Tumgik
#throwbackproject
atlantis-96 · 3 years
Text
Day 13 - Kaleido Star dan Mimpi-mimpi
Cerpen Pertama
Wow.. hari ke-13. Aku udah siapin secangkir milo panas karena di Solo dingin abis. Ternyata, laptopku sempat engga mau kerja sama. Setengah jam lebih aku harus sabar-sabaran karena kelemotan laptopku yang bersaing sama aku kalo disuruh bikin prakarya, keliatan banget malas-malasannya. Bahas soal cerpen pertamaku berarti aku harus jelasin soal anime favoritku dan hubungannya dengan karangan pertamaku.
Cerpen pertamaku ditulis pakai bolpen sekolah di buku binder, aku tulis dengan berapi-api sampai menghabiskan dua lembar kertas binder; 1 lembar bolak-balik dan satu sisi kertas lagi. Pemicu pertamaku menulis sesuatu dalam kepalaku, sesuatu yang aku karang adalah anime berjudul Kaleido Star. Anime yang bikin aku rela langsung pulang sehabis tarawih, mantengin tv, rela rebutan dan bertengkar dengan kakakku kalau aku engga berhasil nonton anime ini yang waktu itu ditayangin stasiun tv anak-anak. Di usia itu, aku lagi suka banget sama sesuatu yang engga nyata; novel, komik, anime. Siang pulang sekolah aku langsung mantengin stasiun tv yang sama, nonton Kamichama Karin sama Ultra Maniac, sorenya nontonin Hungry Hearts, malemnya ya ini.. Kaleido Star.
Kaleido Star ini berkisah soal Sora dan orang-orang sekitarnya di panggung Kaleido, panggung sirkus terkenal di Amerika. Pertama kali nonton Kaleido Star, aku sukses megap-megap karena kewalahan menghadapi sensasinya. Aku engga nonton dari episode awal, tapi meskipun begitu aku engga bisa lupa gimana rasanya. Kaya... ada sesuatu yang mengembang di perutku, tiba-tiba aja aku pengen jadi sesuatu, aku engga mau jadi biasa aja, seakan-akan semua mungkin dan pasti bisa. Aku kagum sama artnya, sama sifat Sora yang engga menyerah seberapa besarpun halang rintang di hadapannya. Di kepala anak SD yang belum tahu apa itu masalah orang dewasa, aku begitu ingin jadi dia.
Itulah kenapa aku langsung mengarang tentang perempuan yang jago berdansa, tapi harus merelakan mimpinya karena suatu kecelakaan (AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA PENGEN TERIAK KARENA CORNY ABIS). Aku lupa gimana persisnya plot dan jalan ceritanya, tapi aku yakin waktu itu aku juga menuliskan akhir bahagia. Aku engga suka yang sedih-sedih, seenggaknya aku akan kasih ending yang adil buat tokoh karanganku.
Waktu itu engga ada tuh aku kepikiran bagaimana penilaian orang lain terhadapku, terhadap tulisanku. Waktu itu aku cuma ingin mengarang, berimajinasi, menulis. Jujur kadang-kadang aku kangen Hilda yang itu. Kadang aku menemuinya dengan nonton anime-anime lawas, nonton ulang Kaleido Star (ini baru aku lakukan satu kali di tahun 2020), dengar soundtrack-soundtracknya, menulis bebas kaya anak SD lagi. Engga ada yang lebih membebaskan selain mengenali versi kita yang engga mudah menyerah, yang naif dan engga terlalu peduli dengan apa kata orang. Karena itu aku akan terus menulis. Menghidupkan yang ingin aku hidupkan di kepalaku, persis saat pertama kali aku memutuskan nama tokoh pertama yang aku karang.
9 notes · View notes
g-desginerstudent · 6 years
Text
#throwbackproject
This is one of the oldest school projects that I have kept and not thrown away. Because I’m sure as all of you I have hated my work and got rid of the first chance I got. But let’s talk about this piece of work I’ve done, and why I kept it.
It is a piece work that everyone in my class had to do. Was about 13-14 years old. So the work is about 8 years old, wow that’s a long time. Weirdly it’s one of my favourite pieces I’ve ever done. We were drawing from still life in a cubism movement. I remember liking and enjoying the process but hating the end result for years.
But lately looking at this I see a lot more than I did before. I see how vibrant it is and how it really reflects the cubism so well and did not see that then.
I could never think that this is something to do with graphic design or ever be more than just a piece of work I did in school. But today I was observing it, looking at the shapes, the contrast in colours and kept thinking to myself this could be developed into a really cool poster or even into some sort of typography. I look forwards to experiment with this piece of work in more depth in my free time.
I can say when it comes to work I produce now and then I have definitely grown as a designer. Even the way I look at the work. I look at shapes and colours, try to see how I can explore it more or make it simpler. These few months in uni have made me see things I wasn’t able to see before. I used to look at thins as a complete work not at something that can be always improved.
