Text
aku tak pernah tahu rasanya menunggu jodoh bertahun-tahun itu seperti apa. karena aku menikah dengan suamiku diusia muda 20 tahun.
aku juga tak pernah tahu rasanya berselisih paham dengan mertua, karena dari awal pernikahan hingga saat ini kedua mertuaku sangat baik kepadaku.
aku juga tak pernah tahu rasanya tinggal seatap dengan mertua, merasa tidak nyaman dirumahnya atau konflik dengan ipar. karena sejak awal menikah suamiku telah menyiapkan rumah untukku tinggal bersamanya tanpa harus mencicipi tinggal dengan mertua.
aku tak pernah tahu rasanya bagaimana kesulitan ekonomi, pinjam uang sana dan sini, menggadaikan atau menjual aset untuk bisa makan hari ini. karena selama pernikahanku Allaah cukupi aku dan suami dengan kelapangan rezeki.
Allaah tidak menguji aku dalam hal demikian, tidak tentang menunggu jodoh, tidak dengan mertua, tidak dengan suami ataupun kesulitan ekonomi. tetap ku syukuri apapun keadaan itu hingga saat ini.
tapi apakah kamu tahu dimana letak ujianku? iya, Allaah uji aku dengan penantian buah hati. aku tidak tahu rasanya bagaimana lelahnya mengandung, melahirkan, ataupun mendidik seorang anak. karena selama 15 tahun pernikahanku aku belum pernah merasakan bagaimana perasaan terlambat haid.
jangan tanya bagaimana upayaku, percayalah aku sudah mengupayakan semua cara yang baik. saran dari banyak ahli, dan semua nasihat yang masuk aku semua sudah aku upayakan.
katanya hamil itu berat, menyusui itu membuat payah seorang ibu, dan merawat seorang bayi itu tidak mudah. iya, aku mengerti, keadaan itu sudah Allaah jelaskan di dalam Al-Qur'an. namun mereka tak akan pernah tahu dan juga pahamkan bagaimana beratnya menanti seorang anak sekian lama. letihnya berjuang dengan berbagai upaya yang tak jarang menyakitkan.
maka aku mendidik diriku, semakin kesini jadi semakin berhati-hati. tidak ingin mudah menilai seseorang tentang siapa yang paling berat ujiannya. semua orang sedang berjuang dengan ujiannya masing-masing. hanya Allaah yang tahu kadar keimanan seorang hambanya.
semakin kesini jadi semakin mencoba lebih mudah mensyukuri hal-hal kecil yang sudah dimiliki tanpa membandingkan kebahagiaan ku dengan yang lain. sebab keduanya tak akan pernah sama. dan tak membenci takdir atas apa yang terlewat dari hidup seperti;
Dibalik aku yang nggak bisa naik motor, ada rejeki bapak ojol.
Dibalik aku yang belum hamil, ada rezeki dokter dan perawat yang mengalir disitu karena ikhtiar bayi tabung, inseminasi dan ikhtiar lainnya.
Dibalik AC rumah yang udah nggak dingin atau rusak, ada rezeki tukang service AC yang hadir disitu.
Dibalik ban mobil yang bocor, ada rezeki tukang tukang tambal ban disitu atau ada juga rezeki warung starling yang juga mangkal disitu. sambil nunggu ditambal bannya sambil pesan minum sekalian.
intinya sejatuh dan terpuruk hidupku, tetap ada berkah bagi orang lain. seberat apapun kesedihan hidup yang sedang aku jalani, berbaik sangka sama Allaah adalah yang harus selalu diupayakan. dan bener, semakin kesini hanya ingin hidup tenang. semua yang sudah Allaah takar tak akan pernah tertukar. semua yang memang untukku akan tetap menujuku, yang tidak untukku akan melewatkanku sekuat apapun upayaku untuk menujunya.
jadi ujian mana yang lebih berat dan mana yang mulia? tak akan mengurangi kemuliaan ibunda Aisyah Radhiyallahuanha walau tak memiliki keturunan. tak akan mengurangi sedikitpun kemuliaan Asiyah Binti Muzahim meski bersuamikan Firaun. tak akan mengurangi sedikitpun kemuliaan dan kesucian ibunda Maryam yang melahirkan seorang anak tanpa pernah disentuh oleh laki-laki. tak akan mengurangi kemuliaan Fatimah Az Zahra walau hidup penuh dengan kekurangan. Mereka semua tetap mulia sebab Allaah telah memuliakan mereka, dan itu lebih dari cukup.
.
مَادَام اللّه مَعَك لَايُهمك شَخص أَذَاك، وَ مَادَام اللّه يَحفَظك لَاتَحزَن لِأَحَد أَهملك، وَ مَادَام اللّه يُرِيد لَك شَيْئ، فَلَنْ يَقف فِي وَجهِك شَيْئ أَبَدًا.
Selama Allah bersamamu jangan pedulikan orang yang menyakitimu, selama Allah melindungimu jangan sedih dengan orang yang mengabaikanmu, dan selama Allah ingin memberikan sesuatu untukmu, maka tidak akan ada yang menghalangimu.
***
ini bukan kisahku, namun sepanjang ia bercerita, ia selalu tersenyum seolah ingin mengabarkan bahwa ia sudah lapang atas semuanya...
#tulisan#menulis#hamil#catatan#nasihat#wanita#kebaikan#perjalanan#syukur#ramadhan#pejuanggarisdua#pejuang garis dua#akumenulis
232 notes
·
View notes
Text
Manusia selalu menginginkan apa yang belum dimiliki. Dan di saat yang sama seringkali tidak mensyukuri apa yang telah dimiliki. 🍃
— sebaris nasehat yang kudengar di suatu pagi.
