Tumgik
#nama kucing
daunmineran · 2 years
Text
Tumblr media
0 notes
bondan123 · 2 years
Text
TERBARU, (0878.8138.9755) Infeksi Saluran Kemih Terampuh
Tumblr media
0 notes
drprawedha · 5 months
Text
107/366
20 April 1993
Itu sekitar 31 Tahun yang lalu
Tumblr media
Dan masih jadi perdebatan Siapa nama kucing yang ada di serial totoro tonggoku
6 notes · View notes
leaskisses444 · 8 months
Note
helou gurl imam storitajm
danas prije sata je luka sjeo kraj mn dok sam igrala sims i pito me dal smije on da isproba neki cheat za pare na mom laptopu pa sam mu pustila
onda je poceo sat i ja jos uvijek igram sims pa me profa pita sto klikcem toliko a ja budala kazem da organiziram mape na desktopu
kasnije kad smo dobili zadatak luka me je poceo zajebavat zbog toga sto sam slagala profi al na onaj naci zajebavanja sto momci rade kad te hoce muvat
(inc je predmet business behaviour)
poslije toga smo pricali o body language i kaze nama profa da se svi uhvatimo za ruke i morala sam jebenog luku drzat za ruku (iskr da ti kazem bilo je fino ima mekane ruke)
i nezz jel se to meni ucinilo al kad sam mu dala laptop za cheat msm da mi je reko "tenk ju honey" il tak neki kurac nmp onda je se brzebolje ispravio pa sam se ja pravila ko da nista nisam cula
A J M E
ja sam bez tekstaaaa
opa mikiiiiii
realno ne krivim luku ima dobar ukus
al bitno je sta ti mislis o luki hmm?
AL AJME JOS TO S DRZANJEM RUKU OMG!!!!!
🤭🤭🤭 znaci lukica imam te na oku !!! (i sad me zanima jel ti radi taj cheat zato sta meni rade pa..)
(znaci ja kako sam bolesna sam ostala kod kuce danas i dode mi brat i kaze hej onaj lik iz tvog razreda onaj popularni je pito kako to da nisi dosla u skolu i da ako si bolesna jesi okej ZNACI STA KAKO MOLIM ja sam malo u soku al ok....)
btw tvoja now tema je >>>>> bas je mocna
8 notes · View notes
callmehilmy · 1 year
Text
aku membusuk dalam dosa. rasa hitam semakin mengisi ruang terdalam. ada teriak yang terbungkam, suara kecil penuh keperihan, acak dan berantakan. benci adalah nama tengahku. cinta sudah melupakanku. aku pun melupakannya. aku menjelma kosong--menjadikan sepi teman abadi. aku membenci kelinci, kucing, dan hewan yang kausuka pada awalnya. aku membenci pantulan diriku di cermin itu. aku membenci ruang obrolan yang tak kunjung kuat untuk kututup dan kuhapus. aku tidak bisa menerima diriku yang serba tidak bisa menerima. aku membenciku. benci adalah ia yang lama tak kulihat lagi.
tapi aku tidak membencimu.
karena memang beginilah kita--mencoba untuk mencari tahu selaras adalah kata kita atau tidak yang ternyata tidak. kita sama-sama membenci waktu. membenci ingatan itu. ingin mengunci ingatan itu.
tapi aku (tetap) tidak membencimu.
faktanya aku masih berduka. ada kebencian yang kurasa pada kalimat "mudah, cari saja lagi" yang mudah keluar dari mulut mereka. mereka bukan aku, aku bukan mereka. mereka tidak menaruh kaki mereka di sepatuku, mudah bagi mereka untuk berkata begitu.
dan aku (tetap) tidak (bisa) membencimu.
masih mengeruak. hitam di dada ini seperti virus. aku terinfeksi hingga ingin mati. aku tidak ingin lagi. aku ingin keluar dari sini.
semoga kau bisa beranjak dari rasa tidak nyaman ini. silakan benci aku jika itu adalah yang kaumau. silakan hapus aku jika itu menenangkanmu. doaku toh tetap sama.
semoga kita segera pulih.
46 notes · View notes
septembgirl · 2 months
Text
Hari ini bertemu tiga kucing imut nan menggemaskan. Masing-masing kuberi nama Masky, Socky dan Blasty. Kucing pertama punya totol hitam tepat di hidung nya. Permukaan hitamnya agak lebar dari totol biasanya, sekilas terlihat seperti masker. Kucing kedua warnanya sama hitamnya dengan yang pertama, bedanya di ujung-ujung kaki nya berwarna putih kontras dengan badannya. Seperti sedang memakai kaos kaki. Kucing terakhir berwarna abu-abu kuning dan ada beberapa garis hitam disepanjang lengannya, blaster seperti zebra.
- kucingtacin :3
2 notes · View notes
ifadhilaa · 3 months
Text
Tidak Pernah 'Siap' untuk Kehilangan
Pagi tadi saat hari masih gelap, Abi mengetuk pintu kamar ku. Aku mendengar sayup-sayup suaranya sambil setengah membuka mata. Katanya, "Ndusky mati mba", diulangnya dua kali untuk memastikan aku mendengar kabarnya. Masih terlalu pagi untuk mengurus semua prosesnya saat itu.
Ndusky, begitu aku memberinya nama, kucing kami yang sudah hampir 10 tahun membersamai kami, telah habis masa hidupnya di bumi. Bagi pemilik hewan peliharaan, pastinya tidak mudah melepaskan anabul –yang kita sering menghabiskan waktu bersamanya. Mendengar suaranya, mendengar dengkurannya, mengelus bulunya, dan membersihkan kotorannya.
Tadinya, jujur saja aku memang tidak menyukai hewan peliharaan di rumah. Kotor dan repot, pikir ku. Hari-hari berlalu, dan aku menjadi si repot yang perlu rutin mengantarnya ke klinik hewan, yang cukup jauh dari rumah. Ikatan emosional yang tadinya tidak begitu kuat (karena secara literal itu sebenarnya peliharaan adik ku), jadi tumbuh. Aku senang melihatnya tambah besar dan berat, makan dengan baik, buang air teratur, dan sebagainya. Aku juga turut sedih, kala penyakit yang kami tidak ketahui penyebabnya terus membuat kondisinya menurun. Dia tidak lagi berminat untuk makan dan bermain, giginya ompong, berat badannya turun. Ah, saat-saat yang menyedihkan.
Belakangan, kondisinya memang naik turun. Beberapa kali kami dapati dirinya hilang kesadaran sehingga kami perlu memanggil namanya dan menggoyangkan badannya untuk memulihkan kesadarannya. Sesekali membaik, membuat kami senang sekaligus berharap, 'Sepertinya dia akan sembuh dan sehat seperti sedia kala'.
Tapi hari ini, waktunya telah benar-benar usai. Tubuhnya telah terbujur kaku di tempat biasanya ia tidur. Benar, kali ini badannya terasa lebih berat, tapi ia tidak bisa bermain bersama lagi. Kami menguburkannya setelah matahari terbit di halaman samping rumah kami, semoga kelak Ndusky bisa jadi saksi untuk kami di akhirat nanti.
Sebagai orang yang akhirnya memiliki tanggungjawab atas kehidupan dan kesejahteraan kucing itu, aku jadi berpikir: 'Kenapa ya, dulu masih sempat mengeluh waktu harus merawat dia dengan baik? Kenapa tidak aku rawat saja dia, toh sebenarnya dia juga tidak ingin sakit?'
Iya, gitu rasanya. Aneh? Mungkin iya. Menyesal karena tidak menjalankan tanggungjawab merawat kucing dengan baik dan tulus.
Penyesalan ini, juga datang kala Uti dan Akung pergi lebih dulu karena telah usai tugasnya di bumi. Bukan, bukan bermaksud menyamakan Uti dan Akung (nenek dan kakek ku) dengan kucing. Tapi penyesalan itu tetap tinggal, walau waktu sudah beranjak pergi.
Mungkin, memang begitu hakikatnya. Penyesalan selalu datang di akhir, dan hari-hari di saat kita menjalani kehidupan, adalah hari-hari yang penuh dengan keluhan. Jadi, kenapa tidak kita jalani saja dengan maksimal? Selagi masih ada waktu bersama, kenapa tidak kita ciptakan saja kenangan yang baik?Toh, Tuhan tidak pernah menginginkan yang buruk terjadi pada kita.
Ifa, belajar dari kehilangan.
2 notes · View notes
jasmeerah · 5 months
Text
jajah aku di bawah kursi warnetmu.
Tumblr media
Tags : M+, blow job in public, trying to not get caught, kissing, local porn words, mention of genitals. // juvenesheets on twitter.
Hari ini, Taesan lagi-lagi tidak masuk sekolah. Ia berkata bahwa percuma saja dirinya duduk berjam-jam hanya untuk melihat ponsel karena musim ujian sudah selesai. Lebih baik ia habiskan waktu untuk membantu bisnis warung internet keluarganya.
Sebuah gedung dua lantai dengan karpet biru gelap serta dinding yang catnya sudah terkelupas, berdiri kokoh di antara ruko lain. Fasilitas warung internet keluarga Taesan cukup lengkap. Pendingin ruangan, freezer berisi berbagai minuman, hingga makanan ringan.
Jika sedang hari biasa seperti sekarang, warung internet ini sepi. Hanya ada orang-orang terdesak yang membutuhkan bantuan Taesan untuk mengurus file mereka atau memakai komputer untuk kepentingan pekerjaan.
Permuda bersurai temaram tersebut menghela nafas di atas kursi beroda pada salah satu meja komputer warnet. Layar komputer menyala terang, menunjukkan permainan RPG yang mulai bosan ia mainkan. Hanya memakai kaos putih oblong dan celana pendek, ia duduk selagi melipat dua kaki ke atas kursi.