Tumblr media
6 notes · View notes
strandedyarns · 6 years
Photo
Tumblr media
Day 7 #fiberuarychallenge : throwback project! This is a cobweb lace silk thread that I had intended to make and wear for a wedding over the summer. I got distracted and then changed the dress I was going to wear and didn’t need the shawl anymore... still sitting in a bag waiting to get picked back up! . #fiberuary #throwbackthursday #throwbackproject #coronashawl #cobweblace #silkshawl #crochet #merinastrand https://www.instagram.com/p/BtltcvSlXrC/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=12e4mk3ui9amj
5 notes · View notes
hotknitting · 4 years
Photo
Tumblr media
Modeling some throwback projects for #FiberuaryChallenge! I rarely wear these scarves, unfortunately, but have become too attached to donate them because they represent my time as a nascent knitter. Especially the gray cable scarf. I wanna say that was the second cable scarf I ever knit, and I kept it because I had enough yarn to make the length substantial. . . #selfayyyyys #cableknitting #knitting #cowl #scarf #scarves #knitscarves #knit #knitstagram #instaknit #knittersofinstagram #knitting #winter #throwback #throwbackproject #earlyprojects @fiberuarychallenge #Feb21 #photochallenge2020 https://www.instagram.com/p/B82sE8eDYzl/?igshid=izrd5naqonf5
0 notes
lizasarusrex · 6 years
Photo
Tumblr media
Throwback picture... #fiberuarychallenge My daughter Kate modeling a hat for @debhuff72 💚 she loves to not only rock all the knit wear, but also lets me take pictures of her wearing them! She’s one of my biggest supporters! #katherynjeanne 💚🖤🤟🏼💚🖤🤟🏼 #fiberuary #fiberuary2019 #throwbackthursday #throwbackproject #happylittletrees #knithat #nocturnalknithat #knittedhat #handmadeisbetter #slowfashion #knitfashion #knitstyle #knitted #knitstagrsm #knittersofinstagram #instaknit #instaknitter #knitlife #knitordie #supporthandmade #handmade #makersgonnamake #knittersgonnaknit #knittingismylovelanguage #knittersofinsta https://www.instagram.com/p/BtmidpxFLBB/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=10uezdl83xl6f
0 notes
btsmynamjoonah · 6 years
Photo
Tumblr media
#throwbackproject I started this almost a year ago but I have been putting it off for awhile. Hopefully I will have time this next year to finish it. https://www.instagram.com/p/Bsj68L5n-PN/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1augyzw36wgcd
0 notes
atlantis-96 · 3 years
Text
Day 16 - Pembuktian
Ramadhan/Lebaran
Oke, aku siap menceritakan kembali kisah ini. Cerita ini sudah pasti beberapa kali didengar oleh orang-orang terdekatku. Sebetulnya malas juga menceritakan kisah yang sama berulang-ulang, aku juga bukannya mau memupuk dendam. Barusan, sebelum memutuskan untuk menulis cerita ini, aku mengingatkan diri sendiri bahwa peristiwa dan tulisan ini hanya akan jadi pengingat buatku pribadi.
Cerita ini, adalah akar dari surat yang ditulis oleh Hilda di tahun 2018 buat Hilda yang berulang tahun ke-25. Persis seperti yang diceritakan di surat itu, peristiwa ini terjadi di hari kedua lebaran di tahun 2018. Aku ingat hari itu aku, Ibu, dan Kakak Perempuanku dengan sepupu-sepupuku yang lain sedang berkumpul di ruang tamu Budeku, Kakak perempuan ibuku. Kami janjian mau mengunjungi kerabat kami yang lain sehabis maghrib. Aku punya sepupu dekat yang usianya engga jauh beda denganku, kami cuma selisih 6 bulan sebetulnya. Sepupuku ini, alumni instansi ikatan dinas perpajakan yang otomatis jadi ASN dengan pendapatan yang disanjung-sanjung oleh para orang tua. Waktu itu aku sedang menempuh tahun ketigaku di bangku kuliah.
Aku lupa apa yang mengawali ucapan Budeku, karena awalnya aku lagi menikmati kacang goreng di ruang tamunya sambil ngobrol ringan. Tiba-tiba, Budeku bilang, "Nanti (nama sepupuku) bentar lagi beli mobil, kalau Hilda kayanya harus dibantu Ibunya dulu buat beli mobil." jangan lupakan tawa setengah bercanda setengah meremehkan di akhir kalimatnya. Waktu itu, kesucian hari raya udah rusak dan engga lagi murni di benakku. Ada banyak rentetan makian yang ingin aku ucapkan tapi alih-alih aku cuma bisa berlindung di balik kalimat, "Alhamdulillah dong, berarti Ibuk sampe tua nanti rejekinya ngalir terus." lalu begitu saja, aku berdiri, pamit pulang duluan dan izin engga ikut pergi mengunjungi kerabat kami.