48 notes
·
View notes
Text
Merenung
Perihal dunia, sebenarnya kita tidak kekurangan, Allah telah mencukupkan kita. Sebenarnya pula kita tidak sedang dalam kesulitan, diri kitalah yang engga mensyukuri nikmatNya. Selalu memandang kepada yang lebih di atas kita. Padahal apa yang telah dimiliki teramat sangat membantu diri dan harus dipikirkan hisabnya. Mengapa menginginkan hal yang serupa fungsi, hanya karena menuruti ego diri yang dinamakan gengsi?
Kita merasa letih berjuang hari demi hari, bagaimana tidak? Jika perjuangan melulu tentang memenuhi standar penilaian manusia. Kapan memiliki ini, kapan memiliki itu. Sampai-sampai tentang akhirat, kita melakukannya hanya karena ingin dipandang baik. Waiyadzubillah.
Semua hanya tentang kesyukuran. Sebesar apa hati kita mampu bersikap qonaah, tetap mampu bertahan dalam kesederhanaan, dan tawadhu menjadi pakaian dalam setiap pencapaian.
Yang menjadikan beban dalam perjalanan ini, sebenarnya bukan karena terpaan berbagai ujian, tetapi kadang dalam kecukupan pun kita masih berharap lebih dan menginginkan apa yang dimiliki orang lain, padahal apa yang dimiliki pun mungkin akan merepotkan.
Semoga kita menjadi hamba yang penuh kesyukuran dan memiliki kesabaran. Terhadap apa-apa yang dimiliki pun yang belum dimiliki, juga yang hendak diniatkan untuk dimiliki. Apapun, jadikanlah takwa sebagai sandarannya. Agar saat berkeinginan, kita memiliki batasan-batasan, yakni selalu mengembalikan segala urusan kepada pemilik kerajaan. Agar kita menimbang-nimbang, adakah keinginan itu memberi maslahat ataukah ternyata menimbulkan kerugian? Allahul musta'an.
16 notes
·
View notes
Text
Selain bersabar, bersyukur juga adalah ilmu yang harus dipelajari seumur hidup.
Bersyukur adalah bagian dari seni kehidupan juga.
Bersyukur atas apa yang telah dimiliki jauh lebih baik dari pada menginginkan ‘sesuatu’ yang jauh—yang belum dimiliki. Dari hanya sekedar bersyukur tentunya akan lebih memahami nilai dari apa yang sudah dipunya dan tidak pernah terbesit untuk ‘iri’ apalagi sampai ingin memiliki apa yang telah dimiliki orang lain.
Bersyukur juga mengajarkan tanggung jawab, bersyukur itu indah, sebab itu Allah akan tambah nikmat-Nya jika seorang itu bersyukur. Bersyukur membawa kedamaian dan bisa menjauhkan diri dari kufur atas nikmat-Nya.
Dengan mensyukuri apa yang telah dimiliki, tidak lantas membuat diri menjadi kalah atas persaingan gila duniawi walau masih segini saja. Dengan bersyukur menjadikan cukup terasa mudah. Bersyukur juga melatih diri untuk bersabar untuk apa-apa yang belum dimiliki.
Akan selalu ada persaingan demi persaingan ataupun brand baru yang menggoda jiwa. Semakin dituruti akan meleburkan rasa cukup dan memperbesar ego-diri. Bersyukur adalah bentuk kontrol emosi yang baik atas segala jebakan nafsu yang bertebaran di sepanjang perjalanan kehidupan duniawi.
Tidak apa-apa kalau masih belum punya. Tidak apa-apa kalau masih memendam ingin. Tidak apa-apa jika diperolehnya mungkin akan terasa lebih lama. Selagai bersyukur atas apa yang telah dimiliki, segala terasa cukup.
Semoga nanti diberi damai dalam bahagia sebab tidak perlu berhutang hanya karena sesuatu.
Rejeki Allah luas, mungkin berlatih sabar dalam syukur dulu sebelum diberi segalanya.
6 notes
·
View notes
Text
Syukur dan Tafakur
“Kemampuan untuk mensyukuri suatu nikmat ujar adalah nikmat yang jauh lebih besar daripada nikmat yang disyukuri itu.” Umar Ibn Abdul Aziz
Selama belasan atau puluhan tahun hidup, barangkali ada begitu banyak pelajaran berharga dalam hidup yang telah kita dapatkan.
Entah tentang perjuangan, keistiqamahan, kejujuran dan lainnya. Yang jelas, apa-apa yang telah kita jalani di masa lalu telah membentuk kita menjadi pribadi terbaik hingga hari ini.
Bicara tentang perjuangan, terlintas sekilas obrolan bersama teman terkait dengan perjuangan masing-masing
Bahwa, nyatanya kami, meskipun terpaut beberapa tahun, ternyata sama-sama saling menghadapi berbagai kesulitan di masa lalu.
Bahwa, ternyata meski menempuh kehidupan yang berbeda, ternyata memiliki sebuah benang merah yang sama dari kehidupan beberapa tahun lalu.
Seperti kekurangan materi dan finansial, kesulitan bertahan di tengah keterbatasan, dan ketidaknyamanan menghadapi ujian saat menempuh pendidikan.
Lantas pada akhirnya, kami pun berkesimpulan bahwa segala kesulitan yang telah kami lewati adalah tangga menuju berbagai hal yang telah kami raih saat ini.
Oleh karenanya, menerima dan mensyukuri segala yang telah terjadi adalah sebuah keniscayaan. Sebab, bentuk iman yang penuh dibentuk dari sebagian sabar dan sebagian syukur Sebab, sebagaimana yang tertuang dalam Surah Ibrahim bahwa apabila bersyukur atas nikmat-Nya, maka akan ditambah.
