Tumgik
tangojustfortwo · 3 years
Text
Farewell Letter for Sarah
Selamat malam, Sarah. Hope this letter/messages finds you well. Doubt it, though.
Karena kamu udah menyatakan bahwa kamu udah ga mungkin lagi sama aku, aku mau menyampaikan beberapa hal. Sebenarnya akan lebih baik bila hal-hal ini aku sampaikan secara lisan ketika kita ketemu, tapi aku ga tau kapan kita akan ketemu lagi. Aku bahkan ga tau akankah kita ketemu lagi? Kamu yang lebih tau.
Dengan keadaan seperti ini, mungkin lebih baik aku sampaikan lewat tulisan-tulisan ini aja. Dengan ketemuan pun, aku rasa kamu ga akan bisa menyampaikan lebih baik dari chat2 yang lalu. It’s okay. Aku tau kamu lagi bingung.
Pertama, terima kasih:
Sejak pertama kita ketemu lagi di Jakarta, sekitar 2 bulan lalu, aku tau kamu adalah orang yang berbeda dari yang aku kenal dulu di Jatinangor, meskipun emang dulu kita ga kenal-kenal amat. Aku coba deketin kamu, kamu menyambut baik. Kita deket. Or so I thought.
Kamu tau pengalaman cintaku ga sabanyak itu. Ga ada, bahkan. Sejak deket sama kamu, aku mulai merasakan apa itu penerimaan dari seorang cewek. Aku merasakan pertukaran afeksi, pertukaran perhatian, dan lain-lain. Mungkin itu hal yang biasa buat kamu. Tapi itu adalah hal yang luar biasa buat aku. Ga ada duanya. Never been there.
Kita jalan bersama, pegangan tangan, pelukan. Aku mempersepsikan itu sebagai cinta. Aku mempersepsikan itu sebagai penerimaan kita akan satu sama lain.
Seiring waktu, we kissed. Bersama kamu itu adalah ciuman pertamaku, dan kedua, dan ketiga, dan kesekian kalinya. Ga keitung. Aku melibatkan cinta di dalamnya. Aku harap kamu juga melibatkannya saat itu. Aku cinta kamu, dan aku harap kamu cinta aku, setidaknya pada saat itu.
Dalam periode kedekatan kita yang singkat itu, kamu ajak aku ke tempat-tempat yang aku belum pernah kunjungi sebelumnya. Kita habiskan seharian bersama di luar. Ke Purwakarta, PIK. Aku ga akan punya energi dan kemauan untuk melakukan hal sebanyak itu kalo aku ga dengan orang yang aku sayangi. Aku sayang kamu. Aku juga berharap pada saat itu kamu sayang aku.
Namun tampaknya semua harus berakhir secepat ini. Aku ga tau alasanmu. Kamu juga ga tau alasanmu. But that’s okay.
Meski semuanya harus berakhir secepat ini, aku berterima kasih kepada kamu atas semua yang kita lalui selama ini. We had fun, didn’t we?
Kedua, aku minta maaf:
Aku tau kamu sedang kalut, sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja setelah perpisahan kamu dengan mantanmu yang bertahun-tahun itu. Maafin aku yang tiba-tiba dateng ke kehidupanmu seakan ga terjadi apa-apa. Maafin aku yang mungkin terlalu keras berusaha menghibur kamu. Maafin aku yang insist untuk tetep ada buat kamu. Aku melakukan itu semua karena aku sayang kamu, aku cinta kamu, aku peduli sama kamu.
Sejujurnya aku masih mau berjuang. Aku masih mau nunggu kamu. Tapi kalo kamu mau aku berhenti, mungkin memang baiknya seperti itu.
Ketiga, aku berharap:
Aku tau kamu sedang berusaha healing. Berusaha memperbaiki diri. Aku harap kamu bisa melakukannya seperti yang kamu mau. Semoga kamu cepet pulih. Semoga kamu cepet kembali menemukan kebahagiaan, ga uring-uringan dan nangis di waktu-waktu yang tak terduga lagi.
Aku seneng sempet jadi orang yang kamu telepon ketika kamu mau nangis. Aku tau kamu percaya sama aku, at least pada waktu-waktu itu. Sampe kamu memilih untuk ga lagi melibatkan aku dalam keseharian kamu.