Sampai rumah, aku buka laptop, sambil menangis karena engga bisa menahan marah, aku menulis surat buatku sendiri di usia 25 tahun. Sejak saat itu, profesi yang disuperiorkan selalu memuakkan. Aku malas mengunjungi Budeku. Padahal sebelum peristiwa itu, setiap minggu aku datang ke rumahnya. Ucapannya membuatku berpikir apa kiranya salahku sampai harus diremehkan hanya karena belum tentu jadi PNS? Sejak hari itu aku menjaga jarak, memberikan kesempatan pada diriku sendiri untuk memaafkan diri sendiri dan Budeku. Selama apapun sampai aku siap.
Hati buatan Allah memang engga ada duanya, beberapa bulan kemudian aku sudah bisa menerima bahwa kalaupun apa yang diucapkan Budeku terjadi, bahwa kalau memang aku engga bisa lebih mapan dan sukses seperti sepupuku itu, engga apa-apa. Setelah beberapa bulan aku hidup seperti orang kesetanan yang mau memberikan pembuktian ke semua orang, aku merasa bebas. Aku engga mau lagi hidup untuk membuktikan apapun pada siapapun, engga pada diriku sendiri. Aku engga akan sanggup hidup dengan menjalani mimpi orang lain cuma untuk membuktikan kalau aku bisa. Sampai hari ini, meskipun tentu saja tidak bisa seperti dulu, aku bisa menyapa Budeku dengan senyum tulus meskipun kata maaf engga pernah terucap dari bibir beliau.
Lebaran tahun-tahun berikutnya, masih banyak celetukan-celetukan yang kurang lebih sama. "Kapan nyusul sepupu-sepupunya jadi PNS?" atau, "Kenapa kok engga jadi PNS ajaa? Kan enak..."
Untungnya, semua udah aku anggap basa-basi, angin lalu. Aku engga pernah sekalipun coba daftar jadi PNS atau tergerak ikut tesnya karena yang paling penting, aku engga lagi hidup di bawah bayang-bayang siapapun karena aku tahu aku mau melangkah ke mana. Aku yang menentukan arahnya.
8 notes · View notes
g-desginerstudent · 6 years
Photo
Tumblr media
#throwbackproject
Every Thursday I will try my best to share with you guys projects I’ve done in the past or something new I am working on. Today I’m posting a poster I had to create in the first semester of uni. The poster is based on a play “Woyzeck”. It is about a guy who is allowing experiments on himself for money. One of those experiments is to only eat peas. Over time he goes crazy, and you can imagine the rest of the story. Goes crazy, kills people and himself in the end. The rule was not to change the logo and to use collage.
So for my design. I really like simple and eye catching posters. I discovered that now a lot of posters, most posters actually and  especially theatre posters are full of colour. Are either really bright or dark. I wanted to challenge that and go with simple colours. Green and white which I think work quite well together.
The main idea behind this design was to use a toy soldier as he is being controlled by this doctor.  Some black hummer with him falling down a pile peas to show a movement and that something so simple has pushed this man over the edge.  The buried people are other character that are involved with him.
Overall I think this is my favourite piece of work from the first semester. Of course you can always improve and find things to work on. Like the typography and the placing of it.
But thats why I am here. To learn and grow.
Thank you, lets see what I find for you guys next week. Now I am going to enjoy my birthday weekend away in Iceland. Will definitely post about it next week.
1 note · View note
atlantis-96 · 3 years
Text
Day 20 - Bolos
Kenakalanku
HAAAAAAAAAA TIBA-TIBA DAH DI TANGGAL 20?? CEPAT AMATTTT?
Hari ini topiknya semacam penebusan dosa karena buka sesuatu yang seringkali aku tutup-tutupi. Kenakalanku. Banyak sih, cuman yah, kita bahas yang satu ini aja kali, ya? Yap, bolos. Bukan bolos biasa tapi bolos ngaji. Jadi, di keluargaku engga ada yang namanya berhenti ngaji. Ngaji yang dimaksud di sini bukan ngaji baca Qur'an sendiri, bukan. Tapi ngaji yang datang ke forum buat bahas Qur'an dan Hadist. Sampe sekarang, aku masih ngaji. Seminggu empat kali sebenarnya, tapi aku cuma datang dua kali. Kalau ujan dan ada urusan ya satu kali.
Tapi dulu, waktu aku SMA, aku lebih takut sama orang tua. Pernah aku udah gondok banget engga pengen ngaji dan berakhir diomeli tetap disuruh berangkat. Aku berangkat, engga pakai hati, dan bolos ke warnet. Yap, warnet. Aneh juga kalau diingat sekarang padahal kalau sekolah aku berani jamin bilang aku engga pernah bolos. Sedangkan hal yang berurusan langsung sama Allah, sama Tuhan, aku berani bolos. Berdosa kamu, Hilda. Hahaha.
