Tumgik
#raung
zzoupz · 2 months
Text
fiction does affect reality bc i watched ดาวเรือง (2013) and was convinced a ponytail a t-shirt and a cap is a good enough disguise to convince people that you are a man and also im a man now
91 notes · View notes
iwan-fadila · 1 year
Text
200 Bikers CRF Nikmati Trabasan Bareng di Kawasan Raung Ijen
motogokil.com – Assalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh, semoga kita semua selamat di perjalanan sampai ke tujuan. Gelaran CRF Day X-Pedition East Java kembali digelar, melanjutkan penjelajahan yang telah dilakukan sebelumnya. Sekitar 200 bikers trail Honda bersiap untuk menikmati sensasi berpetualang bareng Honda CRF150L yang diadakan oleh PT. Mitra Pinasthika Mulia (MPM Honda Jatim)…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
penahana · 1 year
Text
Proses Menjadi Kuat
Terkadang kamu seperti anak-anak yang membutuhkan uluran tangan seseorang. Terkadang pula seperti remaja yang butuh diakui dan dimengerti oleh seseorang. Atau sosok dewasa yang butuh dihargai dan dilayani seseorang. Sejenak berpikir, kamu benar-benar unik. Terkadang bersemangat, kemudian rapuh. Terkadang tertawa kemudian meraung-raung tangismu. Itulah proses! Kamu perlu melewati semuanya agar mengerti arti berjuang dan beristirahat dengan cara yang bijak. Kalau nanti lelah, berhenti dulu. Tarik napas dalam kemudian perlahan berjalan lagi. Jangan dipaksa lanjut kalau masih lelah. Tapi, kamu juga butuh tegas kepada dirimu sendiri. Kamu hanya boleh terpuruk sehari. Hari berikutnya tak ada lagi alasan kamu meratapi semua. Bangkit, bersemamgatlah! Harapan memiliki hidup yang baik layak kamu dapatkan dari proses panjang perjuanganmu!
75 notes · View notes
arsualas · 2 months
Text
Segala upaya berhenti pada yang sia-sia Seperti titik sebelum akhir kata
Hendak dikalimatkan seperti apa jika konsonan vokal meraung-raung di dalam kepala?
Entah mana yang harus didengarkan
—Arsualas | Raungan Titik Koma
4 notes · View notes
03-pikiran · 2 months
Text
MATI
air langit membentur tanah
hawa dingin menusuk tulang
petir bersahutan tiada henti
melonjakkan tubuh bergetar
raung gelap bertemankan lilin
mengisi suasana sunyi beralasakan pedih
melintaskan kenangan indah
nan mustahil terulang
sayap patah tak terobati
goresan luka hati tak dihiraukan
tapak kaki penuh paku
tangan berpegang pada beling
entah mengapa
tak dirasa sakit itu
apakah penyakit?
atau... sudah terbiasa?
2 notes · View notes
willowtalks · 5 months
Text
Kita berjalan dalam gang buntu yang kita sebut pertemanan, tanpa orang-orang tau bahwa di dalam gang itu tersimpan semua kenangan saat kita bertatapan dalam sebuah keterikatan
Pernah ia mencoba meraung-raung memaksa mu untuk keluar dari ketidakpastian, tapi sekarang ia sadar memotong pita peresmian, hanya membuat kita menodai kata janji yang berujung ke sia-siaan.
Tau ini berujung pada ke sia-siaan yang pasti
Tau kita hanya berjalan, bercumbu, berpelukan di tempat
Jika semuanya memang terhambat, hanya bisa berharap nama itu bisa menjadi hiasan di salah satu sudut dinding kamarmu.
Meskipun jarak antar kita seerat baju dan kulitmu, nantinya juga akan melonggar bersama jatuhnya lingkaran kecil dari pergelangan tanganmu
Pekanbaru, 2024
5 notes · View notes
fazalisans · 6 months
Text
Dirawat (lagi)
12 Maret 2024.
Hari ini hari ke 3 sekaligus hari terakhir ibu dirawat (lagi), dan jadi hari pertama Ramadhan juga (ya sebenarnya kami sudah puasa dari kemarin, ikut putusan muhammadiyah), tapi biar gak ribet, anggap aja sekarang tanggal 1. Tadi malam ibu sudah pulang dan langsung istirahat.
Sedikit TMI, sebenarnya kondisi ibu masih sangat baik untuk dirawat (setidaknya itu yang terlihat). Tapi ada kekhawatiran dari hasil ct-scan minggu lalu, ada penyumbatan pembuluh darah di 2 titik menuju jantung, dan disarankan untuk kateter.
Saat dapat hasil ct-scan, 3 hari sebelum ibu dirawat, aku nonton video podcastnya Raditya Dika yang kebetulan ngundang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dan fokus menangani kasus penyempitan pembuluh. Dokternya cerita juga tentang bahaya penyakit jantung koroner yang diam-diam mematikan. Persis sama penyakit ibu selama ini.