Aku harap ketika kamu udah merasa baikan, ketika hari-hari kamu udah cerah lagi, kamu kabarin aku. Tell me that you’re okay. Lalu udah. Aku akan merasa lega karena kabar tersebut.
P.S.
Meski kamu merasa brengsek karena kamu merasa ga memperlakukan aku dengan baik. Jika suatu saat nanti atau dalam waktu dekat kamu butuh aku, jangan ragu untuk hubungi aku. I’ll be there for you, because I love you and I care about you. Or, at least, I’ll be there for a friend like I always be.
 Yours truly,
F
0 notes
tangojustfortwo · 4 years
Text
perspektif tentang kamu 2
Update dari catatanku tanggal 23 April 2017 tentang dia: I’m in love with her. Setidaknya untuk saat ini, saat aku menulis tulisan ini. Hal yang sudah sangat jarang kulakukan. Kapan terakhir aku menulis? 2018, mingkun. Tulisanku pada 2019 -- akhir  -- pun hanya untuk meng-update perjalanan hidupku karena aku memasuki fase baru, dunia kerja.
Ternyata aku memiliki kesempatan untuk berjumpa lagi dengan dia, gadis 23 April 2017, teman kuliahku dulu, gadis cerdas, tegas, dan penuh perhitungan. Agak sedikit bertolak belakang denganku, seorang class clown nan santai yang tidak pernah menentukan sendiri pilihannya, dan terlalu menggantungkan diri pada luasnya jaringan pertemanan -- it worked for most of times, though.
Anyway. Tuhan mempertemukan kami kembali, dengan membuat tempat kerja kami berdekatan satu sama lain, di Jakarta. Tidak banyak yang berubah darinya dalam pertemuan kami di Jakarta dengan terakhir kali kami berjumpa di Bandung kala itu.
I’m in love with her. At least for now. It’s been almost a year since I told her so.
Tapi dia masih tampak gitu-gitu aja. Tidak peduli. Dan tidak banyak yang bisa aku lakukan dalam masa-masa pandemi ini.
Marilah kita menunggu, seperti yang biasa kulakukan. Semoga kali ini berakhir baik, sesuai yang kuharapkan.
0 notes
tangojustfortwo · 5 years
Text
Tentang Pekerjaan Baru
Yo. Akhirnya menulis lagi setelah Tumblr kembali dibuka oleh pemerintah. What’s new? Banyak. Aku lulus bulan Agustus, Wisuda bulan November, dan tanggal 27 Desember dinyatakan telah memiliki pekerjaan oleh instansi terkait.
Pekerjaan. Aku bukan lagi seorang mahasiswa, aku bekerja. Dalam hitungan hari aku akan memulainya.
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang cukup prestisius untuk lulusan dari jurusanku. Boleh dibilang linier dengan apa yang selama ini aku dapatkan di bangku kuliah. Tidak heran sangat banyak teman-teman kuliah lintas angkatan yang menyelamatiku ketika tahu aku diterima di pekerjaan ini.
Banyak pertanyaan yang terngiang dalam pikiranku terus menerus akhir-akhir ini, salah satunya adalah tentang apakah aku pantas bekerja disini?
Jawabanya pantas. Tentu saja. Aku menguatkan diri dengan jawaban bahwa aku pantas bekerja di sini, karena tentu saja aku telah melewati seluruh tes dan dinyatakan lulus. Semua yang lulus pantas bekerja di sini, dan jika aku tidak pantas, maka aku tidak akan diterima dari awal.
Beberapa hari lagi aku akan memulai fase baru dalam hidupku, and there’s no turning back. 
0 notes
tangojustfortwo · 6 years
Text
pengakuan tahun baru
kamu tahu, tapi tidak pasti bahwa dalam langkah kita yang bersamaan kemarin terdapat harmoni tapi kamu tahu pasti: tidak untuk hari ini
hari ini hanya tanya dan jawab tentang kata-kata yang tak sempat terucap dan masih dengan bodohnya tetap tidak kuungkap agar kamu tetap tahu, tapi tidak pasti
untuk apa pula sebaliknya? agar kita semakin tidak bersama?
