ifadhilaa
ifadhilaa
Iftitaha Fadhila
79 posts
#spreadlove
Last active 3 hours ago
Don't wanna be here? Send us removal request.
ifadhilaa · 5 months ago
Text
Jangan anggap remeh selera Allah. Kata Pastor Raguel Lewi mah, iman adalah nyobain makanan yang dikasih ke kita dengan mata tertutup, karena kita percaya, Dia yang nyuruh kita nyoba, seleranya nggak jelek.
"Allah menghitung dari setiap sudut, setiap kemungkinan (possibilities), dan dari setiap what if sehingga apa yang ditetapkan itulah yang terbaik."
— M. Hafizul Faiz, dalam buku "Tuhan, Seindah Apa di Hujung Sana?"
66 notes · View notes
ifadhilaa · 6 months ago
Text
"Iqra' bismirabbikalladzii khalaq!"
Yang namanya bismillah dan bismirabbika itu bukan lagi sekadar melibatkan, tapi bergeraknya sudah atas nama.
Kita tidak membawa kehendak diri lalu kemudian meminta Allah turun tangan untuk memudahkan, tetapi kita (dengan bangga dan bertanggung jawab) memposisikan diri sebagai petugas, perpanjangan kehendak-Nya untuk melakukan hal-hal yang Dia ridhai.
Artinya kita menggunakan resource dan tools di dalam dan luar diri sebagai fasilitas dalam ketugasan tersebut.
"Ya Allah, hari ini aku pinjam ya mata dan telinganya untuk mengambil input yang dibutuhkan. Ya Allah, hatinya izin kupakai untuk memproses inputan itu ya. Ya Allah, tubuh, lisan, dan tangan ini, izin kupakai untuk bergerak dan berbicara menyebarkan cahaya-Mu ya!"
Betapa tenangnya bergerak "atas nama" sebab Dia akan menanggungjawabi hasil akhirnya. Kita hanya perlu menjalankan tugas sebaik mungkin (ahsanu amala), dengan sepenuh hati (wholeheartedly) dan segenap kemampuan (istitho'ah), tanpa terbebani oleh kegagalan atau kesempurnaan menurut ukuran dunia.
Ketika bergerak atas nama-Nya, kita tidak lagi terjebak pada ketakutan akan kekurangan diri, sebab yang bertindak bukan hanya kita, melainkan Dia melalui kita. Kita hanyalah sarana, alat dalam orkestrasi besar yang sudah diatur-Nya dengan presisi.
Diterima atau tidaknya usaha kita, itu urusan Dia. Apakah hasilnya sesuai harapan atau tidak, itu kehendak-Nya. Yang terpenting adalah willingness dan effort kita, sejauh mana kita menyerahkan diri pada misi yang Dia titipkan.
Bukankah di situ letak indahnya tawakal? Menjadi hamba yang yakin bahwa ketika kita berjalan menempuh ikhtiar dengan membawa gagasan-gagasan langit, Dia pula yang akan membuka jalur-jalur langit sebagai pertolongan berlapis-lapis. Karena itu, kita tidak perlu ragu, tidak perlu takut salah, sebab tugas kita hanya satu: menjadi sebaik-baiknya pelaksana, seikhlas-ikhlasnya hamba, dengan sepenuh-penuhnya keyakinan.
— Giza, pada akhirnya, semua kembali kepada-Nya, sebab kita memang hanyalah milik-Nya.
388 notes · View notes
ifadhilaa · 7 months ago
Text
Dalam rangka mencari sparing partner: hayu atuuh diskusii anyone :)
Hanya melalui pertentangan terhadap gagasan-gagasan kita dapat belajar bersikap kritis terhadap diri sendiri, berupaya mencapai kerendahhatian intelektual.
— Tariq Ramadhan
94 notes · View notes
ifadhilaa · 7 months ago
Text
Untungnya, Bumi Masih Berputar
Kurang lebih kaya gitu kutipan lagu Bernadya yang beberapa waktu lalu cukup viral. WIB, Waktu Indonesia Bernadya katanya.
Aku bukan pendengar lagu-lagu tren yang setiap bulan ada aja yang baru. Ketika lagu itu muncul ke permukaan dan diputar ribuan kali di ruang-ruang publik, menjadi latar bagi video-video pendek sosial media, hingga disebut-sebut di tongkrongan, aku sama sekali merasa 'ga relate'. "Apasih, galau mulu", kataku.
Semakin sering lagu itu diputar, aku semakin menghindar dan, berusaha mengalihkan. Harus aku akui, sebenarnya aku saat itu memang sedang patah hati. Jadi mendengarkan lagu sejenis hanya akan membuat aku jadi lebih parah, pikirku waktu itu.