Hari sabtu kemarin ibu ke igd, niatnya biar bisa konsultasi sama dokter lebih cepat, karena kalau daftar manual baru dapet jadwal tanggal 15, tapi karena dokternya lagi gak ada di tempat, dan ibu juga kelihatan lemas, jadi langsung dirawat hari itu juga, observasi kondisi jantung dan dikasih pengencer darah seperti biasa.
4 bulan yang lalu juga kondisinya sama, ibu mau konsul ke dokter sesuai jadwal setelah 1 tahun lepas obat (emang suka bandel), dan waktu dilihat kondisinya, dokter langsung larang pulang, karena curiga ada potensi serangan jantung ringan. Akhirnya dikasih obat suntik pengencer darah 6 dosis untuk 3 hari, biar ibu bisa istirahat total juga.
Kemarin, waktu lagi nunggu ibu di rumah sakit, ibu cerita kondisi waktu lagi nunggu ruang rawat inap di igd. Cerita yang cukup membuat aku sedikit khawatir.
Jadi ceritanya, waktu ibu lagi nunggu di igd, ada ibu-ibu paruh baya (lebih tua dari ibu sedikit) datang sama anaknya, mengeluh sakit jantung juga. Si ibu ini bilang kalau beliau pasien dr. Henny, dokter yang sama dengan dokternya ibu, katanya beliau emang dokter jantung paling bagus di hermina. Tapi waktu dicek, gak ada rekam medis beliau di rumah sakit ini, si ibu bilang memang sudah lama gak konsul ke dokter, sekitar 2-3 tahun.
Si ibu itu langsung diperiksa ECG, dan karena ruangan lagi penuh dokter igd langsung menyarankan masuk ruang ICU. Anaknya menolak, alasannya biaya yang mahal, mamanya juga masih kelihatan sehat, gak ada tanda-tanda mengkawatirkan menurut si anak. Ibunya langsung bilang, "ya udah, pulang lagi aja, gak usah dirawat". Akhirnya ibu anak ini keluar igd.
Selang 2-3 jam, anaknya kembali lagi ke igd, dengan kodisi yang berbeda. Sepertinya ibunya benar-benar serangan jantung, dan langsung ditangani perawat, tapi karena terlambat ditangani (dan sudah takdir dari Allah), beliau meninggal dunia saat itu juga. Anaknya kelihatan sangat menyesal, menangis dan meraung-raung cukup lama, menunggu kerabatnya datang, dan bingung harus berbuat apa. Karena cukup mengganggu pasien lain di igd, si anak diamankan ke area luar ruangan, dan bertemu kerabatnya.
Dengar cerita itu aku jadi makin sadar kalau penyakit jantung itu menang silent killer yang menyeramkan. Kita gak pernah tahu kapan serangan jantung akan terjadi, seringnya malah kelihatan sehat-sehat aja, tiba-tiba kolaps dan terlambat ditangani. Rutin minum obat dan konsultasi ke dokter harus dilakukan setiap bulan, karena kadang dokter emang lebih tahu soal kondisi pasien dibanding pasien dan keluarganya sendiri. Pokoknya nurut aja udah. Dokter juga udah sekolah lama buat jadi spesialis, percaya aja.
Urusan ajal emang udah diatur, mau siap atau nggak, kalau udah takdirnya, manusia gak bisa lagi mengelak, tapi kita cuma bisa berusaha dan menjaga kesehatan semampu kita.
Intinya, alhamdulillah ibu udah selesai staycation di rumah sakit, dan sekarang harus lebih galak lagi buat ngingetin soal minum obat dan jadwal kontrol ke dokter.
Btw, ibu belum cerita ke dokternya soal izin mau umroh, katanya nanti aja izinnya, waktu kontrol minggu depan, (dokternya galak soalnya wkwk). Semoga semuanya aman, lancar sampai selesai umroh, bisa ibadah dengan sehat, dan kalau harus operasi bisa dapet jadwal operasi segera 🥺🙏🏻
3 notes · View notes
dianesstari · 1 year
Text
Surga sebelum Surga.
Sepenggal kata ini menggambarkan bagaimana perasaan juga perjuangan seorang perempuan mengantar sang buah hatinya ke dunia.
01/
Tentang kepayahan demi kepayahan yang dialami selama masa mengandung sembilan bulan. Saat janin masih berada di dalam perut seorang ibu.
Ketika memasuki trimester awal kehamilan sebagian ibu merasa kehilangan selera makan. Tak mengenal waktu pagi ataupun siang dan malam, selalu saja mengalami morning sickness.
Mual, muntah, pusing sudah seperti obat yang diminum tiga kali sehari. Tak bisa mencium bau-bauan yang menyengat. Entah itu hanya bau deodoran, odol, sabun, parfum jenis tertentu. Sehingga saat mau masuk WC aroma itu makin menambah intensitas mual dan muntah yang makin tak karuan. Juga bau masakan dari bumbu perbawangan. Ada pula yang tak bisa sama sekali mencium bau durian.
Belum lagi dorongan ngidam yang hanya ingin memakan jenis makanan tertentu. Parahnya, ada ibu hamil yang mengalami muntah darah hingga harus bedrest total di rumah.
Ada ibu yang baru bisa makan saat sudah diberi obat pereda mual. Ada ibu yang tidak bisa melihat cahaya matahari selama masa awal mengandungnya sehingga harus sepenuhnya mengurung diri di kamar.