19 Januari 2018
0 notes
tangojustfortwo · 6 years
Text
catatan
pergi bukan berarti sirna kita masih dapat berjumpa kapan saja jika kumau
aku dapat menemuimu di halaman pertama catatanku, ketika kita pertama bertemu atau di halaman 43, saat kita sama-sama bilang cinta atau halaman 97, hari ulangtahunmu
atau buku kedua halaman 102-125 saat kau bilang aku telah berubah saat kau pergi saat aku mencoba merekam setiap detail menjagamu agar tetap hidup dalam ruang kecil di hidupku: catatanku
[sirna , ruang]
19 Januari 2018
0 notes
tangojustfortwo · 7 years
Text
perspektif baru tentang kamu
Malam itu – entah malam keberapa dalam sembilan hari rangkaian acara yang kita lakukan (aku tidak akan spesifik dalam “acara” ini) – dalam makan malam yang kita lakukan seperti biasa sesuai dengan amanat ibumu agar aku memastikanmu untuk makan malam, aku merasakan sebuah perbedaan ganjil. Aku akan berlebihan dalam deskripsi ini: dentingan garpu, sendok, dan piring menjadi irama musik yang menenangkan; temaram lampu warung tenda pinggir jalan berpendar indah menerangi kelambu sutera yang beberapa menit tadi adalah tenda kusam dengan gambar bebek-lele-ayam; semua wajah di sana tampak ceria seakan tidak memiliki beban hidup; lalu lintas ramai lancar tanpa keributan, tanpa bising. Singkatnya, semuanya indah, ketika aku menatap wajahmu.
Kamu tidak dalam deskripsi standar “cantik” pada malam itu. Wajah lelah setelah belajar; tanpa make-up; beberapa helai rambut mengintip keluar dari kerudungmu yang terlihat mulai longgar setelah dipakai seharian. Namun entah apa yang terjadi sehingga kamu tampak sangat menarik bagiku. Apanya? Ngga tau. Seperti yang selalu kamu tahu dan kritik tentang diriku: tidak ada argumen kuat untuk mendukung pendapatku.
Aku melihatmu dengan pandangan berbeda sejak malam itu. Namun aku tidak mau segera menarik kesimpulan tentang perasaan ini.
0 notes
tangojustfortwo · 7 years
Quote
Arrogant boy, love yourself so no one has to.
Therapy by All Time Low
0 notes
tangojustfortwo · 8 years
Text
Semoga panjang umur (?)
Ucapan selamat ulang tahun selalu kita dapatkan setiap tahunnya, dan juga senantiasa kita ucapkan kepada orang-orang terdekat kita yang kita anggap pantas mendapatkan ucapan selamat tersebut. Ucapan selamat ulang tahun selalu diiringi dengan berbagai doa, dan yang paling sering kita dapati mengiringi ucapan selamat tersebut adalah “semoga panjang umur”.
Tapi apakah kita benar-benar ingin berumur panjang?
Jika senantiasa berada dalam keadaan sehat, segar bugar, dan berkecukupan, kemungkinan besar jawabannya adalah “ya.” Namun jika kita agak realistis dikit. Nampaknya gagasan tentang “panjang umur” tersebut tidaklah seindah doanya. Apalagi ketika kita memikirkan kematian.
Mari kita tidak bahas tentang kehidupan setelah kematian, karena kita hal tersebut masih abstrak. Mari bahas proses kematian. Cara kita mati. Silakan pilih: mati langsung, atau mati perlahan. Sepertinya mati langsung adalah opsi yang lebih menarik. Kita tidak mengalami rasa sakit yang terlalu banyak.
Jadi, apakah semoga panjang umur adalah doa yang tepat?
0 notes
tangojustfortwo · 8 years
Text
Apakah aing memiliki teman?
Temen aing banyak. Aing agak bangga dengan jumlah mereka. Namun selalu saja ketakutan menghantui aing ketika aing menjalani libur panjang. Di dalam libur panjang, aing selalu merasa bahwa aing tidak memiliki seorangpun teman. Aing merasa ditinggalkan oleh mereka semua, mereka bersenang-senang tanpa aing.
Mengapa?
Entah. Ketika aing sendiri, aing selalu merasa terasing, tertinggal, terkucil. Padahal ketika aing bersama kawan-kawan aing, semua berjalan dengan normal. Aing senang bersama mereka, dan mereka pun tampaknya merasakan hal yang sama.
