Tumgik
tashameyra-blog1 · 5 years
Text
Sisi Lain Sang Juru Parkir
Tumblr media
Seorang juru parkir sedang membantu mengeluarkan sepeda motor di Alun-alun Barat, Serang (16/12)
dokumentasi: Tasha Meyra G
 Siang itu (5/11), Herman, seorang juru parkir di Alun-alun Timur Kota Serang, sedang duduk menunggu sebuah mobil yang terparkir untuk dijemput oleh pemiliknya. Padahal jam kerjanya sudah selesai. Namun, saat sang pemilik mobil datang dan mengeluarkan mobilnya dari tempat parkir, ia tidak membayar uang parkir dan hanya melambaikan tangannya kepada Herman. Herman hanya mengangguk dan kembali lagi ke tempat duduknya di awal.
“Daripada nganggur, kita cari yang halal aja lah,” ujarnya saat ditanya awal mula ia menjadi juru parkir. Herman sudah menjadi juru parkir selama enam tahun. Saat awal menjadi juru parkir, ia sudah ditempatkan di Alun-alun Timur. Ia memulai kerjanya pada pukul 09.00 WIB hingga 15.00 WIB.
Untuk penghasilannya sendiri, dalam sehari ia dapat mengantongi uang Rp 60.000-100.000. Tetapi itu masih berupa penghasilan kotornya saja. Karena penghasilannya tersebut masih harus disetorkan kepada Dinas Perhubungan. Ia mengaku, uang yang ia dapatkan hasil menjadi juru parkir cukup untuk sehari-hari.
Herman mengungkapkan, uang setoran parkir di alun-alun dikoordinasi oleh Sa’i. Setiap harinya Sa’i bertugas mengumpulkan uang yang diperoleh juru parkir. Setelah uangnya terkumpul, kemudian disetorkan kepada Jepri. Jepri yang mengelola uang tersebut untuk diserahkan kepada Dinas Perhubungan setiap minggunya.
Ia juga menambahkan, sebelum parkir di alun-alun dikoordinir oleh Sa’i dan Jepri, dahulu koordinatornya ialah Nurjaya. Nurjaya sudah ada saat Herman awal menjadi tukang parkir. Sejak harga parkir kendaraan roda empat yang hanya Rp 500 dan kendaraan roda empat Rp 250.
Awalnya kami berniat menunggu salah satu koordinasi parkir di alun-alun, namun saat kami menunggu hingga sore hari, tidak ada siapapun yang datang menagih uang parkir kepada para juru parkir. Terlebih, saat kami menanyakan kontak Sa’i atau Jepri kepada Herman, ia mengatakan bahwa anak buah seperti dirinya tidak memiliki kontak para koordinator.
Karena lokasi ia bekerja berdekatan dengan SDN 2 Kota Serang, banyak pengendara dari sekolah tersebut, baik itu guru maupun orang tua murid, yang memarkirkan kendaraannya di Alun-alun Timur. Ia mengaku, jika sekolah libur, maka ia pun tidak mendapatkan penghasilan.
Selain itu, kondisi alun-alun saat ini berbeda dengan yang dulu. “Ya dulu mah kan rame pedagang juga. Malam minggu, hari Minggu, hari Sabtu kan? Parkiran gitu ya, Alhamdulillah gitu tuh. Sampai pulang jam 5 (sore), jam 4 (sore),” tuturnya. Kondisi parkir di Alun-alun Timur saat ini menjadi lebih sepi. Biasanya ia jam 13.00 WIB sudah bisa bersantai.
“Paling kerja-kerja apa lah kalau lagi libur. Paling lama liburnya sebulan pas puasa. Kalau lagi kaya gitu, apa aja lah kerja mah. Yang penting ngehidupin anak istri,” ucapnya. Saat dirinya ‘libur’ dari pekerjaan juru parkir, ia menjadi serabutan yang bekerja jika diajak oleh teman atau tetangganya dan juga menjadi seorang tukang ojek.
Berbeda dengan Rahmat (56), meskipun dapat dikategorikan dalam usia senja, tetapi ia berprofesi sebagai juru parkir baru tiga tahun. Alasan ia menjadi juru parkir karena tidak ingin merepotkan anaknya jika hanya berdiam diri di rumah saja. Sebelum menjadi juru parkir, dulunya ia menjadi seorang supir.
