Tumgik
#lombablogmenebarkebaikan
khadijahsakinah · 4 years
Text
Hobinya Istimewa
Hobi adalah suatu pekerjaan yang meningkatkan semangat seseorang dalam menjalani hidup. Melakukannya dengan senang hati, tanpa paksaan. Mencintai apa yang dilakukannya meski lelah badannya tak dapat dibohongi. Hobi juga yang mengajarkan seseorang tentang indahnya proses seorang amatir menjadi ahli. Bicara soal hobi, biarkan aku sedikit bercerita soal temanku yang hebat.
Hobinya berbeda. Temanku yang satu ini memang memiliki hobi yang berbeda dari beberapa orang kebanyakan. Namanya Nita (nama samaran), dia ceria, lucu dan selalu menebarkan aura positif dimanapun ia berada, dia juga hampir tidak pernah terlihat sedih sepertinya hidup ini terlalu indah untuknya. Kami cukup dekat, ia sering mengunjungi kamar kosku bahkan untuk beberapa hal yang tidak penting. Kami sering bercerita tentang banyak hal. Salah satu percakapan yang paling aku ingat adalah soal hobi uniknya ini.
Tidak hanya dia, hobi uniknya ini ternyata dilakukan bersama keluarganya. Hobinya memasak, cukup umum memang tapi keluarganya jadikan hal umum ini istimewa. Setiap minggu ia bersama keluarganya adakan masak besar-besaran. Saat kutanya untuk apa dengan mudahnya ia jawab.
“Ya untuk dibagikan ke orang-orang” begitu jawabnya.
Plak! Detik itu juga aku merasa ditampar sekeras-kerasnya tamparan. Padahal aku tahu Ia tentu tidak mudah mencari uang. Ia bahkan sempat membantu ekonomi keluarganya lewat berjualan jajanan pasar. Ia sempatkan mengambil jajan pagi-pagi sebelum perkuliahan dimulai. Sementara aku hanya bisa menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak jelas, membeli barang hanya karena nafsu, hanya karena haus mata saja. Sungguh aku merasa sangat memalukan.
“Biasanya sih 30 bungkus, tapi kalo Alhamdulillah ada penghasilan lebih bisa sampe 50, De” ia menjelaskan lebih lanjut soal hobinya yang unik ini.
30 bungkus untuk 30 orang setiap minggunya. 120 orang setiap bulannya, bahkan bisa lebih. Dan Ia sudah melakukan ini sejak kecil. Sedangkan aku? Apa yang sudah aku lakukan? Berapa orang yang sudah ku tolong semasa hidupku? 2 dekade bukan waktu yang singkat, namun aku dengan mudah menyia-nyiakannya begitu saja tanpa hasil yang signifikan. Ingin menangis aku karena menahan malu.
Begitulah Nita, ia mampu mengajarkan tanpa mendikte, menyarankan tanpa memaksa dan menyadarkan tanpa melukai. Aku akan selalu ingat pesannya. Sekarang Nita sudah menjadi orang, ia adalah seorang guru yang sukses. Baik sukses menyalurkan ilmunya juga sukses dicintai murid-muridnya. Pepatah pernah berkata:
Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai.
Itulah kalimat yang tepat menggambarkan temanku yang satu ini. Sekarang ia sedang menuai buah kebaikannya. Kebaikan berbagi. Tetaplah menjadi Nita yang hobi berbagi, Nita yang apa adanya, Nita yang aku kenal. Terima kasih banyak, Nit.
Disaat aku melakukan hobi untuk menyenangkan diriku sendiri, Ia malah melakukan hobinya untuk menyenangkan orang lain. Malu sekali rasanya.
Alhamdulillah sebelum aku menulis ini, aku sudah izin dengan Nita terlebih dahulu untuk menceritakan sedikit tentang kebiasaannya disini. Semoga kebiasaan baiknya bisa menginspirasi banyak orang untuk terus menyebarkan kebaikan, untuk murah berbagi. Karena sungguh benar jika satu kebaikan akan melahirkan ribuan kebaikan lainnya, maka dari itu aku tidak ingin kebaikan Nita berhenti di aku sendiri. Berikut foto dokumentasi hobi istimewanya.