Sendiri. Aing takut kesendirian. Padahal kalo dipikir-pikir lagi, kita lahir sendiri, idup sendiri, mati pun sendiri.
0 notes
tangojustfortwo · 8 years
Text
wanna hear a joke?
Kita hidup di dunia ini hanya sekali, dan cara menjalaninya tergantung kepada diri kita masing-masing. Namun tak jarang kita kehilangan arah dan mendapati diri kita kebingungan.
“Wanna hear a joke? My life.”
Ada candaan seperti itu. Ada. Dapat dengan mudah kita temukan. Mungkin karena sang pencetus candaan itu merasa hidupnya “gagal” dan oleh karenanya layak untuk ditertawakan. Dan aing sepenuhnya mengerti candaan orang tersebut. Hidup aing sangat bisa ditertawakan.
Well, sebenarnya ga separah itu sih. Aing cukup menikmati hidup yang aing jalani saat ini dan ada beberapa hal yang bisa aing banggakan di dalamnya. Tapi lelucon selalu aja ada. Dimanapun. Jika kita melihatnya dengan kacamata yang berbeda. Dengan kacamata humor. Atau aing sebut perspektif lawak.
Perspektif lawak adalah cara kita memandang segala situasi dengan candaan. Anggapan bahwa selalu ada hal yang lucu dan pantas ditertawakan dari setiap kejadian. Entah sejak kapan aing mengembangkan perspektif lawak ini hingga perlahan ia mendominasi pandangan aing tentang lingkungan sekitar. Aing akui aing cukup kerepotan dan dapat juga dibilang ketakutan dengan kemampuan aing mencari celah lawak dari segala hal yang aing temui.
Perspektif ini membuat aing dengan mudah melalaikan hal-hal yang seharusnya dianggap penting, menganggap remeh masalah yang dihadapi, dan tidak mendalami suasana atau keadaan emosional; sehingga membawa aing ke masalah yang lebih besar dan lebih sulit untuk ditertawakan, dan akhirnya aing harus menghadapi segudang masalah tanpa lagi bisa tertawa (meski setelah selesai tetep aja diketawain).
Aing ingin menjadi pribadi yang bisa serius dan mengurangi candaan di dalam keseharian aing. Tapi ternyata itu bukanlah perkara mudah. Aing masih menertawakan banyak hal bahkan secara tidak sadar, dan setiap aing menyadarinya, aing merasa hina.
Dan aing mendapati bahwa candaan tak selamanya menjadi sumber kebahagiaan.
0 notes
tangojustfortwo · 8 years
Text
Pelangi
Pelangi.
Indah, pasti. Namun jarang sekali dapat kita jumpai pada kesempatan-kesempatan biasa. Ia hanya muncul sesekali, dan butuh usaha untuk menemuinya. Untuk melihatnya. Untuk bersamanya. Meskipun secara denotatif tak mungin aku benar-benar bersamanya.
Pelangi.
Banyak pemaknaan tentangnya. Jaka Tarub, Leprechaun, Nyan Cat, Gay Pride, Pelangi di Bola Matamu, dan lain-lain-lain lagi. Tapi pelangiku adalah pelangi dengan arti yang bebas. Apa saja. Tidak spesifik. Misterius.
Pelangi.
Mengapa ia harus menjadi sebuah pelangi? Mengapa bukan sesosok manusia biasa nan standar agar aku bisa bersamanya? Atau mengenalnya? Atau mengetahuinya secara personal? Mengapa ia harus ada di sana dan menyapa semua orang tanpa benar-benar terikat dengan mereka? Oke. Abaikan Ilmu Pengetahuan Alam. Karena jika tidak, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terdengar bodoh.
Mengapa pelangi harus menjadi pelangi?
Banyak pertanyaan tentangnya yang tak dapat kutanyakan. Tak dapat juga kujawab. Mereka hanya berputar-putar di dalam kepalaku tanpa benar-benar berubah menjadi bahasa. Mungkin karena aku yang berusaha tidak mempertanyakannya, atau mungkin pelangi tak butuh bahasa.