Seiring berjalannya waktu, ternyata perasaan itu ga kunjung pergi. Jadi untuk mengobati, sekaligus mengamini bahwa aku memang sedang patah hati, aku menyempatkan diri untuk membuka lirik lagu 'Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan'. Aku menelusuri laman Google dan membaca judul-judul dari rangkaian lagu yang dirilis Bernadya itu. Ngga disangka, lagu yang disusun seperti kisah perayaan patah hati itu kasih aku insight bahwa: setiap patah hati itu pasti menyakitkan, dan setiap orang yang patah pasti butuh waktu untuk sembuh. Entah dengan cara apapun, dan berapa lama waktu yang ia butuhkan untuk bisa bangkit dari perasaan itu.
Bagiku yang tadinya benar-benar telah merasa gagal dan salah ini, hidupku berakhir. Doa-doa yang dilangitkan setiap hari itu, ibarat layangan yang putus tali senarnya. Lepas, terbang ke segala arah yang tak menentu. Sedih, kecewa, dan menyesal karena tidak menjaganya sebaik mungkin. Ingin dikejar, tapi toh buat apa? Mengejar sesuatu yang, terbangnya entah hilang kemana.
Aku menghabiskan banyak waktu untuk itu. Mengamini rasa patah hati, dan bergerak perlahan untuk bangkit dan berjalan kedepan.
'Sialnya, Hidup Harus Tetap Berjalan' mulanya jadi top list frasa buat aku. Dengan semua perasaan dan peristiwa yang terjadi, 'kesialan-kesialan' itu membuat aku terus merasa harus berjuang. Aku harus tetap belajar, aku harus tetap mengerjakan ini dan itu, aku harus tetap menyelesaikan kewajibanku, sambil membawa perasaan-perasaan itu bersamaku.
Lama kelamaan, perasaan itu berubah menjadi syukur. 'Untungnya, hidup harus tetap berjalan' akhirnya menjadi sebuah penyemangat baru. Untungnya bumi masih berputar, jadi aku masih bisa melanjutkan hidup, ketemu orang baru, dan berkarya lagi. Untungnya, aku masih ada di sini, tetep ngaji, dan berprogres walaupun sambil nangis dan bertanya-tanya.
Lucu juga ya. Fase yang ga pernah aku bayangkan akan aku alami, ternyata kaya gini rasanya.
Thank you Allah, udah kasih aku waktu buat mikir, udah kasih aku waktu buat berbenah, udah kasih aku waktu buat terus berproses pas aku lagi jatuh-jatuhnya. Tolong tetep jagain aku ya Rabb, karena aku super gampang meleyot :).
- Ifa yang masi meleyot, semoga Allah lapangkan yaa Faa~
7 Desember 2024
3 notes · View notes
ifadhilaa · 7 months ago
Text
Sehat Badan dan Ibadah yang Benar
Sekitar bulan September lalu, aku ketemu sama seorang guru yang nge-spill kalo ternyata muwashoffat yang pertama itu justru qawiyyul jism atau jasad yang kuat. Informasi ini tentu bikin aku terkejut. Berbeda dengan urutan muwashoffat yang aku hafal sejak SMA, salimul aqidah (aqidah yang selamat) dan shahihul ibadah (ibadah yang benar) adalah dua karakter kepribadian muslim yang berada di urutan teratas.
Lebih jauh lagi, bulan ini aku berkesempatan ikut klub olahraga yang coach-nya paham soal tata cara ibadah yang benar. Satu hal yang bikin aku amaze di awal adalah, beliau menyampaikan bahwa posisi solat yang sempurna itu (setelah kita punya ilmunya) didukung sama postur tubuh yang baik.
Rukuk contohnya. Aturan posisi rukuk itu, punggung sampai kepala lurus menatap ke bawah dengan tangan yang lurus juga menyentuh lutut. Kaki sejajar, menghadap kedepan. Kalau saja ada yang salah dengan postur tubuh kita, kesempurnaan posisi rukuk itu pasti susah buat didapatkan. Kaya orang-orang yang menderita kifosis/lordosis/skoliosis misalnya, yang memiliki kesulitan tersendiri untuk mencapai posisi rukuk yang sempurna.
Itu baru rukuk, belum posisi berdirinya, sujud, dan duduk-duduk dalam solat yang sulit sempurnanya kalau badan kita ga prima. Kalau bukan karena posturnya, sesederhana pilek pun bikin kita kesulitan solat dengan posisi berdiri yang sempurna.
Belum lagi soal amal-amal yang lain, kesibukan, aktivitas, angkat galon, angkat cucian, traveling, jajan, belajar, hamil, melahirkan, gendong anak, gendong cucu (banyak juga yah), juga kegiatan-kegiatan lain yang ga kalah menyita energi dan membutuhkan fisik yang prima bikin kita makin wajib buat menjaga kesehatan tubuh.