“Mata saya udah rabun. Pasti kan kalau malem biasanya gak keliatan. Lewat dari jam 6 itu udah gak keliatan. Daripada bahaya kan?,” jabarnya saat ditanya alasan berhenti jadi seorang supir.
Meskipun tidak direstui oleh anaknya untuk bekerja sebagai juru parkir, tetapi ia mengaku bersyukur karena masih dipercaya meskipun umurnya sudah tidak muda lagi. Ia juga menikmati saat-saat ia menjadi juru parkir. “Dulu saya juga dilayani waktu jadi supir, sekarang saya melayani. Kita dinikmati aja, bersyukur aja apa adanya”, ujarnya.
Melihat teman-temannya yang menjadi juru parkir, membuat ia pun mempunyai keinginan yang sama. Lalu, ia memutuskan untuk mendaftarkan dirinya ke Dinas Perhubungan Kota Serang.
Untuk penghasilan sendiri, tidak menentu setiap harinya. Rata-rata dalam sehari ia dapat menghasilkan Rp 50.000, tetapi uang tersebut harus disetorkan sebanyak Rp 20.000 kepada koordinat setempat. Jadi, penghasilan bersih dalam sehari yang ia dapat rata-rata Rp 30.000.
Parkir yang dikelolanya akan ramai jika banyak kendaraan yang akan menuju rumah sakit maupun ada rapat di kantor dinas sekitar alun-alun. “Makanya kalo dapet duit agak lumayan, untuk besok, kita jangan diharepin dapet gede,” jelasnya.
Jika Herman mengatakan bahwa yang menjadi koordinasi uang parkir di alun-alun bernama Sai’i, beda halnya dengan Rahmat. Ia justru berkata bahwa yang mengkoordinir biaya retribusi parkir di daerah alun-alun bernama Eman. Hal ini membuat kami bingung. Padahal jarak lahan parkir Herman ke Rahmat hanya beda beberapa meter saja, tetapi koordinatornya dapat berbeda.
“Jadi tukang parkir ini ada dukanya ada enggaknya. Soalnya kita udah semaksimal mungkin melayani mereka, dari jam 7 (pagi) sampai ada kadang-kadang kurang dari jam 4 (sore), kadang suka ngasihnya 700 perak, ada yang 500 perak, ada yang 1.500,” sambungnya. Tetapi, masih ada pemarkir yang baik hati membayar lebih kepada para juru parkir.
Saat diajukan pertanyaan mengapa tidak menagih biaya yang selayaknya dibayar, ia mengatakan bahwa hal itu pantangan untuk setiap juru parkir. Karena jika ada yang mengadu, bisa menambah masalah. Dibalik besarnya tanggung jawab yang harus dipikul olehnya sebagai juru parkir, sama seperti Herman, ia mengaku kecewa karena masih banyak pemarkir yang membayar jasanya tidak sesuai dan tidak layak.
Karena lokasi tempat ia menjadi juru parkir dekat dengan sebuah rumah sakit, ia mengatakan bahwa banyak yang malah memarkirkan kendaraannya di daerah alun-alun dikarenakan harga parkir di dalam rumah sakit tergolong mahal. Jika di rumah sakit, harga parkir kendaraan roda empat pada jam pertama saja bisa dipatok harga Rp 3.000 lalu Rp 1.000 untuk jam-jam berikutnya. Sedangkan jika parkir di alun-alun, hanya dikenakan biaya Rp 5.000 dari pagi hingga sore.
Salah satu hal mengenai juru parkir yang tidak banyak orang tahu ialah harus menghafal wajah para pemilik kendaraan satu persatu. Hal ini ia lakukan untuk meminimalisir kejahatan yang terjadi terhadap kendaraan para pemarkir. Jika ada muka asing yang menghampiri salah satu kendaraan pemarkir, ia dapat langsung menegurnya.
Begitu kami menanyakan soal keluarganya, ia mengatakan memiliki empat anak. Salah satu anaknya, yakni anak ke-3 sedang berada di Belanda, menuntut ilmu sambil bekerja di restoran. Sudah 2,5 tahun anak Herman berada di negara kincir angin tersebut.
Ia akan terus berprofesi sebagai juru parkir hingga tubuhnya tidak kuat lagi. Jika saat itu telah tiba, ia memutuskan akan kembali kepada anaknya.
