Tumgik
#situasi politik Jazirah Arab
sukoratmono · 4 years
Text
ISLAM MENGHAPUS RASISME
Buletin Kaffah, No. 145 (20 Syawal 1441 H - 12 Juni 2020 M)
Amerika Serikat memanas! Di tengah pandemi Covid-19 yang merepotkan Amerika, terjadi demonstrasi di lebih dari 75 kota di Amerika. Melibatkan puluhan ribu pengunjuk rasa.  Bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa pun tak terelakkan. Polisi menembakkan gas air mata. Sebaliknya, pengunjuk rasa melemparkan batu sekaligus menggambar berbagai grafiti di mobil polisi.
Kerusuhan ini dipicu oleh kematian seorang pria berkulit hitam bernama George Floyd (46) pada 25 Mei 2020 di Minneapolis, Minnesota.  Beredar video yang menunjukkan George Floyd ditekan keras dengan lutut oleh seorang polisi berkulit putih. Bahkan saat George Floyd mengeluh dan memohon bahwa dirinya tidak bisa bernafas, polisi tetap terus menekan leher George Floyd.
Kejadian itu mengingatkan memori kasus Eric Garner. Dia juga meninggal di tangan polisi di New York pada Juli 2014. Kematiannya memicu demonstrasi besar. Mereka menentang kebrutalan polisi dan menjadi kekuatan pendorong gerakan “Black Lives Matter (Nyawa Orang Kulit Hitam itu Berarti)”.
Situasi di atas semakin memanas. Pasalnya, Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengerahkan militer Amerika untuk melawan warganya sendiri yang terus berunjuk rasa. Dia mengatakan, "Ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai."
Mengapa di Amerika Serikat yang terkenal sebagai negara kampiun demokrasi terjadi konflik rasial yang berulang? Bagaimana solusi Islam mengatasi diksriminasi rasial (rasisme)?
Demokrasi dan Diskriminasi
Dalam bukunya berjudul An American Dilemma, Gunnar Myrdal menyinggung bahwa diskriminasi rasial dan kesenjangan ekonomi telah menjadi cacat bawaan demokrasi Amerika. Diskriminasi rasial tak bisa dilepaskan dari mulai masuknya orang-orang Eropa ke benua Amerika dan berdirinya negara Amerika Serikat.  Mereka berkulit putih. Mereka mengklaim sebagai ras superior. Mereka lalu melakukan berbagai aksi kekejaman terhadap penduduk asli Amerika.
Berdirinya Negara Amerika telah meningkatkan diskriminasi rasial secara legal. Amerika memperluas perbudakan atas ribuan orang kulit hitam Afrika. Mereka didatangkan ke Amerika untuk dipekerjakan secara paksa pada ladang dan tambang baru.
Memang perbudakan berakhir dengan Amandemen Ketigabelas Konstitusi AS pada tahun 1865. Namun, rasisme tidak hilang dari masyarakat Amerika. Lalu dibuatlah Undang-Undang Hak Sipil tahun 1964. Itu pun karena desakan gerakan perjuangan warga kulit hitam Amerika yang menuntut hak-hak sipil mereka. Namun, secara praktis diskriminasi terhadap warga kulit hitam di tengah masyarakat Amerika terus berlangsung. Bahkan tokoh gerakan kulit hitam, yaitu Malcolm X dan Dr Martin Luther King, menjadi korban pembunuhan.
Warga kulit hitam sering dicap sebagai pelaku kejahatan dan mengalami perlakuan sadis oleh polisi. Menurut sebuah laporan yang dirilis oleh situs Pundit Fact AS pada 26 Agustus 2014 oleh Katie Sanders, rata-rata 36 jam pada 2012 dan 28 jam di tahun 2013, warga kulit hitam terbunuh oleh polisi Amerika.
Banyak orang kulit hitam terus hidup dalam kemiskinan dan marjinalisasi. Menurut Laporan Deutsche Welle, dari tahun 1974 hingga 2018, pendapatan rata-rata orang kulit hitam pada tahun-tahun tersebut masih termasuk yang terendah di Amerika. Menurut laporan yang sama, pendapatan rata-rata orang Amerika adalah sekitar $ 26.000 pertahun, sedangkan rata-rata orang kulit hitam (Afro-Amerika) hanya berpenghasilan sekitar $ 17.000 pertahun. Kondisi politik, ekonomi dan pengadilan yang tidak adil di AS selama beberapa dekade terakhir telah menyebabkan sedikitnya lima puluh persen anak-anak kulit hitam hidup dalam kemiskinan.
Menurut statistik resmi, tingkat pengangguran di antara orang kulit hitam jauh lebih tinggi daripada orang kulit putih. Pendapatan yang diperoleh orang kulit hitam jauh lebih rendah. Bahkan dalam beberapa kasus separuh dari kulit putih.
Dari berbagai keterangan di atas tampak jelas bahwa deskriminasi rasial dan kesenjangan ekonomi berjalan secara sistemik. Telah berlangsung berabad-abad dan menghasilkan persoalan yang tak berkesudahan.  
Demokrasi di Amerika yang menghasilkan kebebasan dalam memiliki akhirnya melahirkan sistem kapitalisme. Kapitalisme telah melahirkan ketimpangan ekonomi dan sosial yang menimpa banyak warga kulit hitam. Akhirnya, sampai kapan pun konflik rasial di Amerika tak akan pernah hilang. Saat ini pemicunya adalah kematian George Floyd dan viralnya perlakuan sadis polisi. Pada masa depan, kasus-kasus serupa lainnya juga dapat kembali memicu ledakan konflik rasial yang bisa lebih parah. Seperti api dalam sekam. Dapat terbakar kapan saja. Inilah alasan kuat bahwa demokrasi sering menumbuhsuburkan diskriminasi, termasuk diskriminasi rasial (rasisme).
Islam Menghapus Diskrirminasi Rasial
Islam adalah agama yang mulia. Islam memposisikan keberagaman bahasa dan warna kulit sebagai fitrah alami manusia. Keragaman sekaligus membuktikan kekuasaan Allah SWT:
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّلْعَالِمِينَ
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan langit dan bumi serta ragam bahasa dan warna kulit kalian. Sungguh pada yang demikan benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui (TQS ar-Rum [30]: 22).
Menurut Imam as-Suyuthi, segala ciptaan-Nya ini sebagai petunjuk bagi orang yang mempunyai akal dan ilmu. Islam juga memandang keberagaman suku-bangsa sebagai sarana untuk saling mengenal:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan. Kemudian Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Mahatahu lagi Mahateliti (TQS al-Hujurat [49]: 13).
Rasulullah saw. dalam berbagai sabdanya mempertegas bahwa kemuliaan seseorang bukan ditentukan oleh warna kulit maupun suku bangsa, tetapi ditentukan oleh ketakwaannya kepada Allah SWT. Pesan Rasulullah saw. saat Haji Wada’ menarik untuk diperhatikan. Beliau menyampaikan pesannya saat tiba di Namirah. Sebuah desa sebelah timur Arafah. Di depan ribuan jamaah haji beliau antara lain bersabda, “Sungguh ayahmu satu. Semua kalian  berasal dari Adam. Adam diciptakan dari tanah. Tiada kelebihan orang Arab atas non-Arab. Tiada kelebihan non-Arab atas orang Arab kecuali karena ketakwaan. Tiada pula kelebihan orang putih atas orang hitam. Tiada kelebihan orang hitam atas orang putih kecuali karena ketakwaan.”
Bahkan Rasulullah saw. pernah sangat marah kepada Sahabat Abu Dzar al-Ghifari ra. saat berselisih dengan Sahabat Bilal ra. Pasalnya, Abu Dzar ra. memanggil Bilal ra. dengan sebutan, “Ya Ibna as-Sawda’ (Hai anak seorang perempuan hitam).”
Rasulullah saw. dengan tegas mengatakan kepada Abu Dzar ra., “Abu Dzar, kamu telah menghina dia dengan merendahkan ibunya. Di dalam dirimu terdapat sifat jahiliah!” (Lihat: Al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman, 7/130). Teguran keras Rasulullah saw. ini merupakan pukulan berat bagi Abu Dzar ra. Abu Dzar ra. sampai meminta Bilal ra. untuk menginjak kepalanya sebagai penebus kesalahannya dan sifat jahiliahnya.