FYI. Aku menulis tulisan ini sambil mendengarkan lagu “Pelangi” dari Hivi dengan mode repeat. Sehingga menambahkan atau mengurangi makna pelangi yang kupertanyakan.
Pelangi akankah dapat berubah? Dalam segala hal yang memungkinkan untuk diubah. Dalam segala hal yang layak diubah. Dalam segala hal yang dapat membuatnya bisa melukis pelangi bersamaku.
“Loving would be easy if your colors were like my dreams: red, gold, and green.” –Karma Chameleon dari Culture Club.
1 note · View note
tangojustfortwo · 8 years
Text
setelah sekian lama
Bruh
Keluar pesantren tahun 2013. Sekarang tahun 2016. Udah 2 tahun lebih hidup ini mengalami entah kemunduran, kemerosotan, degradasi, atau apalah bahasanya biar enak nyebutnya. Yang jelas hidup aing ini makin hari ga makin baik. Aing sadar sepenuhnya ini masuk kategori “celaka” dari perkataan yang terkenal itu:
hari ini > kemaren ---- beruntung
hari ini = kemaren ---- merugi
hari ini < kemaren ---- celaka
celaka cuy. Tapi untuk berubah aing akui ngga semudah membalikkan telapak tangan. Butuh proses. Kemunduran ini aja bertahap selama dua tahun lebih. Apa yang diharapkan dari sebuah kemajuan? Sehari jadi? Yakali.
Akhirnya hari ini. Setelah sekian lama. Aing kembali mengumandangkan adzan dan didengar oleh banyak orang. Adzan isya di masjid balai pelatihan kementerian agama, atau apalah nama tempat itu. Saat itu aing lagi nunggu emak di masjid dan kebetulan waktu telah memasuki isya. Hanya ada aing di masjid itu, dan gaspol-lah aing adzan.
Sempat terpikir di benak aing, apakah aing masih hafal lirik adzan? Tapi itu adalah sebuah kejadian now or never. Sebuah kejadian yolo. Dan akhirnya aing menyelesaikan adzan tersebut tanpa masalah.
Perasaan aing begitu mengumandangkan adzan tentu saja bercampur. Perasaan nostalgic sekaligus perasaan haru dan sedikit penyesalan. Dan yang paling indah adalah perasaan kembali “pulang” setelah sekian lama.
Ya
Pulang
Kepada kehidupan aing yang simple dan (aing rasa) dekat dengan Tuhan, nun jauh di pesantren. Jauh dari ingar bingar “real life” yang bersifat duniawi.
0 notes
tangojustfortwo · 8 years
Text
SELAMAT ULANG TAHUN!
Aku ingin sekali mengatakannya kepadamu. Bertatap muka. Atau telepon. Atau chat. Atau hanya menulisnya di dinding facebook-mu. Atau hanya...
Aku tak bisa melakukan apa-apa. Aku tak boleh melakukannya. Kita telah berbeda. Jauh. Jauh.
Aku menjadi seorang pengecut di sini. Hanya belajar tentang omong kosong yang dibesar-besarkan. Menjauh dari segala yang kita pegang teguh pada masa silam. Bodoh.
Mengapa aku sampai terjerumus di sini. Studi yang tidak semenarik studimu.
Aku ingin di sana. Fakultas sebelahmu.
Atau entah. Aku tak tahu persis.
Aku ingin di sana. Atau aku ingin kau di sini.
Bodoh. Naif. Tanpa determinasi.
Hidup mengalir, seperti sampah. Tidak ada arah tujuan. Tidak
Selamat ulang tahun buat kamu.
Yang mungkin telah melupakanku. Melupakan tanggal ulang tahunku.
Kuterangkan di sini. 3 bulan lagi! Kutunggu.
Sementara lagu-lagu yang kausarankan tetap kudendangkan. Lagu-lagu yang manis, namun menyayat hati karena pemaknaan yang berbeda. Lagu yang mungkin akan selalu kita dendangkan jika saja aku memiliki keberanian lebih. Untuk kamu. untuk keabadian. Meski kita akan lekang oleh zaman.
Jika saja aku memiliki keberanian itu
Jika saja aku tidak sepengecut itu dan tetap memilih studi yang lebih menantangku. Di sana. Bersamamu.
Sekarang aku bisa apa? Semua terlambat. Kamu telah bersamanya. Indah, kelihatannya.
