Text

6 Juni 2025
Malam pertama Mecca bisa tertidur tanpa nena atau menyusui. Perpisahan pertama dalam hidupnya dimulai sejak memasuki umur dua tahun. Belajar menerima perpisahan.
Belajar melepaskan. Belajar mengikhlaskan.
Malam ini dia belajar untuk mengalihkan keinginannya dengan berbagai kegiatan, hal yg tak pernah mecca lakukan.
Bayi dua tahun itu juga beradaptasi
Pasti berat untuknya, terlihat dari rengekan dan tangisannya tiada henti.
Menangis histeris menendang dan menghantam apapun yg ada di sekitarnya.
"AKU SAYANG NENA"
"AKU SUKA NENA"
Tak hanya bagi Mecca, aku sebagai Ibu juga belajar melepaskan. Belajar mengikhlaskan proses ini, agar kami berdua bisa menghadapinya bersama
Berpisah dengan hal yang paling nyaman baginya sejak lahir sampai menjelang dua tahun ini.
Aku sebagai orang dewasa yang harus mencontohkan padanya, bahwa aku kuat dan hebat seperti yang terus ku katakan padanya.
Mecca walaupun kita gak nena lagi, kita tetap bisa saling pandang saling sayang saling elus pipi elus lengan elus tahi lalat di bawah bibir Ibu. Kita bisa melakukannya setiap saat, setiap hari.
Anaku, Mecca
Maafkan Ibu untuk banyak khilaf dan salah selama dua tahun ini. Setiap hari ibu selalu berdoa untuk bisa terus lebih baik menyanyangi Mecca, mendidik dan menemani Mecca. Mengisi tangki cinta.
Anaku, teruslah tumbuh sehat kuat bahagia cerdas ceria seperti namamu Anindita yang artinya Perempuan baik yg berparas cantik berhati lembut dan berperilaku baik.
Menjadi pribadi yang taat pada Allah swt


0 notes
Text
Medina yang usianya belum genap dua tahun dengan kemampuan berbahasa yang cukup baik dan semakin hari semakin takjub menyaksikan perkembangannya.
Tentu bukan perkara mudah dan cepat, proses pengenalan sudah dimulai sejak dalam kandungan, membacakannya buku setiap hari.
Ingat banget momen bacain buku mulai dari gak direspon atau diliatin aja atau didengar aja bahkan kadang lagi gak mau baca wkwkwk. Gapapa nak Ibok konsisten terus walau mulut berbusa tiap hari 😆
Tapi memang bagaikan bom waktu, semua kata-kata dari buku dan percakapan sehari-hari kami direkam dan pada waktunya keluar dengan spontan, dan dalam jumlah yang banyak. Tiba-tiba dah bisa mengutarakan keinginan, dah bisa ceritain ulang isi buku, dah bisa diajak diskusi dua arah *menentukan baju apa yg akan dipakai😩* sekarang lagi di fase nanyain terus ini apa, itu apa.
Mengenalkan buku sebagai salah satu kegiatan yang menyenangkan menjadi penting bagi keluarga kami. Kenal dulu kemudian suka eh keterusan deh jadi kebiasaan yang baik. Salah satu upaya yang kami lakukan adalah dengan menyediakan buku-buku berkualitas dirumah, spare bugdet khusus untuk buku anak setiap bulan. Gak mesti yang mahal-mahal karena kalau anak sudah senang bungkus makanan, kotak obat, kertas bergambar, buku KIA bisa jadi media bacaannya.
Dari sering membacakan buku pada Medina, anaknya lebih kooperatif dalam hal apapun, melatih kemampuan berpikirnya, berempati, bahkan dah bisa diajak sambil belajar tipis-tipis. Sesimple gimana yah ngajarin Medina minta maaf, berbagi, minta tolong, belajar sikat gigi, semua lewat buku-bukunya, lebih ampuh 🤲🤲🤲
Tak lupa perlu disediakan waktu khususnya, agar jadi rutinitas Medina tuh lebih kondusif diajak membaca ketika di kamar tidur, terhindar dari distraksi mainan.