Pengetahuan soal kesehatan fisik dan kesempurnaan ibadah ini kasih insight, bahwa ternyata fisik memang merupakan faktor penting untuk mendukung pelaksanaan ibadah-ibadah kita dan pantas menempati posisi pertama. Betapa banyak umat muslim hari ini (termasuk aku heuheu) yang kurang kasih perhatian buat badannya sendiri —which is the main gear buat menghadapi hari-harinya kedepan, padahal kita pengen punya ibadah yang sempurna sampe Allah panggil kita nanti.
Jadi buat kita-kita yang masih kurang perhatian sama badan, hayuk lah bisa dimulai buat kasih treatment yang bikin dia kuat dan awet sampe tua.
- Ifa, semoga tetep rajin olahraga ya! Haha~
2 notes · View notes
ifadhilaa · 8 months ago
Text
Ujian Dulu, Baru Belajar
Lucu ya.
Di tengah kebiasaan belajar dulu sebelum ujian, kita ditemuin sama kondisi yang minta kita ujian dulu baru belajar. Jatuh dulu, baru dikasi tau hikmahnya; disuruh kerjain dulu, pelajarannya nyusul belakangan.
Aku, tadinya sempet protes. ‘Kok ga dikasi tau si, kalo bakal kaya gini?’
Tapi ternyata, aku emang lagi diminta buat belajar.
Bahwa kemauan itu, harus diiringi dengan niat yang lurus. Kemauan itu harus dievaluasi keteguhan tujuannya. Cita-cita itu, harus dijaga cara-cara pemenuhannya.
"Keselarasan niat, sarana, dan tujuan", kalo kata mentor aku.
Perkara wajib yang tidak bisa sempurna pelaksanaannya kecuali dengan keberadaannya, maka hal itu hukumnya wajib. Begitu pun untuk perkara sunah, juga yang haram.
Niat, adalah yang membedakan amal satu dengan lainnya, ibadah satu dengan ibadah lainnya. Berikut dengan sarana yang digunakan, serta tujuan yang jadi muaranya.
Maka semoga, dengan cara ini: aku bisa belajar lebih baik lagi dalam mengelola niat, memilih sarana, dan menentukan tujuan (:
-Ifa yang setelah ujian baru belajar, 25 Oktober 2024
4 notes · View notes
ifadhilaa · 9 months ago
Text
Seharusnya Memang Tanya Allah Dulu Saja
Hari itu, aku patah.
Entah kapan tepatnya, aku justru merasa gagal pada hari yang seharusnya menjadi saat-saat paling bahagia dalam hidupku. "Aku salah", adalah pikiran yang terus menghantui ku sampai hari ini, dan jujur saja aku malu mengakuinya.
Aku mengutuk semua nilai-nilai yang pernah aku bangun. Aku menyesal dengan pilihan-pilihan yang aku buat di hari-hari kemarin, aku mempertanyakan segala yang tadinya menurut ku tepat dan seharusnya. Aku ragu-ragu pada urusan yang tadinya aku serahkan dengan sepenuh keyakinan ku pada Allah dan rencana-Nya, aku penuh ketakutan.
Aku kehilangan diri ku sendiri.
Aku benar-benar nyaris kehilangan diri ku sendiri. Aku nyaris kehilangan Ifa dengan nilai-nilai yang dia pikir itu baik. Aku nyaris kehilangan kepercayaan, dan aku hampir-hampir saja menggadaikan harga diri ku hanya karena aku merasa, "Aku salah".
Hari itu adalah kali pertama sebuah percakapan dibuka. Percakapan yang aku pikir hanya akan terjadi sekali, untuk seumur hidup.
Aku terus menerus menghubungi orang-orang terdekat ku. Aku benar-benar berusaha menjangkau apa yang bisa aku jangkau. Aku mencari dengan segenap pengetahuan dan kemampuan yang aku punya, dan kenyataannya: aku tidak juga menemukan jawabannya.
Aku benar-benar patah.
Aku merasa gagal menjadi Ifa yang aku inginkan. Aku merasa gagal mewujudkan segala imajinasi dan mimpi yang aku buat, aku merasa gagal karena nilai-nilai yang aku berusaha jaga. Aku merasa, nilai-nilai itu hanya membatasi aku mendapatkan apa yang seharusnya aku dapatkan.
Pikirku, kalau saja aku tidak begini dan begitu, tidak disini dan melakukan ini, tentu mudah saja bagi ku perihal ini.
Aku benar-benar bingung. Kenapa dari setiap usaha yang aku lakukan, aku tak kunjung juga mendapatkan jawabannya?
Aku menangis. Aku meninggalkan semua hiruk pikuk urusan ku, mengosongkan jadwal-jadwal pertemuan, dan aku menangis. Aku kembali ke kamar, dan menghamparkan lembaran tipis dan panjang itu. Aku kehabisan kata-kata. Kenapa dari semua usaha yang aku lakukan, seolah semuanya sia-sia?
"Rabbighfirlii", menjadi satu-satunya yang bisa aku ucapkan di atas sajadah sambil membiarkan air mata membasahi seluruh wajah dan mukena ku.