Aku terpuruk. Semakin terpuruk. Hidup tanpa angan. Bangun hanya untuk tidur lagi. Hanya untuk kembali ke alam yang jauh di sana. Di mana kita kadang bersama. Yang nyatanya semakin jarang saja.
Selamat ulang tahun buat kamu. mungkin inilah tempat terbaik untukku meneriakkan ucapan yang seharusnya diucapkan secara khidmat itu. selamat ulang tahun buat kamu. meski di sini aku tak akan menyebut namamu.
Maaf
Maafkan aku. Sungguh. Aku benci diriku yang dulu. Pun yang sekarang. Sama saja.
0 notes
tangojustfortwo · 8 years
Photo
Tumblr media
“i thought you could tell me anything ... let me inside of everything” -mr. big, not one night
0 notes
tangojustfortwo · 8 years
Text
18 Maret 2016
“selamat 19 tahun ya, sekarang usia kita sama.”
               Namun tahun ini hal itu ga terucap. Karena banyak hal. Karena aing merasa kalo ngucapin itu rasanya ga etis. Meskipun kita “teman biasa”. Mantan gebetan aing. Cinta pertama aing. Dia udah punya pacar sekarang. Aing ga mau ganggu dia, meskipun kayanya sebuah bubble chat dari aing ga akan semengganggu itu. aing juga ga mau terkesan creepy. Meski tentunya kalo dipikir2 lagi. Ucapan selamat ulang tahun tidaklah se-creepy itu.
“selamat 19 tahun ya, sekarang usia kita sama.”
               Udah tahun ke sekian sejak frasa standar itu aing ucapkan. Kayanya awalnya adalah sekitar tahun ajaran 2008/2009, saat kita kelas 7 SMP. Lama ya. 7 tahun yang lalu. Hari-hari sebelum tanggal 18 maret adalah hari-hari yang penuh ekstasi. Penuh angan-angan tentang kado ulang tahun terbaik, tentang percakapan khayalan yang panjang dan tak pernah berakhir... dan 18 maretnya, hanya ada ucapan yang mati-matian dihambarkan agar tak terkesan penuh excitement, “selamat 19 tahun ya, sekarang usia kita sama.” Kadang aing berpikir mengapa bisa sebego itu. meski masih gitu sampe sekarang.
               Waktu aing ultah tahun lalu pun dia ga ngucapin. Aing menunggu2 chat dari dia. Beberapa hari. Berharap ucapan itu akan hadir dengan tambahan, “maaf telat” atau sejenisnya. Tapi ga ada. Dia Cuma ngopas bubble chat yg ada di grup. Hambar. Aing bukan siapa-siapa. I don’t deserve a happy birthday wish.
               Semeriah apakah perayaan ultahnya kali ini? Aing ga akan pernah tau. Mari kita lupakan bahwa 18 maret adalah hari yang spesial, bangi aing. Mari rayakan 18 maret sebagai hari ultah temen kampus aing aja. Dan mari rayakan ultah aing sendiri dengan kawan-kawan dekat. Selamat tinggal 18 maret. Semoga kita berjumpa kembali dalam suasana yang damai.
0 notes
tangojustfortwo · 8 years
Quote
sayangnya 'pacar' adalah kata yang uniseks
aing
0 notes
tangojustfortwo · 8 years
Text
hujan pikiran malam2. bukan ide
Men, lo tau, kadang jam-jam segini tuh emang kerasa banget. Nugas udah muak, pengennya istirahat dulu. Sementara pikiran-pikiran tentang apapun senantiasa berkelebat. Minta dibahas satu-satu. Tentang cinta, tentang cita-cita, tentang tugas yang deadlinenya besok. Semuanya ga ada kejelasan.
Kadang butuh seseorang, dengan gender yang tidak spesifik, untuk diajak berbicara mengenai hidup, mengenai apapun itu. seseorang itu bisa jadi siapa saja, bisa temen, bisa pacar. Kita bisa ngobrol bedua sampe ngantuk. Semua bisa jadi topik bahasan. Asal jangan aktual. Persetan dengan hal-hal aktual. Mari kita bicara tentang masa lalu atau masa depan. Mari kita hilang dari detik ini. Dengan siapa?
1 note · View note