Ada juga yang harus rela janinnya keguguran karena terlalu banyak gerak, kehamilan diluar rahim dan berbagai perjuangan ibu lainnya yang heroik.
02/
Lelah itu malah bertambah saat usia kandungan semakin menua, menjelang trimester ketiga. Ketika ukuran janin semakin besar, perut membuncit seperti membawa bola yang beratnya hampir sepadan dengan tabung gas elpiji.
Saat pagi maunya rebahan. Walaupun sudah bisa makan banyak tapi ketemu sembelit. Bicara saja, nafasnya sudah ngos-ngosan. Bahkan langganan setiap beberapa menit ke toilet untuk buang air kecil.
Malamnya, tidur makin tak nyenyak. Gaya apapun entah miring kanan ataupun ke kiri sudah tak nyaman lagi. Belum lagi beban pikiran mengahadapi persalinan yang dibayang-bayangi kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan yang berlebihan. Apalagi jika itu adalah persalinan pertama.
03/
Tentang keletihan yang makin menjadi-jadi saat menjelang persalinan. Tentang rasa nikmatnya menahan gelombang cinta kontraksi dari pembukaan satu menuju ke sepuluh.
Ada yang menjalaninya hanya dalam hitungan jam, adapula yang berhari-hari bahkan ada yang sampai berpekan-pekan lamanya.
Dimana semua cairan berbaur menjadi satu dalam tubuh ringkih nan rapuh sang ibu. Tangisan air mata haru dan bahagia yang menetes tak terbendung mengalahi rasa sakit.
Keringat yang meluncur satu persatu membanjiri setiap lekuk tubuh. Air ketuban dengan aromanya yang khas meledak seperti balon udara dalam rahim, keluar membasahi seisi ranjang persalinan. Ada pula yang ketubannya pecah dini sehingga mau tak mau harus segera di induksi.
Berkantung-kantung darah merah segar yang mengalir bagai air bah dari kedua tungkai sang ibu tak mampu lagi dilukiskan rasanya seperti apa. Mungkin seperti retaknya beberapa tulang dalam satu hentakan.
Ada yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi yang mengharuskannya dioperasi caesar secepatnya. Ada yang operasinya berhasil namun ada pula yang mengalami trauma yang hebat.
Ada yang berteriak meraung-raung karena sakitnya memang tak lagi tertahankan. Ada yang antara setengah sadar mengeja lirih doa-doa dalam pengharapan kepada Tuhannya karena tak sanggup lagi menahan derita yang begitu memilukan.
Namun ada pula yang tetap tenang, menaklukan semua rasa yang mengoyakkan seisi badannya. Merayu jiwa dan raganya agar tetap tenang dan tak begitu saja menyerah. Fokus mengatur ritme nafas sebaik-baiknya, meski perih dan pedihnya tak seketika berangsur lenyap.
Hanya bisa dilalui dengan keyakinan bahwa Tuhan maha Melihat segala perjuangan dan pengorbanan semasa melahirkan. Membujuk Tuhan agar mau menggantinya dengan senyum tawa kebahagiaan hadirnya seorang anak sebagai pelipur laranya selama ini.
04/
Tentang perjuangan di atas perjuangan sesaat setelah melahirkan. Tiga puluh menit pertama setelah persalinan adalah waktu yang sangat menentukan untuk keselamatan dan kehidupan sang ibu.
Karena bagi sebagian ibu yang melahirkan di saat itu, sangat rentan akan komplikasi dan berbagai penyulit persalinan. Bahkan ada yang sampai berujung pada kematian jika tidak ditangani sesigap dan secepat mungkin.
Plasenta yang harus segera menyusul saat bayinya lahir. Ada ibu yang mengalami pendarahan hebat karena sisa plasenta masih tertinggal dan berujung di korek. Ada pula yang harus di vakum. Semuanya memiliki resiko yang berat.
Seorang ibu mesti bersiap menyambut bayinya yang baru lahir. Memasuki babak baru kehidupan mengASIhi. Dimana perhatian utuh, pelukan hangat begitu dibutuhkan sang bayi saat sang ibu sendiri belumlah sepenuhnya pulih.
Ada ibu yang sudah lemah tubuhnya lagi payah jiwanya terpaksa merawat bayinya dengan sisa-sisa kekuatannya yang perlahan habis.
Ada yang sampai mengalami depresi hingga baby blues paska lahir karena belum menyesuaikan diri menerima status baru dari seorang istri menjadi ibu sepaket dengan segala tanggung jawabnya.
Bukan hanya soal menghadapi kehamilan dan persalinan saja, bertambah lemah ini juga meliputi kondisi saat menyapih dan mendidik anak yang sungguh luar biasa perjuangannya.
05/
Dari segala kesusahan, keletihan, kelelahan yang dialami seorang ibu justru menunjukkan bahwa seorang wanita bukanlah mahkluk yang lemah. Justru merekalah manusia-manusia kuat yang merasakan kepayahan demi kepayahan namun juga mampu menghalau semua rasa sakitnya bersamaan.