 Kesejahteraan yang Terbengkalai
Kehidupan juru parkir tidak dijamin oleh dishub. Terkadang, kesejahteraan mereka pun terabaikan. Dishub Kota Serang mengaku belum bisa memberikan upah ataupun honor kepada juru parkir. Juru parkir mengambil keuntungan langsung dari uang yang dibayar oleh pemarkir.
“Akhirnya juru parkir ngambil lagi dari situ. Rp 1.000 menjadi 2.000. Nah, kami kadang-kadang kan tidak menghitung berapa sih jumlah kendaraan. Soalnya kami acuannya tadinya kepada berapa sih karcis yang dikeluarkan”, ucap Ketua UPT Parkir Dinas Perhubungan Kota Serang, Ahmad Yani.
Selain bergantung kepada ramainya kendaraan yang diparkir, penghasilan juru parkir pun dipengaruhi oleh kebaikan hati para pemarkir. Karena tidak semua pemarkir akan memberikan uang parkir dengan layak. Terkadang ada yang memberi lebih, namun tidak jarang juga yang enggan untuk membayar sama sekali.
Di saat rata-rata pekerja merasakan Tunjangan Hari Raya (THR) menjelang hari raya, beda halnya dengan para juru parkir. Juru parkir hanya menerima bonus dari para pemarkir dan mereka menganggap bahwa uang tersebut ialah bagian dari THR. Herman mengaku, banyak pemarkir yang memberinya uang bonus. Saat hari raya akan datang, satu pemilik kendaraan bisa membayarnya mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 50.000.
Hal serupa pun dirasakan oleh Rahmat. Detik-detik mendekati hari raya adalah salah satu momen yang ia sukai saat menjadi juru parkir. Karena pada saat itu, para pemarkir memahami pekerjaannya dengan cara membayar jasanya dengan uang bonus. Ia mengatakan, bahkan ia dapat mengantongi uang lebih dari Rp 2.000.000 jika hari raya akan tiba. Uang itu didapatkan dari bonus yang ia kumpulkan selama menjelang hari raya tiba.
Selain mengenai upah yang tidak dijamin oleh dishub dan tidak ikut merasakan THR, terkadang menjadi juru parkir pun harus bekerja melebihi waktunya. Seperti yang alami oleh Rahmat dan Herman. Karena mereka merasa harus bertanggungjawab terhadap kendaraan yang diparkir di lahannya. Mereka pun menekankan bahwa bekerja menjadi juru parkir tidak semudah kelihatannya
Jika sang pemilik kendaraan tersebut belum pulang, maka juru parkir pun pantang pulang. Karena jika terjadi suatu hal pada kendaraan yang diparkir, maka juru parkir pun harus ikut bertanggung jawab.
 Lika-Liku Hubungan Juru Parkir dengan Dinas Perhubungan
Seperti yang telah diatur dalam Peraturan Daerah No 13 tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Serang, biaya retribusi parkir yang telah diatur untuk kendaraan roda dua ialah Rp 1.000, sedangkan untuk kendaraan roda empat Rp 2.000. Juru parkir mengambil keuntungan dengan melipatgandakan biaya retribusi tersebut.
Ahmad Yani mengatakan bahwa rata-rata juru parkir yang bekerja di pinggir jalan, tidak menggunakan karcis. Ada pula beberapa titik yang pernah diharuskan untuk menggunakan karcis, tapi karcis masih dalam keadaan utuh. Jika sudah seperti ini, pihak dishub tidak tahu menahu berapa kendaraan yang telah parkir dan berapa uang yang harusnya didapatkan.
Sehingga Dishub Kota Serang menerapkan beberapa cara. Mereka menghitung volume kendaraan di suatu titik dalam sehari. Hasilnya, dishub hanya mengambil pendapatan sekitar 20-30% dari jumlah volume kendaraan.
Selain itu, pihak dishub terkadang menyayangkan sikap juru parkir yang “bandel”. Jika mereka meminta uang setoran parkir, banyak alasan yang dilayangkan oleh juru parkir. Belum mendapat penghasilan adalah alasan yang sering dipakai. Padahal, sudah jelas mereka melihat kendaraan yang terparkir di sana cukup banyak.
Terkadang masih ada juru parkir yang beranggapan bahwa uang setoran yang harus mereka serahkan kepada dishub sama seperti uang setoran kepada preman sekitar. Padahal, hal tersebut tidaklah benar. Uang retribusi parkir yang dikelola dishub akan masuk ke dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD).