Jadi diupayakan banget membaca ini jadi kegiatan yang seru dan menyenangkan buat anak.
#Medina #IbokMedinasharing
0 notes
Text
Buka puasa di rumah Ayah Ibu lalu duduk berdua di meja makan bersama Ayah
Woww rasanya masih aneh, diem2 aja kita berdua di lima menit pertama. Diam tanpa kata. Sibuk dengan pikiran masing masing.
Di lain hari kepikiran banget tentang bulan Ramadan ketika menjadi seorang Ibu dan memiliki bayi. Ibadah Ramadannya benar2 ngerasa gak maksimal. Kadang ngerasa kayak bukan lagi ramadan karena hidup berputar terus untuk urusan anak-anak. Ramadan terakhir yang khusuk beribadah tuh sebelum menikah deh. Bisa maksimal di semua lini.
Karena fasenya berbeda tentu saja perjuangannya berbeda yah. Gapapa namanya juga menuliskan isi pikiran

1 note
·
View note
Text
Ternyata jalannya terkadang sunyi, sesekali sepi
Ramai dan riuh ketika bersama anak-anak
Ah merekalah kini hidupku, pusat kehidupanku
Kini aku yang jadi sumber ketenangan suami dan anak-anak
Memang benar dunia dan seisinya akan baik-baik saja selama ada pelukan Ibu, doa Ibu
Benar-benar memikirkan wajah Ibu dan merindukan pelukannya. Ibuuuu fitri rindu banget.
Depok, 8 Februari 2025
2 notes
·
View notes
Text

Apresiasi untuk Ibook Medina dan Mecca, Desember 2024 kemaren namanya masuk Leaderboard
Side hustle jadi Book Consultant, cakep 🤣
2020 bingung banget harus mulai dari mana memulainya, gak ada relasi atau apapun. Targetnya adalah ketemu orang yang tepat untuk masuk ke komunitasnya. Thank you Ami, sudah membawaku sejauh ini. Walaupun usaha yang dilakukan belum optimal, tapi kalau melihat ini sungguh sebuah progres untuk diri sendiri.
Ini bisalah disebut passion.
Karena suka dan ada kebutuhan untuk memenuhi buku bacaan anak, sekaligus aja kita sebarluaskan ya kan.
Kalau pesan Bundi macamni
"Semoga menjadi jariyah buku yg kita jual bisa bermanfaat mencerdaskan keluarga di luar sana.. barakallah 🥹
Yang belum masuk leaderboard semangat yuk bulan ini niatkan kencang untuk bisa nabung jariyah, bermanfaat dulu buat orang lain.. bonusnya dapet cuan.. aamiin"
Kerem banget loh, Ibook Fitri always.
Love you full 🫶🫶🫶
Depok, 14 Januari 2025
0 notes
Text
Jauh dari kelurga ternyata jadi previllage tersendiri buatku.
Urusan rumah tangga, pengasuhan, karier, apapun yang kami lakukan jauh dari intervensi siapapun. Ya Allah ternyata ini tuh nikmat luar biasa. Gak perlu pusing mikirin pendapat orang lain, gak perlu menata hati untuk hal yamg dirasa tidak ada urgensi. Mungkin ini juga yang membuatku agak berat ketika diajak suami akan hijrah ke Sumut kala itu.
Lalu terpancing dengan narasi buku yang sedang ku edit.
Yang menuliskan semua kesuksesan karier generasi cucu keluarga X dalam artian kesuksesan yang dimaksud di sini adalah berapa yang ASN, yang dokter, yang swasta, dll.
Tidak ada ruang untuk IRT, maaf.
Sungguh menohok karena aku sedang menjalani fase ini.
Kayak, peran ini dianggap sebelah mata. Persisnya tidak diakui sebagai profesi.