Taesan jadi bertanya-tanya, kira-kira saat ini apa yang dilakukan oleh temannya di sekolah? Sorot matanya yang selalu mengingatkan banyak orang akan kucing hitam, melirik ke arah ponsel. Ranum sang pemuda tersungging sendiri karena mengingat bahwa ada seseorang tengah ia tunggu untuk datang. Lelaki yang mudah sekali tersulut panasnya, membuat masa-masa sekolah Han Taesan seperti yang ada di serial-serial televisi. Tidak monoton.
Donghyun, Leehan—tadinya Taesan tidak menganggap ada hal yang menarik dari nama tersebut. Justru, nama Leehan terdengar membosankan karena seringkali terlihat di mading dan foto-foto berfigura di sekolah dengan medali serta piala kejuaraan. Belum lagi pemuda tersebut senang menjadi bintang tepat pada hari Senin, pengumuman kemenangan dari setiap insan tersebut menunda Taesan masuk ke dalam kelas nyaman yang ber-AC.
Bahkan, melihat sang lelaki dengan jelas saja ia tidak pernah sama sekali. Pertama kali Taesan menelisik sang mentari dari sekolahnya atas hingga bawah tanpa terlewat satu fitur pun adalah kala ia tiba-tiba didatangi Leehan saat berlatih futsal.
"Bu Meerah bilang, kamu harus catet materi dari buku aku dan beliau mau kamu belajar bareng aku. Nilaimu di pelajaran Bu Meerah jelek banget."
Leehan mengatakan hal tersebut dengan nada serius, cukup kencang untuk membuat permainan yang sedang berlangsung berhenti dan banyak kepala menoleh kepada mereka. Lucu sekali mengingat pemuda dengan surai kecoklatan halus yang khas itu berdiri percaya diri masih memakai seragam basah akibat hujan. Ia menyusul ke tempat Taesan berlatih memakai motor.
Dasar budak guru. Harusnya Leehan tidak perlu repot-repot menyusul. Bahkan dengan senang hati kedua tangannya yang kepalang mulus menumpuk beberapa buku tulis miliknya untuk diberikan kepada Taesan.
Merasa dipermalukan, Taesan ingin sekali menolak. Ia menarik Leehan ke sudut sepi.
"Gue gamau."
Pemuda di hadapannya tidak terbiasa ditolak. Padahal banyak yang mengatakan bahwa wajah Taesan memiliki terlalu sedikit ekspresi di balik fitur tajam dan menawan yang ia miliki, namun rupanya si pandai ini tidak mudah menyerah.
"Kalau kamu gamau, nanti aku bilang ke Bu Meerah kamu ngapa-ngapain aku. Sampai satu badanku basah kaya gini. Mau aku balik ke sekolah lagi terus bilang begitu?"
Tengil sekali.
Taesan tidak memiliki cara lagi (banyak sekali sebetulnya) tetapi, Leehan membuat ia bungkam dengan wajah bertabur gula itu. Belum lagi kedua mata Taesan tidak bisa fokus, tubuh molek di hadapannya benar-benar disuguhkan secara cuma-cuma. Diguyur oleh hujan membuat seragam sang lelaki menjadi melekat lebih erat lagi.
Ada rasa terbakar di dalam dada ketika Taesan merasakan beberapa orang di tempat mereka melihat Leehan dengan tatapan dalam. Ia harus membawa anak ini pergi dari kandang karnivora, hanya itu satu fikirannya.
Taesan tidak suka belajar. Ia hanya suka bermain musik dan bermain bola, tetapi selama satu bulan lebih—ia tunduk pada jemari Leehan. Memberikan sang pemuda berkacamata kesempatan untuk singgah lebih lama. Lagipula, dengan wajah bak karakter yang keluar dari buku itu dan juga cara dia berbicara dengan penuh kelembutan, tidak akan membuat Taesan bosan. Hingga pada akhirnya ia menyesal karena tidak mengenal Leehan lebih awal.
Terdengar gila mungkin, tetapi faktanya pada tahun kedua semester akhir—ia berhasil menggaet hati sang pujaan hati. Hubungan dua sejoli yang tidak terduga itu kini bertahan hingga sekarang.
Dengan latar belakang serta sifat mereka yang bertolak belakang, mungkin warga sekolah akan menganga mengetahui berita ini. Bahkan tidak sedikit yang selalu memberitahu Leehan untuk bersadar diri bahwa Taesan hanya akan membawa masalah bagi masa depannya. Untuk apa juwita berbakat sepertinya menetap dengan seorang pemuda monoton seperti Taesan.
Taesan hanya bisa tertawa lebar setiap kali mereka melakukan hal seperti itu. Sebab, keesokan harinya, justru Leehan semakin menempel dengannya. Menunjukkan kepada semesta bahwa ia bahagia.
Jikalau mengingat kembali, memang kisah asmara mereka terdengar terlalu datar. Tipikal berandalan yang menjadi lebih baik karena kekasih kutu bukunya yang gila pendidikan. Namun, Taesan tidak pernah menyesali pilihannya untuk memilih Leehan. Sebab, sekarang Taesan telah menemukan cahaya baru untuk terus melangkah.
"San, cowomu datang tuh."
Pemuda dengan pakaian rumahan dan surai yang masih setengah basah itu menoleh. Kakak laki-laki Taesan yang sudah rapi memakai kemeja flanel dan juga jeans yang sudah luntur warnanya menunjuk pada sang kekasih yang tiba-tiba saja sudah hadir selagi melambai lucu.
"Gue mau ke kampus dulu ya, jaga warnet yang bener. Gue tinggal, bye. Marahin aja kalo Taesan nakal ya, Han," goda Sunghoon mengulas senyum tipis dan sedikit mendorong perlahan tubuh Leehan.
Leehan datang masih dengan seragam lengkap. Rapih tanpa lipatan. Taesan melangkah kepada sang juwita sebelum membantu yang lebih muda menaruh tas ranselnya di salah satu kursi warnet. "Bawa apa kamu, yang?"
"Cireng sekolah. Katanya kamu mau kan dari pas libur? Kebetulan tadi kantin yang buka udah lengkap."
Leehan memang perhatian sekali. Pantas saja, pemuda tersebut banyak sekali yang memuja. Taesan mengambil satu cireng isi dari plastik dan menghadiahi kekasihnya kecupan di pipi.
"Thanks, Cantikku."
Senyuman kecil hadir di wajah pemuda yang lebih tua menyadari semu merah muda beesemi di wajah mempesona Leehan. Ia menggenggam tangan lelaki tersebut agar duduk di sebelahnya. Lalu, untuk beberapa waktu—ruangan itu hanya terisi oleh suara keyboard dan juga Taesan yang sibuk mengunyah cireng dengan tenang. Ia memberikan waktu bagi Leehan untuk tenggelam di dalam fikiran dan memperhatikan tampak Taesan yang bagai dipahat hampir sempurna oleh Tuhan.
Bibir bawahnya yang tebal, hidung mancung, dan rahang tegas sang pemuda. Kedua manik gelap Taesan yang disertai dengan bulu mata lentik itu tampak memikat. Ia senantiasa membuat Leehan tenggelam. Namun, tidak lama kemudian sorot mata juwita itu berpindah pada tubuh kekasihnya. Ada dua hal yang juga tidak kalah memikat dari Taesan, yaitu bisep dan pahanya yang kuat dan terbentuk karena latihan rutin. Saat ini bagian itu terekspos karena kaos tidak berlengan serta celana pendek sang kekasih yang sedikit tertarik ke atas.
Detak jantung Leehan terdengar tidak teratur, ia meneguk ludah. Maybe right now is the right chance to steal Taesan's attention?
"Jadi aku ke sini cuma buat nontonin kamu main lagi? Mending aku balik ke sekolah engga sih?"
Tanpa menoleh, Taesan masih berfokus pada layar namun kali ini ia memajukan bibirnya tanpa alasan. Jari-jarinya yang lincah itu bergerak lebih cepat di atas keyboard.
Leehan menghela nafas. Ia ingin mengerjai kucing hitam yang terlalu serius itu dengan cara berpura-pura bangkit untuk pergi. Tetapi, belum sempat ia benar-benar bangkit dari kursi—lebih dulu dua tangan menahan paha Leehan agar tetap duduk.
"Aku lagi ngisi perut, permainan aku baru selesai. Siapa bilang kamu cuma nontonin aku main hari ini?" tanya Taesan mengubah posisi duduk menjadi ke arah Leehan, menukik alisnya selagi berbicara.
Paha Leehan diremas oleh yang lebih tua.
Lalu perlahan jemari Taesan naik ke atas untuk menarik dasi abu-abu milik Leehan agar wajah mereka mendekat. Dengan jarak sedekat ini, mereka dapat merasakan nafas satu sama lain.
Taesan melirih, "Kamu laper juga engga, Han? Mau diisi juga engga perutnya?"
Aduh, kok bisa tiba-tiba saja kekasihnya yang kepalang cuek itu merubah situasi secepat ini?
Leehan menggeleng. Ia ragu setiap kali hubungan mereka maju ke tahap yang lebih intim, namun jika itu Taesan, bisa apa dia? Ia rela memberikan apa saja asal laki-laki itu mau membubuhinya dengan ciuman kupu-kupu, pujian, dan juga senyuman puas. Toh, Leehan yang memulai dia juga harus membuka jalan lebih lebar untuk sang lelaki tercinta.
"L-laper, panas juga, San—Ngggh Mmph !"