PAD adalah salah satu sumber penerimaan daerah terbesar yang berasal dari wilayah itu sendiri. PAD juga menjadi tolok ukur dalam menilai tingkat kemandirian pemerintah daerah. PAD terdiri dari hasil pengelolaan kekayaan daerah, hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, dan lain-lain. Namun, salah satu sumber yang memiliki potensi cukup tinggi dalam PAD ialah retribusi daerah.
Retribusi daerah merupakan penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayah itu sendiri, dipungut berdasarkan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hasil dari pemungutan retribusi ini untuk pembiayaan pengeluaran daerah dalam melaksanakan tugas pembangunan dan pemerintahan. Retribusi parkir adalah salah satu alternatif dalam meningkatan PAD. Mengingat semakin tahun semakin banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalanan.
Menurut Badan Pusat Statistik Banten, selama tahun 2016-2017 tercatat jumlah kendaraan meningkat di Provinsi Banten. Pada tahun 2016, ada 4,54 juta unit kendaraan. Lalu pada tahun berikutnya menjadi 4,94 juta unit. Hal ini mengakibatkan tingkat kepadatan kendaraan pun bertambah dari semula 653 unit/km menjadi 709 unit/km.
Meskipun begitu, Ahmad Yani tetap menyarankan agar para masyarakat untuk tetap memarkirkan kendaraannya di tempat yang terdapat juru parkir. Selain dapat meminimalisir terjadinya kriminalitas yang terjadi, pemarkir pun turut membantu kehidupan juru parkir dalam segi ekonomi.
“Makanya saya tekankan kepada juru parkir, ‘Ingat, mereka titip di sana. Walaupun hanya dibayar Rp 2000, tapi kalian punya tanggung jawab.’”, jelasnya.
 Lahan Parkir Salah Satu Penyebab Kemacetan?
Di daerah Alun-alun Kota Serang, dapat dilihat bahwa di sekitar sana memiliki dua jalur untuk kendaraan. Namun, hanya satu jalur saja yang digunakan dan itu pun masih ada lahan parkir tepi jalan. Satu jalur lainnya untuk lahan parkir. Hal ini sering menyebabkan kemacetan.
Saat ditanya mengenai hal ini kepada Ahmad Yani, ia mengatakan bahwa alun-alun sendiri telah memiliki kantong parkir. Namun, kapasitas yang terbatas membuat ia memutuskan untuk membuka satu jalur untuk lahan parkir.
“Kita pernah usir semua (supaya) tidak ada parkir. Tapi yang ribut ‘kan masyarakat sendiri. Kita pernah meniadakan parkir (di sana). Jangan yang ada parkir di situ. Malah apa? Acak-acakan. Akhirnya ‘kan gak beraturan. Makanya, udah yuk, kita ambil sebagian antara jalan melingkar”, terangnya.
Selain itu, salah satu upaya dishub adalah menyarankan kepada masyarakat untuk tidak membawa kendaraan jika akan berkunjung ke alun-alun dan naik angkutan umum. Tetapi banyak masyarakat yang protes akan usulan tersebut.
Jadi, menurutnya, salah satu cara meminimalisir kemacetan yang sering terjadi di daerah sana ialah melakukan rekayasa dengan menutup satu jalur ruas jalan mulai dari alun-alun hingga kantor Polres Kota Serang. Meskipun begitu, masih banyak masyarakat yang nekat menerobos jalur yang ditutup tersebut, hingga menyebabkan beberapa kecelakaan terjadi. (TMG)
0 notes
tashameyra-blog1 · 5 years
Text
Wiro Sableng 212, Film Box Office Rasa Superhero Lokal
Tumblr media
Poster film Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Sumber: kaskus.co.id
Sinopsis: Wira Saksana namanya. Sejak kecil sudah ditinggalkan oleh orang tuanya. Wira kemudian diasuh dan dididik oleh seorang guru silat bernama Sinto Gendeng. Perlahan tapi pasti, Wira tumbuh dewasa dan mulai menguasai ilmu-ilmu silat yang diberikan gurunya. Wira kemudian berganti nama dan dikenal dengan Wiro Sableng (Vino G. Bastian). Wiro kemudian bertualang bertemu dengan beberapa orang baru seperti Anggini (Sherina Munaf) dan Bujang Gila Tapak Sakti (Fariz Alfarazi) dan guru-guru silat. Namun, pada satu waktu, Wiro mengetahui ada yang janggal dengan kehidupan di luar sana. Sosok bernama Mahesa Birawa (Yayan Ruhian), adalah penyebabnya.