Tumblr media Tumblr media
Melakukan hobi memang menyenangkan, namun sebaik-baiknya hobi adalah yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Jangan lupa untuk terus berbuat baik.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa
0 notes
rizanuary · 4 years
Photo
Tumblr media
JUMAT BERBAGI
            Februari lalu kita dikagetkan dengan adanya wabah virus corona yang menyebar di wilayah Wuhan, China. Berita pun tersebar di seantero dunia, namun informasi yang sudah cepat di era ini kalah cepat lajunya dengan penyebaran epidemi virus tersebut yang sudah terlanjur meluas dengan cepat dan senyap. Pertengahan februari status di Indonesia masih adem ayem dan terkesan santai menghadapi berita pandemi corona, meskipun saat itu saya dan keluarga sudah merasakan gejala batuk, sakit tenggorokan, sempat sesak dan flu yang cukup berat namun alhamdulillah sepertinya itu hanya gejala influenza biasa dikarenakan cuaca dingin di kota Magetan selama bulan februari hampir hujan setiap hari. Saya juga bersyukur pemberitaan tentang virus itu belum sampai ke ke kota ini, sampai pada awal Maret ketika WHO menyatakan virus ini sebagai pandemi. Pemerintah sepertinya mulai bergeming namun terkesan tak’ menghiraukan bahayanya virus ini. Maka terjadilah, malapetaka pandemi virus Covid-19 atau biasa disebut corona, di Indonesia. Sampai saya tak ayal bahwa makhluk super kecil itu akhirnya bisa sampai ke kota kecil dimana saya tinggal, yaitu kota Magetan. Sampai pikiran saya sempat tergelitik, “kayaknya nih virus numpang di pesawat deh, terus nemplok di bus,..., kok bisa sampai sini ya?!!” pada akhirnya ya mungkin memang sudah qadarullah, maka terjadilah ketika pemerintah tidak sigap menghadapi pandemi ini yang mulai berekspansi ke daerah-daerah di Indonesia.
           Indonesia pun mulai bergegas dengan segala “kemampuan” yang ada mengantisipasi kejadian luar biasa ini, hitungan korban mulai naik hari demi hari bak anak tangga terutama di kota-kota besar di pulau jawa, kekhawatiran mulai menyelimuti kami sekeluarga di kota Magetan ketika corona mulai memakan satu korban meninggal dan dilanjutkan dengan 8 orang positif corona tercatat selama bulan maret. Hingga akhirnya status zona merah dari kejadian luar biasa ini mampu menghentikan laju aktivitas kami di sekolah, kantor, tempat ibadah dan tempat-tempat umum lainnya dan pemerintah secara masif menginginkan semua lapisan masyarakat untuk tinggal di rumah. Setiap melihat pemberitaan di televisi saya dan istri pun miris melihat angka penambahan jumlah positif corona makin bertambah, dimana-mana diberlakukan pembatasan; physical distancing, tidak boleh bekerja dan berkumpul, tidak ada pembelajaran di sekolah, shalat berjamaah disarankan di rumah meskipun di daerah kami masih ada masjid yang mengadakan shalat berjamaah dengan shaf berjarak (tidak rapat). Imbas adanya kejadian ini, tidak hanya merubah tatanan sosial dan kesehatan di masyarakat saja, namun implikasi yang sangat besar di sektor perekonomian; baik yang sifatnya makro dan perdagangan dunia maupun mikro dan sektor riil.
           Dampak dari corona mulai mengusik sektor perekonomian negeri ini, dikarenakan laju distribusi dan logistik yang mandek karena pembatasan dimana-mana, masyarakat yang tidak bisa melakukan jual-beli, secara masif bermunculan mulai dari pabrik merumahkan beberapa karyawannya, ada pabrik garmen yang menunggak gaji karyawannya, banyak PHK di beberapa perusahaan retail, pedagang yang sepi pembeli, tempat-tempat wisata pun sepi pengunjung tidak terkecuali itu pun terjadi di kota kami.
          Kami melihat dan mendengar dari televisi adanya kebijakan pemerintah mengenai subsidi listrik bagi rakyat yang tidak mampu, memberi bantuan kucuran dana bagi pengusaha-pengusaha dan kebijakan menangguhkan tagihan kredit bagi usaha yang terdampak corona dan adanya bantuan pra-kerja bagi yang kena PHK karena terdampak corona. Alhamdulillah solusi dari pemerintah dirasakan mampu mengurangi beban kebutuhan masyarakat dari dampak corona di Indonesia meskipun saat ini prorgam-program tersebut ada yang sudah berjalan dan masih proses implementasinya.