Dalam riwayat lain Nabi saw. pernah bersabda kepada Abu Dzar ra.:
ﺍﻧْﻈُﺮْ ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﻟَﻴْﺲَ ﺑِﺨَﻴْﺮٍ ﻣِﻦْ ﺃَﺣْﻤَﺮَ ﻭَﻻَ ﺃَﺳْﻮَﺩَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻥْ ﺗَﻔْﻀُﻠَﻪُ ﺑِﺘَﻘْﻮَﻯ
Lihatlah, engkau tidaklah akan lebih baik dari orang yang berkulit merah atau berkulit hitam sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa (HR Ahmad).
Dalam perjalanan sejarah, Islam, saat diterapkan dalam sistem Khilafah, terbukti berhasil menyatukan manusia dari berbagai ras, warna kulit dan suku-bangsa hampir 2/3 dunia selama lebih dari sepuluh abad.  Hal ini tak mampu dilakukan oleh ideologi lain.
Wilayah-wilayah yang dibebaskan oleh Khilafah Islam diperlakukan secara adil. Mereka tidak dieksploitasi seperti yang dilakukan oleh negara-negara imperialis pengemban peradaban demokrasi-kapitalisme. Dakwah Islam oleh Khilafah dilakukan tanpa memaksa non-Muslim untuk memeluk Islam.  Islam hadir untuk memberikan rahmat untuk alam semesta, bukan hanya manusia. Islam mampu menyatukan umat manusia dari berbagai ras, warna kulit, suku bangsa maupun latar belakang agama menjadi sebuah masyarakat yang khas. Semua itu terwujud dalam suatu naungan sistem Khilafah Islam.  
Hal ini sangat jelas diakui oleh sejarahwan Barat Will Durant dalam bukunya berjudul The Story of Civilization: “Islam telah menguasai hati ratusan bangsa di negeri-negeri yang terbentang mulai dari Cina, Indonesia, India hingga Persia, Syam, Jazirah Arab, Mesir bahkan hingga Maroko dan Spanyol… Islam telah mewujudkan kejayaan dan kemuliaan bagi mereka sehingga jumlah orang yang memeluk dan berpegang teguh pada Islam pada saat ini (1926) sekitar 350 juta jiwa.  Islam telah menyatukan mereka dan melunakkan hati mereka walaupun ada perbedaan pendapat maupun latar belakang politik di antara mereka.”
WalLahu a’lam bi ash-shawab. []
—*—
Hikmah:
Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلَا إِلَى صُوَرِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُم
Sungguh Allah tidak melihat fisik dan rupa kalian, melainkan Dia melihat kalbu-kalbu kalian.(HR Muslim). []
—*—
Download File PDF: http://bit.ly/kaffah145
1 note · View note
ukhtiekece · 6 years
Text
#WrittingChallenge Day 11: Feminisme dalam Perspektif Sederhana
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabaarakatuh.
Kali ini aku bakalan ngebahas tentang Feminisme. Kalo kamu ketik "FEMINISME" di Google bakalan banyak keluar artikel yang menjelaskan dengan bahasa langit yang sebenernya juga butuh dijelasin lagi. Ruwweeeeeeeett
Tapi, kali ini aku bakalan menjelaskan dengan bahasa bumi, bahasa sehari-hari yang semoga kamu langsung bilang,
"Oo gini"
"Hmmm gitu toh"
"Oh iya iya ngerti ini aku"
Jadi harus dibaca sampai selesai ya!
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari feminisme/fe·mi·nis·me/ /féminisme/ n adalah gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria. Kata feminisme dicetuskan pertama kali oleh aktivis sosialis utopis, Charles Fourier padatahun 1837. Pergerakan yang berpusat di Eropa ini berpindah ke Amerika dan berkembang pesat sejak publikasi John Stuart Mill yang berjudul, "The Subjection of Women" pada tahun (1869). Perjuangan mereka menandai kelahiran feminisme Gelombang Pertama.
Pada awalnya gerakan ditujukan untuk mengakhiri masa - masa pemasungan terhadap kebebasan perempuan. Secara umum kaum perempuan (feminin) merasa dirugikan dalam semua bidang dan dinomor duakan oleh kaum laki-laki (maskulin) dalam bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, dan politik khususnya - terutama dalam masyarakat yang bersifat patriarki. Dalam masyarakat tradisional yang berorientasi Agraris, kaum laki-laki cenderung ditempatkan didepan, di luar rumah, sementara kaum perempuan di dalam rumah. Situasi ini mulai mengalami perubahan ketika datangnya era Liberalisme di Eropa dan terjadinya Revolusi Perancis di abadke-XVIII yang merambah ke Amerika Serikat dan keseluruh dunia. sumber
Jadi bahasa sederhananya perempuan perempuan disana pada masa itu menuntut persamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam bidang sosial, pendidikan, pekerjaan, dan politik.
Tapi akutuu gak setuju. gak cocok samaku. Sebagai seorang perempuan *yang grasak grusuk gak bisa diem *yang suaranya keras dan ngegas yang tida sholihah sholihah banget, yang gak kayak akhwat-akhwat disana yang jalannya lemah lembut, yang suaranya hampir gak kedengeran, yang dilahirkan dan dibesarkan dikeluarga menganut agama Islam aku punya pandangan bagaimana perempuan harusnya bersikap dan diperlakukan. Gak perlu aku Gerakan Feminisme-an itu. Cukup Al-Quran dan Hadits yang memuliakan perempuan di hadapan manusia dan di hadapan Allah.
Jadi di Jazirah Arab sana, saat sebelum islam hadir atau biasa disebut masa Jahiliyah, perempuan itu barang dagangan, barang undian, harta warisan. Kalo punya anak perempuan itu adalah Aib, boleh mau dibuang ya buang giihh, seraaaahhh dah!
Tapi semuanya berubah saat Islam hadir menghujani gersang nan tandus akhlak dan budaya agama nenek moyang orang-orang disana. Lewat perantara siapa?
Siapa lagi kalo bukan?
Iyes!
Muhammad Salallahu'alaihi Wassalam. Rasul, pemimpin tangguh, teladan terbaik untuk ummatnya (termasuk aku). Lewat beliau Allah menurunkan berita gembira.
Allah berfirman, “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl : 97).
Aku kan anaknya percayaan aja ya, apalagi sama firman Allah. Auto percaya aku, gak bisa untuk nolak, menerima dan percaya dengan sepenuh hati. Jadi di pandangan Allah mau perempuan mau laki-laki kalo sholih atau sholihah ya tetep sholih dan sholihah gak ada bedanya, juga balasannya di Dunia atau di Akhirat nanti.
“Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab : 73).
Sama halnya kalo dia degil dan always ngebantah perintah Allah dan ngelakuin larangan Allah. Diazab ya diazab aja, gak jadi makin dikit azabnya kalo dia perempuan atau jadi makin banyak azabnya kalo dia lakik.
Jadi karena seringnya ayah membunuh bayi perempuannya pada masa itu, seolah perempuan adalah musibah dan aib yang harus segera dimusnahkan maka Rasulullah menyampaikan, “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” (HR Muslim: 3729).
Dalam hal berpakaian, Allah mengatur bagaimana agar wanita terlindungi. Allah berfirman “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnyake seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzâb [33]: 59)
Karena begitu istimewanya perempuan, gak bisa sembarangan orang melihat lekuk tubuhnya. Ada aturannya. Belum lagi syari'at bagaimana perempuan dinikahi, lalu setelah menikah.
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.” (HR Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam “ash-shahihah”: 285)
Gimana? *Jomblo jadi pengen nikah? Betapa mulia perempuan dihadapan Allah. Sebernya masih buanyaaak lagi dalil yang menjadi bukti bahwa cukup Allah dan Rasul, cuku Al-Qur'an dan Hadits yang menjadi arahan dalam berperilaku. Kalo udah persis, gak persis deh, mirip aja dengan isi Al-Qur'an dan Hadits udah mantep. Jempol untuk kamu.
Tapi ya gitu, setan memang hadir dan bersumpah ke Allah untuk terus menggoda manusia untuk lalai dari menghambakan diri pada Allah dan Rasulnya. Kuat-kuat deh ya. Rajin-rajin kumpul sama yang sholih kalo yang lakik, kumpul sama yang sholihah kalo yang perempuan. Kalo kurang masih perlu diskusi komen aja ya!