Waktu ngaji biasanya satu jam, kadang-kadang lebih. Jadi waktunya pas dengan aku sewa warnet satu jam. Pulang sampe rumah juga pas orangtuaku pulang dari ngaji juga. Kebetulan masjid tempat ngaji kami berbeda. Jadi engga ibuku engga tahu kalau aku sebetulnya bolos dan malah sibuk fangirling di warnet. Kenakalan ini udah pernah aku ceritain ke ibuku sambil ketawa-ketawa berharap engga berdosa hahaha. Tapi tetap aja aku dapat omelan bonus tatapan yang menyiratkan, "Berani-beraninyaaaa!" dan aku versi dewasa tentu saja selalu punya argumen. Aku bilang bahwa hal itu bisa terjadi karena ada paksaan dan ancaman orang tua, dan itu sebetulnya bukan hal yang baik juga. Aku jelas akan lebih memilih berbohong daripada tetap di rumah tapi dapat omelan yang engga berhenti serta sikap memusuhi dari orang tuaku sendiri hanya karena aku malas berangkat ngaji. Tapi ini bukan sikap yang bisa ditiru ya teman-teman, peace!
5 notes · View notes
atlantis-96 · 3 years
Text
Day 28 - Tear
Album Favorit
Yey! Ngomongin album favorit!
Adalah album ke-3 boyband asal Korea yang sekarang lagi panaaaaaasss abis dibicarain sedunia; BTS. Album itu rilis di tahun ke-3 masa kuliahku, album yang aku bela-belain beli fisiknya dan harus dengar omelan-omelan Kakak Perempuanku dulu sebelum diizinkan. Soalnya aku memang engga pernah “sebegininya” dalam mengidolakan sesuatu atau seseorang (atau sekelompok orang?). BTS adalah yang pertama. I love their energy, energi mereka tuh.. betulan menggerakkan. Energi mereka lebih dari lirik-lirik lagu puitis dan popularitas. Mereka jauh lebih dari itu di mataku.
Aku suka mereka dari kelas XII SMA, dari sebelum mereka sepopuler sekarang. Mereka masih 7 orang anak laki-laki yang sedang berusaha mencapai tujuan mereka bersama, yang sampai tahun itupun belum memenangkan tropi kemenangan pertama mereka di stasiun televisi lokal. Album-album mereka selalu punya story (hal yang paling mudah bikin imanku goyah). Setiap mereka rilis album baru, orang-orang yang suka mereka bikin teori-teori baru. Menerka-nerka maksud dari setiap scene yang diambil dalam musik video. Lambat laun, beberapa tahun kemudian, dosen-dosen di Korea Selatan sampai membuat penelitian soal BTS. Album favoritku ini, Love Yourself: Tear, bukan album yang mengantarkan mereka pada kemenangan pertama mereka di stasiun televisi Korsel. BTS meraih kemenangan pertama mereka program musik lokal 3 tahun sebelumnya. Mereka sudah sempat memenangkan Top Social Artist di Billboard Music Award sebelumnya. Dan dari rangkaian album Love Yourself, Tear adalah volume keduanya.
Waktu highlight medley albumnya keluar, aku langsung tahu kalau aku bakal jatuh cinta sama lagu-lagunya. Album ini banyak sedihnya, dark kaya desain cover dan CDnya. Lagu-lagunya memang beberapa bernada yang melas banget. Tapi Album ini mengajarkan kalau cinta yang sebenarnya dimulai kalau kita sudah menerima dan menyayangi diri sendiri. Aku jatuh cinta sama Love Yourself: Tear karena album ini juga yang menemani perjalananku soal penerimaan. Ada satu lagu judulnya Magic Shop yang terinspirasi dari sebuah memoar yang berjudul Into the Magic Shop, lirik lagunya betulan… comforting. Kaya lagi dipukpuk. Lagu lain yang comforting meskipun rasanya engga kaya dipukpuk adalah Paradise yang ngingetin aku juga soal slow down soal hidup. Kalau hidup ini bukan marathon.
“It's okay to stop, you do not have to run without knowing why.”
4 notes · View notes
atlantis-96 · 3 years
Text
Day 14 — Rectoverso
Buku dari Masa Lalu
Hari Minggu, hari malas gerak. Kalau saja badan ini engga butuh makan dan bermetabolisme serta beribadah, aku mungkin bakal menghabiskan seharian leyeh-leyeh di atas kasur tanpa memindahkan kakiku sama sekali. Bahkan buat menyalakan laptop buat ketik ini aja aku super malas, hah.