"Yah lo kalau mau diajak ngobrol seru setidaknya punya jabatan atau apalah sesuatu yang bisa dibanggakan"
Tapi ternyata ini bisa jadi filter juga melihat mana orang yang tulus buat ngajak ngobrol mana yang emang ada maunya.
Ah, hampir seminggu hal ini menggangu pikiranku.
Aku yang sudah tenang damai dan nyaman dengan pilihan hidupku saat ini, dibuat bereaksi. Yah gak harus semua orang jadi ASN kan? Jujur aku tidak akan mengambil resiko pekerjaan hanya untuk mendapat pengakuan dari keluarga atau masyarakat. Nope. Hidupku terlalu berharga hanya untuk menyenangkan sekelompok manusia.
Diri sendiri yang akan menjalani. Diri sendiri yang persis tahu segala kebutuhan dan prioritas. Diri sendiri yang paling jujur. Diri sendiri juga yang akan menuntun jawabannya.
Berharap orang punya mindset bertumbuh dan pemikiran yang luas itu sulit ternyata. Yah bisa dimulai dari sendiri saja mengedukasi keluarga terdekat, bahwa banyak sekali profesi mulia di dunia ini. Jabatan pangkat golongan tidak menentukan tingkat kesuksesan seseorang di dunia ini.
Seharusnya sederhana saja. Nanti disambung lagi. Ngantuk rupanya hahaha
Depok, 14 Januari 2025
1 note
·
View note
Text
Tulisan untuk Mecca Abdillah
Adek, ternyata begini rasanya jadi Ibu anak dua, dan Mecca adalah anak kedua itu.
Adek, semoga cinta dan kasih sayang tulus dari Ibu bisa mecca rasakan yah, Ibu akan selalu melakukannya dengan sepenuh hati mendoakan kehidupan Mecca.
Adek, di sisa waktu 6 bulan sebelum menyapih ini mari kita optimalkan untuk berbicara lewat tatapan mata ketika menyusui. Momen krusial dan penting mengisi tangki2 cinta dan kepercayaan dari Mecca. Akan ibu usahakan
Adek, gimana rasanya jadi anak Ibu? Jadi anak kedua? Jadi adek yang kakanya bernama Medina?
Adek, Ibu minta maaf untuk banyak kurang di berbagai lini membersamaimu, berat mengakuinya tapi begitu adanya. Menyadarinya untuk menjadi perbaikan Ibu.
Adek mecca, tumbuh sehat jasmani rohani jiwa raga, sempurna tumbuh kembangmu, anak sholehah penyejuk hati Ibu Ayah.
Mecca terima kasih sudah hadir, terima kasih sudah pengertian, terima kasih sudah jadi anak baik budi, terima kasih sudah sabar dan tenang.
Ibu belajar untuk meresponmu lebih cepat, tangisanmu, kebutuhanmu, keinginanmu.
Dulu sebelum lahir Ibu khawatir, bagaimana cara berbagi perhatian cinta kasih. Sekarang ibu khawatir apakah mecca sudah cukup mendapatkan cinta kasih itu dari Ibu?
Akan terus ibu upayakan segenap tenaga, tulisan ini sebagai pengingat bahwasanya dirimu dicintai, kehadiranmu berharga 🫶
3 notes
·
View notes
Text
Seringkali ketika anak anak sedang dalam situasi tidak stabil entah karena tantrum, sedih, marah, rebutan ini itu hal yang biasa saja sebenarnya kalau dilihat dari kaca mata sedang normal mereka hanya bersamaku, Ibunya. Aku yang menanganinya, karena Ayahnya seringkali sedang tidak dirumah karena urusan kerjaan.
Semuanya baik-baik saja sampai ketika Ibunya kelelahan, baik secara emosional maupun mental. Takut banget gak bisa menguasai diri sendiri. Takut banget kalau sampai marah. Takut banget kalau nada jadi meninggi. Takut banget kalau menyakiti hati mereka yang berarti menyakiti hatiku juga. Takut melihat diri sendiri saat itu. Siapa sangka perjalanan ini terasa melelahkan tapi semoga Allah ridhai.