Semoga bermanfaat!
Sekian, Terima Kasih.
Wassalam.
7 notes · View notes
belajarislamonline · 6 years
Link
Kepergian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya menuju Tabuk menyelipkan begitu banyak hikmah. Di antaranya ada yang bisa dicerna secara  langsung, ada juga yang memerlukan perenungan mendalam. Baik mata air yang tak pernah kering, hikmah itu terus mengalir bahkan hingga kini. Di antara hikmah itu sebagian dipaparkan oleh Prof. Dr Muhammad Ali Ash-Shalabi, antara lain:
Sebagai Ajang Latihan Fisik bagi Kaum Muslimin
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menempuh perjalanan yang sangat jauh, dalam kondisi cuaca sulit karena saat itu sedang musim panas menyengat. Hampir semua buku sejarah menyebutkan, Perang Tabuk membutuhkan 50 hari; 30 hari perjalanan pulang pergi, dan 20 hari masa menaklukkan musuh di sekitar Tabuk.
Saat itu minim air hingga mereka hampir mati kehausan. Mereka juga tidak memiliki banyak bekal. Wajar kalau al-Qur’an menyebut pasukan ini dengan Jaisyul ‘Usrah (Pasukan Kesulitan). Semua ini jelas merupakan latihan keras yang hanya mampu dilakukan oleh orang-orang tanggu dan bertekad kuat.
Berkenaan dengan pelajaran ini, Ustadz Mahmud Syait Khaththab dalam karyanya ar-Rasul al-Qa’id memberi penjelasan: pasukan-pasukan modern saat ini melakukan latihan sangat keras, seperti melintasi tempat-tempat dan halangan-halangan sulit, menempuh jarak jauh di berbagai kondisi cuaca berbeda, tidak boleh makan dan minum dalam jangka waktu tertentu dan lainnya sebagai persiapan bagi prajurit untuk mengadapi situasi-situasi paling sulit yang akan dihadapi saat perang. Pasukan perang Tabuk juga memikul berbagai beban berat yang tidak kalah sulit dari latihan-latihan keras tersebut.
Ustadz Mahmud Syait Khaththab menambahkan, mereka meninggalkan Madinah saat buah-buahan ranum siap dipetik. Mereka menempuh jarak yang begitu jauh dan berat di padang pasir jazirah Arab di musim panas, menahan lapar dan haus dalam jangka panjang. Perang Tabuk merupakan latihan keras bagi kaum Muslimin. Tujuan Rasulullah saw dari perang ini adalah mempersiapkan mereka untuk memikul risalah demi melindungi penyebaran Islam di luar semenanjung jazirah Arab. Perang Tabuk merupakan perang terakhir yang terjadi di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan demikian beliau harus yakin akan kemampuan pasukan sebelum beliau wafat.
Latihan nyata ini membantu para shahabat di masa Khulafaur Rasyidin. Mereka berhasil menaklukan Syam dan Persia dengan kekuatan iman dan kepercayaan kepada Sang Pencipta. Latihan keras itu membantu mereka untuk menjaga  kekuatan fisik, mengenal cara menggunakan pedang, tombak dan berbagai macam persenjataan. Dalam setiap duel jelang perang besar, baik Perang Yarmuk melawan Romawi atau Perang Qadisiyah melawan Persia, selalu dimenangkan tentara Islam. Kemenangan saat duel jelang perang  ini amat besar pengaruhnya bagi perang selanjutnya.
Dalam konteks hari ini, kekuatan fisik tetap diperlukan. Meski zaman sudah begitu canggih dan menggunakan berbagai sarana modern, tapi kekuatan fisik tak bisa diabaikan. Apalagi bagi seorang kader dakwah yang tak hanya memikul beban harus mencari nafkah bagi keluarga. Ia juga punya  beban dakwah, politik dan sosial. Pernahkah kita membayangkan, ada seorang kader dakwah yang diamanahi menjadi anggota dewan, membina beberapa halaqah, mempunyai anak lebih dari orang kebanyakan, memimpin majelis taklim dan yayasan sosial. Jika ia tak memiliki kekuatan fisik yang memedai, takkan mungkin mampu menjalankan semua amanah itu.
Runtuhnya Wibawa Romawi
Hal ini tak hanya bagi bangsa Arab yang muslim tapi juga masyarakat yang masih kafir. Sebab, kekuatan Romawi menurut perkiraan bangsa Arab sebelumnya adalah kekuatan yang tidak bisa ditandingi dan dikalahkan. Sekadar menyebut Romawi saja mereka sudah gentar. Apalagi jika berhadapan. Kalaupun bicara tentang kekalahan Romawi, mereka tak pernah bermimpi umat Islamlah pelakunya.
Perang Mu’tah yang terjadi beberapa tahun sebelumnya, menguatkan memori di otak bangsa Arab di masa jahiliyah, bahwa Romawi adalah kekuatan yang tidak terkalahkan. Tapi itu tidak berlaku bagi umat Islam. Semangat bahwa mereka akan menaklukkan Romawi itu bahkan sudah digaungkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di era Makkiyah. Bahkan, ketika terjadi Perang Khandaq, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulang-ulang lagi bahwa Konstantinopel yang menjadi pusat kekuatan Romawi akan mereka taklukkan. Dengan demikian, mobilisasi besar-besaran pasukan muslim ini diperlukan untuk melenyapkan kekalahan psikis dalam jiwa bangsa Arab itu.
Kemenangan psikis itu penting. Kemenangan psikis adalah pemantik untuk kemenangan fisik. Inilah yang menjelaskan mengapa kalangan sekular dan Barat tidak akan pernah memberikan restu untuk kemenganan tentara Islam.
Motif Utama di Balik Kemenangan
Kemenangan pasukan Islam yang bersifat lokal dan mampu menantang kekuatan terbesar di dunia saat itu, bukan karena motif fanatisme, rasisme, atau untuk mewujudkan obsesi pemimpin saat itu. Motifnya hanya satu; untuk memerdekakan. Lantaran humanisme menyerukan untuk memerdekakan jiwa,  maka tak ada pergelutan perang melawan Romawi, mereka lebih memilih untuk melarikan diri ke arah utara. Dengan demikian, pasukan muslim berhasil meraih kemenangan tanpa peperangan karena mereka meninggalkan kawasan-kawasan tersebut untuk daulah Islam. Sebagai hasilnya, akhirnya kaum Nasrani yang sebelumnya memiliki hubungan yang sangat loyal terhadap negara Romawi seperti pemerintahan Daumatul Jandal dan pemerintahan Ailah (Kota Uqbah saat ini di teluk Uqbah) tunduk pada Daulah Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menulis surat berisi ketetapan hak dan kewajiban mereka.
Tak hanya itu, kabilah-kabilah Arab lain di Syam yang sebelumnya belum tunduk pada kekuasaan Islam di Tabuk akhirnya sangat terpengaruh oleh Islam. Sebagian besar kabilah-kabilah tersebut mulai mengevaluasi sikap dan membanding-bandingkan keuntungan terus loyal pada Romawi atau beralih memberikan loyalitas kepada daulah Islam yang sedang berkembang. Itu semua terjadi setelah penaklukan Islam di negara Syam.
Meski sebelumnya sudah ada beragam usaha, namun efek yang ditimbulkan tidak sekuat seperti yang ditimbulkan Perang Tabuk. Perang ini merupakan indikasi permulaan aksi-aksi berkelanjutan untuk menaklukan berbagai negeri, juga penaklukan-penaklukan  yang diteruskan oleh para khalifah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau wafat.
Hal ini dikuatkan lagi, sebelum wafat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyiapkan pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid bin Haritsah untuk memimpin pasukan yang beliau arahkan menuju Romawi, sebagai pelopor pasukan penakluk. Pasukan ini diikuti sebagian besar sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hanya saja Usamah bin Zaid bin Haritsah baru bisa melaksanakan misi ini setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.
Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meletakan batu pertama dan rencana-rencana terbaik untuk menaklukan negeri  Syam dan berbagai penaklukan Islam lainnya. Para shahabat, terutama di masa Umar bin Khaththab melanjutkan rencana itu. Sehingga, di era pemerintahan Umar, hampir seluruh wilayah Syam takluk. Menyatunya Jazirah Arab di Bawah Kekuasaan Islam
Kabilah-kabilah Arab sangat terpengaruh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Dakwah Islam karena berbagai stimulan, seperti penaklukan Makkah, Khaibar, Perang Tabuk dan lainnya. Dengan demikian, setiap kabilah langsung menyatakan diri masuk Islam setelah kekuasaan kaum Muslimin terbentang luas hingga perbatasan Romawi. Setelah itu dilanjutkan perjanjian damai yang dibuat Najran di tepi selatan agar mereka membayar jizyah, sehingga tidak ada tindakan apa pun yang bisa dilakukan oleh kabilah-kabilah Arab  selain memeluk Islam  dan bergabung dengan kafilah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mendengar dan taat.
Musuh dalam Perang Tabuk memang Romawi. Namun efek kemenangan yang muncul bukan tumbangnya Romawi tapi menyatunya bangsa Arab dalam pangkuan Islam. Sungguh benar ijtihad Umar bin Khaththab di era pemerintahannya yang mengatakan, “Kita takkan bisa menaklukkan Romawi dan Persia sebelum menyatukan bangsa Arab.” Dan, Perang Tabuk adalah simpul penyatuan itu.
Selanjutnya, ketika simpul persatuan sudah diikatkan, penerus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggal melanjutkan. Apalagi secara psikologi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menggaungkan bahwa mereka akan menaklukkan Romawi. Impian itu menemukan realitanya di era pemerintahan Bani Umayyah. Puncaknya, pada tahun 1453 M, Muhammad al-Fatih dari Turki Utsmani mewujudkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: menaklukkan Konstantinopel!
Dengan berakhirnya kisah perang yang mendapat berkah ini, berakhir pula kisah peperangan yang secara langsung dipimpin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sungguh kehidupan beliau yang penuh berkah itu sarat berbagai pelajaran dan teladan yang mendidik generasi umat di kemudian hari.
Baca selengkapnya di: https://tarbawiyah.com/2018/04/24/perang-tabuk-5-hikmah-seusai-perang/
0 notes
ajidedim · 6 years
Text
2024 HIJRAH UNTUK NEGERI: Kehancuran atau Kebangkitan Indonesia dalam Ayunan Peradaban
Gegap gempita perbincangan akhir-akhir ini tentang simbol “2030” rasa-rasanya memang menggoda sekaligus mengganggu pikiran kita sebagai Bangsa. Tetapi, apakah benar tesis itu? Apakah benar 2030 adalah kehancuran atau kebangkitan negeri ini? Perbincangan peradaban kenusantaraaan, keindonesiaan kita, pada saat buku ini diterbitkan tahun pertengahan 2016, merupakan kemewahan bagi masyarakat negeri ini, karena tema seperti ini tak dapat dijadikan “pasar”. Tetapi sejak munculnya aksi 411 dan 212 yang menggoncang negeri ini, putaran perbincangan politik tahun 2018 apalagi 2019 menjadi tema terhangat hari-hari ini. Ya begitulah sifat manusia Indonesia di negeri ini, selalu saja berpikir jangka pendek, terganggu dengan isu-isu hangat, dan tak pernah melihat realitas negeri ini dalam konteks yang lebih panjang, apalagi dikoneksikan dengan sejarah masa lalu, masa kini, hingga jauh ke depan. Buku 2024 yang telah mengalami cetakan kedua pada tahun 2018 berbicara di luar logika standar itu. Pesan Islam sebagaimana Saya memahaminya melalui Qur’an dan Sunnahnya banyak bercerita bercerita dan melakukan analisis masa lalu, masa kini dan masa depan, dan dengan itu Saya melakukan hal yang sama pada negeri kita tercinta ini, yaitu melakukan penelusuran masa lalu sekaligus memandang ke depan, di mana masa kini pasti punya keterikatan di antaranya. Sejak lama saya memang gandrung pada gerakan-gerakan negeri dalam konteks diskursus peradaban, karena peradaban adalah kata kunci perubahan sejarah. Sebagaimana Islam pula, Islam, sekali lagi menurut pendapat saya pribadi, dirancang dari langit bukan untuk menjadi pegangan bagi individu-individu menuju surga saja, tema seperti itu hanyalah bagian dari desain besar pesan keumatan yang menyejarah, sebuah keharusan kontekstual untuk diterjemahkan dalam agenda setiap umat Islam yang memahaminya. Fathul Mekkah 629 M bukan hanya keinginan diri kanjeng Nabi Muhammad SAW atau dorongan para sahabat untuk menisbahkan kekuasaan di Jazirah Arab. Fathul Mekkah yang didahului dengan puncak-puncak peristiwa dari Iqro’nya Muhammad SAW menerima pesan langit di Gua Hira’; Isra’ Mi’raj dari dunia menuju langit ke tujuh; Aqabah 1-2 dilanjut dengan Hijrah ke Madinah; serta kemenangan pertama umat Islam di Perang Badar 624 M; adalah pesan-pesan yang sarat kekuatan Invisible Hand asali, Allah SWT, demi menegakkan Izzul Islam wal Muslimin, peradaban manusia yang berkebudayaan bernilai religiousitas. Membincang peradaban juga bukan sekedar menelusuri sejarah tokoh dan peristiwa-peristiwa penting pada pusat-pusat kekuasaan Yunani, Romawi, China, India, Amerika Serikat, Amerika Selatan, Jepang, Majapahit, Perlak, Malaka, Demak, Mataram Baru, Ternate, dan Tidore, serta pusat-pusat kejayaan lainnya saja. Membincang peradaban juga bukan hanya masalah “makan” dan “kuasa”, ekonomi dan politik saja, dan dengan itu pula maka peradaban bisa hancur, luluh lantak tak berkeping, hilang dari sejarah masa kini dan masa depan. Pandangan tentang peradaban manusia dalam buku ini tidak melihat seperti itu, dan pula tidak melihat bahwa kemakmuran dalam rentang peradaban sejak manusia muncul, menggunakan pandangan orientalisme yang selalu meletakkan Timur sebagai ladang milik Barat yang sah untuk dieksploitasi sesuai kehendak mereka; sedangkan masyarakat di dalamnya perlu dikasihani dan dituntun menuju perbaikan hidup, dan Barat sekali lagi adalah dewa penyelamat di dunia Timur; maka dengan demikian, agama, ekonomi, politik, budaya, dan life style wajib diimpor dari negeri mereka. Hak sosiologis yang dipaksakan Kristen Barat sejak Revolusi di Inggris tahun 1381 setelah didahului kiamat pes “the Black Death”, memicu perjalanan mereka menyeberangi dunia-dunia baru di luar Eropa, dimulai dari tahun 1500-an, hingga dipuncaki revolusi Perancis, revolusi Amerika dan lainnya; semua dengan pertumpahan darah atas nama kemakmuran Kristen Barat dan ajarannya yang menyebar serta bertransformasi menjadi liberalisme sekuler ke seluruh pelosok hingga kini. Akhirnya, kotak pandora keserakahan atas nama kemakmuran terbuka, melalui ledakan penduduk, perebutan sumber daya alam, kehancuran lingkungan, yang dimungkinkan memuncak tahun 2024 pada saat jumlah anak manusia di bumi mencapai 8 (delapan) miliar, hasil dari 5 kali kelipatan 12 tahunan sejak 1975. Ini merupakan kejadian demografis luar biasa yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah kemanusiaan. Semua berawal dari revolusi industri di Inggris, setelah kejadian Deus Absconditus, Tuhan tersembunyikan, dipisahkannya dunia (sains, teknologi, ruang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, hukum dan kebudayaan) dari keberadaan Tuhan, Tuhan dianggap pensiun, cukuplah