Lalu apakah seorang ibu marah dan putus asa dengan segala keletihannya melalui semua proses campur aduk dari mengandung, melahirkan dan membesarkan anak-anaknya? Jawabannya, tidak. Sebab semuanya dilalui karena luasnya cinta ibu pada sang anak.
Maka benarlah sabda Nabi kita Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam ketika ditanya oleh para sahabat tentang siapa yang harus pertama kali dihormati dalam kehidupan ini. Jawaban beliau; Ummuka, Ummuka, Ummuka, tsumma Abuuka. (ibumu, ibumu, ibumu, kemudian ayahmu).
Semoga kita mampu mengambil hikmah yang terserak dibalik setiap perjalanan seorang ibu. Bahwa padanya diletakkan kemuliaan juga kehormatan yang agung. Jagalah baik-baik setiap perempuan sebab mereka yang akan menjadi ibu bagi anak-anak kelak.
Di dunia ini ternyata ada surga yang bisa kita upayakan. Surga sebelum surga yang diletakkan pada bakti seorang anak pada ibunya.
Selamat memberikan pelukan dan ciuman hangat pada ibunda tercinta. Kalaupun tak bisa lagi semoga rasa itu diterbangkan dalam khusyuknya doa-doa.
#parenting#keluarga#ibu#lahiran#hamil#persalinan#bakti#melahirkan#mengandung#perjuanganibu#
937
13 notes · View notes
ramengir · 8 months
Text
Kalau lihat orang2 yang bisa bangkit bikin aku berfikir keras.
"Ko aku ga kayak mereka ya?ko susah banget buat aku "
Aku memang ga tau perjuangan mereka untuk menjejak kan kaki lagi di bumi ini seperti apa? tapi aku begitu mudah bilang kemudahan bagi mereka untuk bangkit. Padahal....
Everyone has their own battlefield
Aku melihat orang lain bangkit rasanya seperti duduk di halte, memandang setiap orang lalu lalang menaiki bus tujuan baru mereka. Sedangkan aku hanya terdiam, aku tahu tujuanku tapi bus yang akan ku naiki belum ada atau belum datang.
Haruskah aku memilih, bus lain agar tetap sampai tujuan, meski harus berputar-putar dulu? Atau tetap menunggu sampai bus tujuanku datang? .
Kiranya aku sudah lelah menunggu dan bus tujuan lain yang akan mengantarkan aku berputar-putar dulu baru sampai tujuan pun tidak ada dan aku tidak tahu bus apa yang harus ku naiki sekarang.
Takdirku tentu bukan membusuk disini sambil menunggu, tapi ketidakberdayaan ini menggerogoti ku pelan-pelan.
Jika bus tujuanku datang, aku mungkin tidak lagi utuh, itu yang membuatku takut.
Namun, masih ada harapan dibanding aku menjadi tidak utuh bisa jadi aku akan tumbuh dan terbentuk. Ya kan?
Aku ingin merajuk, meraung raung di lantai bak anak kecil tantrum agar semua yang kuinginkan terkabul tapi aku juga ingin tetap tenang, dan elegan untuk memohon pada Tuhanku.
Iman adalah percaya tanpa ragu kurapalkan mantra itu dalam hati sebagai obat untuk kekecawaanku.
Semoga lekas sembuh aku...
3 notes · View notes
makherat · 1 year
Text
Tumblr media
Kita hampir singgah di sini.
Dalam petak-petak tanah ini, ada angan yang telah berpulang, ada mimpi yang telah terenggut, dan asa yang telah terpenggal.
Dalam petak-petak tanah ini, dahulunya hampir menjadi lembaran baru. Hampir ia hidup berkat kasih yang telah kita tautkan dalam janji—cinta kita, bersemi selamanya.
Hari ini, aku sengaja datang kemari untuk merayakan rindu yang gelabah dalam fuad.
Kita hampir singgah di sini.
Taman yang hendak kita tanam kesuma nan indah kini berubah menjadi ladang gersang. Rerumputan liar telah tumbuh dan menguasai taman kita, seluruhnya merunduk-runduk. Kupu-kupu biru yang kita idamkan menemani taman nampaknya tak sudi bertandang kemari, namun capung-capung terlihat bahagia mengepakkan sayapnya kesana kemari menyusuri taman ini.
Lalu, bangunan yang tepat berada di tengah petak-petak tanah ini..
Ia nampak terlihat kukuh berdiri, walaupun di antara bata-bata itu telah ditumbuhi tanaman liar. Serdadu semut terlihat jelas tengah berarak-arakan entah pergi kemana. Dan setiap kamarnya, telah dipenuhi oleh debu dan kelam.
Di antara perkamen-perkamen usang yang telah kita ramu dahulu, inilah yang berhasil membuat hatiku kembali melebur-hancur. Ada sesak yang kembali merayap, menjegal leherku, hingga napasku terasa di ujung tanduk. Ada air mata yang siap bermuara pada bucu mataku. Ada rindu yang memuakkan.. tidak, mencumbu tiap-tiap mindaku, mengoyak pilu fuadku. Namun di akhir hari, yang keluar dari bibirku adalah kekehan kecil disertai sebuah lengkungan sabit.