Diadaptasi dari novel populer “Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212” karangan Bastian Tito yang merupakan ayah dari Vino Bastian, pemeran utama film ini, membuat banyak masyarakat Indonesia penasaran. Terutama kisah ini pernah diangkat menjadi film pada tahun 1980-an dan serial televisi pada tahun 1990-an.
Ditambah dengan adanya kabar bahwa film ini akan digarap oleh Lifelike Pictures yang berkolaborasi dengan Fox International Production. Menjadi film Indonesia dan Asia Tenggara pertama yang digarap oleh 20th Century Fox, membuat saya berekspektasi tinggi terhadap film ini.
Film yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko ini juga memiliki alur yang tidak bertele-tele, mudah dimengerti, dan tidak membuat penonton bingung. Sehingga untuk yang belum pernah membaca novel maupun menonton film dan serial televisinya, termasuk saya, tak perlu khawatir.
Dari awal film, film ini telah menunjukkan kebolehannya dalam segi color grading, membuat saya betah melihat visual yang ditampilkan sepanjang film diputar.
Film ini menyajikan efek sinematografi yang terlihat mantap. Membuat film ini semakin terlihat berkelas dan “mahal” untuk industri perfilman Indonesia. Meskipun begitu, efek “terbang” para pemain terlalu lebay. Saya seolah diingatkan kembali pada sinema kolosal yang sering tayang di Indosiar.
Adegan laga yang memperlihatkan gerakan-gerakan silat terlihat natural dan tidak dipaksakan seolah para pemain telah menekuni bidang silat selama bertahun-tahun.
Walaupun tergolong film dengan genre komedi, tetapi lawakan-lawakan yang dibawakan dalam film ini terbilang garing. Juga, Wiro Sableng-nya masih kurang sableng. Cara ia tertawa seolah-olah ia sableng, terdengar seperti terlalu dipaksakan.
Mungkin lawakan-lawakan sederhana tersebut memang sengaja ditampilkan untuk mengingatkan para penonton kepada Wiro Sableng tahun 90-an. Meskipun begitu, film ini sukses mereborn serial televisi 90-an menjadi lebih kekinian.
Untuk keseluruhan, film Wiro Sableng ini dikemas dengan baik dan tetap menghibur. Film ini merupakan langkah awal yang baik dalam industri perfilman Indonesia agar dapat bersaing dengan film mancanegara. (TMG)
0 notes
tashameyra-blog1 · 5 years
Text
Fasilitas Olahraga Untirta yang ‘Seadanya’
Tumblr media
Kondisi lapangan futsal Kampus A Untirta saat ini.
(Foto: Tasha Meyra)
Serang ­­­­­­­­­– Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atau biasa disebut Untirta merupakan salah satu universitas negeri yang ada di Provinsi Banten. Untirta memiliki 4 lokasi kampus, yaitu kampus A yang merupakan kampus pusat yang berada di Pakupatan, kampus B yang ditempati oleh fakultas teknik berada di Cilegon, kampus C yang ditempati fakultas pendidikan berada di Ciwaru, dan kampus D3 akademi keperawatan yang berada di Kepandean. Seperti kampus lainnya, Untirta mempunyai berbagai macam fasilitas di dalamnya, termasuk fasilitas olahraga.
Hingga saat ini, Untirta hanya memiliki beberapa fasilitas olahraga. Seperti di Kampus A dan B hanya terdapat lapangan basket, voli, futsal, dan wall climbing. Pada kampus C bahkan tidak ada sama sekali fasilitas olahraga, hal ini mungkin disebabkan oleh tahap renovasi yang masih berjalan. Serta kampus D3 akademi keperawatan hanya ada fasilitas untuk olahraga biasa.
Kepala Biro Umum, Kepegawaian, dan Keuangan (BUKK) Untirta, Deden, mengakui bahwa fasilitas olahraga yang ada di Untirta memang belum memadai dan belum ideal.
“Ya kalau dibilang tidak memadai, ya memang tidak memadai. Tetapi kita memang berusaha menyediakan apa yang diminta oleh mahasiswa. Minimal ada tempat untuk berinteraksi”, ujar Deden.