berada di Singgasana Langit. Memang, dampaknya, taraf hidup di Barat meningkat kemakmurannya, tidak di Timur, luar biasanya perkembangan sains teknologi, jaminan pendidikan meningkat drastis. Lawrence Smith mengatakan hal itu adalah hak Barat, bukan hak Timur. Karena, atas nama modernisasi lebih baik tidak melakukan pergerakan melakukan peningkatan kapasitas kemanusiaan menuju kemakmuran di semua wilayah di dunia, cukuplah mereka yang sedang dalam situasi “the most impoverished, dangerous, and depressing on Earth” diberi improvisasi aksi sosial atas nama kemanusiaan, tidak lebih dari itu. Fukuyama mengatakan sebagai simbol kemenangan Liberalisme dan Demokrasi Liberal, dan Barat adalah pemegang sah status sosial Manusia Terakhir di muka bumi. Tetapi, kemakmuran ternyata juga dibarengi dengan kehancuran moralitas seperti bencana kebebasan LGBT – lesbong hombreng, meningkatnya kejahatan, aborsi, masifikasi penggunaan narkotika, serta kejahatan-kejahatan lainnya, yang melejit melampaui dunia Timur. Bukan hanya itu, institusi inklusif ekonomi dan politik yang digadang-gadang Acemoglu dan Robinson berbasis demokrasi liberal-nya Fukuyama di Barat, ternyata diungkapkan Fukuyama sendiri sebagai realitas paling bobrok, birokrasi sebagai simbol institusi inklusif adalah pusat segala kebobrokan yang menyebabkan pembusukan politik, political decay. Masalah kemakmuran, sekali lagi yang ada di benak Barat, hanyalah kemakmuran berbasis materialisme, tidak lebih. Maka, membincangkan peradaban yang dilakukan di sepanjang buku ini bukan yang seperti itu, tetapi lebih dan bahkan melampaui kekeringan intelektual semacam itu. Kemakmuran seharusnya, sebagaimana saya yakini, adalah bagian dari integralitas berjiwa Langit untuk memberikan yang terbaik bagi umat, dan setiap manusia maupun masyarakat di dalamnya, memiliki hak, keinginan, kebersamaan yang sebenarnya, serta kebaikan yang perlu didakwahkan kepada siapapun untuk mencapai umatan wahidah sekaligus wasathan, umat yang utama, sekaligus umat yang sejahtera seiring sejalan. Tetapi, sulit sekali menjelaskan bahwa idealisme Islam dan kearifan Nusantara yang telah menjelma dalam ruang sejarah Keindonesiaan seperti sekarang ini bila tidak diawali dengan penjelasan runtut akan kesalahan paradigmatik dalam memahami realitas, sejarah, dunia, dan kemanusiaan itu sendiri. Apalagi bila itu sudah dipenjara dalam kenyataan pikiran dan laku pragmatisme ilmiah, materialisme, liberalisme dan sekularisme yang terangkum dalam ruang kesejarahan tanpa peran Tuhan sama sekali di dalamnya, Deus Absconditus, atau lebih lungrah bila Tuhan dipahami hanyalah sebagai mesin raksasa tak nampak bermekanisme otomatis atas kerja dan pengaturan yang terdapat di alam semesta, Gaia, dan dengan demikian alam semesta berjalan sebagaimana adanya. Tuhan tidak dipahami sebagai Wujud Ketuhanan sebagai Yang Satu, Maha Pencipta, Maha Pengasih, Maha Pemurah, Maha Kuasa, Maha Melakukan Segala Sesuatu, Maha Meliputi, Maha Hadir di setiap aktivitas, dan Mahanya Maha di seluruh alam semesta termasuk dalam diri maupun peradaban manusia. Pesan 624 M adalah kenyataan sejarah sekaligus titah Langit, begitu Saya memahaminya, tak bisa memahami terpisah bagaimana kenyataan sejarah harus dilepaskan dari titah Langit, entah karena ini adalah dogma yang telah mengakar habis di seluruh kejiwaan dan fikiran, atau memang pesan itu adalah teriakan semesta dalam ruang jiwa atau rasionalitas memandang sejarah. Hal itu jelas sekali merupakan masalah yang tak bisa dipaksakan oleh siapapun. Hadits Gusti Pangeran Muhammad SAW yang mengatakan bahwa setiap 100 tahun pasti akan muncul pembaharu, bagi saya bukan hanya bersifat personal, atau individu, tetapi di dalamnya terdapat sifat keumatan, yang tercerahkan oleh setiap tetesan dan guyuran ayat-ayat langit tak henti barang sepertriliiun triliun detik bahkan tak hingga di semesta ini, dan dengan demikian maka seluruh semesta bersama seluruh pembawa titah langit di manapun akan bergerak bersama menebarkan kebaikan, keadilan, kebenaran yang terpatri tak lekang jaman. Rentetan tahun-tahun sejak 2010 hingga 2016 adalah aksi kesejarahan yang khas dan dipenuhi tanda-tanda kegelisahan umat, dan mungkin akan memuncak dalam ruang-ruang kesedihan sampai tahun 2019. Tetapi kesedihan tak akan berlangsung lama, karena insya Allah selalu bersama umatnya yang sadar dan selalu mendekat kepada titah dan takdir-Nya, hingga 2020 situasi akan menjadi terang benderang, menjadi simbol dilakukannya perubahan yang berpihak pada umat, memuncak pada 2024, hingga Fathul Mekkah di negeri ini tahun 2029, bukan 2030 saya rasa. Pesan-pesan Qur’an terutama Surat Thaha jelas sekali dan sangat gamblang, bloko sutho, tanpa tedeng aling-aling, menunjukkan bahwa abad ini, di seratus tahunannya, 2024 M hingga 2029 M nantinya, kebangkitan harus dijemput dan ditegakkan. Sebagaimana Jang Oetama HOS Tjokroaminoto di tahun 1924 M, Pangeran Diponegoro dan Kaum Paderi di tahun 1824 M, Sultan Agung (1624), Sultan Trenggono (1524), Megat Iskandar Syah (1424), Sultan Aru Barumun (1324), Sultan Alaidin Sy Abbas Syah (1224), Nashiruddin al-Thusi (1224), Umar Khayyam (1038/104-1123/1132), Ibn Sina (980-1037); Al Biruni (973-1051), Al Kindi (801-873) Hunain ibn Ishaq (810-877), Al Khawarismi (…-863), Al Farabi (870-950), Mas’udi (…-956), atau Khalifah Al Ma’mun masa Dinasti Abbasiyah berhasil mengonsolidasi kekuatan Islam tahun 824 dan Yazid tahun 724 masa Ummayah setelah dikuatkan dasar peradabannya oleh Ummar bin Abdul Aziz tahun 711-720. Itu hanya contoh, pasti tak terkira di era-era yang sama, para mujtahid-mujtahid dan mujahid-mujahid mendorong untuk, seperti diistilahkan Ismail Raji Al Faruqi, Pax Islamica, di manapun, kapanpun. Akhirnya, saya memahami dan meyakini bahwa peradaban masa depan adalah peradaban yang mengedepankan Marwah Masjid, bukannya, sebagaimana diistilahkan Kuntowijoyo “Pasarisme”, dengan syarat bahwa kemakmuran dan peradaban yang lebih baik adalah milik bersama, milik umat. Maka, kata kunci pentingnya adalah Konsolidasi Umat, di negeri ini harus disegerakan untuk mencapai kemakmuran bersama, dimulai dari kebangkitan 2024 melalui Hijrah, ya Hijrah Untuk Negeri tahun 2024, melalui hijrah kebudayaan religius sebagai desain ideologis, melakukan hijrah syuro sebagai antitesis demokrasi liberal, dan hijrah ekonomi berbagi sebagai antitesis ekonomi liberal sebagai desain konstruktif. Dengan itu maka desain strategis, taktis, dan praktis diarahkan pada dua hal utama itu, desain ideologis-konstruktif. Selamat membaca pesan 2024, selamat menelusuri masa lalu, kini, dan masa depan. Semoga kita masih punya semangat membawa negeri ini menuju kesejatiannya, Negeri Kesatuan Berkebangsaan Religius bernama Republik Indonesia.
Singosari, Purnama di bulan Rajab menjelang Ramadhan 1439 H – Akhir Maret 2018.
SINOPSIS BUKU 2024 2024 HIJRAH UNTUK NEGERI: Kehancuran atau Kebangkitan Indonesia dalam Ayunan Peradaban Gegap gempita perbincangan akhir-akhir ini tentang simbol “2030” rasa-rasanya memang menggoda sekaligus mengganggu pikiran kita sebagai Bangsa.