Well, setelah sempat bingung mau nulis buku apa, aku memutuskan buat menulis soal Rectoverso-nya Dee aja. Kumpulan cerita pendek yang udah aku baca berkali-kali dari jaman SMA sampai udah kerja sekarang (sampai aku hafal beberapa bagian dadi dialog atau narasinya). Buku yang aku sebut Kitab Patah Hati. Ada sebelas fiksi yang termuat di buku karangan Dewi Lestari ini, di tiap judulnya ada representasi lagu. Tahu lagu legendaris Malaikat Juga Tahu? Firasat? Kisahnya ditulis di buku ini. Buku ini sudah difilmkan dengan judul yang sama, meskipun engga kesebelasnya diceritakan di film.
Buku pertama dari Dee yang aku baca adalah Perahu Kertas yang bikin aku jatuh cinta sampai mau cari buku-buku apa lagi yang ditulis oleh beliau. Yup, aku tipikal pembaca yang seperti itu—yang kalau suka satu karya, karya lainnya dicari karena percaya bakal menarik juga. Lalu begitu saja aku bertemu dengan Rectoverso. Kisah pertama yang diceritakan berjudul Curhat buat Sahabat, yang sehabis itu bikin aku kepo soal apa sih artinya Rectoverso? Recto is the "right" or "front" side and verso is the "left" or "back" side when text is written or printed on a leaf of paper (folium) in a bound item such as a codex, book, broadsheet, or pamphlet. Pada dasarnya artinya adalah dua sisi, double sided. Begitu membingungkan karena dari sebelas kisah itu, seingatku engga ada satupun yang berakhir dengan satu sama lain. Buku ini isinya cinta yang engga tersampaikan! Aku mau protes aja rasanya. Tapi aku engga punya pilihan selain tenggelam dan jatuh cinta pada buku ini. Sampai tiap kali aku pengen merasakan “patah hati” aku baca lagi dan lagi. Dari sebelas kisah itu, aku engga bisa pilih satu yang jadi favoritku karena aku suka semua.
Bagiku, baca Rectoverso sensasinya sama kaya patah hati tanpa perlu jatuh cinta. Tapi kemudian setelah baca buku ini aku selalu mengingatkan diriku sendiri, you’re deserved more than one sided-love.
4 notes · View notes
atlantis-96 · 3 years
Text
Day 11 - Kesan
Kisah Masa SMA
Aku sebetulnya belum ngerti jelas rencanaku mau nulis apa tema hari ini. Solo lagi dingin banget, seharian hujan. Aku lapar karena keasyikan baca ulang tulisan-tulisan lamaku di buku catatan. Terlalu banyak kisah SMA yang berkali-kali aku kisahkan, aku bingung mau mengambil kisah yang mana.
Tokoh utamanya harus ganti, aku engga mau Si Penyihir mendominasi laman ini. Harus ganti pemeran. Siapa, ya?
Mungkin aku bisa mulai cerita soal kenangan akhir tahun sekolahku. Soal ketakutan-ketakutan wajar anak SMA soal masa depan. Besok jadi apa, kuliah di mana, bisa engga mimpinya tercapai. Aku jarang bicara soal mimpi dan cita-citaku, engga banyak orang tahu kalau sejujurnya aku pengen jadi dokter. Ternyata, setelah dewasa, aku cuma pengen jadi manusia yang berguna. Dulu, di mataku, jadi dokter keren banget karena kontribusinya terhadap hidup orang lain sungguh besar. Aku bahkan kebayang aku akan ditempatkan di tempat pelosok supaya bisa lebih berguna. Waktu aku bicara soal ini dan kenapa aku engga bisa menggapainya karena restu orang tua, aku dapat satu usapan di kepala. Tapi sekarang udah engga apa-apa.
Terus, waktu SMA, engga banyak yang tahu kalau aku suka menulis. Aku bahkan engga menyangka aku menulis sampai sekarang, kalau aku dapat pujian atas tulisanku. Selama SMA, aku sering, sih saling bertukar komen dan apresiasi dengan Fiera dan Dimas. Tapi udah, sampe situ aja. Aku engga terlalu menseriusi hal ini mungkin karena aku engga kenal diriku dengan baik. Belum mengerti kalau ternyata menulis semenyenangkan ini, apa lagi kalau karya kita dapat apresiasi. Jadi, waktu itu menjadi penulis atau bekerja di bidang kepenulisan bukan salah satu prioritasku. Sampai aku kenal Dimas, aku dikasih tau soal Politeknik Media Kreatif.
