukus Anak Muda Indonesia (KAMI), Jaringan Matahari (JM), Relawan Merah Hati, GenMu, Millenial Muslim Indonesia, Laskar Santri Jokowi, Ikatan Alumi Menta (IKAM 58), Barisan Muda Masjid, Relawan Muslim Tionghoa Indonesia, Demi JOIN, Majelis Taklim Jokowi-Amin (MATA JOMIN), Kami JAMIN, dan Lingkar Adat Nusantara. Jauh hari sebelumnya, pada 16 Agustus 2018, KAMI juga pernah mengadakan acara diskusi publik yang dihadiri oleh antara lain H.Ya'qut Cholil Qoumas (Ketua Umum GP Ansor), Ilham Pramana (Ketua Umum PP AMPG), dan Prananda Surya Paloh (Ketua Bidang Pemuda, Olahraga, dan Mahasiswa DPP Partai Nasdem. Melihat fakta tersebut, pernyataan Ketua DPD PDIP Jateng yang menyebut KAMI tidak dikenal oleh Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf adalah sesuatu yang tidak benar. Memang benar, pemasangan poster "Raja Jokowi" yang mencatut logo PDIP kemungkinan besar tidak diketahui oleh PDIP sendiri. KAMI adalah organisasi di luar PDIP. Karena itu, wajar pula jika akhirnya PDIP merasa gusar atas pemasangan alat peraga kampanye tersebut. Tapi mengingkari keberadaan KAMI sebagai bagian dari ormas atau relawan yang mendukung kubu petahana bisa menjadi bukti PDIP tengah memainkan peran sebagai korban untuk meraih simpati publik. Pola play victim seperti ini memang cenderung bisa meraih simpati publik. Tipikal masyarakat kita mudah terserang sisi emosionalnya dan mudah merasa bersimpati pada seorang korban. Kita tentu ingat keberhasilan SBY yang sukses memainkan peran sebagai "Pihak yang dizolimi" oleh penguasa saat itu. Mengingat fakta ini, ada baiknya kita yang belum mengetahui kejelasan sebuah kasus, apalagi kasus itu masuk dalam ranah politik, tidak terburu-buru membuat berbagai analisa. Ketika analisis kita ternyata melenceng jauh dari kebenaran - terlebih ada tuduhan pada salah satu pihak, apakah kita berani meminta maaf, atau paling tidak menulis ulang analisa yang benar dan sesuai fakta? Read the full article
0 notes