Ucapan Leehan berhenti pada saat Taesan memaksa agar ranum mereka bertabrakan. Mereka memang sering bercumbu di mana saja. Walaupun Leehan paling menyukai pada saat ciuman pertama yang diberikan oleh Taesan pada saat ia begitu bahagia kala memenangkan pertandingan dengan musuh kebuyutannya sejak sekolah dasar di halaman belakang sekolah mereka. Ia masih ingat, hanya dengan satu kali ciuman itu mengajarkan Leehan yang belum pernah mencium orang sama sekali kini menjadi semakin lihai.
Dua insan saling memagut dan menghisap bibir satu sama lain seolah-olah mereka berada di dunia sendiri. Padahal, setiap barang di warung internet itu pasti terdiam iri menjadi saksi mereka yang bercumbu panas di saat matahari sedang terik-teriknya. Tangan Leehan sudah berpindah untuk meremat-remat surai sang kekasih, pahanya merapat untuk memberikan afeksi bagi bagian selatan si kecil yang sudah sesak hanya karena sentuhan pada bibir.
"Hhhah, nanti ada yang lihat—San, Esan," syahdu dari bibir Leehan memprotes akibat tubuhnya Taesan bawa agar terduduk di atas pahanya yang kuat itu.
"Katanya mau dipangku?"
Benar, sih. Pipi Leehan memerah lucu bagai buah persik segar. "Nanti kamu keberatan."
"Sayang, I could pick you up easily. You are perfect for me. Aku latihan buat manjain kamu kaya gini, Cantik," balas Taesan dengan tangan yang bergerak untuk meremas pinggang ramping sang juwita lalu bersiul menggoda ketika sengaja mengeluarkan seragam Leehan dari celana dan melihat jelas lekuk tubuh sang kekasih.
Ia memang terkadang bersikap memalukan.
Walaupun ingin berlari rasanya, ia tetap memberikan lampu hijau bagi Taesan untuk membuka dasinya dan beberapa kancing dari seragamnya. Memberikan pemandangan manusia terindah yang pernah Taesan tatap.
"San, Nnh, jangan ditandain ya?"
Taesan mengangguk mengerti, tidak diberitahu pun ia sudah mengerti. Mereka tidak mau mengambil resiko dengan berakhir dihusir dari rumah atau dijawil kencang pada bagian telinga. Maka, bibir Taesan hanya mengecupi dan membasahi sedikit bagian selangka Leehan yang putih tanpa noda.
Kacamata Leehan sudah hilang entah kemana, toh siapa yang peduli? Dengan sentuhan Taesan sendiri saja dia mampu menggelinjang nikmat, ia percaya sekali atas tuntunan sang kekasih atas segalanya. Birahi menutup segala dari manusia, termasuk kewarasan.
"Kenapa ahh kamu besar dimana-mana sih?" lirih Leehan tanpa rem. Ia gigit bibirnya merasakan bibir Taesan sudah memanjakan bagian sensitif di dada Leehan yang mencuat gemas. Jemari satunya juga tidak luput memilin dan mencubit puting laki-laki itu yang tidak tersentuh.
Kedua tangan Leehan dari tadi meremat bisep Taesan, merasakan otot sang pemuda yang terbentuk. Pacarnya memang XL. Apalagi di bagian bawah sana. Membayangkan benda berurat itu saja membuat perut Leehan berbunyi. Dia lapar dan kepanasan betulan, tidak bohong.
Kala mereka kembali memakan bibir satu sama lain, saling berperang lidah dan gigi, Leehan dapat merasakan celana pendek yang dipakai Taesan mencetak tenda. Menusuk-nusuk bagian bokong Leehan yang hanya dilapisi seragamnya yang saat ini sudah agak sempit (sebab mereka sudah mau lulus dan dia enggan mengganti).
"Han, Sayang, kamu laper kan tadi?"
Taesan bertanya ketika Leehan masih mengatur nafas dan masih mengumpulkan segala sel dari otaknya untuk mencerna setiap kata. Ia hanya mengangguk-angguk saja. Berantakan sekali pria cantik itu dibuat oleh murid yang ditutornya sendiri.
Tali celana pendek Taesan ia buka.
"Sesek dia, Han. Kasian, mau engga bantuin? Makan ini aja, ya? I miss you getting messy with my milk all over your pretty face."
Muka pengen dari Taesan selalu sukses membuat Leehan ingin menurutinya. Ia tampak lucu dengan kedua mata berkilauan. Tapi, yang lebih muda belum merasa bahwa tawaran itu cukup. Han Taesan harus memohon di hadapannya.
"Kenapa harus?" tanyanya dengan tangan yang sengaja jatuh ke bawah, membelai gundukan kekasihnya dengan perlahan.
Taesan menggeram merasakan sentuhan tersebut. Kalau diteruskan, mungkin saja Taesan akan kehilangan kesabaran dan berakhir memainkan jarinya pada senggama sempit sang juwita selagi mendorong tubuh ramping itu ke meja warnet. Namun, ia tidak pernah tega dengan Leehan.
"Please, Han. Aku engga kuat, mau bibir kamu di sini. Sepongin kontol aku di bawah meja."
Gila memang, apa Taesan benar-benar menginginkan mereka melakukan kegiatan asusila di warung internet keluarganya? Bagaimana jika seseorang masuk? Bagaimana jika mereka terciduk lewat kamera? Bodoh, harusnya Leehan pikirkan itu sejak mereka berciuman jauh beberapa menit yang lalu.
"Serius kamu? Nanti kalau ketahuan—"
"Aku jagain, engga akan ketahuan. Ayo ke bawah," bisikan Taesan yang meyakinkan lantas membawa Leehan untuk memasang bendera putih. Dengan kaki sedikit lemas ia turun ke bawah. Mengisi ruang kecil di bawah meja dan langsung berhadapan dengan selangkangan sang kekasih.
Bahkan belum dimulai pun, Leehan terlihat manis di bawah sana. Matanya mengedip polos dan bertanya-tanya apakah dia harus melakukan itu sekarang?
Blow job mungkin adalah satu hal yang kini menjadi rangkaian maksimal di hubungan mereka. Tidak ada yang lebih daripada menghisap penis satu sama lain atau memasukkan jari memanjakan lubang Leehan yang masih sempit sekali. Meskipun begitu, Leehan masih belum berpengalaman (baginya.)
Hanya pujian dan juga suara-suara yang keluar dari mulut Taesan, satu-satunya validasi bagi Leehan jika dia sudah melakukan semuanya dengan baik. Karena itu lah—ia gugup.
"Jangan gigit, ya," ucap Taesan lembut ketika ia sudah berhasil menurunkan celana pendek dan juga celana dalamnya.
Penurut sekali Leehan, pelan-pelan ia mendekatkan diri. Satu tangannya memegang batang penis dari sang kekasih yang berukuran tidak kecil. Ia merasakan guratan urat pada benda Taesan yang tengah mengacung sempurna. Leehan senang, ia adalah alasan hormon sang kekasih memuncak.
Ia kocok perlahan atas-bawah penis Taesan, sebelum menjulurkan lidah untuk merasakan ujung kepala kejantanan tersebut. Matanya tidak lepas dari pandangan sayu yang lebih tua ketika ia perlahan-lahan memasukkan penis kucing hitam kesayangannya ke dalam mulut.
"Ah, shit, Kenapa pinter banget?" puji Taesan tersenyum lemas kala Leehan tanpa terbatuk mampu mencapai ujung penisnya. Menghidu wangi khas lelaki tersebut yang jantan.
Leehan mulai bergerak untuk menghisap batang penis Taesan, menjilat, serta menggerakkan kepalanya beraturan dalam ritme pelan. Ia lepas sesekali untuk mengocok lagi penis yang lebih tua.
Wajah Leehan berkeringat.
"Harusnya aku bawa kuciranku ya? Nnh, biar aku tariknya enak—rambutmu udah panjang, ahh, aku pengen liat jelas kontolku keluar masuk mulut kamu, Han," protes Taesan tersendat-sendat, jari-jari panjangnya mulai menyisir surai halus kecoklatan sang kekasih.
Cairan pre-cum mulai keluar dari kejantanan Taesan ketika seseorang melangkah ke lantai atas cukup cepat hingga membuat mereka terdiam kaku. Demi Tuhan, ingin sekali ia mencakar paha Taesan karena pemuda itu sudah janji bahwa mereka tidak akan tertangkap basah namun sekarang ada seseorang di warnet bersama mereka. Untungnya, sisi depan mereka berdua tidak akan terlihat karena tertutup meja.
"Dek ! Mas lupa ada flashdisk ketinggalan, aduh pelupa banget gue. Loh? Kenapa keringetan gitu?" Mas Sunghoon rupanya.
Jari telunjuk Taesan memberikan isyarat ke bawah agar Leehan diam. Ia hanya tersenyum gugup lalu berkata, "Panas di luar, Mas. Sampe ke dalam, haha."
Mas Sunghoon ber-oh ria lalu melangkah perlahan menjauh dari meja Taesan meskipun matanya masih dengan curiga menatap sang adik yang entah mengapa duduk di kursi warnet tanpa memainkan game.
"Leehan mana dek? Bukannya tadi ada?"
Damn.
Taesan melirik Mas-nya yang dengan jelas melihat tas dan juga dasi Leehan yang tadi terhempas asal. Ia berusaha menenangkan pacarnya yang tengah berperang dengan batin sendiri dengan cara mengelus kepala Leehan. Tetapi, entah mengapa justru tangan tersebut berpindah ke tengkuk yang lebih muda—membuat Leehan mau tidak mau kembali menyesap penis miliknya.
"K-Ke toilet, Mas, duh sialan," jawab Taesan lalu dengan cepat memukul mulutnya yang tanpa izin mengeluarkan umpatan.