Ada hari-hari sepi yang sudah terlewati, tangisan malam hari ketika anak-anak sudah tertidur. Lalu esok harinya kita lanjutkan lagi kehidupan ini.
Terima kasih untuk terus berjuang di berbagai peranmu, selalu mengusahakan yang terbaik dearest Fitri 🫶
Tolong jaga dirimu, sayangi dan sering dengarkan kata hatimu. Aku yang akan selalu bangga dan menyayangimu sampai kapanpun. Selamat Hari Ibu, untuk mu. Mari kita lanjutkan perjalanan ini sayangku.
Fitri kepada dirinya sendiri~
3 notes
·
View notes
Text
Saat hamil Medina dan sedang covid kala itu, setiap hari Uwa (kaka Ibu) selalu meneleponku. Bertanya kabar, bercerita hal-hal biasa saja layaknya seorang Ibu pada anaknya.
"Fitri dimana nang?"
"Udah makan?"
Pun kalau aku ingin tau apa yang dulu Ibuku lakukan, aku tanyakan pada Beliau. Aku teringat di perbincangan kami beberapa kali uwak menyebutkan "kalau uwak meninggal .............................." yang langsung kutepis
"Wak jangan ngomong yang aneh-aneh, wak perkataan adalah doa"
Aku ingat betul beberapa kali pernah mengatakan ini pada beliau.
Setelah kusadari ternyata ini sebenarnya isyarat dan sinyal bahwa kematiannya sudah dekat. Aku lupa persis waktunya tapi mungkin beberapa minggu sebelum beliau meninggal.
Setelahnya aku belajar bahwa ketika ada yang cukup intens menceritakan kematian, bisa jadi itu adalah sebuah pertanda.
Wak, gapapa yah fitri cuman pengen nulis aja. Udah lama gak menulis
Wak, gapapa yah kalau kadang-kadang rindu ✨️
#tulisandinihari
0 notes
Text
Idul Fitri di Bulan April
Satu Syawal 1445H, hari Rabu pagi Medina agak demam, lemas, tak bersemangat, maunya tiduran aja di kasur. Ibu dan Bapak Mertua sudah berangkat terlebih dahulu ke RS Malahayati Medan, menemani suamiku Masher yang sedang ranap hari ketiga karena DBD. Kami bertiga saja di rumah kontrakan, bersiap akan menyusul tapi sebelumnya hendak ke gramedia dulu. Menepati janji membeli buku stiker untuk Medina.
Aku ingat jelas hari itu, Medina diam saja tak bersuara tak merengek, tapi masih mau makan spageti sedikit ah mungkin karena efek demam dan kurang main pikirku. Masher memesan taksi online, kami menuju Gramedia. Awalnya Medina tampak senang tak lama dia kembali diam sampai akhirnya tertidur sejenak.
Diluar prediksi sampai Gramedia biasanya Medina semangat liat ini itu, antusias mau ini itu, nanya ini itu. Hari itu tidak, dia benar benar pasrah tiada gairah. Kauajak menyebrang karena jam makan siang sudah tiba. Makan sesuap lalu tertidur lemas di sofa merah. Tak lama mertua datang menjemput kami.
Jumatnya Masher sudah boleh pulang, Alhamdulillah thrombosit sudan naik. Segera kami cari dokter anak untuk memeriksa Medina karena muncul ruam merah di kaki dan tangan. Betapa terkejutnya kami ketika sang dokter berkata
"Bu, ini anaknya kayak habis kena DBD deh"
Cesss nyes banget terkejut. Soalnya bukan alergi bukan campak atau flu singapur.
Berlanjutlah menceritakan kronologi yang terjadi.
Aku yang pernah kena DBD langsung membayangkan kondisi Medina hari raya pertama kemaren yang bisa saja jadi puncak virusnya, anaknya diam aja karena udah lemas banget. Kebayang banget ya Allah.
Di hari yang sama juga adek Mecca muntah muntah.