Hari itu, aku telah lupa.
Aku lupa bahwa yang paling utama harus dicari adalah 'menurut Allah'. Aku lupa, bahwa ada zat yang paling bisa 'memberi tahu', aku lupa bahwa hanya ada satu-satunya tempat manusia bisa bergantung, aku lupa bahwa yang seharusnya paling pertama aku cari adalah: Allah.
Hari itu, aku telah lupa. Bahwa setiap usaha hanya akan berakhir sia-sia, jika tidak melibatkan Allah di dalamnya.
Dear, Allah. Tolong, maafin Ifa ya? :) Cukup Ifa cari tau sendirinya, selebihnya tolong dibantu ya? Please ❤️
- Ifa, 8 Oktober 2024 dan pelajaran berharganya. Semoga tidak pernah lupa, ya! ❤️‍🩹
13 notes · View notes
ifadhilaa · 9 months ago
Text
Hasad
Kamu pernah nggak mendapati orang lain atau bahkan dirimu sendiri dalam kondisi "holding a grudges" dengan intensitas yang tinggi dan jangka waktu lama? Terus kamu bilang, "emangnya nggak capek ya?"
Dalam hidup, kita dipertemukan dengan orang-orang yang menguji kita. Hasilnya kadang berupa luka atau trauma. Kemudian orang-orang itu berlalu begitu saja melanjutkan hidup mereka tanpa menyadari seberapa besar dampak perbuatan mereka terhadap kehidupan kita. Hidup terasa tidak adil ketika mereka kemudian memperoleh kehidupan yang tampaknya lebih baik daripada kita. Lalu hati kita mulai menumbuhkan ketidakrelaan atas peningkatan kualitas hidup mereka.
Tapi kemudian, aku menemukan insight menarik tentang hasad dalam surat Al-Falaq.
Hasad adalah perasaan tidak senang terhadap keberuntungan atau kelebihan yang Allah berikan kepada orang lain, disertai keinginan agar nikmat tersebut dicabut dari mereka.
"Tidak masalah aku punya sesuatu atau tidak, mereka seharusnya tidak punya apa-apa."
Orang yang hasad berbeda dengan orang yang iri hati. Sikap iri hati cenderung menginginkan apa yang ada pada orang lain. Sedangkan hasad, pada dasarnya adalah musuh keberadaan yang mendukung kehampaan. Mereka tidak dapat menangani pertumbuhan atau kesuksesan.
Hasad menggerogoti orang yang memilikinya sebab sikap seperti ini tidak pernah menemukan kedamaian dan tidak pernah berhenti. Orang yang hasad merasa terganggu oleh kualitas positif apapun pada orang lain. Pada dasarnya, mereka tidak ingin siapapun memiliki hal-hal baik. Mereka tidak berakar pada landasan nalar.
Sementara itu, Rabbil Falaq = Tuhan Segala Perluasan
Ketika kita berkata, “Aku berlindung kepada Sang Pemelihara Al-Falaq,” kita mengakui bahwa sebagai “Rabb,” Allah selalu berada di pihak kita dalam hal pertumbuhan, perluasan, dan perkembangan
Sikap hasad digambarkan sebagai “kejahatan” dalam surat Al-Falaq karena kebalikan dari konsep falaq. Poin inti dari hasad adalah menginginkan kesempitan dan ketiadaan pertumbuhan untuk orang lain yang pada akhirnya berefek pada penyempitan hati kita sendiri.
Sedangkan Allah menyukai falaq. Dia mengatur penyebaran, mencintai perluasan, menginginkan pencerahan, menghargai keberadaan, dan lebih menyukai cahaya dan pertumbuhan. Semua tindakan eksistensial selaras dengan falaq.
Ternyata secara definisi, aku pribadi pun sangat pernah ada di posisi itu. Aku pernah tidak rela ketika orang lain punya kualitas yang terus meningkat. Tapi Allah selalu menghendaki kebaikan untuk makhluknya. Bahkan aku yang dulu seorang yang hasad pun atas izin Allah diperjalankan dengan pertumbuhan
Dan outcome-nya sekarang pengen berlindung dari sifat-sifat itu (terutama hasad dalam diri, di samping hasadnya orang lain). Aku nggak bilang aku udah bersih dari hasad, tapi aku tahu Allah selalu mengerjakan sesuatu di dalam diriku. Itu yang mau aku yakini dan jadi pegangan untuk selalu aware lebih dini atas gejala apapun yang nggak ngenakin. Jadi menurutku, Allah juga memberi ruang untuk orang yang hasad, agar tidak tetap berada di kondisi hasadnya.
Buatku, ini semacam ujian kesadaran. Ujian tentang seberapa kita mau mikirin, "respon apa yang Allah mau ketika aku melihat pertumbuhan hamba lainnya ya?"