Karena ada jurusan yang berhubungan dengan produk dan desain, aku bilang ke temanku yang lain. Kami daftar, beda jurusan karena aku ambil jurusan Penerbitan. Aku setengah engga yakin daftar karena aku merasa... yakin, nih aku bisa menulis? Tapi pagi-pagi, di hari terakhir pendaftaran berkas. Dimas tiba-tiba datang di depan rumah, pagi banget. Bilang kalau dia mau antar aku ke kantor pos, mengirim berkas itu karena dia yakin aku bisa lolos kuliah di sana. Duh, Dimas. Kamu selalu membesarkan mimpi orang-orang, menyalakan mimpi-mimpi yang bahkan aku sendiri ada di alam bawah sadarku. How's there, Dim? Glad to met you, Dim, Really.
Sampai sekarang, karena kedatangannya pagi-pagi pertama kali ke rumahku, Ibu sama Kakak Perempuanku selalu ingat sama Dimas. Sering ingetin aku juga buat kirim Al-Fatihah buat Dimas. Segitu berbekasnya kesan yang kamu tinggalkan ke orang-orang di rumahku Dim. Meskipun pada akhirnya aku keterima dan aku engga berangkat ke sana, seenggaknya aku seneng ada orang yang melihat kalau aku mampu dan mendorong aku buat mencoba.
4 notes · View notes
atlantis-96 · 3 years
Text
Day 3 - Rumah Gedek dan 6 Bersaudara
Cerita yang dituturkan Orang tua
Kalau diingat-ingat, kesukaanku bercerita mungkin secara engga langsung datang dari Ibuku. Tiap malam waktu aku masih harus tidur dengan ibuku, selalu ada kisah yang diceritakan supaya aku cepat terlelap. Engga dari buku cerita, semuanya dari ingatan atau karangan bebas ibuku. Dari cerita soal kancil dan kebiasaan suka mencuri mentimunnya, apa yang ada neraka, sampai masa kecil dan hari-harinya sebelum menjadi ibuku.
Kisah soal hari-hari sebelum menjadi ibuku salah satunya adalah soal ibu dan kelima saudaranya yang tinggal di rumah gedek (rumah yang terbuat dari anyaman bambu) bersempit-sempitan tanpa ada penerangan listrik. Katanya, sebagai anak yang masuk kelompok kakak (ibuku anak ke-empat), ibuku harus sering mengalah tidur di pojok. Dekat dengan lampu minyak yang bikin mukanya penuh dengan coreng-coreng hitam keesokan paginya waktu bangun. Coreng-coreng hitam itu datang dari kepulan asap yang warnanya memang hitam. Aku engga ingat emosi macam apa yang aku rasakan waktu dengar kisah ini, tapi yang pasti, ibuku ketawa. Engga ada gurat-gurat sedih dan mengasihini diri sendiri yang ditunjukkan dari caranya bercerita, cuma ada rasa konyol dan nostalgia. Di rumah gedek itu, ibuku punya banyak cerita dengan saudara-saudaranya. Soal saudaranya yang paling kecil yang punya kebiasaan keluar dari rumah dan menuju kebun belakang, duduk di sana berjam-jam dengan mata tertutup alias dalam keadaan tertidur. Soal ubi bakar yang didapatkan kakekku dan harus dibagi supaya semua mendapat bagian yang sama.
Aku, yang saat itu masih sangat kecil, engga pernah bisa benar-benar merasakan simpati yang sama. Penyebabnya karena sejak aku mulai bisa berpikir, gambaran seperti kisah ibuku tidak pernah aku lihat di diri ibuku yang aku kenal.
Ternyata, ibuku engga datang dari keluarga berada, hampir engga mampu kalau boleh aku bilang. Ibuku engga pernah lulus sekolah dasar karena engga punya biaya untuk sekolah. Sejak remaja, ibuku kerja dengan orang--memasak, menjahit, merajut, membordir. Ibuku belajar itu semua supaya dapat uang, uangnya digunakan untuk makan, ditabung, diberikan ke adiknya. Sebagian biaya sekolah adiknya bahkan dari ibuku. Hebatnya, ibuku engga pernah dendam ke orang tuanya, engga ada perasaan ingin menyalahkan ibu dan bapaknya karena hidupnya (menurutku) berat. Sampai akhir hayat nenekku, ibuku masih rajin mengantar makan di rantang. Di rumah gedek yang sempit itu, mungkin di sana juga ibuku belajar soal mengalah, berbagi, sampai mengabdi ke orang tua.
4 notes · View notes
atlantis-96 · 3 years
Text
Day 15 - Semasa yang Lewat
Throwback Gallery
Tumblr media
Tema hari ini mengharuskan aku melampirkan satu gambar yang harus diceritakan dari masa yang udah pernah aku lewati. Aku memilih foto ini, ada 16 orang yang menuhin frame. Tebak momen apa ini? Yap, foto ini diambil tanggal 2 November. Satu hari sehabis hari ulang tahunku, makanya aku sendiri yang pegang kue hehe. Foto ini diambil di kamar kosku yang (kalo engga salah) luasnya 4x4 meter.