0 notes
seputarbisnis · 7 years
Text
Jokowi: Kita Harus Bersatu Melawan Terorisme
Surakarta (SIB) -Presiden Joko Widodo menyerukan seluruh anak bangsa di pelosok Tanah Air tetap tenang menyusul bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur. Segenap masyarakat juga diminta menjaga persatuan. "Saya serukan agar semua anak bangsa di seluruh pelosok Tanah Air tetap tenang dan tetap menjaga persatuan. Kita harus terus jaga ketenangan, kesejukan, karena hari-hari ini kita umat muslim sedang mempersiapkan diri untuk masuk bulan Ramadan untuk menjalankan ibadah puasa," kata Jokowi di depan kediamannya, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (25/5). Menurut Jokowi, peristiwa bom di Kampung Melayu sudah keterlaluan. "Ini sudah keterlaluan. Korban-korban yang ada, tukang ojek jadi korban, sopir angkot jadi korban, penjual lapak kelontong jadi korban, polisi jadi korban," ujar Jokowi. Jokowi menyampaikan dukacita yang mendalam untuk para korban. "Saya sampaikan rasa duka yang mendalam pada para korban dan warganya, baik yang masih di rumah sakit maupun yang meninggal, terutama pada aparat kepolisian yang gugur dalam menjalankan tugas," ungkap Jokowi. Langsung Rapat Presiden Jokowi setelah mendarat di Jakarta dari Landasan Udara Adi Soemarmo Solo Jawa Tengah langsung melakukan menggelar rapat. Jokowi dan istrinya, Iriana, tiba di Landasan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (25/5) pukul 20.20 WIB. Di lokasi, sudah menunggu Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan, hingga Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan. Meski belum jelas betul ke mana rombongan Jokowi-JK akan meluncur, namun mereka terlebih dahulu mengadakan pertemuan di dalam ruang tunggu. Mobil-mobil sudah siap meluncur. Sementara di lokasi lain, Paspampres sudah mengatur lokasi Rumah Sakit Raden Said Soekanto (RS Polri Kramatjati), Jakarta Timur. Korban bom bunuh diri di Kampung Melayu sedang dirawat di RS Polri Kramatjati Tak lama kemudian, sekitar 25 menit, mereka meluncur meninggalkan Halim Perdanakusuma. BERSATU Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun membesuk para korban di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur. Jokowi meminta seluruh pihak bersatu untuk melawan terorisme. "Kita semua harus bersatu melawan terorisme ini," kata Jokowi yang ditemani Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di pelataran RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur. "Saya tegaskan sekali lagi tidak ada tempat di Tanah Air kita bagi terorisme," sambung Jokowi. Jokowi juga sempat mendoakan agar para korban luka cepat sembuh. Jokowi terlihat juga ditemani Ibu Negara, Iriana. Perintahkan Kapolri Usut Presiden Joko Widodo juga meminta Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengusut tuntas kasus tersebut. Jokowi mengaku sudah mendapatkan laporan soal ledakan bom tersebut tak lama setelah kejadian. "Saya sudah dapat laporan tadi malam terkait dengan ledakan bom bunuh diri di Kampung Melayu di Jakarta," kata Jokowi. Jokowi mengatakan dirinya sudah memerintahkan Kapolri Tito mengusut tuntas kasus tersebut. Jokowi ingin pelaku pengeboman tersebut dikejar sampai dapat. "Saya sudah perintahkan Kapolri untuk mengusut tuntas jaringan-jaringan pelaku yang melakukan. Saya perintahkan untuk mengejar sampai ke akar-akarnya, karena ini sudah keterlaluan," ucapnya. Tak Bisa Dibenarkan Sementara itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengutuk keras insiden bom. MUI menyatakan kekerasan atas nama agama tak bisa dibenarkan. "Terorisme dan kekerasan atas nama agama, dengan pembunuhan secara sadistis dan kerusakan, jelas merupakan kejahatan kemanusiaan yang tidak bisa dibenarkan. Siapa pun pelakunya pasti ini adalah kejahatan kemanusiaan yang tidak bisa ditoleransi. Agama apa pun tidak dapat membenarkan berbuat kezaliman seperti ini," kata HM Baharun, guru besar sosiologi agama yang juga Ketua Komisi Hukum MUI Pusat. Menurut Baharun, aksi keji seperti yang terjadi di Kampung Melayu semalam itu bukan jihad. Baharun mengatakan jihad menurut ajaran Islam adalah membangun yang lebih baik, sedangkan terorisme itu merusak. Terorisme haram menurut fatwa MUI. "Bahkan petugas yang menjaga keamanan pun dijadikan sasaran," ujarnya. Polisi harus menindak keras pelaku dan jaringannya. "Kita harus apresiasi terhadap kerja keras polisi, yang cepat menangani kekerasan atas nama agama ini," ucap Baharun. Waketum MUI Zainut Tauhid menyatakan MUI sudah menetapkan dalam fatwa Nomor 3 Tahun 2014 bahwa terorisme adalah tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan negara, bahaya terhadap keamanan, perdamaian dunia, serta merugikan kesejahteraan masyarakat. Hukum perbuatan terorisme adalah haram. Untuk hal tersebut, MUI meminta aparat keamanan menangkap para aktor dan pelaku serta mengusut tuntas sampai ke akar-akarnya. Kutuk Aksi Teror Sementara itu, Ketua DPR RI Setya Novanto (Setnov) mengutuk keras aksi teror tersebut.   "Saya mendengar  ada anggota Polri yang sedang bertugas di lokasi, gugur dan beberapa diantara lainnya termasuk warga sekitar, terluka setelah terkena ledakan yang diduga kuat berasal dari bom bunuh diri jenis bom panic " kata Setya Novanto kepada wartawan.  Kejadian itu kata Setnov  bukan hanya menjadi ancaman bagi warga ibukota, tetapi  ancaman bagi  semua masyarakat Indonesia.  "Kita semua tidak bisa menerima alasan apapun di balik perilaku brutal dan keji ini.  Bahkan, siapapun di balik kejadian ini, mereka adalah penebar teror bagi warga serta ingin mengacaukan situasi dan kondisi Indonesia yang aman,tentram dan damai.  Menurut Setnov, kejadian ini menunjukkan bahwa keberadaan mereka memang ada dan dapat muncul setiap saat sehingga perlu diwaspadai. "Kita perlu meningkatkan dukungan yang penuh kepada petugas keamanan untuk bekerja dalam rangka menjaga keamanan dari segala potensi ancaman" ujar Novanto sembari  meminta aksi teror seperti ini  jangan   dikait-kaitkan dengan sentimen keagamaan, karena tidak ada agama apapun di dunia ini yang mengajarkan dan menganjurkan kekerasan, apalagi aksi keji dan biadab seperti  ini. Tingkatkan Keamanan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, yang sedang berkunjung ke Arab Saudi, sudah mendengar kabar mengenai peristiwa ledakan bom di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Jenderal Tito pun memerintahkan jajaran untuk meningkatkan keamanan Jakarta dan sekitarnya. "Iya (Kapolri) sudah tahu. Beliau mengatensi kejadian semalam dan memerintahkan jajaran untuk meningkatkan kewaspadaan," ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto. Setyo mengatakan Kapolri juga menyatakan keprihatinannya atas banyaknya korban tewas dalam serangan terorisme tersebut. Tidak hanya anggota Polri, sejumlah warga sipil juga menjadi korban peristiwa ledakan tersebut. "Pak Kapolri tentu prihatin dan bersimpati terhadap para korban, baik anggota Polri maupun masyarakat sipil, karena banyak warga sipil yang tidak berdosa, yang tidak tahu apa-apa menjadi korban ledakan, seperti salah satunya sopir angkot," kata Setyo. Fenomena Terorisme Global Wakapolri Konjen Syafruddin menilai serangan itu berkaitan dengan teror yang tengah menjadi fenomena global. "Ini kan fenomena global, sekarang mengenai terorisme dan radikalisme di manapun bukan hanya di Indonesia itu memang sasarannya anggota Polri. Ini fenomena global, kalau di Indonesia anggota Polri, anggota keamanan," ujar Komjen Syafruddin. Syafruddin mengatakan, serangan teror itu sengaja dikhususkan untuk menyerang aparat. Ini serupa dengan kejadian-kejadian di luar negeri. "Sasarannya anggota. Kalau di Indonesia anggota Polri, keamanan, TNi. Di manapun, di Afganistan tiap hari, bom meledak anggota polisi mati. Di jazirah Arab, di Turki demikian. Sasarannya fasilitas umum, anggota keamanan," ujar Syafruddin. 