Mustahil, aku menarik semuanya, bukan?
Mustahil, aku melihat bahagia bersamamu, bukan?
Mustahil, bila janji-janji kita hidup kembali, bukan?
Mustahil.. untuk kita singgah di sini, bukan?
Melihatmu yang kini telah menemui bahagia, menemukan senyummu, dan bertemu damaimu. Melihatmu yang kini hidup dalam dunia tanpa aku di sana. Aku semakin yakin, ini memang keputusan yang paling baik.
Sementara, aku sibuk berlomba-lomba dengan sendu. Aku sibuk menjegal pilu yang meraung-raung. Aku sibuk berperang dengan rindu. Setiap malam, kidung tidurku ialah sebuah sumpah: aku ingin hidup dengan hati baru, mengusaikan perang-perang yang telah berlangsung lama, dan menemukan damaiku sendiri.
Sumpahku laiknya angan-angan kita yang menyatu dengan debu waktu. Tidak akan terwujud maupun terkabul. Maka, kutelan bulat-bulat dan mentah-mentah sumpah dan anganku. Kutelan seluruhnya; seluruh rasa, asa dan frasa rinduku kepadamu. Membiarkan aku hidup sendirian dengannya.
Dahulu, kita hampir singgah di sini, bukan?
Aku harap kelak kamu singgah di rumah penuh kasih dan bahagia, ditemani senyuman manis milik ia—pemilik hatimu.
8 notes · View notes
al-ayubisyam · 8 months
Text
10) Asing (dalam Tiga Puluh Hari Bercerita)
Butuh dua kali pekik minta tolong sampai suara histeris yang memecah malam itu terdengar dari dalam kamar kami.
"Ummi? Dengar?" tanyaku pada istriku. Kami yang sudah hendak istirahat kembali bangkit dan menyalakan lampu.
"Ummi mana parang?" tanyaku waspada.
Seorang perempuan paruh baya berlari melintasi jalan, "Tolong, bunuh diri!"
Malam itu sepi, 1 Januari 2024, masih hangat suasana tahun baru, olehnya itu kompleks sangat lengang sebab sebagian besar penghuninya berlibur. Berjarak lima rumah dari rumah kami, dia laki-laki pendiam, bertegur sapa pun kami tidak pernah. Saya mematung tepat di depan jasadnya yang masih tergantung.
Saya adalah laki-laki kedua yang tiba secepat mungkin. Seorang tetangga yang kebetulan seorang polisi datang lebih dulu. Ia melarang menyentuh jasadnya. Ia lebih paham protokolnya. Kemudian yang ada hanya pilu tangis dari istri dan anaknya meraung-raung. Menceritakan bagaimana keadaan malam itu pun, sampai saat ini saya belum sepenuhnya mampu.
Tetiba kompleks menjadi ramai. Saya bukan siapa-siapa. Kami hanya dua orang asing. Semenit dua menit, garis polisi sudah terbentang membatasi. Saya yang awalnya berjarak sejengkal saja dari tali yang ia pakai mengakhiri hidupnya, lambat laun telah berada di luar pintu, kemudian berakhir di jalanan, lalu menjadi penonton bersama yang lain.
Perasaan saya terpukul. Kematian demikian begitu asing di depan mata saya. Padahal ia tetangga. Kami tidak pernah bertukar sapa. Kami mungkin banyak melewatkan kesempatan untuk saling mengenal. Namun, malam itu ia memberikan perasaan sunyi dan kehilangan.
Kematian selalu menjadi entitas asing yang mengendus punuk setiap manusia. Malam itu saya terhenyak dengan tanya yang bergema-gema bak suara sirine, sebagai orang asing di tanah yang asing, bagaimana kematian akan memperlakukanku?
– al ayubi
2 notes · View notes
libidomechanica · 1 year
Text
Untitled Poem # 10153
And prayer skippings and were not begetters wide, but the parapet, raunged    amidst thee, thy Bagpype    brook the scent House think of my faces yet within my tread.
4 notes · View notes
desyilmi · 2 years
Text
Filosofi Air Mancur
Siang hari di 23 Juni 2022, saya kabarkan pada dokter saat sudah sampai di Instalasi Kanker Terpadu Tulip. Menatap sekeliling, banyak sekali antrian pasien, “semahal inikah sehat saat ini?” pikir saya saat itu.  Pertama kali menginjakkan kaki di sana, perasaan saya tak biasa. Rasanya, agak bergetar di hati. Pasien-pasien yang saya temui, bermacam-macam sakitnya. Beberapa kasus metastasis sampai terlihat perubahan bentuk fisiknya. Perasaan yang tak benar-benar dapat dijelaskan.
Saya kemudian bergabung bersama penghuni ruang asisten penelitian. Keseharian kami banyak dihabiskan di ruangan, namun sesekali harus keluar untuk menunaikan ibadah. Beberapa di antara kami, juga harus berinteraksi langsung dengan pasien (tidak dengan saya). 