Dari 16 orang ini, 5 orang adalah teman kos yang beda kamar, 11 lainnya kos di tempat lain atau punya rumah di Surabaya. Aku lumayan inget apa yang terjadi di hari itu, sedikit banyak. Engga tahu kenapa dari kuliah, aku selalu punya kecemasan sendiri soal ulang tahun. Entah itu soal usiaku yang bertambah, ucapan seseorang yang selalu aku tunggu dan engga pernah datang, atau memang aku berasa aja kalau hari itu memang berbeda.
Di hari ulang tahunku aku sampai bolos kelas karena pengen sendirian. Yap, birthday got me anxious. Dan kecemasan itu ternyata berlangsung lama sampe keesokannya. Teman-temanku yang biasa ke kos--Ica, Dina, Stephanie, Malinda, Afidah seperti biasa main, ngerjain tugas. 2 November itu, di hari itu, dengan engga tahu dirinya mereka minta dibuatkan Pizza oleh Nanda. Nanda ini sering dan suka masak di kosan, sampe bisa bikin Pizza teflon khas anak kosan. Mbak Evi dan Hikmah yang jarang ke kos, hari itu datang ke kamarku minta penjelasan soal materi yang mereka lewatkan karena mereka habis ikut semacam olimpiade di luar jawa. Aku lupa, kalau engga salah di Lampung. Waktu aku serius jelasin materi yang aku inget, tiba-tiba pintu kamarku dijeblak. Udah ada Maya, Mbak Pek sama Syeni (tetangga kamar yang lain), Nia, sama Lussy di belakang Dina, Afidah, Ica, Malinda, Stephanie, Nanda, Devi, sama Agnes. Jadilah rame-rame mereka nyanyiin Happy Birthday sambil bawa kue andalan kami kalau ada yang ultah. Kue dari toko dekat kampus.
Yang aku rasain? Grateful, pasti. Aku sungkan sekaligus berterimakasih karena mereka rela menyisihkan waktu luang mereka yang berharga buat kasih kejutan kecil-kecilan buat hari ulang tahunku. Dari dulu, aku selalu merasa beruntung bahwa salah satu rejeki yang diberikan Allah ke aku bentuknya adalah teman. Aku tahu bahwa rasa sayang antar temanpun engga abadi, perasaan manusia bisa gampang berubah, tapi tetap aja.. tanpa mereka, aku engga akan punya satu hari menyenangkan yang bisa diabadikan dalam sebentuk foto yang bisa aku kenang.
3 notes · View notes
atlantis-96 · 3 years
Text
Day 7 - The Unexpected Taste
Kenangan Masa SMP
Hampir aja aku melewati writing challenge hari ini, fuh. Kemarin, teman-temanku dari kantor Jawa Timur datang dan ngajakin staycation di Kaliurang. Hawanya dingin, penyebab tidurku engga terlalu nyenyak malam sebelumnya. Sampai di kos aku mandi dan setelah itu mataku otomatis memberat. Aku ketiduran sebelum terbangun beberapa menit lalu dan langsung berpikir kenangan dari SMP yang mana yang pantas aku tuliskan.
Aku memilih kenangan yang terjadi di suatu siang yang repot. Aku sibuk membuka-buka majalah yang berisi resep kue punya ibuku karena besoknya, aku ada tugas membuat kue di mata pelajaran tata boga. Aku cukup kelimpungan saat itu, sejauh yang kuingat. Aku belum memilih mau bikin kue apa, belum membeli bahan-bahannya padahal besok sudah harus eksekusi!
Saat aku memilih satu resep setelah sibuk membolak-balik halamannya, teman satu kelompokku berceletuk, “Yakin buat brownies? Itu susah, loh!” Aku bukan tipe siswa yang suka menantang diri sendiri, apalagi kalau itu tugas kelompok, memasak pula. Tapi aku bertindak sesuai keinginan dan kata hati, meskipun sedikit ragu juga dengan kemampuan diri sendiri aku dengan sok yakin bilang, “Gapapaaa! Pasti jadi!” Lalu kami bergegas membeli bahan-bahannya, menyiapkan cetakan-cetakan untuk hari besok.
Meskipun ibuku suka bikin kue dan memasak, aku engga pernah percaya diri di salah satu hal ini sebelum mempraktekannya langsung. Resep yang aku catat dari majalah kemarin adalah panduan yang mutlak yang engga bisa ditawar-tawar. Kalau di sana tertulis 300 gram, aku memastikan dengan ketat kalau kami betulan memasukkan 300 gram tanpa lebih dan kurang. Langkah-langkah memasak wajib diikuti secara berurutan sebagaimana yang tertulis. Demi kue coklat ini, aku rela merayu ibuku supaya diperbolehkan membawa mixer, supaya engga perlu saling menunggu dengan kelompok lain karena sekolahku cuma punya dua.