Nikmat lebaran tahun ini keluarga kami diberikan ujian dari Allah. Agar kami ingat untuk selalu memohon pertolongan Allah agar kami ingat untuk selalu bersyukur agar kami ikhlas menjalani yang sudah Allah takdirkan
Hidup di dunia mengharapkan Ridha Allah
Ridha Allah melalui orang tua.
Teguran untuk kami agar supaya terus berbakti dan memuliakan orang tua kami. Orang tua yang sudah membesarkan menyayangi memberikan kehidupan untuk bekal kami menjalani hidup
Terus berdoa agar Allah lembutkan hati kami, ampuni dosa kami.

Tidak ada foto lebaran 🙏
Hanya ada foto Medina tanggal 10 April 2024
Esoknya tanggal 11 April ☀️
0 notes
Text
Desember 2023
Mendedikasikan tulisan dan merekap perjalanan setahun dengan sedikit curhat sambat yang bisa aja alurnya maju atau mundur bahkan random. Topiknya tak jauh dari hari hari menjadi Istri, Ibu, Anak, Kakak, pelaku usaha, tetangga, kerabat ,saudara seiman kok banyak yah kalau dirinci begini
Pertanyaan yang selalu terngiang setelah punya anak dua. Kenapa kok aku gampang kepancing emosi yah? Beberapa kali terpancing untuk marah, lalu menyesal, kepikiran sampe malam dan menangis sambil liatin anaknya. Hiks. Berusaha untuk selalu sabar dan gak marah ketika bersama anak bukan main sih menahannya. Anak tantrum rasanya pengen ikutan tantrum juga. Pernah sampe kepikiran buat boleh libur gak ya sehari aja? Orang kerja kantoran tuh sabtu minggu, lah ini jadi Ibu ndak ada liburnya gaes
Lalu sepekan ini kami bergiliran sakit, anak-anak sih yang kalau sakit tuh makan gak makan, minum susah, tidur tak nyenyak, lemas mau obob aja tau kan imbasnya ke mana. Betul BB anak yang terjun payung 😭 sebagai pejuang ngerasain banget cukup sulit untuk ganti angka itu timbangan. Adek mecca juga bulan ini mulai belajar makan, deg deg an karena masih terus diupayakan waktu tempat menu aktivitas dengan jadwal makannya. Lalu refleksi lagi apa kurang afirmasi ke adek yah? Kayaknya sih iya. Okay setelah ini harus banyak cerita ngobrol sama adek untuk semua kegiatan yang akan dijalaninya ❣️
Lalu teringat kejadian masa lalu ketika usia belasan tahun kala itu, tetangga ribut marah maki lempar barang ( anak ke orang tua) pokoknyaa anaknya berbuat tidak benar, bikin malu bandel kali lah sampe pusing mamaknya mengurusnya. Aku yg kenal dan tau perilaku anaknya juga pusing kepala, lalu muncul dipikiran "Gak usah ke rumah mamaknya kali dia yah, gak usah ngomong lagi gak usah ada hubungan gitu daripada daripada"
Tapi setelah kejadian itu, mamaknya malah bela anaknya.
Dulu aku gak sependapat gak setuju
Setelah kujalani sebagai ibu baru tau dan ngerti perasaannyaa. Kayak tadi aku marah ke Medina karena dia gak mau poninya di potong [kenapa pulak harus marah ya kan apaan sih] terus nada suara tinggi, sejujurnya aku pun takut kali kalau lagi marah lalu ku katakan padanya
"Medina Ibok gak suka marah kayak gini, hati ibu sedih kalau marah sama anaknya. Medina jangan buat ibu marah yah. Nanti ibu peluk setelah selesai mandi"
Dah kami berpelukan minta maaf dan selesai. Tidak ada dendam drama. Manalah bisa seorang ibu membenci atau tidak menyukai anaknya dalam waktu lama. Bukan fitrah seorang ibu itu.