Jadi, mari belajar untuk terus hamba yang senantiasa bersyukur dimulai dari cara yang sederhana
Sesederhana, menunaikan tanggungjawab setelah mendapat nikmat seperti sedekah dan zakat, maka itu adalah syukur Sesederhana, memanfaatkan segala yang telah dimiliki untuk kebaikan dan kebermanfaatan, maka itu adalah syukur Dan sesederhana, menunaikan kewajiban yang diemban lantas tetap dalam keistiqamahan, maka itu adalah syukur
Selamat menjadi hamba yang terus bersyukur dan bertafakur
2 notes
·
View notes
Text
#refleksi
Bagaimana saya bisa mendapat setiap kesempatan di tengah2 keluarga yang tidak pernah menuntut ini itu.
Kalau kemauan saya saja yang kuat -tidak akan terjadi.
"Kamu kelak harus sekolah sampai tinggi. Jadi sarjana dan mendapat pekerjaan yang layak." Kalimat seperti itu, tidak pernah terlontar dari mereka. Bukan mereka tidak mengharapkan putrinya berhasil. Namun, setiap keluarga punya caranya masing-masing untuk mengungkapkan kasih cintanya, 'kan? Punya motivasi masing2 untuk putrinya melakukan hal sebaik mungkin.
Sehingga saya belajar memaknai semua sambil berjalan. Allah memberi kesempatan untuk saya menjadi anak yang dibesarkan dengan peenuh kasih sayang, dan tumbuh di perantauan dengan belajar pada kehidupan.
Memaknai tanggung jawab terhadap keputusan diri sendiri.
Sebagi anak, disekolahkan, artinya harus tanggung jawab terhadap ilmu yang didapat, tanggung jawab kepada hidup sendiri kelak.
Allah tau apa yang terbaik buat hamba-Nya. Allah tau hal apa yang kita mampu, karena Dia pastilah sudah menakar. Allah tau kita harus menempuh perjalanan lewat perjuangan yg mana. Karena muara kita sesungguhnya sama, --ialah kembali pada-Nya.
Sekali lagi, hanya jalannya yg berbeda :)
Kita itu sebenarnya sama. Sama-sama pernah jadi anak kecil, dewasa, lalu akan tua. Sama2 punya ujian. Selama hidup, Allah terus menchallenge agar kita terus bertumbuh. Bahkan sedari di perut ibu, kita dichallenge supaya memutarkan 180° badan sendiri✨
Sesadar ketika sudah sejauh ini, berkata pada diri sendiri,
'Terima kasih, kamu sudah berjuang hingga saat ini. Betapa hal yg kadang luput, sesepele disebagian orang (pun saya) perjuangan bayi bisa merangkak, berjalan, dan seterusnya.'
'Terima kasih diri.'
'Mari lanjutkan lagi.'
'Allah hadir di setiap pertumbuhan ini.'
Dari challenge itu membuat kita belajar.
Kalau merasa makin dewasa kok makin banyak pikiran, banyak beban --bukan dunia kejam menyiksa. Tapi, semakin dewasa Allah pun memberi kemampuan lebih baik dari sebelum2nya, ujian dan bebannya juga terus naik kelas.
Afirmasi pada diri sendiri,
"Apa yang sedang terjadi pada diri saya sekarang, adalah cara Allah untuk memberi hal terbaik di depan."
MasyaAllaah! Kalau dipikir-pikir dewasa itu 'mumet' ya SHSHSHSH. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, menjadi dewasa pun semakin terbuka banyak pintu untuk belajar, belajar memaknai, mengupgrade diri bersama beban yang juga bertambah. Sekarang jadi kayak ngga tega ngatain sebagai beban. Lebih kepada TANTANGAN. 'Seru! dan Temen-temen suka tantangan, 'kan?!' ✾≼▁≽✾
Betapa kita punya jalan masing-masing, mensyukuri apa yang telah dimiliki jauh lebih membahagiakan daripada fokus teralih pada pencapaian orang lain.
#alhamdulillah
Bersama buku yang kuduakan untuk menulis | Library UIN SAIZU Lt. 4 | Senin, 19 Juni 2023 | 12.23 WIB
4 notes
·
View notes
Text
14:7
Sepertinya aku baru menyadari sesuatu. Tiba-tiba teringat pada Q.S. Ibrahim: 7 yang berbunyi: “…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu…”
Aku baru saja menemukan sebuah konsep. Analoginya seperti ini: salah satu dari basic manner yang harus dimiliki semua orang yaitu kemampuan dan kesadaran diri untuk mengucapkan ‘Terima kasih’.
Sesama manusia saja, mengucapkan terima kasih menjadi salah satu unsur penting dalam tata krama bersosialisasi.
Saat seseorang mengucapkan terima kasih atas bantuan yang kita berikan, kita akan merasa senang, bukan? Senang tidak dalam artian merasa haus akan pengakuan, tetapi lebih kepada senang karena bantuan yang kita berikan dapat dihargai dan sekiranya bermanfaat oleh orang lain.
Sebagai seseorang yang dibantu, makna dari ucapan terima kasih pun menandakan bahwa kita mensyukuri bantuan tersebut, berterima kasih karena orang tersebut telah meringankan sesuatu yang sedang kita kerjakan atau butuhkan.
Poinnya adalah sebagai manusia saja menerima ucapan terima kasih dari orang lain, kita merasa senang. Maka, bagaimana jika Tuhan mendengar ucapan terima kasih atas apa-apa yang telah Ia berikan kepada kita? Bagaimana jika Tuhan mengetahui bahwa hamba-Nya mensyukuri nikmat yang Ia titipkan?