          Solusi bantuan secara vertical (pemerintah ke masyarakat) ini sangat baik, tapi dirasa masih belum mampu meng-cover secara keseluruhan karena saya pun mendengar beberapa tetangga saya ada yang mengalami PHK karena perusahaan melakukan efisiensi, dan menganggur karena hasil dagang sepi dan merugi dampak pembatasan dimana-mana. Akhirnya tergeraklah hati warga di lingkungan RT kami untuk membantu tetangga yang mengalami kesulitan akan kebutuhan sehari-hari karena penghasilannya hanya dari apa yang diusahakannya, tercetuslah hari jumat tanggal 17 April 2020 sebuah program “Jumat Berbagi” untuk menebar kebaikan antar sesama. Jumat berbagi adalah solidaritas warga berupa sedekah patungan tiap-tiap keluarga yang mampu untuk membantu mereka (keluarga) yang tidak mampu meski saat ini bantuan hanya berupa sembako; bahan makanan & minuman. Program ini didasari atas keprihatinan ibu-ibu di lingkungan RT kami yang terjalin via WA group untuk membantu sedikitnya perekonomian keluarga yang terdampak wabah corona bahkan output program ini tidak tersebar hanya kepada yang terkena dampak saja, saya dan keluarga pun ikut merasakannya serta sampai di luar komplek perumahan pun alhamdulillah merasakannya pula seperti abang becak, tukang parkir, dan pedagang kaki lima.
Tumblr media
           Program yang semisal “Jumat Berbagi” ini sebenarnya sudah banyak dilakukan dan mungkin kita pernah dengar di masjid manapun, biasanya sedekahnya berupa makanan & minuman siap santap yang diberikan kepada jamaah jumatan atau para musafir, dan pekerja yang melepas istirahat di masjid, namun terkadang tidak langsung terfokus kepada orang yang sangat membutuhkan misalnya; fakir dan miskin (2 dari 8 asnaf mustahik) atau yang terdampak corona. 
Tumblr media
          Hakekat dari “Jumat Berbagi” tidak lain adalah sedekah atau shadaqah, amaliah yang sebenarnya sama halnya dengan zakat istilah lain dalam Al-Quran, meski zakat terdapat mekanisme dan aturannya tersendiri. Namun sedekah menurut saya itu tidak terikat waktu, jumlah, dan rupa. Apa pun bentuknya, berapan pun jumlahnya, kapan pun dikeluarkan itu bisa disebut sedekah bahkan senyum pun bisa disebut sedekah ya :-). Potensi sedekah ini mungkin bisa jadi salah satu win-win solution atas apa yang terjadi saat ini, bayangkan sedekah itu tidak hanya sifatnya horizontal (antar masyarakat) namun bisa membentuk circle (lingkaran atau memutar) karena siapapun yang mengeluarkan sedekah akan kembali (berputar) kepadanya sebab Allah yang menjamin memberi ganjarannya dengan kelipatannya, juga hebatnya lagi sedekah itu mampu menghapus, mengangkat kesulitan atau bala atau mara bahaya, Masya Allah kan tuh...!      
Tumblr media
            Alhamdulillah dengan program “Jumat berbagi”, patungan sedekah kita bisa banyak menuai hikmah; mempererat tali ukhuwah, membantu sesama dan melapangkan dada, ikut membantu memperkuat ekonomi rakyat, sekaligus menambah keimanan kita karena nabi pernah menjamin “Sedekah tidaklah mengurangi harta”. Sampai saya pun membayangkan suatu hari nanti, jika tiap orang yang merasa mampu untuk bersedekah pada suatu lingkungan masyarakat terkecil saja itu berkesinambungan dan dana sedekah dikelola dengan sangat baik ditambah dengan yang lainnya seperti; iuran wajib RT/RW, zakat, infaq, dan wakaf maka potensinya sangat besar sekali. Saya fikir itu akan mampu jadi solusi yang tidak hanya membentuk lingkaran kecil saja namun cluster yang lebih besar di suatu lingkup masyarakat mulai dari RT, RW, desa, keluarahan, kecamatan bahkan bisa jadi satu kota. Alhasil, kemampuan untuk membantu mereka yang terkena dampak virus corona, bencana, atau resiko kesulitan hidup lainnya bisa teratasi dan selanjutnya tidak hanya sebutan program “Jumat Berbagi” saja tapi ada senin, selasa, rabu, kamis, sabtu, dan minggu berbagi, Alhamdulillah jadinya Everyday Berbagi :-).
              Dengan berbagi kebaikan sejatinya “memberi” seperti alam ini, hidup untuk memberi bukan untuk memiliki/menguasai dan bahagia itu letaknya pada berbagi bukan menguasai. Saya berupaya memberi inspirasi, motivasi dan menebar kebaikan lewat tulisan ini dengan mengikuti lomba blog yang diadakan oleh Dompet Dhuafa dengan tema “menebar kebaikan”. Saya dan kita semua yakin bahwa ada banyak kebaikan diantara kita yang bisa diejawantahkan agar hidup kita bisa lebih bermakna dan akan menjadi kebaikan yang berkali lipat jika tidak hanya berhenti pada diri kita saja.  