Kepala BUKK menambahkan bahwa Untirta belum ada rencana untuk membangun fasilitas olahraga yang baru di karenakan keterbatasan lahan. Namun, untuk pembangunan kampus Untirta di Sindangsari akan dibangun fasilitas olahraga secara lengkap yang akan dinamakan ‘Sport Center’.
“Kalau di sini (kampus A) karena keterbatasan lahan, jangankan untuk olahraga, untuk parkir saja susah. Kalo di sini mungkin hanya memperbaiki fasilitas yang sudah ada. Apa yang kurang, akan kita perbaiki”, serunya.
Rahmat, selaku staff kemahasiswaan bagian olahraga Untirta, menyatakan bahwa di Sindangsari nanti, segala fasilitas olahraga yang akan dibangun tergantung dari minat mahasiswa.“Semoga tahun 2020 kita akan menempatkan tempat yang baru yang InsyaAllah semua ada. Tapi kita tergantung ya, dipilah dulu. Tergantung dari minat mahasiswanya lebih menyukai bidang olahraga apa”, ujar Rahmat.
Di sisi lain, salah satu anggota UKM Olahraga Untirta, Andre, mengatakan bahwa fasilitas olahraga yang ada di Untirta sudah baik. Namun, masih disayangkan ada beberapa cabang olahraga yang harus latihan di luar kampus.
“Contohnya seperti cabang olahraga badminton. Mereka harus menyewa lapangan badminton di Citra Abana yang ada di Lontar. Itu terjadi karena Untirta belum memiliki lapangan badminton sendiri”, ungkap Andre.
Ia berharap, segala kerusakan fasilitas olahraga yang ada di Untirta dapat segera diperbaiki, dan juga ketersediaan fasilitas olahraga untuk setiap cabang olahraga yang ada. (TMG/ARA/NEWSROOM)
Sumber: http://newsroom.fisip-untirta.ac.id/2018/03/fasilitas-olahraga-untirta-yang-seadanya.html
0 notes
tashameyra-blog1 · 5 years
Text
Menjelang Lebaran, Untirta Masih Menggelar UAS
Tumblr media
Peserta ujian sedang mengerjakan soal ujian. 
Sumber: e-sbmptn.com
SERANG – Pertengahan tahun 2018 ini, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menggelar Ujian Akhir Semester (UAS) bertepatan dengan bulan Ramadan 1439 Hijriah, yakni pada tanggal 4 sampai 15 Juni mendatang.
Wakil Rektor I Untirta, Fatah Sulaeman, mengungkapkan bahwa sistem UAS tidak ada yang berubah meskipun dilaksanakan pada bulan Ramadan.“Pelaksanaan UAS seperti biasa, dikoordinasi oleh masing-masing fakultas, sesuai jadwal yang ditentukan,” ujarnya. (14/5).
Ia juga mengungkapkan, untuk persiapan pelaksanaan UAS di Untirta, pihak rektorat sudah melakukan koordinasi bidang akademik, terutama dengan para Wakil Dekan I masing-masing fakultas dan pihak Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Untirta.
Menurutnya, suasana Ramadan akan sangat mendukung terhadap pelaksanaan UAS yang lebih berkualitas, seperti kejujuran peserta UAS yang akan lebih meningkatkan kualitas belajar.
”Banyak kelebihannya UAS di bulan Ramadan. Karena bagi yang muslim khususnya, dalam suasana beribadah, maka orientasi UAS pun diwarnai spirit beribadah dan akan lebih menjaga kualitas kejujuran pelaksanaan UAS itu sendiri, dan bagi yang non muslim, akan menyesuaikan terbawa atmosfer bulan Ramadan,” terangnya.
Di sisi lain, Reza Wardalia, mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Untirta, merasa tidak ada kelebihan yang didapat dari pelaksanaan UAS di bulan Ramadan.
“Kelebihannya sejauh ini menurut saya gak ada ya. Karena ya kalo UAS di bulan Ramadan malah bikin nambah gak fokus ngerjainnya,” ucapnya.
Menurutnya, kendala UAS saat bulan Ramadan ialah mengharuskan ia begadang untuk belajar hingga tidak sempat untuk sahur.
“Malemnya harus belajar lagi kan ya, dan itu suka sampe begadang, dan nanti ujung-ujungnya gak sahur. Dan itu bikin pagi-paginya pas UAS nambah gak fokus pas ngerjain soal,” tuturnya.