Nikmat sekali ketika dengan lihai Leehan menjadi boneka penurut, memejamkan matanya di bawah sana dan menghisap penis Taesan. Mempercepat gerakan karena ia ingin ini semua cepat selesai. Suara yang mereka buat sebetulnya cukup berisik, licin dan basah, dengan suara desahan kecil dari Leehan di bawah meja. Hal itu disebabkan karena kaki telanjang Taesan dengan jahilnya menggesek pada selangkangan Leehan.
"Nah ini dia flashdisk gue ! Gue cabut lagi ya, San. Lu beneran gapapa ini gue tinggal sendiri? Muka lu merah loh," tunjuk Sunghoon dengan wajah sedikit khawatir. Jemarinya memutar-mutar kunci dengan lincah.
Iya, sumpah Taesan tidak apa-apa. Dia sedang setengah di nirwana sekarang karena ada yang tengah menghisap kuat penisnya hingga puas di bawah meja. Sekarang, cepat Mas pergi dong.
"Aman Mas, aman. Hati-hati y—ah Mas."
Hanya itu yang mampu Taesan keluarkan sebelum memastikan sang Kakak sudah pergi dari warung internet mereka. Ia sudah sange berat ketika menatap kondisi Leehan di bawah sana ternyata sudah mengeluarkan penisnya dari seragam dan mengocok perlahan dengan mulut yang masih bertengger pada kejantanannya.
Seksi sekali.
"Aku bentar lagi sampai, Han," lirih Taesan yang akhirnya bernafas lega dan bisa lanjut menuntun kepala Leehan agar kembali menghisap penisnya yang membesar.
Ia bergerak maju mundur dengan cepat hingga mentok di ujung tenggorokan. Pujian demi pujian Taesan keluarkan, ia merintih kenikmatan karena kehangatan yang mengokupasi penisnya.
"Sayang, aku keluarin di muka ya?"
Leehan menyungging senyum tipis menunjukkan bahwa ia akan menerima apapun dari sang kekasih. Tidak membutuhkan waktu lama sebelum pandangan Taesan memburam dan ia melepaskan kejantanannya dari mulut Leehan. Ia mendesah panjang kala cairan putih berhasil keluar beberapa kali dari penis panjangnya itu. Muka Leehan menjadi kotor.
Bahkan sisa sperma Taesan juga meleleh di lidah kekasihnya yang lebih muda karena ia tidak menutup mulut. Kalau Taesan tidak menahan diri, mungkin bagian selatan pemuda itu sudah berdiri lagi. Ternyata, Leehan pun mengotori tangan dan seragamnya di bawah sana. Mereka sampai bersamaan.
Jemari lentik Leehan menghapus lukisan sperma di atas wajah sebelum membawanya untuk ditelan ke dalam mulut. Pemandangan erotis yang ingin sekali Taesan pajang selamanya.
"Awas aja kalau sampai Mas kamu tahu, aku tebas kelamin kamu ya, San !"
Taesan meneguk ludah. Sang juwita jadi galak setelah peristiwa tadi rupanya. Tetapi tidak apa-apa, tidak ada yang harus pemuda bersurai temaram itu sesali. Sebab, ia sudah dimanjakan oleh Leehan hari ini dengan servis bintang lima.
End.
5 notes · View notes
tunkuwarrior · 2 years
Text
Awek Seluar Track
“Nama adik siapa?” tanya Akmal.
“Saya Dilla” jawab gadis itu.
“Oh.. Dilla.. ” sambut Akmal.
Suasana sepi seketika. Masing-masing melontarkan pandangan kosong ke Taman Herba yang biasanya menjadi tempat pesakit-pesakit beristirehat dan para pelawat menunggu waktu melawat. Bunyi cengkerik menghiasi suasana sunyi pada malam itu.
“Dilla sebenarnya temankan siapa kat sini?” tanya Akmal.
“Dilla temankan abah Dilla. Dia kena ulser usus. Dah buat operation dan sekarang tengah tunggu doktor bagi kebenaran balik.” jawab Dilla.
“Agak-agak bila agaknya abah Dilla boleh keluar hospital?” tanya Akmal ingin tahu.
“Tak tahu lah bang. Masih macam tu lagi nampaknya, cuma dia dah tak menanggung sakit macam dulu lagi dah. Doktor kata mungkin lagi seminggu dia kat sini. Abang temankan siapa pulak?” tanya Dilla pula.
“Abah abang. Dia kena semput. Kronik sangat sampai dah masuk air dengan oksigen. Katil abah abang selang sekatil dari katil abah Dilla.” terang Akmal.
“Ye ke, eh Dilla tak perasan.” kata Dilla sambil tersengih.
Suasana sepi kembali. Masing-masing masih berdiri menongkat siku di pagar besi yang memisahkan Taman Herba dengan kaki lima. Lampu kaki lima menerangi suasana. Datang pula seorang pengawal keselamatan bertanyakan status kehadiran mereka berdua di luar wad pada waktu itu kerana waktu melawat sudah lama tamat. Setelah diterangkan mereka adalah waris pesakit di wad, pengawal itu pun pergi ke wad yang lain.
“Nama abang siapa?” tanya Dilla.
“Panggil saja abang Akmal.” jawab Akmal ringkas.
“Abang dah kawin ke belum?” tanya Dilla.
“Abang bujang lagi. Nape Dilla?” tanya Akmal pula.
“Ah.. saja tanya..” jawab Dilla.
“Dilla masih sekolah ke?” tanya Akmal mula memancing agar semakin mesra.
“Ha’ah.. belajar kat Kolej bla bla bla bla………..” dan mereka pun berbual mesra saling mengenali sesama mereka. Namun pada masa yang sama Akmal sebenarnya sedang memasang niat untuk merasai tubuh gadis itu. Sambil berbual, Akmal mencuri pandang tubuh Dilla yang ketika itu bertudung putih, berbaju t coklat dan berseluar track. Mata Akmal lebih tertumpu kepada punggung besar Dilla. Sedikit tonggek dan cantik. Lebih-lebih lagi ketika itu Dilla memakai seluar track yang nampak agak sendat manyarung punggungnya. Besar Sudah tentu bentuk pungguung besar Dilla yang licin dibaluti seluar track itu merangsang syahwat Akmal. Tubuh Dilla yang slim itu dihiasi sepasang buah dada yang saiznya, terlalu besar. Sedap dihisap untuk menampungnya. Tahi lalat kecil kelihatan merata berada di wajah Dilla menambah keserian wajahnya. Lebih-lebih lagi salah satunya berada di dagu kirinya. Akmal menahan geram sahaja. Hatinya seakan hendak melihat wajah gadis yang comel itu menghisap batangnya. Dia ingin batangnya di kolom wajah cantik bertahi lalat di dagu kiri itu. Dan sudah tentu ketika masih bertudung.
Akmal mengajak Dilla minum di warung di luar hospital. Dilla setuju dan mereka masuk kembali ke wad untuk melihat keadaan bapa masing-masing sebelum memesan kepada jururawat yang bertugas bahawa mereka keluar sebentar ingin minum malam di warung.
Sepanjang perjalanan ke warung, Akmal sengaja berjalan agak rapat dengan Dilla membuatkan bahu mereka sering berlaga. Di warung kopi yang dibuka sehingga 2 pagi itu, mereka berbual kembali tentang perkara-perkara semasa disamping mengenali hati budi masing-masing. Akmal begitu bijak menjadi alim-alim kucing. Dia bertekad ingin menikmati gadis comel itu. Tak dapat masuk, dapat cium bau pun jadilah.
Selepas itu, mereka berdua ke jeti tempat orang memancing. Kelihatan ramai pemancing sedang duduk menunggu umpan mereka disambar ikan. Nasib mereka seakan sama dengan nasib Akmal, sedang berusaha memancing mendapatkan ikan segar yang cantik dan seksi berseluar track itu. Berdua mereka duduk di benteng menikmati hembusan angin muara sungai yang dingin. Dilla kelihatan kedinginan. Akmal membuka jaketnya dan meyarungkan ke tubuh genit Dilla. Dilla tersenyum kepada Akmal sambil mengucapkan terima kasih. Dengan selamba Akmal menjawab, “Kasih diterima”. Tersenyum simpul Dilla dibuatnya.
Selepas itu, mereka kembali ke hospital. Ketika ingin menyeberangi jalan, Akmal memegang tangan Dilla membuatkan Dilla malu-malu. Walau pun sudah menyeberangi jalan, Akmal masih tidak melepaskan tangan Dilla. Malah dipimpinnya gadis genit itu beriringan menuju ke dalam hospital. Dilla yang serba malu itu serba salah. Hendak lepaskan terasa sayang, hendak di biarkan terasa malu. Dilla terpaksa memendam rasa malunya lantaran dia juga sebenarnya menaruh minat kepada Akmal. Baginya mungkin itu dapat membantunya agar dapat memiliki hati Akmal yang boleh tahan kacaknya. Mereka berjalan berpimpinan dan Akmal membawa Dilla ke Taman Herba yang suasananya gelap itu. Mereka duduk di bangku batu yang beratapkan bumbung berbentuk cendawan. Tangan Akmal masih memegang tangan Dilla. Akmal memandang Dilla yang duduk rapat disebelahnya. Dilla memandang wajah Akmal dalam suasana yang agak gelap itu. Akmal melepaskan tangan Dilla dan memaut dagu Dilla dengan lembut. Seakan dipukau, Dilla menurut menoleh ke wajah Akmal. Dagu runcing Dilla di usap penuh kelembutan. Jari Akmal mengusap pipi Dilla yang lembut. Dilla hanya diam dalam debaran menanti tindakan selanjutnya dari Akmal.