 “Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
0 notes
may-stories · 4 years
Text
Menguntai Kebaikan
--”Dunia itu.. meskipun sudah banyak orang baik, tetapi masih tetap butuh dipenuhi oleh orang-orang baik yang lebih banyaaakkk lagi.”--Teh Khairunnisa Sy
Kali ini biarkan saya bercerita tentang kebaikan. Bukan, bukan tentang kebaikan apa yang sudah saya lakukan, tetapi tentang kebaikan orang lain baik terhadap diri saya sendiri maupun orang lain. Bukankah sebaiknya kau melupakan kebaikan yang pernah kau lakukan, dan sebaliknya, kau harus mengingat kebaikan orang lain yang pernah mereka lakukan terhadapmu?
Saya ingin membahas kebaikan dan rejeki, apakah ada hubungan diantara keduanya? Ingatkah kalian, bahwa rejeki itu bukan hanya tentang besarnya materi, nikmatnya makanan yang disantap, atau bahkan kenyamanan rumah yang mewah, tetapi juga lingkungan yang baik. Dengan berada di lingkungan yang baik, maka tidak hanya orang-orang baik yang akan kau temui, tetapi juga kebaikan aktivitas sehari-hari hingga kebiasaan yang mereka lakukan. 
Saya ingat, ketika sedang menjalankan program untuk mengabdi di suatu desa, saya bersyukur karena dipertemukan dengan orang-orang  yang baik. Orang-orang desa tersebut sangat ramah, tidak peduli siapa yang tinggal di desanya, maka akan mereka bantu jika ada yang kesulitan, saling sapa menyapa, saling memberi meskipun tidak banyak. Namun, rasa syukur yang selalu dilantunkan menyebabkan semuanya menjadi berkah dan cukup. Disitulah saya yakin, bahwa rejeki bukan lagi tentang hal-hal yang tampak dan bisa dinikmati, tetapi juga tentang hal-hal yang mungkin sering kita abaikan salah satunya adalah lingkungan yang baik.
Kita selalu ingin berada di lingkungan yang baik, bukan? Pun dalam masa pandemi kali ini. Kesulitan ekonomi mulai menyerang seluruh tingkat kelas ekonomi. Dari tingkat kelas ekonomi rendah hingga tinggi. Banyak yang di PHK, tidak menemukan pemasukan, hingga mencoba mengetatkan pengeluaran namun sulit karena kebutuhan yang terus meronta. 
Saat-saat seperti ini, lingkungan desa menjadi lingkungan yang paling baik karena masyarakatnya yang lebih peduli terhadap tetangganya dan saling membantu. Tetapi ini bukan saatnya untuk membanding-bandingkan. Lihatlah, hingga saat ini, virus berbahaya tersebut telah tersebar di berbagai pelosok Nusantara karena banyak masyarakatnya yang nekat mudik. Eh, salah, pulang kampung maksud saya. Tidak ada masalah dengan pulang kampung, asal ingat untuk selalu menjaga kebersihan pribadi, melakukan isolasi mandiri, serta jaga jarak terlebih dahulu. Masyarakat harusnya tidak menutup mata dan mau menaati peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Kini, di masa pandemi ini, saatnya semua bergerak untuk menguntai kebaikan. Percayalah bahwa kebaikan berbagi itu akan berputar, bak roda yang akan selalu kembali ke atas, kebaikan berbagi suatu saat akan kembali kepada dirimu sendiri. Menguntai kebaikan itu.. mungkin balasannya bukan saat ini, namun esok, entah kapan, saat kita sedang berada di bagian bawah roda, saat tidak ada yang mau membantumu atau bahkan sekedar melirik keadaanmu.
Mungkin hari ini kau baru bisa berdonasi sebesar Rp10.000,- tapi kebaikanmu itu memiliki makna yang sangat besar bagi orang-orang yang membutuhkannya. Ada seseorang yang pernah menulis bahwa, kebaikan itu bukan seberapa besar tetapi seberapa ikhlas kau memberikannya kepada orang lain, sehingga yang kau berikan itu menjadi berkah dan memberi manfaat yang cukup. 
Ingatlah, pada momen-monem seperti ini banyak kesempatan untuk kita untuk menguntai kebaikan. Apalagi di bulan yang penuh berkah ini, bukan? Tetapi ingat, jangan jadikan kondisi saat ini seperti jurang, yang memisahkan kita dengan orang lain, membuat kita lebih individualis, tetapi sebaliknya jadikanlah momen tersebut untuk terus menginspirasi, menebar kebaikan, memberikan manfaat. 
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa (dompetdhuafa.org)
0 notes