Aku baru menyadari konsep ini. Ah, ke mana saja aku? Tapi Alhamdulillah, akhirnya aku menyadarinya. Semoga melalui pemahaman ini, aku jadi bisa lebih memaknai setiap nikmat dari Tuhan :”)
- ca
5 notes
·
View notes
Text
Syukurku terlahir untuk membersamai & memperbaiki kehidupan
Berawal akan terlahirnya diri ini berdiri.
Dalam keadaan tak mengetahui apa yang ada.
Melihat dan bergerak sesuai kemauan diri.
Dalam kemampuan raga dan jiwa yang ada
Kutengok dunia ini dengan kedua kelopak mata
Mengamati panorama yang ada dalam ragam pesona
Merenungi situasi dengan keharmonisan rasa
Menjalani kewajiban dalam keikhlasan jiwa
Syukurkita..
terlahir untuk membersamai & memperbaiki kehidupan
Syukurkita..
memiliki kawan,saudara dan keluarga
Syukurkita akan nikmat tak terbatas di dapat
Indah serasi dan harmonis tidak kawan atas apa yang telah tuhan tetapkan kepada kita,kita terlahir kan kenikmatan dan keindahan yang begitu melipah kita dapati,kita terlahir akan ada suatu tujuan tersendiri bagi kita untuk kehidupan ini,kita terlahir akan suatu alasan yang mungkin kita akan pahami suatu saat nanti.
Memang terkadang tidak adil antar sesama dalam menjalani proses perkembangan di kehidupan ini,
Memang terkadang tidak adil ketika kita tengok pencapaian dari kita sesama,
Memang terkadang tidak adil keringat kita tak memperoleh apa apa
Memang terkadang tidak adil ketika kita mencoba membaurnya dan memperbaiki tapi malah terurai
Memang terkadang tidak adil atas apa yang telah tuhan tetapkan apa saja kepada kita dengan setiap hambanya
Begitu banyak ketidakadilan hingga kita mudah membanding bandingkan.merasa tak menysukuri atas apa yang selama ini kita dapati.merasa tak mensyukuri atas pencapaian selama ini.merasa tak mensyukuri akan kenikmatan yang lebih dengan saudara kita yang penuh kekurangan. Bukan ajang untuk saling mendominasi tapi sebagai ajang untuk menjaga arah kabaikan dengan istiqomah dan lillah
Syukurkita terlahir di kehidupan ini
Mempunyai keluarga yang selalu memberikan motivasi
Mempunyai kawan yang bagaikan sahabat sejati
Mempunyai guru yang selalu menginspirasi
Terkadang kagum dan terseyum akan apa yang dimiliki ini
Terkadang kagum dan terseyum akan apa yang dimiliki mereka
Hadirnya orang asik yang mencairkan suasana
Hadirnya orang pandai yang mensharing ilmunya
Hadirnya orang pendiam yang menenangkan rasa
Hadirnya orang komunikatif yang menghidupkan cerita
Hadirnya orang suci yang mensucikan jiwa
Dan hadirnya mereka dengan berbagai karakteristik yang saling mensatukan frekuensi keindahan dalam sebuah kehidupan ini pada setiap langkahnya
Syukurkita bisa menikmati atas pencapaiankita sampai saat ini atas doa,pertemanan ,lingkungan dengan seseorang disekitar kita
Syukurkita bisa menikmati bahagia ini atas mereka yang selalu membahagian kita
Syukurkita bisa menikmati ruhiyah yang kita miliki atas mereka yang selalu mengingatkan dan membersamai kita
Syukurkita bisa menikmati kehidupan ini atas doa mereka selalu yang tak pernah kita tahu
Syukurkita bisa menikmati indahnya hidup atas kehadiran mereka untuk menemani jalannya perjuangan hidup ini
Syukurkita bisa menikmati manisnya iman atas nasihat dan ajakan mereka dalam sebuah kebaikan
Syukurkita atas skenario yang engkau buat ya rabb
Syukurkita atas pengrobanan mereka
dengan tulus ikhlas tak kenal lelah
Tak kenal pamrih
Serta rela berkorban untuk kebaikan kita bersama di surga
Ampuni hambamu ini wahai ya rabb
Atas ketidak pekaan ini kala seseorang berusaha menemani kita
Atas ketidak peduliaan ini kala seseorang mengulurkan tangan ke kita
Atas ketidak bahagiaan ini kala seseorang membahagiakan kita
Atas kesombongan ini kala seseorang menawarkan kebaikan ke kita
Atas kekhwatiran ini kala seseorang ingin menenangkan kita
Atas kemalasan ini kala seseorang terus mengingatkan kita
Atas kemaksiatan ini kala seseorang terus menasehati kita
Atas ketidak harmonisan ini kala seseorang mencoba belajar bersama kita
Atas ketidak terbukaan ini kala seseorang membersamai kita dalam kebaikan
Atas segala kehinaan ini akan hanya ego yang terbawa untuk menjaga harga diri ini tetap terlihat sebagai seseorang yang berstatus terlebih dari yang lain dan yang lain..
Hingga jika saatnya tiba
rasa itu hening..
kosong ..
kala kita tak menghiraukan atas semuanya pada saatnya kala itu..