Perlahan-lahan wajah Akmal merapati wajah Dilla. Mata Dilla terpejam dan bibirnya sedikit terbuka, seakan memberi isyarat bahawa dia merelakan. Bibir mereka berdua pun akhirnya bertaut dan saling mengucup dan menerima. Akmal mula memainkan lidahnya menguli lidah Dilla. Dilla yang kaku dan tidak berpengalaman di dalam hubungan yang seperti itu hanya mengikut rentak permainan yang jelas dikuasai oleh Akmal. Lidah Akmal lincah meneroka mulut gadis genit itu dengan penuh kelembutan dan penuh perasaan. Lelangit Dilla berkali-kali di jilat Akmal sehingga Dilla seakan lemah dalam gelombang asmara. Dilla menikmati perasaan yang selama ini hanya difikirkan di kotak fikirannya, yang hanya di lihat di kaca-kaca televisyen dan yang kadang-kadang di dalam angannya tatkala sendirian.
Akmal memaut tubuh Dilla yang dirasakan semakin longlai dalam keberahian. Tangan Akmal mula mengaktifkan segala suis asmara di seluruh tubuh Dilla. Lengan Dilla di usap-usapnya. Dari bahu hingga ke jari jemari. Naik kembali ke perut Dilla yang ramping dan naik perlahan-lahan ke gunung comel milik gadis itu. Akmal meraba-raba tetek Dilla dengan lembut sambil meramasnya perlahan-lahan. Mulutnya masih lagi enak saling bertukar air liur sesama mereka. Dalam keberahian, Dilla cuba berlaku baik dengan cuba menolak tangan Akmal yang meramas teteknya. Namun tolakkannya setakat ala kadar, sekadar menunjukkan seakan dia tidak rela melakukannya, walhal dia sedang menikmati gelombang nafsu yang mengasyikkan itu. Usapan tangan Akmal turun ke tundun Dilla. Dari luar seluar track yang licin, Akmal mengusap-usap tundun Dilla dan sesekali jarinya mengusik belahan cipap Dilla yang dirasakan semakin lembap dan hangat. Keberahian Akmal semakin membara kerana peha Dilla yang gebu itu dirasakannya licin dan lembut kerana seluar track yang Dilla pakai pada malam itu. Tangannya mengusap penuh perasaan. Malah Akmal juga berusaha membuatkan Dilla membuka kepitan pehanya agar memberinya ruang untuk mengusap ruang terlarang yang sedia diketahuinya sudah semakin berair itu. Usahanya berhasil. Perlahan-lahan, Dilla membuka ruang untuk tangan Akmal mencapai celah saktinya dan membiarkan dirinya menikmati betapa sedapnya lurah kemaluannya diusap dan biji kelentitnya di gentel halus oleh Akmal. Gelora nafsu semakin menguasai Dilla. Dia benar-benar menikmati perasaan itu meskipun perasaan berdebar dan malu masih lagi wujud tersembunyi di kuasai nafsu. Dilla terkangkang bersandar di tubuh Akmal menikmati kelazatan kemaluannya di mainkan tangan nakal Akmal. Seluar track Dilla semakin ditembusi air kemaluannya yang melimpah. Malah, jari jemari Akmal dapat merasakan air cipap Dilla semakin banyak menyelaputi jarinya. Memang nasib Akmal kerjanya menjadi mudah kerana Dilla tidak memakai seluar dalam.
Akmal berhenti seketika. Akmal membuka seluar slacknya dan menghunuskan pedang kontot yang keras dan gelap warnanya kepada Dilla. Dilla terpaku melihat konek Akmal yang besar. Akmal menarik tangan Dilla agar memegang koneknya. Tanpa bantahan Dilla memegang konek Akmal. Haba hangat dari konek Akmal serta merta dirasai tapak tangan Dilla yang mula memegangnya. Akmal memegang tangan Dilla yang sedang memegang koneknya dan mengajar Dilla cara melancapkan konek lelaki. Turun naik tangan Dilla yang menggenggam konek Akmal. Tangan comel gadis genit itu melancap konek Akmal dalam suasana gelap di Taman Herba. Akmal mula menikmati kesedapan dilancap Dilla. Akmal kembali menyambung menggentel kelentit Dilla. Mereka berdua saling berada di dalam kenikmatan dan saling melancap sesama mereka.
Setelah beberapa minit, mereka berhenti. Akmal meminta Dilla berdiri dihadapannya dan membelakangi dirinya. Dilla hanya mengikut sahaja kata Akmal. Akmal kemudiannya menekup mukanya di celah-celah bontot Dilla.
“Eh abang… Kenapa buat macam tu..” kata Dilla sambil mengalihkan badannya ke hadapan mengelakkan bontotnya di cium Akmal.
“Please sayang… Abang nak cium bontot Dilla…” kata Akmal menagih simpati sambil tangannya melancap koneknya sendiri.
“Abang nak buat apa?….” tanya Dilla serba salah.
“Abang nak cium je sayang… Bontot Dilla cantik sayang…. please sayang…. ” pujuk Akmal.
Dilla pun menurut dan membiarkan Akmal memekup mukanya di celah bontot Dilla. Akmal menghidu bau bontot Dilla yang memakai seluar track itu sedalamnya. Lidahnya menjilat celah bontot Dilla walau pun Dilla masih memakai seluar track. Perlahan-lahan tangan Akmal meramas bontot Dilla dan mengusap bontot Dilla manja.
Akmal bangun dan memeluk Dilla. Koneknya di tembab ke bontot Dilla yang licin dibaluti seluar track itu. Akmal menggeselkan koneknya turuun naik celah bontot Dilla. Semakin lama semakin kuat Akmal menekan koneknya di bontot Dilla.
“Dilla… Boleh abang sayang Dilla?” tanya Akmal.
“Ermmm… nape?…. ” tanya Dilla ala-ala mengada-ngada.
“Sebab abang rasa macam dah jatuuh cinta la…. ” kata Akmal.
“Dengan sape?” tanya Dilla sengaja nak tahu.
“Dengan Dilla…. ” kata Akmal.
Dilla cuma tersenyum sendiri. Dia semakin syok pulak bila bontotnya digesel-gesel konek Akmal yang keras membatu tu. Pertama kali dalam sejarah dia diperlakukan sebegitu. Seronok rupanya berasmara. Dilla teringin nak pegang konek Akmal sekali lagi. Dilla menghulurkan tangannya ke belakang, menuju konek Akmal yang sedang menempel di celah bontotnya. Dilla memegangnya dan melancapkannya. Akmal serta merta tak boleh tahan. Koneknya di lancap di punggung seorang gadis yang sendat dengan seluar track yang licin. Akmal teringin nak memancutkan air maninya di bontot Dilla. Dia mahu bontot Dilla yang sendat dengan seluar track itu dicemari air maninya. Dia mahu lihat air maninya meleleh di bontot gadis cantik itu.
“Ohhh…. Dilla…. Dillaaa…. ” Akmal semakin tak boleh handle.
“Dilla… Sedapnya Dilla lancapkan abang…. AAAAAAAAHHHHHHH!!! ” Akmal mengerang kenikmatan dengan agak perlahan namun cukup bagi Dilla mengetahui bahawa dirinya sedang klimaks.
Memancut-mancut air maninya diperah tangan Dilla yang comel itu. Air mani Akmal mencurah-curah di atas bontot Dilla dan membasahkan seluar tracknya. Sementara Dilla sungguh teruja merasakan bontotnya dihujani air mani yang banyak dan hangat. Tangannya memegang konek Akmal yang berdenyut-denyut mengeluarkan benihnya.
Akmal terduduk kembali di pondok cendawan sementara Dilla menoleh-noleh ke bontotnya melihat kesan air mani yang Akmal berikan. Oleh kerana keadaan agak gelap, Dilla hanya dapat melihat seluar tracknya samar-samar dinodai air mani Akmal. Dilla duduk di sebelah Akmal dan diam tak berkata apa-apa.
Beberapa minit selepas itu, mereka berdua masuk ke wad menemani bapa masing-masing.
23 notes · View notes
heartwrenchingpain · 1 year
Text
Facebook Friends
Persetan laporan.
Persetan hidup untuk pendewasaan. Lama-lama jengah sekali melihat layar putih serta kursor yang bekedip meminta dirinya untuk mengetik segera.
Konyol memang bagaimana proses otak ketika dihadapi sebuah urgensi, tiba-tiba mengingat kala menjadi anak kecil, ayahnya bertanya dengan senyum yang sekarang apakah mungkin bisa ia lihat lagi?
"Cita-cita kamu apa, Shoko?"
"Jadi dokter."
Kalau bisa kembali lagi, lebih masuk akal untuk menjadi kucing pelirahan orang kaya yang kesepian dan berfokus menghidup dirinya yang hanya malas-malasan.
"Ya, namanya juga hidup, Ko." Adalah frasa pamungkas untuk kembali bekerja dengan waras.
Haha, apanya yang kembali bekerja.
Tidak ada yang pernah mengatakan kepadanya, kalau pendewasaan adalah mengenai kabur sekilas dari Google Docs dan memilih sign up ke salah satu platform media sosial, Facebook.
Kenapa ya, Facebook?
Bukan Twitter atau Instagram.
Entahlah, tanya saja dokter muda yang hampir gila itu saja.
Ketika memasukan surel yang, sangat norak sampai membuat dirinya ingin memukul dirinya dan kata sandi yang biasa saja alias campuran angka ulang tahun dia dan ...
Masuk.
Berandanya sepi.
Apa pula fitur story aneh ini?
Oh. Ada pak Yaga dengan Panda yang hari ini pergi ke sebuah kota. Masih dengan story pak Yaga, kemudian foto-foto petinggi sekolah Jujutsu, 'oh Satoru sama Kak Utahime masih diundang acara sekolah ya?', kemudian foto mereka bertiga.