Setelah adonan kue sudah tercampur dan berbentuk seperti apa yang dikatakan resep, kami harus menyimpan adonan tersebut di dalam kulkas. Dan menunggu beberapa jam sebelum dipanggang di oven. Kamis sabar menunggu meskipun aku dan kelompokku harap-harap cemas, engga semua orang berhasil dalam baking, apalagi brownies! Saat tiba waktunya kami menuangkan adonan itu ke dalam loyang dan sekali lagi harus menunggu dengan sabar waktu kuenya dipanggang. Engga apa-apa, katanya hal-hal baik datang pada yang mau bersabar.
Hal baik itu datang engga lama setelah oven berbunyi menandakan kuenya baru matang. Si coklat itu menguapkan kepulan asap, warnanya coklat sempurna seperti gambar-gambar di majalah resep. Waktu kami memotongnya, menata sebegitu rupa kemudian mencoba salah satu potongannya, aku dan teman-teman sekelompokku berpandang-pandangan. Rasanya enaaaaaak! Kaya brownies merek tertentu yang sering aku beli! Dengan percaya diri kami bawa kue itu ke depan, ke meja guru untuk dinilai. Hari itu, aku senyum karena keberhasilan sederhana bikin brownies. Sesuatu yang engga aku sangka-sangka.
3 notes · View notes
atlantis-96 · 3 years
Text
Ulang Tahun - Ingatan Pertama dari Masa Lalu
Selamat datang, November! Senang rasanya menyambut November tanpa kecemasan-kecemasan yang engga perlu. Salah satunya pasti karena selama November ini, aku dan teman menulisku, Fiera, punya semacam project menulis bebas bertemakan masa lalu. Saking niatnya, kami menyiapkan prompt untuk tiap harinya sebagai guideline supaya kami engga terlalu bertanya-tanya apa yang harus kami ceritakan selama 30 hari ke depan.
Nah, untuk prompt yang pertama, di note, sih tertulis begini, "Ingatan Pertama dari Masa Lalu" dan karena hari ini adalah hari ulang tahunku (Ye! Selamat ulang tahun!) aku mungkin akan menulis soal ulang tahun-ulang tahunku saja.
Aku lupa tepatnya kapan kali pertama ada tradisi tiup lilin, dikerjain, sekaligus menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun di hidupku. Tentu bukan saat aku masih kecil. Kedua orang tuaku, saudara-saudaraku, keluargaku bukan keluarga yang romantis sampai ingat hari lahir anaknya lebih-lebih merayakannya. Bagi keluargaku, hari lahir sama seperti hari-hari lainnya. Aku tumbuh dengan anggapan yang sama. Mungkin di sekolah dasar, si Kali Pertama itu. Ada kado, kejutan-kejutan kekanakan khas anak sekolah, lagu Selamat Ulang Tahun yang dinyanyikan oleh temanku. Kalau disuruh mengingat seperti apa rasanya, aku berani bilang rasanya... canggung.
Bagiku, dulu, afeksi orang lain adalah hal yang patut dicurigai. Sebelumnya, aku engga pintar mengekspresikan afeksi serta rasa terima kasih. Aku sama sekali engga menyalahkan keluargaku dalam hal ini, tapi tentu caraku menerima cinta untuk pertama kali adalah di rumah, dan.. yah begitulah aku belajar. Aku banyak belajar soal cinta dan kasih sayang dari teman-temanku, mungkin itu sebabnya aku sangat menyayangi mereka. Tapi aku adalah manusia yang pandai beradaptasi, lambat laun tradisi tahunan itu mencairkan sesuatu yang tadinya aku pikir engga bisa dilelehkan. Hari ulang tahun menjadi sesuatu yang aku tunggu-tunggu.
Ada satu ulang tahun yang cukup membekas, sepertinya yang ke-enam belas. Tahun pertama aku mengenal teman-temanku yang sampai saat ini menyebut dirinya Neptune. Ulang tahunku yang itu, melibatku guru TIK serta teman-teman sekelas. Saat satu kelas mengucapkan selamat ulang tahun, ada kue, kado, aku engga tahu bagaimana caranya menunjukkan kalau aku sangat, sangat berterimakasih mereka ada. Ulang tahun yang lain, yang ke-dua puluh empat, membuatku cemas dan engga berdaya. Aku sibuk meredam suara dalam kepalaku yang dengan kurang ajar membuatku dipenuhi ketakutan.
Tapi bagaimanapun hari ulang tahunku berjalan, aku memandangnya sebagai hari curang, yang mana di hari itu, aku bisa menyerap semua rasa sayang yang engga tiap hari aku dapatkan. Engga setiap hari seseorang mengucapkan rasa sayangnya begitu gamblang, maka tiap ulang tahun, aku memeluknya.
3 notes · View notes