Suatu hari saat diminta menemui dokter di Instalasi Rawat Jalan, air mancur di depannya mengingatkan saya pada keseharian melihat pasien-pasien kanker dan keluarganya. Ada suami/istri yang menemani pasangannya kemoterapi, ada anak yang menemani orang tuanya, atau sebaliknya orang tua menemani anaknya. Terkadang raung-raung tangisan kami dengarkan, lalu orang tuanya akan mengelus kepala atau menepuk pundak adik kecil itu, menenangkan. Akan dijumpai pula pasien dan keluarga yang tidur di kursi tunggu, menunggu antrian. Ada banyak lagi pemandangan yang tak dapat saya jelaskan.
Tentu melelahkan, hasil survei pun berkata demikian. Sebagian besar mereka tahu seberapa parah kanker yang diderita. Beberapa bahkan mungkin sudah mendengar kabar akan hidup sampai kapan. Sangat mungkin menyerah dengan keadaan, tapi mereka memilih tetap berobat, merajut harapan. Tidak menyerah sampai Allah yang putuskan bagaimana selanjutnya. Mereka hidup seperti filosofi air mancur (yang saya buat-buat sendiri hehe).
Tumblr media
Meluapkan optimisme. Menampung hikmah.
Optimisme dalam sekelam apapun kehidupan. Tawakkal ‘alallaah: ikhtiar semampunya, lalu sisanya? Serahkan seutuhnya.
Ustadz M. Nuzul Dzikiri pernah menyampaikan, repetisi kejadian akan mengurangi sensitivitas. And yes, nampaknya benar begitu. Lama-lama pemandangan di atas terlihat sangat biasa bagi saya. Namun semoga. Hikmah dan pelajaran masih bisa menjadi hal yang menaungi hidup ini, aamiin.
Tembalang, 23/12/2022 | Menjelang tengah malam
7 notes · View notes
smalldrizzle · 1 year
Text
Barangkali memang belum saatnya.
Lalu kenapa menggebu-gebu begitu?
Biarlah kawan-kawanmu berlari. Menabrakkan diri pada pita kemenangan.
Memang sudah waktunya bagi mereka.
Meraih apa yang mereka perjuangkan. Yang mereka impi-impikan.
Toh, selama ini kamu hanya berhaha-hihi.
Lalu kenapa meraung-raung begitu?
Oh, kamu sudah berusaha ya? Baiklah. Asalkan kamu tak berhenti.
Tapi, meski berhenti pun tak mengapa. Bukankah hidup untuk dinikmati? Katanya.
Lihat. Mata kecil berbinar itu tak akan lama memandangmu penuh kesima.
Tangan-tangan mungil itu tak akan lama memelukmu penuh sayang.
Untuk apa kamu memuntahkan emosi pada mereka yang cinta mati padamu?
Toh, beban itu akan tetap ada.
Tak ada yang sedang berlomba denganmu.
Lalu kenapa terburu-buru saat semuanya bergerak maju?
Padahal, mau sekarang atau tahun depan pun, jika Allah tak berkehendak, akan tetap begitu saja.
Tak berubah.
Jika Allah tak berkehendak, akan tetap di sini saja.
Di rumahmu.
Kota Tembakau, 19 Juli 2023
(c) SmallDrizzle
P.s.
Tulisan ini di tulis saat sedang galau masalah KP dan keinginannya yang sangat banyak hingga membuat refluks. Hingga pada akhirnya, penulis memilih menghitung banyaknya nikmat yang terlupa.
4 notes · View notes
arrieni · 1 year
Text
ta, aku pernah bertanya karena aku nggak ngerti kenapa kita harus merasa disaat banyak kemalangan di dunia ini lahirnya dari berbagai perasaan manusia.
jawabmu karena kita manusia.
kalau bisa aku jujur, ta, waktu itu aku mencibir dalam hati. lalu kenapa kalau kita manusia? apa nggak bisa manusia didesain lempeng-lempeng aja tanpa harus punya sesuatu yang kompleks seperti yang kita sebut perasaan?
bukannya kita nggak akan kenal soal sedih, sakit hati, iri, marah, sepi, dengki, dan segala emosi negatif lainnya saat kita nggak ditakdirkan untuk merasa? bukannya emosi-emosi negatif itu yang melahirkan kesengsaraan buat kaum manusia sendiri? kenapa kita menghancurkan diri sendiri dengan merasa?
kudengar ada seorang ayah memukuli anaknya karena dia marah. kemudian anak yang malang itu meraung-raung membenci ayahnya seumur hidup.
aku lihat ada perempuan muda, ta, dia membunuh dirinya sendiri setiap hari secara perlahan tanpa ia sadari. katanya dia tak pernah merasa pantas, hidupnya adalah sebuah aib yang semestinya tak pernah ada. dunia nggak menginginkannya karena ia tak pernah cukup, jadi lebih baik dia mati. namun dia nggak bisa mati karena ibunya akan sedih.
lalu ada seorang ibu yang kesepian. suaminya sudah meninggal. kedua anaknya telah beranjak dewasa dan tidak lagi makan malam di rumah. dia sendirian, karena teman yang dikumpulkannya sejak bangku sekolah tentu sibuk dengan urusan rumahnya masing-masing. seorang ibu yang pernah menjadi gadis yang hidup itu kini kesepian, ta. dia hanya duduk di terasnya dan tak lagi berfungsi, karena ia kesepian.