Sialan, nyebut namanya aja males banget. Begitulah benak Shoko.
Tapi Shoko penasaran, kira-kira Satoru masih berhubungan gak ya? Selama ini, cuman Shoko yang membuat dirinya menjadi outsider dari lingkup Jujutsu.
Kehidupan menjadi dokter ternyata membuat dirinya perlahan membatasi diri dari kehidupan yang sebelumnya adalah tempat ternyamannya dahulu.
Atau, memang seperti itu rasanya pendewasaan?
Ya, memang sih mengasingkan diri ketika dewasa bukan hal yang aneh atau seperti apa, tetapi kenapa tiba-tiba Shoko merasa aneh ya?
Padahal, dia masih minum-minum bersama Kak Utahime, kadang-kadang Mei ikut, bahkan Yuki. Hanya teman-teman perempuan saja sih.
Dia bahkan tidak mengetahui kabar dua temannya tersebut. Meskipun Satoru masih rajin menghubungi dia atau sekadar mengunjungi Shoko ke rumah sakit. Namun, Suguru ...
"Suguru, kamu baik-baik aja gak?
Masih sering pegel gak ya bahu kamu karena keseringan pakai cross bag?
Suguru ... masih bergadang mikirin masa depan yang out of his capability menurut dia itu gak?"
Ha ... konyol banget kenapa kepikiran dia lagi ... suara hati Shoko berkata demikian.
Maka dari itu kita menemukan jawaban mengapa Shoko memilih Facebook daripada media sosial lainnya? Karena dalam benaknya, hanya ada satu nama yang terbesit dalam kepalanya.
Suguru Geto.
Suguru Geto yang membuatnya mengabaikan laporan dan memilih membuka akun Facebook, saat ini.
Menjadi anak remaja keperalihan dewasa, memalukan rasanya untuk mengakui hal tersebut saat ini, tetapi Suguru Geto adalah sosok yang membuatnya selalu riang dan menjadi perempuan yang mendapatkan cinta yang cukup di masa lalu.
Macam-macam perasaan berkecamuk seperti angin riuh di hamparan dataran luas dan kosong. Senang, rindu, malu, kaku, apalagi ya? Saking absurdnya, intuisinya mengatakan untuk segera menghubungi Satoru atau Yuki, apa mereka punya nomor pribadi Suguru?
Dalam runyamnya pikiran Shoko, yang ia lakukan adalah mengingat beberapa momen ketika minum bersama dengan teman-teman perempuan.
Sial. Diingatannya hanya Satoru yang berhasil pergi ke Berkeley atau Nanami yang sudah sering pulang pergi ke kampung halaman neneknya serta tempat mengadu nasib. Haibara, adik kesayangannya, sekarang memiliki restoran.
Oh ... Ijichi sudah menemukan kekasih hatinya, yang membuat Shoko merasa ringan karena kerap kali berbuat baik kepada Ijichi, rasanya Shoko juga memberi harapan meskipun bukan begitu juga sih niatnya.
Lagi, dia memutar pikirannya, cukup menohok juga bagaimana Shoko berusaha menghapus mengenai dirinya sebegitu keras, namun hanya perkara short escapism ketika bekerja, dia mati-matian mengingat orang tersebut.
Tidak ketemu, ia hanya mengingat cerita Kak Utahime yang mengatakan kalau Yuuta lebih berani mendekati Maki, namun Nobara masih menghalangi keduanya.
Mai, Miwa dan Momo yang belakangan ini sering minum bersama Utahime dan Mei, indahnya ya punya kehidupan normal tanpa merasa terbeban karena merasa terlibat dengan seseorang yang kamu benci.
Shoko gagal mencari dia, kabar dia yang sekarang. Kali ini, Shoko mengutuk diri sendiri dan kecewa bagaimana teman-temannya sangat mengerti dirinya untuk berhati-hati menyebut namanya ketika berkumpul.
Hal tersebut menjadi boomerang untuknya. Shoko tidak mengetahui bagaimana kabarnya saat ini. Di saat ini.
Apakah harus dia mengingat yang dahulu-dahulu? Tetapi manusia memang diciptakan untuk tidak pernah puas. Siapa pula juga orang di dunia yang ingin terus hidup di masa lalu?
Ya, mau sih, tetapi 'kan realita memang sekejam itu untuk memaksa siapa pun hidup saat ini.
Lagi dan lagi, membuka ruang pesan usang dengan dirinya. Bertukar pesan yang memalukan tetapi senyum Shoko semakin melebar dan oh, rasanya dicintai Suguru Geto, bagaimana perasaanya sangat tenang sampai lupa dengan laporannya.
Oh iya laporan.
Laporan, ya?
Laporan kemana ya untuk sekadar mengungkapkan perasaan rindu dan mendengar kabar sekarang mengenai Suguru Geto?
Tidak ada.
Ah, Shoko kembali menyalahkan entah-siapa-yang-jelas-ke-orang-orang-yang-hidup-sebelum-dia, kalau mencintai seseorang di masa lalu bisa membuatnya menghabiskan sekitar dua jam sampai melalaikan laporannya karena dia sama sekali tidak mengetahui kabar seseorang tersebut?
Shoko juga menyalahkan teman-teman perempuannya yang benar-benar menurut kepada dia ketika putus dengan Suguru kala itu, oh damn to mention his name, atau meminta Satoru yang menjaga jarak dengannya juga.
Dulu, rasanya sangat berat untuk menyebut bahkan mendengar namanya. Rasanya sangat menyakitkan dan bahkan membuat Shoko autopilot untuk mencerna apa baru saja terjadi. Rasanya Shoko berantakkan sampai mati-matian menekan perasaan lain mengenai Suguru Geto; rindu.
Dulu, merindukan dia bagaikan sebuah ancaman kalau hidup Shoko nantinya tidak akan bisa normal. Tetapi, sekarang perasaannya berkata lain.
Sakit hatinya memang masih ada, tetapi ada juga perasaan untuk sekadar bertanya kabar, berbicara apa saja dan melihat wajahnya.
Apakah hal tersebut juga termasuk proses pendewasaan?
Rasanya Shoko ingin mengatakan kalau dia sudah menjadi dirinya yang lebih baik. Yah, masih ngerokok sih, tetapi dia sudah mengalahkan pikiran-pikiran destruktifnya yang dulu Suguru selalu khawatirkan.
Shoko juga ingin mengungkapkan apa itu sebuah rasa damai. Dari semua kerumitan hidup, masalah keluarga, pekerjaan dan cinta ... rasanya sekarang dia bisa menghadapinya dengan waras dibandingkan dulu.
Di saat yang sama juga, kali ini Shoko semakin bisa mengerti dirinya. Konyol dan memang tidak masuk akal, bagaimana ia bisa mencintai seseorang, kemudian tidak bisa menerimanya apa pun bentuk sosok dirinya dan sekarang ... bahkan di dalam pikiran Shoko terbesit kalau mereka mungkin bisa kembali menjadi teman seperti pertemuan pertama mereka.
Entahlah, atau menjadi sepasang kekasih kembali?
6 notes · View notes
ameliazahara · 10 months
Text
Merayakan Aku
lolos SKD dan lanjut SKB CPNS Dosen 2023
Dalam rangka ‘merayakan aku’ kali ini akan cerita perihal merasakan yang namanya lolos—yang sudah lama sekali tidak lagi pernah dirasakan:’)
Tanpa pertanda apapun, malam tadi baru aja selesai nonton serial di netflix berjudul, ‘all the light we cannot see’, yang berkisah tentang gadis buta yang cantik nan baik hati juga tangguh, yang bertemu dengan seorang lelaki genius, juga baik hati. Berkisah di tempat yang dilanda perang yang berkecamuk. Mereka berdua berasal dari kalangan yang berbeda, dan bahkan berasal dari kubu musuh di peperangan ini. Dua orang baik yang berasal dari kota yang jauh, namun tetap dipertemukan dari siaran radio yang terlarang mereka sering dengarkan sedari kecil. Kisahnya haru banget, tidak mungkin tidak terbawa suasan, romantisme yang bikin mewek dan misuh-misuh sendiri.
Dan entah kenapa Shanoni kucing tiba-tiba baik banget malam ini, tumben banget.
Ketika hendak tidur, Iki ngirim persona chat di wa yang isinya gambar—yang alhamdulillah sebuah kabar gembira: lolos SKD CPNS dan bisa lanjut tahap SKB CPNS.
:’))
Tumblr media Tumblr media
Duhai Iki, terima kasih sebab selalu ada di setiap fase dalam hidup kak amel:’)
Antara percaya dan tidak percaya, tanpa ekspektasi dan masih planga-plongo, ngang ngeng ngong, fasfesfos wasweswos sekali rasanya. Berusaha meyakinkan diri berkali-kali, dan mencoba akses dashboard-akun sscasn untuk memastikan. Dan tertulis begini:’)
Tumblr media
Ternyata memang sudah pengumuman, alhamdulillah akhirnya lolos dan merasakan yang namanya memang dalam hidup, setelah diterpa badai kekalahan berkali-kali:’)
Sebagai sosok yang gampang skeptis duluan terhadap berbagai hal—selalu merasa harus membuktikan sendiri, yang seringnya sampai menyusahkan diri sendiri. Untuk itu diri berusaha menemukan bukti-lolos secara langsung, walau harus dengan effort yang ga main-main, hingga akhirnya menemukan sendiri kalau memang terdapat nama Amelia Zahara sebagai kandidat yang memang lolos di file resmi yang gede banget.
Alhamdulillah.
Tumblr media
Apakah ini nyata?