Sekali lagi kita ucap rasa syukur
"Subhanallah walhamdulillah wala ilaha ilallah wallahu akbar"
Akhir kata kita coba ucap syukur..akan kita membersamai setiap orang untuk saling membersamai dan memperbaiki dalam kebaikan walau hanya dengan berdiam mendoakan ,ada yang bercerita dalam kebaikan,ada yang menasehati dalam kesucian,ada canda dalam kebahagiaan,adanya sang penyemangat dalam menjaga kegigihan.adanya sang keteladanan dalam menjaga keistiqomahan .adanya penggerak dalam menguatkan kita berjuang.dan yang lain lagi dan lagi yang saling memberikan frekuensi keserasian kebersamaan dalam perbaikan menuju sebuah kehidupan yang lebih baik
tidak hanya sekedar baik untuk diri sendiri...
tidak hanya sekedar baik dalam setiap lantunan kata ..
tidak hanya sekedar baik dalam setiap langkah gerakannya
namun bagaiman mana kita mencoba berusaha baik dalam keseluruhan
Unttuk dapat bersama memperbaiki diri ini
Untuk dapat bersama memperbaiki kehidupan ini
Untuk dapat bersama menjaga kesucian ini.
Untuk dapat bersama menjaga keistiqomahan ini
Untuk dapat bersama menjaga arah kebaikan ini
Akhir kata
Setiap dari diri kita yang memang tak sempurna untuk menghidupi suatu kondisi,bukan berarti konsep Khalifah Fil Ard ialah pemimpin bumi yang bergerak mengelola sendiri di bumi, namun seorang pemimpin bumi yang mampu mempimpin kepribadian dirinya sendiri untuk dapat memunculkan rasa membersamai dan memperbaiki kehidupan ini dengan saling melengkapi satu sama lain sebagai hamba sang ilahi,maka kesempurnaan itu bisa kita capai
Jika belum bisa menjadi seorang yang diharapkan oleh seseorang,setidaknya bisa menjadikan seseorang tersebut menjadi seorang yang di harapkan tuhan
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik"( QS.Al Imron : 110 )
2 notes
·
View notes
Text
ternyata...
malam 8 Dzulhijjah mempunyai cerita yang bermakna bersama mereka, cara pandang yang berbeda dari usia, jenis kelamin dan pengalaman hidup menjadi masukan untuk diri ini yang masih berproses dan bertumbuh, menyimak dengan berbagai emosi yang keluar membuat hati ini mulai lapang dengan apa yang dijalani...
ujian hati itu ternyata amatlah berat, menerima, mensyukuri, mengikhlaskan dengan berharap hanya kepada Allah Ta'ala ternyata banyak sekali tingkatnya...
ternyata, saat kamu telah lulus dengan yang A, akan ada B, C dst.
ternyata, ketika kamu menerima, mensyukuri akan ada rasa untuk mengikhlaskan dan kemudian akan hadir mendoakan...
pilihan semua ada di diri ini, orang lain atau bagian terdekat akan memberikan ilmu yang dimiliki dengan kekurangannya, namun ketika kembali dengan Allah Ta'ala. Maka, akan dipertemukan dengan mereka yang menjaga dan menjalani Kehidupan sesuai apa yang dipelajari dengan selaras...
ternyata, diri ini tidak sendiri, mereka yang terdekat juga merasakan apa yang diri ini alami, namun terkadang berbeda "case" namun mana yang dimiliki itu sama.
ternyata, memaafkan dan menjalani dengan kembali tersenyum itu amatlah menyenangkan dan patut disyukuri serta selalu meningkat kebaikan untuk diri ini karena Allah agar berkah dan dirahmati...
tetap semangat ya diri ini, yakin pada-Nya, pasrahkan pada-Nya dan selalu beruang dijalan-Nya.
malam yang laut namun menulis di waktu petang...
semangat berpuasa dan semoga bisa bertemu dibulan terbaik dengan tempat terbaik...
barakallah fiikum...
Juni/Dzulhijjah. 2024/1445 H
0 notes
Text
Apa-apa yang akan terjadi, kelak akan terjadi. Sebuah perubahan, tidak akan dapat dihindari. Dan pada akhirnya, semua tidak akan sama lagi, jika kamu tidak mampu minimal untuk mempertahankan apa yang telah dimiliki.
Kuncinya, menghargai setiap apa yang masih dimiliki. Mensyukuri setiap momen yang diberi. Dan jangan sampai melenakan diri.
Ketahuilah, masa itu berganti. Waktu demi waktu akan dilalui. Setiap orang punya kejayaannya tersendiri. Maka ketika ketetapan Tuhan telah menghampiri, yang harus kamu lakukan hanyalah mempersiapkan diri. Menerima segala apa yang akan Tuhan beri.
Hati-hati... Kehidupan itu selalu punya dua sisi. Begitulah sunnatullah Sang Illahi.