buatku ta, perasaan itu menghancurkan hidup manusia.
tapi katamu itu nggak benar. dan aku adalah seseorang berkacamata kuda yang keras kepala.
lalu kamu membawaku melihat seorang anak kecil yang berbagi roti tawar dengan temannya di sudut sekolah dasar. mereka tertawa sambil bermain-entah-apa dan memakan roti. katamu anak kecil tadi melihat si teman murung karena ibunya memarahinya setelah menghilangkan kotak tempat makan.
kamu membawaku menonton bapak-bapak tukang becak sedang mengelus kucing putih yang sering ada di warung sembako ujung jalan. ada ikan keranjang di tangannya, mungkin beliau beli dari pasar pagi tadi. bapak-bapak berkalung handuk itu tertawa di atas becaknya, sesekali mengajak ngobrol kucing putih yang aku yakin nggak ngerti apapun selain makan ikan.
akhirnya kamu mengutip kalimatku soal manusia nggak bisa befungsi dengan adanya perasaan—dalam hal ini adalah emosi negatif. dan aku paham apa yang sedang kamu coba katakan. bahwa kita harus menyambut segala hal baik—perasaan yang menyenangkan—agar kita bisa tetap berfungsi.
dan bahwa perasaan-perasaan itulah yang menyusun manusia. caranya bekerja bergantung pada bagaimana ia merasa. kemudian semua itu nggak jadi masalah. katamu aku boleh merasa sedih sesukaku atau bersukacita sepuasku. dan semua yang kualami, yang kupunya yang kurasakan adalah valid karena aku manusia.
buatmu, menurutmu, kita adalah manusia karena kita bisa merasa, dan kita bisa merasa karena kita manusia.
yang masih nggak kumengerti sebenarnya adalah, apakah kita—sebagai manusia, yang katanya makhluk yang baik—pantas merasakan segala yang menyedihkan?
ataukah kita—sebagai manusia, yang katanya adalah makhluk yang kotor—pantas merasakan segala yang menyenangkan?
2 notes · View notes
ronakana · 1 year
Text
Roller Coaster di bulan Maret
Sebagai ibu dengan anak satu yang lagi aktif aktifnya saya harus kuat. Apalagi suami jauh dan ibu juga tinggal di luar kota karena harus merawat kakek saya yang demensia. 
Dimulai dari setiap awal minggu bikin list apa yang harus di masak buat seminggu. Buat memutuskan apa yang harus dibeli agak tetap on track dan tidak boncos. 
Senin Soto ayam Perkedel tahu
Selasa Bihun telor wortel Ikan kembung goreng
Rabu Daging slice brokoli teriyaki Bakwan jagung
Kamis Nasi uduk Tempe bacem ayam cincang buncis
Jumat Martabak telor Capcay (wortel buncis ampas tahu)
Sabtu Ayam pop Tumis waluh telor -------- Beli di griya Bihun 2 Daging slice Santan 2 Ampas tahu Bumbu ayam Bumbu soto Ayam goreng
Beli di warung Wortel 8 Tahu 1bks Kol 1buah Brokoli 1 Kulit lumpia 1bks Jagung 4 Daun bawang 5000 Buncis 1bks Ayam 1/2kg Waluh Toge 1bks Tomat 5rb Ikan kembung 4
Rapi kan planning aku sehari hari? Semuanya cukup buat menuhin kebutuhan protein si bayi yang masih 15 bulan. Tapi tetep ekonomis karena buat budget 200rb aja maximal buat seminggu. Sudah termasuk susu kotak si bayi.
Terus agenda setiap hari selalu melelahkan kaya biasa.
Pagi : masak sejak jam 5.30 sambil ngais bayi kalo dia udah bangun dan kalo belum bangun sambil bolak balik ke atas ke bawah buat mastiin dia ga jatuh dari kasur yang tinggi. 
Packing packing buat bekel ke tempat kerja dan buat sarapan si bocil.
jam 6 si bibi biasanya udah dateng. Saya serah terima si bocil sambil dia dimandiin nanti jam 6.30.
Jam 7 pergi kerja dan pamit sama bocil yang udah mandi. sedang dikasih aktivitas fisik buat jalan jalan pagi biar nanti jam 8 dia mau sarapan dengan lahap.
Tumblr media
sarapan di tempat kerja biar jam 8 kerja sudah ada tenaga.
Itu roti si bocil. yang biasanya kalo udah tanggal kadaluarsa baru saya makan. he. he. he.
Jam 14 teng pulang. Mandi. Langsung gendong si bocil. Bibi langsung pulang.
Jam 15 mandiin bocil. aktivitas fisik lari lari di halaman sambil di selingi ada pasien kerumah. Iya periksanya sambil gendong bayi karena dia masih tantrum kalo ditinggal sendiri atau disuruh jalan sendiri waktu ada pasien.