Sungguh diri tidak tidak bisa berkata-kata, ini adalah suatu yang perlu dicerna dulu, diri perlu disadarkan berkali-kali. Karena momen merasa menang adalah suatu yang perlu dirasa dengan sadar, sebab manusia lekat dengan rasa bersalah dan gagal. Sudah pasti terasa seperti mimpi, seolah tidak nyata. Lagi-lagi Iki berkali-kali mengingatkankalau ini adalah nyata:’)
Tumblr media
Ternyata benar, kalau ini adalah nyata. Selanjutnya apa? Pertama, diri harus bisa merasakan bahwa ini sungguh suatu yang nyata.
Andai Iki tau bahwa hal paling membahagiakan dalam hidup adalah ketika bisa membagikan kabar gembira pada seorang. Karena lebih menyakitkan ketika punya kabar gembira tapi tidak tau harus membagikannya pada siapa:’) terima kasih Iki, sebab selalu menjadi bagian dari merakayan aku yang panjang hingga sejauh ini.
Lantas, bagaimana rasanya? Bagaimana rasanya mendapatkan sesuatu yang diharapkan?
Di masa berjuang kali ini, takdir seolah mengajak Nadin Amizah untuk turut serta meramaikan juangnya, dengan rilisnya lagu berjudul ‘akhir perang’. Sejak rilisnya, lagu ini selalu menemani diri di masa-masa belajar mempersiapkan juang.
…dan ku bisikkan asal kau tahu bagaimana, rasanya bahagia sepenuhnya sampai, ku merasa lega, kau merasa lega, ku sampai di sana.
Rasanya lega, sangat lega sekaligus degdegan. Walau perang ini belum seutuhnya usai. Lagu ini sampai sekarang masih disimpan untuk sendiri saja. Diri masih harus menyelesaikan satu tahapan seleksi selanjutnya agar bisa merasakan utuh akhir perang yang selama ini dihadapi.
Lirik lagunya masih panjang, namun untuk saat ini, hanya bait lirik tersebut yang cukup menggambarkan jawaban dari pertanyaan ‘bagaimana rasanya’ tersebut.
Bismillah, untuk seleksi selanjutnya semoga Allah mudahkan.
3 notes · View notes
dooremifa · 1 year
Text
Good Day, Generasi Z!
Tumblr media
About me,
Selamat pagi, siang, sore, malam, buat kamu yang lagi baca ini. Guys, itu ada lagu dari MALIQ & D'essentials, boleh banget didengarkan sambil baca ini ya!
Hai, halo, hello, Nama aku moli atau yang biasa dipanggil mol mol😋😋
Aku mulai dari sifat aku yess, aku tipe orang yang care sama orang lain, tapi susah untuk nyampein ke mereka kalau sebenarnya aku peduli sama sekitar, APALAGI MEREKA!
Aku cengeng, iya, cengeng T_T contohnya kalau lagi nyari barang tapi gak ketemu-ketemu, 1-2 menit kemudian bisa jadi Reog Ponorogo😁😁
Act Of Service tingkat akut. SIAPA YANG AOS JUGA CUNG ☝🏻☝🏻☝🏻☝🏻
Tumblr media
Aku punya fav ptln, siapa bisa tebak? maka bisa tebak
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
YESSS. Cambridge University🥹🥹🤍 i fell in love with Cambridge uni, sejak teman aku bilang kalau vibes aku cocok sama Cambridge. NANGISSS, aamiin ya Allah, aamiin.
Untuk penutup, aku mau nunjukin ke semua khalayak ramai, kalau aku punya temen yang bisa jadi support system❤️‍🩹❤️‍🩹
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Dan masih banyak lagi!
Lebih lengkapnya lebih baik berteman, karena berteman bisa menjadi teman, dan teman akan menjadi pantun satu dua tiga anak kucing🐾
Segini aja dulu, have a nice day N good bye! 👊🏻
4 notes · View notes
bondan123 · 2 years
Text
TER THE BEST, (0878.8138.9755) Cara Mengatasi Infeksi Kandung Kemih
Tumblr media
1 note · View note
daumint · 11 months
Text
Tumblr media
Daun jintan atau sukan adalah herba yang berasal dari suku Lamiaceae yang sering digunakan dalam perobatan herbal. Ia juga memiliki nama lain seperti; acerang, acrang, ajiran, sukan, daun hati-hati, godong kucing, g.kambing, majha nereng, iwak, golong, dan kunu etu.
Bisa langsung hubungi no admin nya yaa…
📲 0813-5812-3335 https://wa.me/6281358123335 Link shopee https://shp.ee/s3zk8cv
Dan bisa langsung ke lokasi kami di : Jl. Phospat no 31, Pandean 2 , Purwantoro, Blimbing, Malang, Jawa Timur, Indonesia https://g.page/griya-mint-malang?gm
Terimakasih dan happy shooping…
3 notes · View notes
alyaanfp · 2 years
Text
MANUSIA KUCING
Suatu hari ada anak perempuan yang bernama Karissa. Ia sedang berjalan-jalan santai di sekitar taman. Karissa sudah tidak memiliki orang tua lagi, Ia hanya tinggal bersama paman dan bibinya.
Setelah itu Karissa bertemu dengan seekor kucing yang berwarna abu-abu dan kucing itu juga memakai kalung. Karissa sangat ingin kucing itu, tetapi Karissa tahu bahwa kucing itu sudah ada pemilik nya, karena terdapat kalung di leher kucing tersebut.
Setelah itu Karissa ingin membawa kucing itu pulang. Karissa menyapa kucing itu "Hai kucing, Apa Kabar? Apakah kamu ingin tinggal bersama ku? Aku akan selalu menjaga mu" Kata Karissa. "Meow meow" Lalu kucing itu menjawabnya.
Karissa merasa kalau kucing itu setuju dengannya. Lalu Karissa membawa kucing itu pulang.
Keesokan harinya.... Karissa mengajak kucing itu berjalan- jalan. " Kucing, kau sangat lucu sekali " Kata Karissa. "Meow meow " Lalu kucing itu menjawab dengan mimik menggemaskan.
Oh iya aku akan kasih nama buat kamu, tapi siapa yaa? Hmm.... Ah kan di kalung kamu ada huruf "R" bagaimana kalau nama kamu Ruby, Apakah kamu menyukai nama itu? Karissa menanyakan kepada kucing itu. " Meow meow " Kucing itu menjawab. Lalu mereka berdua lanjut jalan lagi.
Sesampainya dirumah..
" Paman tolong buka pintu nya " Karissa sambil mengetuk pintu nya.
" Akhirnya kamu pulang juga, dari mana saja kamu? Dan siapa kucing itu?.
" Aku habis jalan - jalan aja kok paman, ini kucing aku bertemu di taman, lucu kan paman kucing nya hehehe.
" Yaudah ayo masuk dan bersiaplah untuk makan"
" Baik paman, Oh iya paman aku boleh kan merawat kucing ini? " Karissa bertanya kepada paman nya.
" Emang kucing ini tidak ada pemilik nya? " Paman menjawab nya.
" Tadi aku sudah menunggu lama takut ada pemilik yang mencari Ruby. Setelah lama sekali aku menunggu tetapi tetap tidak ada yang mencarinya, lalu aku memutuskan membawanya untuk pulang , tetapi kucing ini terus mengikuti aku. Jadi boleh kan paman aku merawat nya?" Karissa membujuk paman nya supaya mengizinkan nya merawat Ruby.
iya sudah boleh merawat kucing ini, tetapi kamu harus janji merawatnya dengan sungguh
– sungguh ”
“ Baik terima kasih paman yuk masuk Ruby ”. Sambil memperiksa
“ Yahh , kok cuman ini makanannya , Ruby kan gak suka makanan ini ” kata Karissa
“ Coba dulu kasih makanan ini siapa tau dia suka ” kata bibi
“ Baiklah bi , Ruby ini buat kamu.” Sambil melihat Ruby
Selesai makan …
“ Ruby ayo kita tidur , ini kandang buat kamu ya sambil meletakan Ruby dikandang.
“ Meow meow ” Ruby melompat ke kasur Karissa.
“ Loh kenapa kamu disini, kamu harus tidur dikandang itu sudah aku siapkann” sambil
melihat Ruby.
“ Meow meow. Lalu Ruby kembali naik keatas kasur ”
“ Oke baiklah kalau begitu, kamu aku izinkan tidur dikasur ku ”
Sambil merenung Karissa berpikir, kenapa setiap aku berbicara dengan Ruby aku selalumerasa dia juga berbicara kepadaku. Tadi ketika selesai makan Ruby menghilang lalu aku
mendengar suara orang bergumam ( La la la la ) dari arah dapur. Ketika aku ingin melihat
ada apa di dapur, ada Ruby yang berjalan keluar dari dapur dan anehnya semua piring kotor
sudah bersih padahal piring kotor paman dan bibi aku yang membawa nya ke dapur lalu
aku tinggal sebentar mengambil minum di meja dan paman dan bibi masih ada disana.
“ HUH HERAN ” teriak Karissa.
Keesokan hari ….
“ Ruby kamu dimana ” sambil mengusap mata nya.
Karissa mendengar suara air dari kamar mandi, seperti ada yang sedang mandi.
Setelah itu Karissa membuka pintu toiletnya.
“AAAAAAA kamu siapa? Mengapa kamu ada di kamar ku ” Karissa berteriak
“ Tenang tenang kamu jangan panik ini aku Ruby, ini memang tidak masuk akan tapi ini
kenyataan bahwa aku adalah Ruby kucing mu ”
“ Aku bingung , kamu itu manusia atau kucing sih ” sambil menatap Ruby
“ Ini tidak mungkin. Apakah aku sedang bermimpi ” Karissa mencubit pipinya dan terasa
sakit berarti aku tidak sedang bermimpi tapi bagaimana mungkin huhhhhh Karissa
menghela nafas.