Selain itu, ia juga mengeluhkan mengenai Air Conditioner (AC) yang terkadang tidak berfungsi di beberapa ruangan kampus A Untirta. Karena baginya, AC yang tidak berfungsi dapat mengurangi tingkat fokus mahasiswa saat mengerjakan soal UAS terutama saat puasa.
Wanita kelahiran Lampung itu juga mengaku kecewa saat mengetahui bahwa tanggal berakhirnya UAS di Untirta hanya beberapa hari sebelum menjelang Idul Fitri. Karena jarak antara kampus Untirta dengan rumahnya yang jauh, sehingga waktu untuk menempuh perjalanan pulang kampung tidaklah sebentar.
“Saya gak setuju banget sih UASnya sampai tanggal 15 Juni. Kasian juga yang rumahnya terlalu jauh seperti di Papua, di Aceh, yang harus menempuh perjalanan berjam-jam. Karena mahasiswa Untirta bukan hanya orang Banten atau Jakarta aja. Jadi saran saya, sebisa mungkin UASnya dimajukan,” ungkapnya.
Reza berharap, UAS di Untirta tahun ini dapat berjalan dengan lancar, AC di semua ruangan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, dan hari berakhirnya UAS tidak berdekatan dengan hari Idul Fitri. (TMG/UFA/NEWSROOM).
Sumber: http://newsroom.fisip-untirta.ac.id/2018/05/menjelang-lebaran-untirta-masih.html
0 notes
tashameyra-blog1 · 5 years
Text
Ekskul Tari, Favorit Siswa SKh Negeri 01 Serang
Tumblr media
(Dok.: Iin Sakinah)
Siswa SKh Negeri 01 Serang saat sedang mengadakan pertunjukan tari dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional
SERANG – Sekolah Khusus (SKh) Negeri 01 Kota Serang tentu agak berbeda dibanding sekolah umum lainnya, karena para siswanya adalah anak-anak berkebutuhan khusus. Sekolah yang beralamatkan di Jalan Bhayangkara no. 118 B Cipocok Jaya, Serang, ini tidak begitu luas, hanya memiliki dua gedung saja yang ditempati oleh 160-an siswa dari jenjang SD, SMP, hingga SMA.
Selain kegiatan belajar mengajar, para siswa juga mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Namun, di antara banyaknya ekstrakurikuler, tari menjadi favorit para siswa di sana.
“Ada banyak. Ada menari, melukis juga ada. Karena untuk melatih anak-anak di sini, gitu kan. Biasanya ekskul itu untuk menunjang kalau ada perlombaan tiap tahun”, ujar Wahyu, selaku salah seorang guru di SKh Negeri 01 Serang.
Pria yang telah menjadi guru di SKh Negeri 01 Serang selama tujuh tahun itu, mengatakan bahwa ekstrakurikuler favorit para siswa ialah tari. Ekstrakurikuler ini beranggotakan sekitar 20 siswa. Di antaranya ada siswa tunarungu, tunagrahita, dan beberapa yang down syndrome. Meski memiliki keterbatasan, tetap tidak menyurutkan semangat para siswanya.
“Siswa Alhamdulillah antusias ya. Karena kalo mereka diberikan selain akademik, seperti menari ini senang. Kita sempat buat panggung untuk pertunjukkan,” ucapnya.
Ekstrakurikuler tari ini selalu melaksanakan latihan dua kali dalam satu minggu, yakni pada hari senin dan kamis. Ekstrakurikuler ini bekerjasama dengan mahasiswa jurusan Seni Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik) Untirta. Dan pada akhir tahun pengajaran, biasanya akan diselenggarakan pertunjukkan dalam rangka evaluasi yang diwajibkan oleh pihak provinsi.
Iin, selaku mahasiswa jurusan Sendratasik Untirta yang menjadi pengajar ekstrakurikuler tari di SKh Negeri 01 Serang, mengaku senang bisa mendapatkan pengalaman berharga tersebut. Ia juga menuturkan bahwa ia jadi lebih sering bersyukur berkat mengajar ekstrakurikuler tari di SKh Negeri 01 Serang.
“Susahnya ngomong kaya apa tunawicara, gak bisa mendengar kaya apa tunarungu, gelapnya suasana kalo nggak bisa melihat kaya apa tunanetra, lamanya berfikir kaya apa tunagrahita, susahnya berjalan dan menggerakkan tangan kaya apa untuk tunadaksa. Mereka malaikat Allah, tapi mereka selalu ceria walau kadang malu,” ungkapnya.