Jam 16-17 makan sama bocil yang mungkin udah cape jalan jalan kesana sini. Sambil diselingi pasien tentunya. Kadang lahap kadang GTM. Pernah dia GTM berhari hari dan posisi saya cape banget dengan kehidupan dunia. Jadilah kita nangis meraung raung barengan. Karena bayi juga gatau apa yang seharusnya dia lakukan kan. Dan aing juga buta kudu masak naon deui YA ALLAAAAAHHHHHH. 
Jam 18.30 Tutup praktek. Kunci kunci pintu. Gerbang. dan siap siap buat bacain buku, VC suami dan tidur di jam 19.30.
Rutinitas emak emak yang biasa bukan? Tapi capeknya luar biasaaaaaa. Jadi ibu ibu yang tinggal sendiri emang harus strongggggg.
---------------
Terus kemudian tiba tiba ada tragedi. Saya yang waktu itu pake motor ketabrak mobil yang mau lurus. Tapi ya emak emak harus strong. 
Masih tetep gendong anak. Jalan naik turun tangga karena kamar ada di lantai 2. Tetep praktek sambil gendong anak karena pasien juga butuh saya apalagi anak saya khaaaannnnnn.
Kadang sebagai ibu hayang ceurik. Ya Allah aku kok gaada yang bantuin kaya orang orang lain. Ya emang ada bibi tapi dia tok cuma pegang anak aku pas aku kerja. aku pulang dia ngikut pulang. Ya emang nyuci nyetrika ngepel juga dibantuin. 
Tumblr media
Hari kedua setelah ketabrak terpantau bengkak lucu dengan memar setitik. Sakit karena memar biasa kali ya. 
Tumblr media
Hari ke 3 kok makin memar. Mayan lebih nyeri dari sebelumnya. Saya kompres aja.  hhhhhhhh
Tumblr media
Hari ke 5 kok makin memar. Makin nyeriiiiiii.
Hari ke 6 Masih bisa jalan jalan sama si bocil buat makan diluar sambil liat binatang. Takut si bocil jenuh karena kesehariannya yang itu itu aja dan gapunya temen.
Tumblr media
Hari ke 7 Makin nyeri dan sudah tidak sanggup akhirnya periksa ke dokter. Mumpung ada sepupu. Lah aku juga dokter padahal. Ya maksudnya ke spesialis yang paham betul buat tahu dalemannya ni kaki. Ternyata gaboleh napak. Ternyata robek ligamen yang menghubungkan 2 tulang. Ternyata harus dioperasi. DAN TERNYATA TIDAK DI COVER BPJSSSSSS.
Nangis donggg. Tapi tetep karena saya emak emak yang kepikiran siapa ntar yang belanja. yang masak. yang gendong anak saya. yang praktek. gimana ntarrr. Bukannya mikirin diri sendiri.
Ngabarin mama dan suami yang langsung gercep buat pulang ke bandung. 
Besoknya periksa ke RS Halmahera yang khusus bedah dan tulang. 
Rencana tindakan besok. Tetep lemes karena gabisa pake BPJS dan gabisa gendong gendong bocil. Walau masak yah sudah di cover mama dan bocil udah di cover bapaknya.
Sebelum sebelumnya saya emang ngeluh. Kepengen gitu ada mama dan suami dirumah. Bantuin aku yang kadang burn out karena walau rutinitasnya itu itu aja tapi dramanya ga gitu gitu aja. Adaaa aja yang bikin ga waras. 
Tumblr media
Di pasang pen buat nyatuin tulang tibia dan fibula karena ligamennya robek dan bikin si tulang makin kepisah setiap harinya. Dibilangin perawat disana harusnya kalo jatoh ya istirahat 48jam. Ya mana bisa aku istirahaaaattttttt. Siapa yang masak. Siapa yang praktek. Siapa yang pegang bocil dan sambil lari larian ngejar balon. SIAPAAAAA???
Tumblr media
Sekarang sudah di Gips. Gaboleh napak sampe 6 minggu ke depan. Melewati ramadhan dan lebaran. Sudah beraktivitas seperti biasa dalam keterbatasan. Suami sudah pulang ke rantauan. Mama sudah pulang ke kuningan dengan membawa si bocil karena saya ga sanggup buat ngurusnya disini dengan segala keterbatasan yang saya punya. Makannya gimana. ngaisnya gimana. Saya sendiri aja kalo mau ke kamar mandi repot. 
Ya begitu. Maret ini hidup seperti rollercoaster. Dari kesepian karena cuma berdua sama bocil dengan aktivitas yang seabreg. Support system dateng semua. Terus menyisakan saya sendiri tanpa bantuan siapa siapa denga keterbatasan sampe operasi ke 2 di minggu ke 6 nanti. 
Elaaaahhh nyuci nyetrika dibantuin bibi aja sok sibuk banget. Ya itu. Saya begini aja repot. Sujud deh sama emak emak diluar sana yang tanpa support system dan ngerjain semuanya sendiri berikut dengan bocil apalagi yang lebih dari 1. hhhhhhhh. Semangat ya buk yaaaa. Pahala ibu banyak banget. Ibu strong bangeeetttt.
Yasudah. Mau periksa pasien lagi. 
Puskesmas, 24 Maret 2023
5 notes · View notes