“ aku ini bisa berubah menjadi kucing kembali ” Karissa kaget
“ Bagaimana bisa. Apakah kamu kena kutukan? ”
“ Nanti akan ku jelaskan. Saat ini aku ingin menikmati menjadi hewan peliharaan, disayang,di manja dan tolong bersikap lah seperti biasa bahwa aku ini kucing mu”.
2 minggu kemudian
“ Bibi aku pergi ke luar dulu ya ”
“ iya , tapi pulang nya jangan malam ya ”
“ Iya bibi ”
Sore hari nya…
“ Ruby ayo kita pulang ”
“ Ruby.. sambil memeluk Ruby.”
“ Halo Karissa , terima kasih sudah merawat ku dengan sangat baik dan membantuku
menjadi manusia lagi ”sambil
“ Jadi kamu ini manusia kucing? ”
Eh iya Karissa
‘Bagaimana kamu bisa jadi kucing? Karissa bertanya kepada Ruby.
‘Dulu aku tinggal bersama ibuku lalu ada peperangan di desa. Lalu ibuku meninggalkan
aku sendirian di rumah dan meninggalkan surat untuk ku dan boneka kucing dan kalung.
Setelah itu aku memakai kalung itu , keesokan harinya aku berubah menjadi kucing. Setelah
aku ke kota ini aku menemukan orang yang ingin memeliharaku dengan sangat baik dan
membantuku berubah menjadi manusia lagi , tapi sebenarnya nama asliku Coco tetapi kamu
mengubah namaku menjadi Ruby, tapi terserah kamu mau panggil namaku apa yang
penting aku tinggal bersamamu’.
“ Jadi nama asli kamu itu Coco? ” bertanya kepada Ruby.
‘Iya’.
1 tahun kemudian…
‘Seharusnya dari awal aku tinggal dengan mu Karissa’ sambil tertawa dengan Karissa.
Ending...
9 notes · View notes
anisaoktvn · 1 year
Text
Menuai Omong Kosong
Ada banyak rencana yang muncul sejak aku dan kau memutuskan untuk bertemu. Bukan rencana yang serius, kadang hanya ucapan omong kosong yang terlempar ke udara dan akan hilang dalam sekejap. Aku tak pernah menganggap ucapan-ucapanmu adalah sesuatu yang harus aku pijak, sebab aku atau kau sadar betul semua yang kita perankan tak akan menjadi sebuah teater yang megah atau dipertontonkan pada khalayak ramai. Kisah yang aku atau kau buat adalah hal-hal kecil, remeh, dan kadang serupa pasir di genggaman.
Meski begitu, aku tetap dengan senang hati memunguti hal-hal tidak berguna tersebut, leluconmu, omong kosongmu, atau rancauan yang akan terus aku tanggapi. Sebetulnya, aku kelelahan menghitung waktu, membandingkan kecepatannya dengan orang-orang di sekelilingku dan berharap bertemu dengan sesuatu yang lebih serius tapi rasa-rasanya itu bukan sesuatu yang mengusik kepalaku terlalu dalam. Aku sedikit memberikan waktuku untuk kau bunuhi, atau mungkin kau sedikit menyerahkan waktumu untuk aku main-mainkan. Aku dan kau menganggap ini hanya serupa tamasya kecil dari kerumitan hidup.
Namun, meski awalnya begitu, aku tahu cepat atau lambat aku akan sepenuhnya jatuh pada setiap omong kosong tersebut. Aku akan berangsur memercayainya, aku akan mulai kecewa pada hal-hal kecil, atau bahkan semua hal yang aku atau kau anggap lelucon itu, berubah menjadi kerumitan hidup daripada sebuah tamasya untukku.
Suatu hari pada pertemuan entah ke berapa dan rencana yang ternyata terealisasi, ada sebuah pertanyaan kecil yang aku prediksi sudah kau coba simpulkan dari tingkah-tingkah anehku yang muncul. Kau bertanya di sela-sela waktumu mengerjakan pekerjaanmu di laptop dan aku bersama bukuku yang tak selesai-selesai dibaca. Kau dan aku duduk berhadapan di sebuah tempat kopi yang tidak cukup ramai, sebab ini hari kerja dan masih pukul 11 siang pula. Tiba-tiba layar laptop itu kau tutup setengah lalu kau mengetuk meja memintaku untuk memperhatikanmu.
“Apa? Sudah selesai?” Aku mengambil pembatas buku dan menyelipkannya pada halaman 206 ketika pemeran utama di buku tersebut sedang mencari keberadaan teman-teman lamanya yang secara tiba-tiba menjauhi dirinya.
“Tentu belum, tapi ada hal yang ingin aku tanyakan. Agak penting sih, jadi ketimbang lupa.”
“Hm, aku udah mandi.” Kau tertawa mendengar jawaban asalku, aku dengan yakin pertanyaan yang kau punya pasti adalah sesuatu yang tidak penting.
“Aku terlalu banyak bercanda ya?”
“Kamu tahu jawabannya jadi tidak perlu aku jawab.” Aku kembali membuka bukuku yang masih ada digenggaman tapi sejurus kemudian kau mengambil buku itu, menutupnya kembali dan menyimpannya di atas meja.
“Ini lebih bikin penasaran ketimbang peratanyaan asal yang sering aku tanyakan, jadi coba dengarkan dan tolong dijawab.”
“Kalau beneran hal serius, aku traktir makan siang hari ini.” Aku tetap yakin kau akan menanyakan sesuatu omong kosong maka aku bertaruh untuk makan siang aku dan kau hari itu.
“Wah, transaksi yang menarik. Setelah aku bertanya dan kamu jawab. Ayok kita cari makan siang mahal hari ini.” Aku memandangnya dengan tatapan yang cukup sinis, wajah yang sering kali muncul ketika kau menggodaku dengan hal-hal semacam itu. “Jadi, kamu suka aku?”
Tiga kata terakhir yang muncul dari mulutmu entah kenapa berproses cukup lama di kepalaku, kemudian aku tertawa untuk mengatasi semua keterkejutan yang hadir di sekelilingku. Angin yang cukup kencang bahkan menerbangkan beberapa daun kemudian berjatuhan di teras dekat aku dan kau duduk. Aku mengambil minumanku dan menyeruputnya beberapa kali, kau tidak melanjutkan kata-katamu dan menunggu aku menjawab pertanyaan yang kali ini tidak bisa aku jawab dalam hitungan detik.
Kau pernah bertanya soal kenapa kucing mengeong, atau kenapa nama milikku terdengar lucu dan semua pertanyaan bodohmu selalu mampu aku jawab dengan jawaban yang tak kalah tolol. Namun, untuk pertanyaanmu kali ini aku membutuhkan waktu untuk setidaknya lebih pintar dalam merangkai kata-kata milikku.
“Yah, aku harus mengeluarkan uang lebih hari ini,” aku berharap kau tertawa dengan leluconku tapi sayangnya kau terlihat serius dengan pertanyaanmu. Mata bulatmu menembus mataku meminta jawaban. “Baiklah, jawabannya akan sedikit panjang dan semoga memuaskan kepenasaranmu,”
“Jika saja pertanyaan ini muncul dua bulan lalu aku akan dengan yakin untuk membalasmu dengan jawaban ‘geer banget!’ Tapi karena pertanyaannya muncul hari ini maka aku bisa jawab kalau aku suka kamu.” Kau tersenyum atau mungkin lebih tepatnya adalah menahan tawamu agar tidak pecah, “Aku tahu ya, kamu pasti lagi pengen ketawa geli dengerin jawaban aku barusan, aku ngomongnya juga geli banget ini.”
“No, I appreciate it.”
“Sebentar, masih ada tapinya.”
“Tapi?”
“Tapi,” satu kata tersebut menggantung cukup lama. Pertimbangan di kepalaku masih berlangsung. Aku tidak dalam posisi siap untuk pertanyaan macam itu. Maka aku membutuhkan waktu untuk menjawabnya dan kau membiarkan aku mengambil jeda. “Tapi aku tahu, kamu mungkin menganggap aku hanya sebagai seorang teman yang bisa kamu ajak bicara atau seorang kenalan yang bisa kau goda kapan saja. Maka dari itu aku tidak berniat mengatakannya padamu, tidak pula berpikir kita akan masuk ke relasi romantis. Jadi, perasaan suka milikku aku biarkan tetap menjadi milikku saja.”
“Hm, sorry motong. Kenapa kamu menyimpulkan aku hanya menganggap kamu begitu?”
“Karena aku membacanya, kalaupun aku tanya kamu, jawaban kasarnya pasti seperti itu. Kamu memberikan batas yang jelas dan dapat aku baca tanpa keraguan apapun.”
“Hm, maka kamu pembaca yang handal.”
“Cukup handal.” Tambahku, aku tahu betul dan mampu melihat semua perasaan yang kau punya untukku hanyalah sebagian kecil dari sebuah ‘mendapat teman baru’. Itu tidak membuatku patah, sebab sudah pula aku mempersiapkan semua hal paling buruk dari hanya mengetahui perasaan milikmu.
Aku dan kau kembali melanjutkan aktivitas masing-masing. Tidak ada percakapan lain setelahnya, seolah yang selesai dari aku dan kau bukan hanya percakapan tersebut tapi lebih dari itu. Semacam aku dan kau menemukan garis akhir yang muncul secara tiba-tiba dan memisahkan langkah aku dan kau, aku dengan persimpanganku, juga kau. Aku dan kau memanen semua omong kosong masing-masing dan membuatnya menjadi lebih tidak berarti lagi.
5 notes · View notes