Soalnya ya, fitrah manusia mah bertumbuh dan berkembang. Sebab kita diciptakan dari tanah, maka pasti ada yang Allah harapkan untuk tumbuh di dalam kita. Berlaku pula pada diri orang lain. Gimanapun besarnya hasrat kita untuk memendam pertumbuhan orang lain, nyatanya ya, mereka juga manusia. Pertumbuhan manusia manapun nggak bisa tertolak, kecuali oleh dirinya sendiri (13:11).
Mungkin perbuatan mereka nggak bisa dimaafkan dan kadang masih suka bikin nangis saking kita nggak bisa terima dengan kerugian dan dampak yang kita tanggung sendiri. Tapi kita dinasihatkan untuk “move on”, melupakan serta memaafkan apa yang telah berlalu, for the sake of one’s well being, mental health, and self-growth.
Cause a rotten heart is too heavy to carry. Sementara kita butuh hati yang ringan untuk tetap melanjutkan perjalanan.
— Giza dan private lesson dalam kehidupannya
58 notes · View notes
ifadhilaa · 9 months ago
Text
Salam Kenal, Aku Ifa
Tulisan ini dibuat, untuk seseorang yang secara terang-terangan berkenan untuk mengenal Ifa.
Sebagian besar mengenal Ifa dari komunitas dan organisasi, tempat yang mengharuskan Ifa untuk bekerja dan berpikir, menyelesaikan masalah dan berinovasi. Mengambil keputusan, menjadi kakak, memberikan jawaban, mengafirmasi banyak hal, dan optimis; dengan itu orang mengenal Ifa sebagai "Mba Ifa". Sebagian lain, mengenal Ifa dari kejauhan. Melihat Ifa berkomunikasi, melihat Ifa tertawa, melihat Ifa berjalan, duduk, berdiri, dan sedikit berinteraksi; yang dengan ini kemudian orang bilang "Ifa orangnya A, B, dan C".
Sebagian lain, aku beruntung karena Allah kirimkan mereka ke dalam hidup ku. Orang-orang yang sesekali pasti menjadi tempat menumpahkan air mata, kesel, tantrum, ketawa, random, serius, mencari jawaban, dan tempat mengadu; orang-orang yang tidak segan memberi masukan atas apa yang dilakukan Ifa –yang mereka suka bilang "Iya, aku tau Ifa orangnya kaya gimana, dan sebaiknya Ifa gimana".
Hari ini, masing-masing tengah membangun kehidupannya. Sesekali bertukar cerita, beberapa bisa ditebak dengan melihat update kehidupannya di media sosial.
Kepada masing-masing orang ini, aku dengan sadar ingin mengucapkan: terimakasih sudah jadi bagian dari cerita hidupnya Ifa.
Lalu kepada kamu, orang-orang di waktu dan kesempatan yang singkat, yang kemudian berkenan untuk mengenal Ifa lebih jauh: salam kenal ya, ini aku, Ifa.
Bogor yang sudah hujan, 24 September 2024 ❤️‍🩹
*dalam rangka baru menyadari, bahwa diantara 4 Johari Windows itu ada satu bagian yang namanya 'unknown', dan karena unknown, kita juga gatau kan kapan si unknown ini keluar. makasi udah menerima sisi unknown yang kadang Ifa juga baru tau kalo punya sisi itu!
10 notes · View notes
ifadhilaa · 9 months ago
Text
Update Doa
Sejak bulan Juni berakhir dan doa belum bersua dengan jawaban, Juli hingga Agustus jadi berjalan dengan doa seadanya. Doa yang tidak menginginkan apapun, hanya melamun dan mengevaluasi ikhtiar serta proses berdoa itu sendiri, ya disambil mempelajari cara para nabi berdoa juga.
Tapi cita-cita itu masih ada.
Aku tidak bohong dan aku tidak bisa menyangkal bahwa aku benar-benar menginginkan itu. Dua bulan ini aku bersikap pura-pura lupa kepada diriku sendiri, baru sekarang nangis lagi karena sebenarnya aku "nggak mau lupa" bahwa aku pernah punya satu cita-cita spesifik tersebut. Aku nggak mau melupakan semua ikhtiar yang pernah aku jalani. Aku ingat betul, aku pernah seberjuang bulan Juni kemarin. Sebuah perjuangan langka untuk orang se-gampang-puas aku.
Jadi doaku sekarang adalah:
"Ya Allah, jika keinginan kuat ini bukan datang dari Engkau—melainkan dari nafsu dan kesotoyanku sendiri—hilangkan saja tanpa bekas. Tolong jangan menangkan egoku. Aku takut celaka jika hatiku tidak dapat berdamai dengan ketentuan-Mu. Mohon aturkan hatiku, baiknya gimana.
Tapi jika memang keinginan ini datang dari-Mu, aku percaya Engkau akan bertanggung jawab atas cita-cita yang Engkau taruh dan tumbuhkan di dalam hatiku. Mimpi itu ada bukan tanpa alasan, kan? Jika Engkau yang buat aku berharap setiap hari, aku takkan kecewa. Aku percaya segalanya aman di tangan-Mu."