***
~T.W || 20.04.24 || 17.44~
1 note
·
View note
Text
Mengulas dengan Cermat Menyelami Makna dan Pesan Karya Terpilih Denny JA 21 Berburu Bahagia
Dalam era digital saat ini, kegiatan membaca buku seringkali terlupakan oleh banyak orang. Namun, bagi sebagian orang, membaca buku merupakan kegiatan yang sangat penting dan memberikan kepuasan tersendiri. Salah satu karya sastra yang sedang menjadi pembicaraan hangat adalah novel berjudul “Berburu Bahagia” karya Denny JA 21. Dalam artikel ini, kita akan mengulas dengan cermat makna dan pesan yang terkandung dalam karya terpilih ini. 1. Mengenal Denny ja 21 Denny JA 21, atau yang dikenal sebagai Denny JA, adalah seorang penulis dan motivator terkenal di Indonesia. Ia telah menulis banyak buku dengan berbagai genre, termasuk fiksi dan nonfiksi. Denny JA 21 juga dikenal sebagai salah satu pembicara inspirasional yang kerap mengisi seminar dan talkshow di televisi. Dalam novel “Berburu Bahagia”, Denny JA 21 mengajak pembaca untuk merenung dan memahami arti kebahagiaan. 2. Sinopsis “Berburu Bahagia” “Berburu Bahagia” adalah sebuah novel yang mengisahkan perjalanan seorang tokoh utama bernama Bima. Bima adalah seorang pria yang memiliki segalanya, seperti uang, kekuasaan, dan popularitas. Namun, ia merasa bahwa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya, yaitu kebahagiaan. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan segalanya dan melakukan perjalanan mencari kebahagiaan sejati. 3. Menyelami Makna Karya Denny ja 21 Dalam novel ini, Denny JA 21 mengajak pembaca untuk merenungi arti kebahagiaan. Ia menggambarkan bahwa kebahagiaan bukanlah tentang memiliki harta yang melimpah, popularitas, atau kekuasaan. Sebaliknya, kebahagiaan sejati dapat ditemukan dalam hal-hal kecil dan sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perjalanan Bima, pembaca diajak untuk melihat bahwa kebahagiaan terletak pada kehidupan sederhana, kedamaian batin, dan hubungan harmonis dengan orang-orang di sekitarnya. 4. Pesan Moral yang Terkandung Melalui novel “Berburu Bahagia”, Denny JA 21 ingin menyampaikan beberapa pesan moral kepada pembaca. Pertama, kebahagiaan sejati tidak dapat dibeli dengan uang atau materi. Ia mengajak pembaca untuk merenungkan apa yang sebenarnya membuat mereka bahagia dalam hidup ini. Kedua, kebahagiaan tidak selalu berarti memiliki segalanya. Banyak orang yang memiliki segalanya tetapi merasa tidak bahagia. Pesan ini mengajak pembaca untuk mensyukuri apa yang dimiliki, bukan hanya terus-menerus mencari yang lebih. 5. Tinjauan Kritis Dalam melakukan tinjauan kritis terhadap karya ini, kita perlu mempertimbangkan beberapa aspek. Pertama, gaya penulisan Denny JA 21 cukup memikat dan mampu membuat pembaca terus terjaga. Namun, beberapa pengulas berpendapat bahwa beberapa karakter dalam novel ini terlalu idealis dan mungkin sulit ditemui di kehidupan nyata. Kedua, meskipun pesan moral yang disampaikan penting, beberapa pengulas berpendapat bahwa novel ini kurang dalam membangun konflik yang kuat dan karakter yang kompleks. 6. Kesimpulan Dalam kesimpulan, novel “Berburu Bahagia” karya Denny JA 21 adalah sebuah karya yang mengajak pembaca untuk merenungi dan memahami arti kebahagiaan sejati. Dalam perjalanan tokoh utamanya, pembaca diajak untuk menyadari bahwa kebahagiaan terletak pada hal-hal sederhana dan kedamaian batin. Meskipun demikian, tinjauan kritis terhadap karya ini menunjukkan beberapa kekurangan dalam membangun karakter dan konflik yang kuat. Namun, secara keseluruhan, novel ini tetap memiliki makna dan pesan yang dapat diapresiasi oleh pembaca.
Cek Selengkapnya: Mengulas dengan Cermat: Menyelami Makna dan Pesan Karya Terpilih Denny JA 21: Berburu Bahagia
0 notes
Text
Stasiun Lama
Hati-hati di jalan, jelita! Perjalanan panjang siap menemanimu sampai stasiun pemberhentian selanjutnya. Di mana perjalanan ini akan berakhir? Berapa stasiun lagi yang harus aku lewati untuk sampai ketujuan? Apa yang akan ku lakukan di dalam kereta selama perjalanan ini berlangsung?
Aku takut! Semuanya berjalan dengan normal, waktu berganti seiring masa berlalu. Aku takut! Hanya aku yang masih berdiri seorang diri, tak percaya diri. Orang-orang berlalu-lalang kesana kemari sembari menatap arloji. Aku tertinggal. Aku sendiri. Aku belum siap.
Aku benar-benar takut menaiki kereta di hadapanku ini. Ku putuskan untuk lebih lama menetap di stasiun saja, barangkali sebentar lagi aku akan siap untuk memulainya.
Kereta ini melaju terlalu cepat, sedangkan aku tak kemana-mana. Belum beranjak samasekali dari masa ketika menangis bukanlah sebuah dosa. Kereta ini belum berhenti. Padahal, entah berapa bait doa yang telah ku rapal pada langit. Meminta supaya kereta ini berhenti, barangkali untuk sejenak. Aku ingin turun, meskipun bukan di stasiun.
Memandang iri pada orang-orang dibangku kereta sampai seorang menepuk pundakku sembari berucap “Apa yang kau lihat dari orang lain? Kau tak perlu berhenti di stasiun yang sama dengan mereka. Ambil rute perjalanmu sendiri. Bila nanti diperjalanan kereta kau merasa sakit, turun saja. Tak apa, kamu bisa berjalan kaki bila kau mau. Atau naik mobil saja, kau bisa memilih persimpangan mana yang akan kau pilih dan kau tak perlu menunggu sampai stasiun untuk sekedar beristirahat.” Kemudian aku putuskan untuk beranjak, tak mau ambil pusing dengan kecepatan kereta yang dimiliki oleh orang-orang yang ku lihat. Kuputuskan untuk berjalan menciptakan ritmeku sendiri. Kuhargai setiap kemacetan atau bahkan kecelakaan di depan sana, berusaha mensyukuri setiap peristiwa sampai aku tiada nanti.
