Tumgik
#projectakhirtahun
crackedmeup · 8 years
Text
WhatAmIThankfulFor #EP1
#WhatAmIThankfulFor
Pertama: Drama pertemanan yang cukup melibatkan banyak orang berhasil dilalui. (Banyak? Se-peers, lah maksudnya). Kalo dulu, waktu tahun-tahun awal konfliknya cuma sekedar masalah aku sama suci, (hihi, peace suc!). Tapi sekarang, lebih ke masalah kelompok kita. Akhirnya di sore menjelang malam itu, kita kumpul. Sharing unek-unek masing-masing. Dan akhirnya, endingnya, kita kehilangan satu sahabat yang dulunya sering sekali ikutan kumpul. But, that’s okay, people come and go right?
Solusi yang paling jitu yang dikeluarkan oleh Popy hari itu adalah: yaa kita harus terbuka satu sama lain, terbuka yang bener-bener terbuka. He’eh. Karena kita (se-peers ini) pada dasarnya mirip-mirip, kayak: 1. Gak bisa mengungkapkan ketidaksukaan 2. Gak enakan 3. Gampang sakit hati-an. Jadilah kita begini. Gak terbuka satu sama lain. Aku sendiri pernah begitu, ujung konflik-ku adalah bilang “hey aku gak suka kamu begini”, kemudian temanku ini sakit hati. Aku juga gak enak, bener-bener gak enak. Tapi lihat sekarang, kita baik-baik saja. Ada lagi temenku yang satunya. Ketika Ia gak suka, Ia diam. Ia diam. Diam lagi. Sampai akhirnya seminggu kemudian berinteraksi lagi seperti biasa. Ia cuma butuh waktu. Dari situ, aku belajar. Penanganan konflik masing-masing orang beda-beda. BEDA. Gak bisa disamakan.
TAPI, yaa biarlah solusi saling terbuka ini jadi semacam teguran aja untuk kita. Meski gak semua orang bisa melakukannya. Orang macam kita yang pengennya dimengerti orang lain ketika cuma ngomong “A..i..u”, butuh juga ditegor gini. SUPAYA, gak mengandalkan orang lain buat paham apa yang kita mau sementara kita sendiri gak mengkomunikasikannya. YE GAK?
#WhatAmIThankfulFor
Kedua: “I AM FREE (!)”. Setelah terbelenggu masa lalu dengan sang mantan #eeaa. Akhirnya aku bisa full melepaskan. Indikatornya, gak chat-chat lagi, gak nelpon random lagi (HAHA). I’m so proud of myself. Walaupun kalo kepo ke pacarnya mantan yang sekarang masih ada sih, dikit. Wkwk.  Masalah aku yang super merasa ketergantungan dengan mantan ini udah jadi topik konseling aku dua kali, dengan kelompok konseling. Thanks Juli for listening to all those stupid action that I did. Aku minder untuk cerita masalah ini ke temen-temen se-peers. Karena masalahnya berlarut-larut. Aku block dia, kemudian aku unblock. Aku bertekad gak mau ngechat dia lagi, kemudian esok harinya aku chat lagi. Kalo cerita ke Luthe pasti reaksinya udah “GILAAAA MANEH YEN”. Tapi untungnya ada mata kuliah konseling, yang didalamnya ada praktikum mengkonseling-kan temen sendiri. Dan, LAGI LAGI, aku dapet kelompok praktikum sama Juli. Keluar deh semua cerita tentang mantan ini, wkwk.
Sekarang kalo aku mengenang apa yang udah aku lakukan waktu itu, aku berasa bego sih. Dia jauh di Lampung. Aku random nelpon malem-malem, KETIKA SEBENERNYA BANYAK LAPORAN PRAKTIKUM YG HARUS DIKERJAKAN. Yaa Ampun, Bodohnya! Curhat ke dia pun soal-soal gak penting. Nanya hal gak penting semacam “Udah makan belum? Makan apa? Enak gak?” SO WHAT! PERTANYAAN GAK PENTING BGT, SUMPAH. Tapi biarlah, terkadang kita harus melakukan sesuatu yang bodoh untuk tahu bahwa hal-hal tersebut bodoh. #naonsihyen!
#WhatAmIThanfulFor
Ketiga: “Rezeki sudah diatur. Perlu diusahakan. Tetapi jangan takut kalo kita tidak dapat yang kita inginkan. Nanti, Tuhan akan kasih yang kita butuhkan.” Ceritanya, dulu sebelum mengambil mata kuliah skripsi, aku mengajukan seorang dosen yaitu Mba Witri untuk jadi dosen pembimbingku. Aku menganggap Mba Witri enak diajak diskusi, dan aku nyaman berinteraksi dengan beliau. Tapi kemudian beliau menolak. Alasannya karena beliau masih ada beberapa anak bimbingan 2012. Yasudah, aku tidak boleh memaksa. Hehe. Lalu kemudian aku pasrah. Pasrah. Lalalala~. Dan akhirnya aku dapat dosen pembimbing yang membimbingku ketika Ekslan. Wah, Mas Whisnu. Senang. Aku masih proses menyelesaikan skripsi ini. Tapi so far menyenangkan. Rezeki memang tidak pernah kemana, wkwk.
Cerita lain yang berhubungan dengan ini: Suatu siang waktu makan di SS, bareng temen-temen se-peers, aku nanyain satu-satu ke mereka. “Ada yang mau nonton film hangout?” ....... (sunyi). Tidak ada yang menjawab adalah pertanda, mereka tidak mau nonton. “Pop, ayodong nonton?” Aku todong popy. “Kalo nonton film Radit jangan ngajak aku Yen. Aku mah suka nya nonton animasi” Popy menolak dengan halus. Belum ditanya, Mei udah menolak “Aku suka nya action, Yen” Oke Mei. Oke. Kalo Dida “Apa Yen? Kalo nonton atau karaokean jangan ngajak aku” IYAA DID. Udah deh. Aku berangan-angan nonton sendiri aja di Jatos.
Sore nya aku buka facebook. Tetiba ada Kak Sidiq, kakak tingkat dari Lampung yang tinggalnya di Bandung tiba-tiba ngirim pesan:
“Weekend ke bandung?” “Kebetulan aku akan ke Bandung, tapi Jumat bareng temen. Ada apa kak?” “Kalo Sabtu nya ke Bandung lagi cape gaa?” “Engga lah kak, santai. Mau kemana emang.” “Nonton yuuk. Film hangout gimana?” Rejeki. Emang gak kemana. Tanpa pikir panjang aku iyakan. Bayang-bayang nonton sendiri pun buyar. Walaupun setelah nonton film itu, kita berdua sama-sama kecewa. KECEWA, YG BENAR-BENAR KECEWA. KENAPA KOMEDI RADITYA DIKA JADI BEGITU? KENAPA??
(Bersambung....)
2 notes · View notes