Yah, benar-benar nggak tahu ke depannya akan seperti apa sementara yang lain sudah maju jalan di timeline hidupnya masing-masing. Aku seperti jalan di tempat seolah-olah ada yang menahanku tapi entah apa. Tapi namanya manusia, sifat dasarnya terburu-buru. Mungkin dengan "penundaan" inilah Allah mendidik sifat dasar itu. Dia menahan, mengizinkan, menghendaki, bahkan mempercepat sesuatu dengan maksud-Nya sendiri. Dan maksud itu selalu lebih tepat guna dibandingkan ekspektasi yang aku bangun di kepala.
Barangkali ada yang ingin Allah mudahkan dengan penundaan. Maka subhanallah akan jadi pengakuan utama di bulan ini bahwa Dia Maha Sempurna. Aku serba hina dengan semua kesotoyanku. Aku nggak mau egoku menang di hadapan Dia. Tapi juga nggak mau harus pura-pura lupa. Soalnya harga diriku ada dalam proses yang aku jalani saat berikhtiar. Jadi, Ya Allah.. mohon prosesnya dinilai jadi amal ibadah, ya. Soalnya pas dijalani kemarin, rasanya nikmat sekali walau bersusah-susah. Aku pengen lagi ngerasain berjuang yang kaya gitu.
Pokoknya jangan disuruh menyerah dulu akunya, Ya Allah. Kata Friede di seri Pokemon Horizon, "masih terlalu dini untuk menyerah."
Mungkin saat momentumnya datang kemarin, aku belum siap. Tapi aku mau mempersiapkan diri agar ketika momentum selanjutnya datang, aku nggak menyia-nyiakannya. Level awareness-ku juga meningkat, takutnya ada momentum yang datang tapi aku kecolongan atau kelewatan.
— Giza, pengen disayang Allah, takut kalo hatinya memutuskan menyerah dalam menghamba dengan versi terbaiknya
79 notes · View notes
ifadhilaa · 10 months ago
Text
Something That Last Forever
Menjadi sebuah kebiasaan (atau mungkin lebih tepatnya, sedang coba dibiasakan) bagi aku untuk menyusun rencana anggaran dan rincian pengeluaran pribadi setiap hari dan mengevaluasinya setiap bulan. Awal mulai journaling soal keuangan ini, aku pribadi ngerasa deg-degan, ga siap dengan kenyataan besaran pengeluaran ku tiap bulan dengan presentase masing-masing kategorinya. Takut kalo porsi jajannya gede sementara lainnnya cuma numpang nama :)
Mengikuti nasehat pakar keuangan, katanya teh emang harus dibikin biar kita tau pola pengeluaran dan bisa manajemen cash flow dengan lebih baik, (((meskipun awalnya menakutkan))).
Jadi sejak pegang uang sendiri dan dituntut untuk lebih aware, mulailah pencatatan yang menakutkan itu. Manfaat yang aku rasain sampe hari ini, adalah benar aku jadi lebih hati-hati pake uang dan tau prioritas pengeluaran ku (jadi ga sembarangan). Aku juga jadi lebih perhatian sama sesuatu yang masuk dan keluar dari tubuhku.
Diantara rutinitas itu, adalah aku cerita ke ibu soal rencana ku bulan ini. Ngga jarang juga, kekhawatiran soal rezeki aku ceritain ke ibu. Sampai-sampai, ada pesan yang selalu ibu ulang-ulang. Pesan itu adalah:
Tumblr media
Infaq. Hal penting yang ringan, dan tidak boleh dilupakan bagi setiap individu muslim. Ringan, sangat ringan bahkan kadang disepelekan. Apa kata ibu soal infaq?
"Harus ada anggaran untuk infaq ya mba, karena itu yang akan jadi milik kita selamanya"
Keren. Aku si anak baru journaling keuangan ini dikasih tips sama ibu biar hartanya last forever dengan investasi akhirat. Nasihat yang belum aku temui di konten-konten financial planning yang suka aku dengerin di laman-laman media sosial itu.
Jadi keinget, ada 3 hal yang bisa lebih panjang dari umur: doa anak shalih, amal jariyah, dan ilmu yang manfaat. Semoga ya, sesuatu yang udah dititip ke kita ini bisa last forever meskipun kita udah ga ada di dunia. Aamiin.
Dari Ifa, yang lagi di Bogor. Kota Hujan, yang dikira sejuk. Mungkin sejuknya di daerah tertentu aja ya? Terus ini tadi mendung, tp ga hujan. Semoga hujan turun malam ini (ga papa meskipun aku lagi jemur baju, semoga ga kehujanan), 14 Agustus 2024.
3 notes · View notes
ifadhilaa · 11 months ago
Text
إذا أراد الله لك خيراً، جنّد كل من على الأرض لينالك هذا الخير، وإذا أراد الله منعك من شر، سخر كل من على الأرض ليحميك منه فلا تخف واطمئن، فأمر الله نافذ بكل حال.