1 note
·
View note
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Megah” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Kemegahan #Dakwah #Islam
Al-Mutakabbir adalah salah satu nama Allah ‘azza wa jalla yang agung dan mulia. Al-Mutakabbir artinya yang memiliki sifat kibriya’. Sifat kibriya’ biasa diterjemahkan dengan kesombongan sehingga mungkin ketika terdengar, pertama kali ada kesan tidak baik, karena sombong diharamkan oleh Allah ‘azza wa jalla sendiri. Akan tetapi, pada hakikatnya terjemahan sombong terhadap kata kibriya’ belum mewakili makna kibriya’. Hanya saja, keterbatasan bahasa kita menyebabkan kita menerjemahkan dengan sebagian maknanya. Padahal apabila merujuk kepada penjelasan ulama, kita akan dapati bahwa makna kibriya’ mengandung makna-makna lain yang sangat mulia dan agung, sebagaimana nanti kami akan sebutkan insya Allah. Ya Alloh Engkau “Maha Megah” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Kemegahan Di samping itu, apabila sifat sombong disandarkan pada Allah ‘azza wa jalla, sama sekali tidak mengandung sifat negatif karena Allah Mahabaik, Mahamulia, Mahabijaksana. Pantaslah bagi Allah ‘azza wa jalla untuk sombong, karena Allah ‘azza wa jalla Mahakuasa tak tertandingi, Mahabesar, Maha memiliki, Mahakaya, Pencipta alam semesta, Pemilik dan Pengaturnya. Segala urusan ada di tangan-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Demikian pula berbagai sifat kebesaran dan keagungan yang lain yang dimilikinya, membuat sifat kesombongan yang dimiliki-Nya pada tempatnya. Adapun makhluk, tidak pantas baginya untuk memiliki sifat sombong. Dia hendak sombong dengan apa? Dengan harta kekayaan yang dimilikinya? Dengan pangkat dan jabatan yang disandangnya? Dengan nasab nenek moyangnya? Dengan kekuatan yang dia miliki? Dengan banyaknya pengikut yang menuruti titahnya? Semua itu hanyalah pemberian Allah ‘azza wa jalla kepadanya. Jadi, pantaskah dia sombong dengan sesuatu yang hakikatnya tidak dia miliki?! Sepantasnya seorang hamba justru merendahkan diri dan tawadhu’. Lagipula kesombongan pada makhluk identik dengan sifat-sifat negatif lainnya. Seringkali kesombongan manusia mengantaran kepada kediktatoran, kezaliman, merendahkan orang lain, tidak mensyukuri nikmat Allah ‘azza wa jalla, menggunakan apa yang Allah ‘azza wa jalla berikan pada sesuatu yang bukan pada tempatnya, lupa diri, dan berbagai sifat negatif lain. Beda halnya dengan kesombongan Allah ‘azza wa jalla, kesombongan yang beriring dengan sifat bijaksana-Nya, keadilan-Nya, syukur-Nya kepada hamba-Nya, menerima taubat mereka, pemuliaannya terhadap hamba-Nya, kasih sayang-Nya, kelembutan-Nya, dan berbagai sifat mulia yang lain. Lebih dari itu, ternyata al-Mutakkabir bukan hanya bermakna sombong. Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan bahwa tentang makna nama Allah ‘azza wa jalla, al-Mutakabbir, di dalamnya ada lima pendapat: Yang Mahatinggi dari segala yang jelek. Ini penafsiran Qatadah. Yang Mahatinggi untuk berbuat zalim terhadap hamba-Nya. Ini penafsiran az-Zajjaj. Yang memiliki sifat kibriya’ yang berarti kerajaan. Ini penafsiran Ibnul Anbari. Yang Mahatinggi untuk menyerupai sifat-sifat makhluk. Yang Mahasombong terhadap hamba-Nya yang membangkang. Demikian penafsiran para ulama. Semuanya adalah makna yang baik dan mulia. Allah ‘azza wa jalla telah menyebutkan nama ini dalam beberapa ayat, di antaranya, Dia-lah Allah Yang tiada Rabb (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Mahasuci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. (al-Hasyr: 23) Dan bagi-Nya lah keagungan di langit dan di bumi, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (al-Jatsiyah: 37) Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, قَالَ اللهُ :الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي، فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا قَذَفْتُهُ فِي النَّارِ
“Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Al-Kibriya’ adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Barang siapa merebut salah satunya dari-Ku, maka Aku akan melemparkannya dalam neraka.” (Sahih, HR. Abu Dawud, diriwayatkan juga oleh Muslim dengan lafadz yang semakna) Buah Mengimani Nama Allah ‘azza wa jalla, al-Mutakabbir Dengan mengimani nama Allah ‘azza wa jalla tersebut, kita semakin mengetahui kelemahan kita selaku makhluk, sehingga tidak pantas bagi kita untuk bersikap sombong. Akan tetapi, justru sikap merendahkan diri dan tawadhu’ itulah yang pantas bagi kita. Kita juga mengetahui kebesaran Allah ‘azza wa jalla dengan segala sifat mulia-Nya. Dialah ‘azza wa jalla yang berhak memiliki sifat sombong dengan makna yang positif sebagaimana dijelaskan di atas. Wallahu a’lam. Sumber : https://asysyariah.com/al-mutakabbir/ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Megah” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Kemegahan
#03AllohSempurna#almutakabbir#asmaulhusna#mahamegah#MahaSempurna#sempurna#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh
0 notes
Text
Sebuah Penilaian
Pernah tidak ketika melihat postingan sosial media teman, atau saat bertemu langsung, atau mungkin lewat lontaran pertanyaan orang terdekat, rasanya seperti menyaksikan sebuah perlombaan kehidupan? Seringkali salah fokus dengan apa -apa yang tampak disana.
Membandingkan diri dengan orang lain rupanya menjadi kebiasaan yang sering kita lakukan, terutama dalam era media sosial yang serba visual seperti sekarang. Katanya hidup itu sawang sinawang.