Saat berlatih ektrakurikuler tari, ada sejumlah metode tertentu yang diterapkan. Untuk anak tunarungu, cara pengajarannya ialah dengan memakai bahasa isyarat. Sedangkan untuk anak tunagrahita, gerakan-gerakan dalam tariannya harus lebih disederhanakan agar lebih mudah diingat.
Wanita yang bernama lengkap Iin Sakinah itu berharap bahwa semua pihak dapat menerima kehadiran anak berkebutuhan khusus. “Harapannya juga bagi teman-teman yang normal, jangan malu atau jijik buat sambung ilmu ke mereka, mereka butuh kita. Coba bayangkan ketika diri kalian memang belum bisa sempurna, dan jangan lupa bersyukur hal apapun itu sama yang menciptakan”, terangnya. (Newsroom/TMG/ESW)
Sumber: http://newsroom.fisip-untirta.ac.id/2018/03/ekskul-tari-favorit-siswa-skh-negeri-01.html
0 notes
tashameyra-blog1 · 5 years
Video
youtube
Salah satu tugas UAS mata kuliah Public Speaking for Journalism adalah melakukan stand up reporting.
0 notes
tashameyra-blog1 · 5 years
Video
youtube
Selain berproduksi untuk program acara masing-masing, Untirta TV juga sering menggelar liputan khusus. Salah satunya saat ospek Universitas Sultan Ageng Tirtayasa berlangsung.
0 notes
tashameyra-blog1 · 5 years
Video
youtube
Pada semester 4, terdapat mata kuliah Mobile Journalism yang mengharuskan kami untuk membuat video feature.
0 notes
tashameyra-blog1 · 5 years
Video
youtube
Video ini dikerjakan untuk memenuhi tugas UAS Broadcasting News pada semester 5.
0 notes
tashameyra-blog1 · 5 years
Video
youtube
Bicara Masa Lalu adalah sebuah program acara feature yang menyajikan berbagai pengalaman Aina, Desvan, dan Kiki dari seluruh tempat yang pernah mereka kunjungi. Video ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Radio & TV Production pada semester 6.
0 notes
tashameyra-blog1 · 5 years
Video
youtube
Sapa Kampus adalah salah satu program acara yang ada di Untirta TV berupa talkshow mengenai isu terkini baik dalam kampus Untirta maupun nasional. Video ini merupakan edisi spesial dikarenakan dikemas dalam bentuk live streaming.
0 notes
tashameyra-blog1 · 5 years
Video
youtube
Di Untirta TV, kami rutin produksi dua minggu sekali. Sapa Kampus adalah salah satu program acara yang ada di Untirta TV berupa talkshow mengenai isu terkini baik dalam kampus Untirta maupun nasional.
0 notes
tashameyra-blog1 · 5 years
Video
youtube
Di Untirta TV, kami rutin produksi dua minggu sekali. Sapa Kampus adalah salah satu program acara yang ada di Untirta TV berupa talkshow mengenai isu terkini baik dalam kampus Untirta maupun nasional.
0 notes
tashameyra-blog1 · 5 years
Video
youtube
Di Untirta TV, kami rutin produksi dua minggu sekali. Sapa Kampus adalah salah satu program acara yang ada di Untirta TV berupa talkshow mengenai isu terkini baik dalam kampus Untirta maupun nasional.
0 notes
tashameyra-blog1 · 5 years
Video
youtube
Di Untirta TV, kami rutin produksi dua minggu sekali. Sapa Kampus adalah salah satu program acara yang ada di Untirta TV berupa talkshow mengenai isu terkini baik dalam kampus Untirta maupun nasional.
0 notes
tashameyra-blog1 · 5 years
Video
youtube
Di Untirta TV, kami rutin produksi dua minggu sekali. Sapa Kampus adalah salah satu program acara yang ada di Untirta TV berupa talkshow mengenai isu terkini baik dalam kampus Untirta maupun nasional.
0 notes
tashameyra-blog1 · 5 years
Video
youtube
Film pendek ini merupakan salah satu project yang dibuat oleh para kru Untirta TV. Menceritakan seorang mahasiswa yang menyalahartikan makna “hijrah” di media sosial.
0 notes