If Allah intends good for you, He will mobilize everyone on earth to bring you that good. And if Allah intends to protect you from harm, He will employ everyone on earth to shield you from it. So do not be afraid and be at peace, for Allah's command will prevail in all circumstances.
وَإِن يَمْسَسْكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّۢ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍۢ فَلَا رَآدَّ لِفَضْلِهِۦ ۚ يُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
“And if Allah touches you with harm, none can remove it but Him; and if He intends for you good, then none can repel His bounty. He causes it to reach whom He wills of His servants. And He is the Forgiving, the Merciful.”
(Quran 10:107)
601 notes · View notes
ifadhilaa · 1 year ago
Text
Untuk Siapapun yang Membacanya Hari Ini
"Kamu harus lebih berani" katanya. Wajah mu mengernyit, dahi mu berkerut. Raut wajah mu berubah, bibir mu samar melengkung ke bawah. 'Ah, dia tidak tahu apa-apa' ujar mu dalam hati.
Siang itu layar laptop tengah menatap mu, hening. Menampilkan ribuan kata-kata yang harus kamu olah menjadi sebuah rangkai tulisan penuh arti. Kepala mu menata serpihan-serpihan pengetahuan yang kamu baca dari jurnal-jurnal yang penulisnya belum pernah kamu temui. Ruang obrolan mu di WhatsApp dipenuhi dengan nomor orang-orang penting, yang tidak kamu sangka akan sering kamu hubungi hari-hari ini. Jari-jari mu telah lincah mengetuk-ngetuk papan ketik yang nyala mati. Indera-indera telah terlatih mengelola informasi.
Seseorang yang duduk di hadapan mu hari itu, terus berbicara tentang mu dan diri mu. Dihadapannya, kamu tersenyum menyimak setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Setelah hari-hari yang panjang, sebenarnya hari ini kamu telah menjadi lebih berani. Kamu membuka tabungan yang kamu sayang-sayang itu, kamu memulai hidup baru mu, sendiri. Beranjak keluar dari rumah, langkah pertama mu, hari itu.
"Lihat, aku telah berjalan sejauh ini", kamu tersenyum lebar.
Satu per satu doa yang kamu tulis di layar perangkat-perangkat pintar mu itu, kamu tersenyum melihatnya hari ini. Gerak mu kini sangat hati-hati. Kamu tulis semua rencana-rencana, kamu pun bersiap-siap. "Aku mau ini jadi yang terbaik", kalimat yang terus kamu tanamkan dalam hati. Kamu benar-benar telah melangkah sejauh ini. Mengalahkan semua ragu-ragu yang dulu menyelimuti.
"Tuhan, aku hanya menggantungkan harap ku pada Mu. Tolong aku ya, Tuhan" bisik mu di setiap hening lima waktu.
"Hei, kamu telah benar-benar berani." Kamu menenangkan diri, menepuk-nepuk sendiri pundak yang kaku.
Iya, kemarin kamu seperti itu. Kamu mengalahkan semua takut dan ragu-ragu. Kamu berlari dari bayang-bayang kelam masa lalu. Kamu melangkah jauh, sungguh jauh sekali. Aku, bangga melihat mu.
Hari ini, aku lihat sinar diri mu yang redup. Bisik-bisik dari dalam hati mu itu, muncul lagi. Telinga mu berdenging, dan tubuh mu tak lagi seperti hari kemarin. Hari ini aku kehilangan diri mu yang lalu. Aku kehilangan raut wajah penuh semangat yang lekat dengan nama mu. Aku kehilangan jiwa mu yang murni itu. Aku, kehilangan kamu hari ini.
Hei, aku harap kamu tidak berhenti di sini. Aku benar-benar berharap kamu memperjuangkan pilihan mu. Sungguh kamu benar telah melangkah sejauh ini, dan aku benar bangga melihat mu.
"Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar,".. (2:155)
Untuk mu: kita usahakan sama-sama ya.
Surakarta, 11 Juli 2024
3 notes · View notes
ifadhilaa · 1 year ago
Text
Tidak Pernah 'Siap' untuk Kehilangan
Pagi tadi saat hari masih gelap, Abi mengetuk pintu kamar ku. Aku mendengar sayup-sayup suaranya sambil setengah membuka mata. Katanya, "Ndusky mati mba", diulangnya dua kali untuk memastikan aku mendengar kabarnya. Masih terlalu pagi untuk mengurus semua prosesnya saat itu.
Ndusky, begitu aku memberinya nama, kucing kami yang sudah hampir 10 tahun membersamai kami, telah habis masa hidupnya di bumi. Bagi pemilik hewan peliharaan, pastinya tidak mudah melepaskan anabul –yang kita sering menghabiskan waktu bersamanya. Mendengar suaranya, mendengar dengkurannya, mengelus bulunya, dan membersihkan kotorannya.