5 Orang Tewas, 10 Terluka Total orang tewas akibat bom di Kampung Melayu sebanyak 5 orang. Dua orang yang tewas diduga pelaku, 3 orang lainnya adalah personel Polri. "Saya nyatakan duka cita mendalam ternyata 3 anggota polisi yang gugur," kata Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto kepada wartawan di Kampung Melayu, Jaktim. Sedangkan 10 orang korban luka adalah 5 personel polisi dan 5 orang warga sipil. Anggota Polri yang jadi korban menurut Setyo sedang melakukan pengamanan rencana pawai obor jelang Ramadan. "5 anggota polisi luka-luka dan 5 warga sipil luka-luka," sebutnya. Polisi belum bisa memastikan jenis bom yang meledak pada pukul 21.00 WIB dan sekitar pukul 21.05 WIB, Rabu (24/5). "Pelaku 2 orang laki-laki. Tadi saya nyatakan ada 2 ledakan dan (hasil) olah TKP memang ditemukan ada 2 pelaku bom bunuh diri," ujar Setyo. Hingga saat ini polisi masih melacak identitas dua orang pelaku. Kepastian identitas pelaku akan dilakukan melalui pengambilan data antemortem dan post mortem. Berikut kronologi ledakan yang berjarak lima menit tersebut. Bripda Febrianto Sinaga, anggota kepolisian yang tengah ditugaskan untuk mengantisipasi pawai obor di titik terminal Kampung Melayu merupakan saksi kunci dalam kejadian ini. Dia juga menjadi korban luka. 21.00 WIB Saat itu Febrianto tengah makan pecel lele di sekitar terminal Kampung Melayu. Dia mendengar suara ledakan. Ledakan terjadi depan toilet terminal Kampung Melayu. "Saksi Febrianto lalu mendekat ke arah ledakan dan mendapati empat orang dalam kondisi terkapar," kata Irjen Setyo Wasisto. Febrianto mengenali dua orang yang terkapar tersebut, karena merupakan sesama anggota kepolisian. Sedangkan dua lainnya, Febrianto tidak bisa mengenalinya. 21.05 WIB Febrianto lantas mencoba melakukan evakuasi dengan menyetop kendaraan yang melintas. Saat dia mencoba melakukan evakuasi itu, terdengar ledakan kedua. Ledakan kedua ini terjadi di depan halte TransJ Kampung Melayu. "Saksi Febrianto terkena imbas, dia merasakan panas di telinga," ujar Setyo. Febrianto lantas menghentikan kendaraan yang melintas. Dia meminta diantar ke Mapolres Jaktim untuk melapor. Akan Dites DNA Polisi masih mengidentifikasi dua orang pelaku bom bunuh diri. Polisi melakukan tes DNA untuk mengetahui genetika pelaku guna mengungkap identitas keduanya. "Ini masih menginvestigasi menyeluruh, masih terus dikembangkan. Pelaku ini masih dites DNA dan sebagainya. Ini pelaku walau kelihatan mukanya tapi kan hancur semuanya," ujar Wakapolri Komjen Syafruddin. Soal jaringan terkait pelaku bom bunuh diri, Syafruddin mengaku masih menunggu informasi terbaru dari hasil penyelidikan. Barang bukti yang ditemukan di lokasi ledakan masih diperiksa termasuk CCTV di halte TransJ. Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto menyebut dari identifikasi awal, pelaku terduga bom bunuh diri diduga menggunakan bom panci. Polisi juga menemukan selembar struk pembelian panci yang terselip di saku pakaian yang diduga pelaku pemboman. "Masih diteliti Densus," kata Setyo ditanya soal jaringan pelaku bom bunuh diri. Diduga Terkait ISIS Polisi tengah menelusuri lebih jauh jaringan 2 pelaku teror bom bunuh diri di Kampung Melayu. Keduanya diduga terkait dengan jaringan Islamic State of Iran and Syria (ISIS). "Ya kalau ditanya jaringan ISIS, kemungkinan besar ada hubungan," ujar Kabag Mitra Biro Penmas Divhumas Polri Kombes Awi Setiyono. Awi mengatakan, dua pelaku memang diduga terkait dengan jaringan internasional. Berkaitan dengan teror-teror di negara-negara lain. "Karena ini jaringan internasional. Teror global. Bisa jadi ada hubungan," ujar Awi. Naik Pangkat Bripda Imam Gilang Adinata yang gugur akibat bom diberi penghargaan kenaikan pangkat. Pangkat Bripda Imam kini menjadi Briptu Anumerta. "Sebagaimana kita ketahui almarhum diberikan penghargaan berupa kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi," kata Kapolres Jakarta Selatan Kombes Iwan Kurniawan usai memimpin upacara militer penghormatan untuk Bripda Imam di halaman SDN Menteng Dalam 05, Jalan Soepomo, Jakarta Selatan. Bripda Imam terkena bom saat sedang bertugas mengawal pawai obor jelang Ramadan. Imam merupakan salah satu dari 3 orang polisi yang gugur dalam peristiwa ini. Dua anggota polisi lain yang meninggal yakni Ridho Setiawan dan Taufan Tsunami. Sama seperti rekannya, Bripda Taufan Tsunami juga mendapat kenaikan pangkat. Anggota Polri berusia 23 tahun jadi Briptu Anumerta. Pernyataan kenaikan pangkat disampaikan Direktur Sabhara Polda Metro Jaya Kombes Slamet Hadi di rumah duka, Keranggan Wetan, RT02/RW10, Jatirangga, Jatisampurna, Bekasi Barat, Bekasi. "Pangkat dinaikkan seperti anggota lain (yang gugur), jadi Briptu Anumerta," kata Slamet. Upacara penyerahan jenazah dari keluarga ke Polri diikuti teman korban dan warga sekitar. Juga ada Kapolres Bekasi Kota Kombes Hero Henrianto Bachtiar. Usai upacara, jenazah dibawa ke TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur, dengan menggunakan ambulans. (detikcom/J01/l) http://dlvr.it/PFBSqX
0 notes
belajarislamonline · 6 years
Photo
Tumblr media
Perang Tabuk (5): Hikmah Seusai Perang
Kepergian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya menuju Tabuk menyelipkan begitu banyak hikmah. Di antaranya ada yang bisa dicerna secara  langsung, ada juga yang memerlukan perenungan mendalam. Baik mata air yang tak pernah kering, hikmah itu terus mengalir bahkan hingga kini. Di antara hikmah itu sebagian dipaparkan oleh Prof. Dr Muhammad Ali Ash-Shalabi, antara lain:
Sebagai Ajang Latihan Fisik bagi Kaum Muslimin
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menempuh perjalanan yang sangat jauh, dalam kondisi cuaca sulit karena saat itu sedang musim panas menyengat. Hampir semua buku sejarah menyebutkan, Perang Tabuk membutuhkan 50 hari; 30 hari perjalanan pulang pergi, dan 20 hari masa menaklukkan musuh di sekitar Tabuk.
Saat itu minim air hingga mereka hampir mati kehausan. Mereka juga tidak memiliki banyak bekal. Wajar kalau al-Qur’an menyebut pasukan ini dengan Jaisyul ‘Usrah (Pasukan Kesulitan). Semua ini jelas merupakan latihan keras yang hanya mampu dilakukan oleh orang-orang tanggu dan bertekad kuat.
Berkenaan dengan pelajaran ini, Ustadz Mahmud Syait Khaththab dalam karyanya ar-Rasul al-Qa’id memberi penjelasan: pasukan-pasukan modern saat ini melakukan latihan sangat keras, seperti melintasi tempat-tempat dan halangan-halangan sulit, menempuh jarak jauh di berbagai kondisi cuaca berbeda, tidak boleh makan dan minum dalam jangka waktu tertentu dan lainnya sebagai persiapan bagi prajurit untuk mengadapi situasi-situasi paling sulit yang akan dihadapi saat perang. Pasukan perang Tabuk juga memikul berbagai beban berat yang tidak kalah sulit dari latihan-latihan keras tersebut.