“Enak ya jadi kamu? Enak ya kamu bisa dapet kesempatan belajar lagi? Enak ya kamu bisa cepet dapet kerja? Enak ya kamu udah nikah? Enak ya kamu udah punya rumah?”, dan banyak kalimat "enak ya" lainnya. Semakin dewasa ternyata banyak dihadapkan dengan keadaan yang secara tidak langsung mendorong kita untuk membandingkan, dalam hal apapun di setiap fase hidup. Kalau tidak orang lain yang melontarkan hal itu ke kita, ya kadang tanpa sadar kita sendiri yang melontarkan itu ke orang lain, bahkan ke diri sendiri.
Orang lain wajar saja menilai, karna hanya melihat yang tampak dari luar saja. Bagaimana jatuh bangun itu dihadapi pun doa yang melangit saat sepi. Setiap orang yang orang yang kita lihat hari ini dengan apapun pencapaiannya, pasti telah melewati fase penempaan diri yang tidak semua orang tahu. Bukankah kita punya bejana masing-masing?
Dan rasanya, pikiran orang lain bukan tanggung jawab kita, tentu kita tidak perlu menjelaskan itu. Sadar yang bisa kita kendalikan adalah pikiran kita sendiri. Tidak memaksakan apa yang dimiliki orang lain, kita juga harus punya. Mungkin saat ini bisa jadi belum butuh, atau memang kita belum siap memiliki. Berjalan selayaknya yang kita mampu.
Catatan untuk diri sendiri, kamu tidak sedang berlomba dengan siapapun kecuali dengan dirimu yang kemarin. Yuk mari merasa cukup dengan mensyukuri apa yang telah kita pilih dan miliki. Bijak memilih standar mengukur diri, karna kita berhak untuk bahagia.
Gresik, 6 Maret 2023
@wahyuekaromawati
0 notes
Text
Tuhan... Maaf Aku Belum Bisa Membuat-Mu Bangga
Maaf... Hanya satu kata itu yang bisa kuucap
Aku belum bisa membuat-Mu Bangga karena telah menciptakanku
Aku lebih sering membuat-Mu kecewa...
Kecewa karena tak memanfaatkan kesempatan
Kecewa karena tak mensyukuri nikmat
Kecewa karena tak menjaga apa yang telah dimiliki
Kecewa karena lalai dalam sujud-sujudku
Kecewa karena tak mampu menjadi representasi yang baik dari apa yang telah Engkau ajarkan
Kecewa karena melakukan apa yang Engkau Larang dan Menjauhi apa yang Engkau Perintahkan
Tuhan...
Sebanyak apapun ibadah ritual yang dilakukan
Sebanyak apapun kebaikan yang ditebarkan
Sebanyak apapun puja dan pujian untuk-Mu
Tak akan pernah bisa membayar sedikitpun apa yang telah Engkau beri padaku
Tuhan... Maafkan aku yang belum bisa membuat-Mu bangga.
11 Januari 2023
Mr. Key
0 notes
Text
Collecting Happiness
Ketika nemenin si bocil yang mulai aktif kesana kemari, penasaran dengan berbagai benda yang dia lihat, seketika keseharianku yang awalnya "ngasuh" berubah menjadi "pawang" 😅
Kenapa "pawang"? Karena setiap saat aku harus memastikan dia merangkak ke tempat yang aman, menjangkau barang yang aman dan bermain dengan barang yang aman untuk sekedar ia gigit atau banting ke lantai 🥲
Meléng sedikiiitttt aja, bisa jadi kepalanya yang kejedot, badannya nyusruk, tiba - tiba salto, kayang, dan lain lain
Rasa penasarannya yang tinggi membuatku kadang berusaha membantunya meraih benda yang dia inginkan. Tapi dia tipe bocil yang diambilin A, beberapa menit kemudian lihat benda B yang agak jauh, mau ambil yang B, belum selesai dengan B, mau ambil C, yang semakin lama semakin banyak benda yang berserakan disekitarnya
Aku yang mulai kewalahan nurutin dia, ku biarkan sejenak. Ku amati sejenak kemana dan barang apa lagi yang mau dia ambil dan mainkan. Perlahan aku hanya mengamati dari kejauhan.
Sesaat aku mendengus menghela nafas sambil bergumam,
"Apakah ini juga yang Kau lihat pada Hamba-Mu, Ya Rabb?"
Mungkin Allah di atas sana juga sama.
Ia sedang mengamati Hamba-Nya yang selalu mengejar sesuatu yang dianggapnya dapat membuatnya merasa bahagia
Bahkan mungkin ketika Allah sudah memudahkannya mendapatkan apa yang ia inginkan, belum juga berterima kasih, belum juga bersyukur, ia langsung melirik kebahagiaan yang lain
Mungkin bagi kita yang sama sama "manusia", orang tsb akan nampak begitu optimistik dan bersemangat
Tapi apakah Allah ridho dengan apa yang ia lakukan?
Apakah di dalam hatinya benar - benar merasakan "kepuasan"?
Apakah sebuah pencapaian adalah satu - satunya bentuk kebahagiaan?
Terkadang kita butuh slowing down untuk sekedar merenungi dan mentadabburi apa yang tlah dilakukan hingga hari ini
Sekedar menata ulang niat dan mensyukuri apa yang tlah dimiliki hingga hari ini
Sekedar menoleh dan mengoreksi kembali apa yang perlu diperbaiki dalam menjemput rezeki
Agar Allah pun senantiasa mengiringi dan meridhoi setiap jejak langkah ini
Agar kita tak hanya kenal "mengejar", "mengumpulkan" maupun "mencari" tetapi juga semakin dalam rasa ingin "memberi" dan "berbagi" 💕
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya.”
(HR. Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 13280, 12: 453)
“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.”
(HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166, hadits shahih)
0 notes