Tadinya, jujur saja aku memang tidak menyukai hewan peliharaan di rumah. Kotor dan repot, pikir ku. Hari-hari berlalu, dan aku menjadi si repot yang perlu rutin mengantarnya ke klinik hewan, yang cukup jauh dari rumah. Ikatan emosional yang tadinya tidak begitu kuat (karena secara literal itu sebenarnya peliharaan adik ku), jadi tumbuh. Aku senang melihatnya tambah besar dan berat, makan dengan baik, buang air teratur, dan sebagainya. Aku juga turut sedih, kala penyakit yang kami tidak ketahui penyebabnya terus membuat kondisinya menurun. Dia tidak lagi berminat untuk makan dan bermain, giginya ompong, berat badannya turun. Ah, saat-saat yang menyedihkan.
Belakangan, kondisinya memang naik turun. Beberapa kali kami dapati dirinya hilang kesadaran sehingga kami perlu memanggil namanya dan menggoyangkan badannya untuk memulihkan kesadarannya. Sesekali membaik, membuat kami senang sekaligus berharap, 'Sepertinya dia akan sembuh dan sehat seperti sedia kala'.
Tapi hari ini, waktunya telah benar-benar usai. Tubuhnya telah terbujur kaku di tempat biasanya ia tidur. Benar, kali ini badannya terasa lebih berat, tapi ia tidak bisa bermain bersama lagi. Kami menguburkannya setelah matahari terbit di halaman samping rumah kami, semoga kelak Ndusky bisa jadi saksi untuk kami di akhirat nanti.
Sebagai orang yang akhirnya memiliki tanggungjawab atas kehidupan dan kesejahteraan kucing itu, aku jadi berpikir: 'Kenapa ya, dulu masih sempat mengeluh waktu harus merawat dia dengan baik? Kenapa tidak aku rawat saja dia, toh sebenarnya dia juga tidak ingin sakit?'
Iya, gitu rasanya. Aneh? Mungkin iya. Menyesal karena tidak menjalankan tanggungjawab merawat kucing dengan baik dan tulus.
Penyesalan ini, juga datang kala Uti dan Akung pergi lebih dulu karena telah usai tugasnya di bumi. Bukan, bukan bermaksud menyamakan Uti dan Akung (nenek dan kakek ku) dengan kucing. Tapi penyesalan itu tetap tinggal, walau waktu sudah beranjak pergi.
Mungkin, memang begitu hakikatnya. Penyesalan selalu datang di akhir, dan hari-hari di saat kita menjalani kehidupan, adalah hari-hari yang penuh dengan keluhan. Jadi, kenapa tidak kita jalani saja dengan maksimal? Selagi masih ada waktu bersama, kenapa tidak kita ciptakan saja kenangan yang baik?Toh, Tuhan tidak pernah menginginkan yang buruk terjadi pada kita.
Ifa, belajar dari kehilangan.
3 notes · View notes
ifadhilaa · 1 year ago
Text
Tumblr media
Oh God, grant us a relief from every worry, a way out from every distress, and wellness from every affliction, and grant us, ya Allah, from where we do not expect..
220 notes · View notes
ifadhilaa · 1 year ago
Text
Prayers are more effective than your worries. turn your worries into prayers & Allah will turn your prayers into miracles.
"Allah knows you're sad, tired and broken. But Allah also knows that you can handle it and you're strong enough."
538 notes · View notes
ifadhilaa · 1 year ago
Text
He is Allah, the Creator of Time
"...karena yang ngatur waktu kita kan Allah, maka insyaallah selama diniatkan untuk kebaikan, pasti Allah aturin waktunya", nasihat dari mentor ku soal waktu.
Kali ini, setelah berkali-kali Allah yang bikin segalanya teratur, aku benar-benar dibuat kagum dengan cara-Nya mengatur waktu. "Pasti ada aja cara Allah, bikin kita available buat agenda-agenda kebaikan yang kita niatkan" gitu, lagi-lagi kata mentor ku.
Persis, akhir pekan besok, agenda ku tiba-tiba pindah karena satu dan lain hal. Aku yang tadinya perlu pikir-pikir strategi buat atur gimana caranya biar ga meninggalkan salah satunya, tiba-tiba bisa ikut semuanya dengan waktu dan kondisi yang lebih lapang insyaallah.
Hal mudah bagi Allah mengatur agenda-agenda kita, yang akhirnya bikin aku jadi lebih yakin, bahwa Allah punya timing yang presisi, tepat, persis tidak terlambat sedikitpun.
Thank you Allah, for making things happen perfectly for me. Jadi buat apapun yang berhubungan dengan waktu, trust me, semua punya waktu terbaiknya.
–Ifa, dengan ikhtiarnya menjaga waktu. Semoga Allah selalu berkahi ❤️
2 notes · View notes