Ustadz Mahmud Syait Khaththab menambahkan, mereka meninggalkan Madinah saat buah-buahan ranum siap dipetik. Mereka menempuh jarak yang begitu jauh dan berat di padang pasir jazirah Arab di musim panas, menahan lapar dan haus dalam jangka panjang. Perang Tabuk merupakan latihan keras bagi kaum Muslimin. Tujuan Rasulullah saw dari perang ini adalah mempersiapkan mereka untuk memikul risalah demi melindungi penyebaran Islam di luar semenanjung jazirah Arab. Perang Tabuk merupakan perang terakhir yang terjadi di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan demikian beliau harus yakin akan kemampuan pasukan sebelum beliau wafat.
Latihan nyata ini membantu para shahabat di masa Khulafaur Rasyidin. Mereka berhasil menaklukan Syam dan Persia dengan kekuatan iman dan kepercayaan kepada Sang Pencipta. Latihan keras itu membantu mereka untuk menjaga  kekuatan fisik, mengenal cara menggunakan pedang, tombak dan berbagai macam persenjataan. Dalam setiap duel jelang perang besar, baik Perang Yarmuk melawan Romawi atau Perang Qadisiyah melawan Persia, selalu dimenangkan tentara Islam. Kemenangan saat duel jelang perang  ini amat besar pengaruhnya bagi perang selanjutnya.
Dalam konteks hari ini, kekuatan fisik tetap diperlukan. Meski zaman sudah begitu canggih dan menggunakan berbagai sarana modern, tapi kekuatan fisik tak bisa diabaikan. Apalagi bagi seorang kader dakwah yang tak hanya memikul beban harus mencari nafkah bagi keluarga. Ia juga punya  beban dakwah, politik dan sosial. Pernahkah kita membayangkan, ada seorang kader dakwah yang diamanahi menjadi anggota dewan, membina beberapa halaqah, mempunyai anak lebih dari orang kebanyakan, memimpin majelis taklim dan yayasan sosial. Jika ia tak memiliki kekuatan fisik yang memedai, takkan mungkin mampu menjalankan semua amanah itu.
Runtuhnya Wibawa Romawi
Hal ini tak hanya bagi bangsa Arab yang muslim tapi juga masyarakat yang masih kafir. Sebab, kekuatan Romawi menurut perkiraan bangsa Arab sebelumnya adalah kekuatan yang tidak bisa ditandingi dan dikalahkan. Sekadar menyebut Romawi saja mereka sudah gentar. Apalagi jika berhadapan. Kalaupun bicara tentang kekalahan Romawi, mereka tak pernah bermimpi umat Islamlah pelakunya.
Perang Mu’tah yang terjadi beberapa tahun sebelumnya, menguatkan memori di otak bangsa Arab di masa jahiliyah, bahwa Romawi adalah kekuatan yang tidak terkalahkan. Tapi itu tidak berlaku bagi umat Islam. Semangat bahwa mereka akan menaklukkan Romawi itu bahkan sudah digaungkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di era Makkiyah. Bahkan, ketika terjadi Perang Khandaq, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulang-ulang lagi bahwa Konstantinopel yang menjadi pusat kekuatan Romawi akan mereka taklukkan. Dengan demikian, mobilisasi besar-besaran pasukan muslim ini diperlukan untuk melenyapkan kekalahan psikis dalam jiwa bangsa Arab itu.
Kemenangan psikis itu penting. Kemenangan psikis adalah pemantik untuk kemenangan fisik. Inilah yang menjelaskan mengapa kalangan sekular dan Barat tidak akan pernah memberikan restu untuk kemenganan tentara Islam.
Motif Utama di Balik Kemenangan
Kemenangan pasukan Islam yang bersifat lokal dan mampu menantang kekuatan terbesar di dunia saat itu, bukan karena motif fanatisme, rasisme, atau untuk mewujudkan obsesi pemimpin saat itu. Motifnya hanya satu; untuk memerdekakan. Lantaran humanisme menyerukan untuk memerdekakan jiwa,  maka tak ada pergelutan perang melawan Romawi, mereka lebih memilih untuk melarikan diri ke arah utara. Dengan demikian, pasukan muslim berhasil meraih kemenangan tanpa peperangan karena mereka meninggalkan kawasan-kawasan tersebut untuk daulah Islam. Sebagai hasilnya, akhirnya kaum Nasrani yang sebelumnya memiliki hubungan yang sangat loyal terhadap negara Romawi seperti pemerintahan Daumatul Jandal dan pemerintahan Ailah (Kota Uqbah saat ini di teluk Uqbah) tunduk pada Daulah Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menulis surat berisi ketetapan hak dan kewajiban mereka.
Tak hanya itu, kabilah-kabilah Arab lain di Syam yang sebelumnya belum tunduk pada kekuasaan Islam di Tabuk akhirnya sangat terpengaruh oleh Islam. Sebagian besar kabilah-kabilah tersebut mulai mengevaluasi sikap dan membanding-bandingkan keuntungan terus loyal pada Romawi atau beralih memberikan loyalitas kepada daulah Islam yang sedang berkembang. Itu semua terjadi setelah penaklukan Islam di negara Syam.
Meski sebelumnya sudah ada beragam usaha, namun efek yang ditimbulkan tidak sekuat seperti yang ditimbulkan Perang Tabuk. Perang ini merupakan indikasi permulaan aksi-aksi berkelanjutan untuk menaklukan berbagai negeri, juga penaklukan-penaklukan  yang diteruskan oleh para khalifah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau wafat.
Hal ini dikuatkan lagi, sebelum wafat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyiapkan pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid bin Haritsah untuk memimpin pasukan yang beliau arahkan menuju Romawi, sebagai pelopor pasukan penakluk. Pasukan ini diikuti sebagian besar sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hanya saja Usamah bin Zaid bin Haritsah baru bisa melaksanakan misi ini setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.
Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meletakan batu pertama dan rencana-rencana terbaik untuk menaklukan negeri  Syam dan berbagai penaklukan Islam lainnya. Para shahabat, terutama di masa Umar bin Khaththab melanjutkan rencana itu. Sehingga, di era pemerintahan Umar, hampir seluruh wilayah Syam takluk. Menyatunya Jazirah Arab di Bawah Kekuasaan Islam
Kabilah-kabilah Arab sangat terpengaruh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Dakwah Islam karena berbagai stimulan, seperti penaklukan Makkah, Khaibar, Perang Tabuk dan lainnya. Dengan demikian, setiap kabilah langsung menyatakan diri masuk Islam setelah kekuasaan kaum Muslimin terbentang luas hingga perbatasan Romawi. Setelah itu dilanjutkan perjanjian damai yang dibuat Najran di tepi selatan agar mereka membayar jizyah, sehingga tidak ada tindakan apa pun yang bisa dilakukan oleh kabilah-kabilah Arab  selain memeluk Islam  dan bergabung dengan kafilah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mendengar dan taat.
Musuh dalam Perang Tabuk memang Romawi. Namun efek kemenangan yang muncul bukan tumbangnya Romawi tapi menyatunya bangsa Arab dalam pangkuan Islam. Sungguh benar ijtihad Umar bin Khaththab di era pemerintahannya yang mengatakan, “Kita takkan bisa menaklukkan Romawi dan Persia sebelum menyatukan bangsa Arab.” Dan, Perang Tabuk adalah simpul penyatuan itu.
Selanjutnya, ketika simpul persatuan sudah diikatkan, penerus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggal melanjutkan. Apalagi secara psikologi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menggaungkan bahwa mereka akan menaklukkan Romawi. Impian itu menemukan realitanya di era pemerintahan Bani Umayyah. Puncaknya, pada tahun 1453 M, Muhammad al-Fatih dari Turki Utsmani mewujudkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: menaklukkan Konstantinopel!
Dengan berakhirnya kisah perang yang mendapat berkah ini, berakhir pula kisah peperangan yang secara langsung dipimpin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sungguh kehidupan beliau yang penuh berkah itu sarat berbagai pelajaran dan teladan yang mendidik generasi umat di kemudian hari.
Baca selengkapnya di: https://tarbawiyah.com/2018/04/24/perang-tabuk-5-hikmah-seusai-perang/
0 notes