Bahas anak muluk hidup gewe yah wkwkwkw yah memang di fase itu yah bun. Satu nempel di ketek kanan, satu nyusu di ketek kiri. Alhamdulillah nikmat banget ya Allah
Tahun ini juga menyaksikan secara online perang zion15t melawan rakyat Palestina. Ada di masa aku gak sanggup melihat pemberitaannya, melihat bayi dan anak2 tak berdosa tak berdaya harus ikut menjadi korban. Lalu sampai sekarang masih berlanjut. Kutanyakan pada suami kapan perang ini akan berakhir? Atau bagaimana caranya bisa diselesaikan atau dihentikan. Rasanya kuasa dan pertolongan Allah swt yang paling dibutuhkan. Karena gak tau lagi harus bagaimana.
Randomly akhir tahun ini usaha Dapoer Ibook Medina akan ekspansi menjangkau lebih banyak customer, goalsnya "Menuju dendeng mylope mendunia ✨"
Sedang dalam proses sertifikasi Halal yang ternyata pengajuan dan proses waktunya tidak sebentar. Semoga berjalan lancar berkah aman jaya sentosa, Amiin
Demikian cerita perjalanan 2023 kurang lebih banyak sambat dan curhatnya offkors
In frame aku dan kehidupanku ✨







1 note
·
View note
Text
Dear baby number 2
Halo adek, Alhamdulillah sudah 39 week bersama dalam satu hembusan nafas, berjuang bersama.
Sudah bulan Juni 2023, semakin mendekati hpl, makin deg-degan. Nyaman banget emang perut ibook tu. Kaka Medina dulu juga mendekati hpl lahirnya.
Anaku, kapanpun waktunya kami sudah siap.
Semangat cari jalan keluarnya yah dek, kasih tanda. Ibu Ayah akan bersiap. Mari kita ciptakan moment melahirkan yang indah penuh ketenangan, yang nyaman, rileks, minim trauma, yang cepat dalam satu tarikan nafas.
Semoga Allah mampukan dan kuatkan kita melewati prosesnya ❤️

8 notes
·
View notes
Text
SANGAT MENGHARUKAN: PESAN ORANGTUA UNTUK ANAKNYA
Anakku.. suatu hari nanti, engkau akan melihatku tua renta, dengan polah yang tidak logis..
Jika hari itu datang, aku mohon berikan sebagian waktumu untuk memperhatikanku.. berikan pula sebagian kesabaranmu untuk memahamiku..
Saat tanganku mulai bergetar-getar, sehingga seringkali makananku jatuh ke dadaku.. saat aku tidak kuat lagi memakai bajuku sendiri.. maka hiasilah sikapmu dengan kesabaran mengurusku..
Ingatlah dahulu ketika aku bertahun-tahun lamanya mengajarimu hal-hal yang tidak bisa kulakukan di hari ini..
Jika aku tidak lagi rapi dan wangi, jangan salahkan aku.. Tapi ingatlah di masa kecilmu, bagaimana aku selalu berusaha menjadikanmu rapi dan wangi..
Janganlah mentertawakanku, bila engkau melihat aku tidak tahu atau tidak paham tentang perkembangan zamanmu.. tapi jadilah engkau sebagai mata dan pikiranku, agar aku bisa menutupi ketertinggalanku..
Aku dahulu yang mendidikmu, aku dahulu yang mengajarimu bagaimana menghadapi hidup ini.. Akulah yang dahulu mengajarimu apa yang harus aku lakukan hari ini, dan apa harusnya tidak aku lakukan hari ini..
Janganlah engkau bosan dengan lemahnya ingatanku, lambatnya kata-kata dan pikiranku saat berbicara denganmu.. karena yang membahagiakanku saat berbicara denganmu sekarang ini, adalah kebersamaanku denganmu saja.. Bantulah aku untuk mendapatkan keinginanku, karena aku masih tahu apa yang kuinginkan..
Saat kedua kakiku tidak patuh lagi untuk membawaku ke tempat yang kuinginkan, jadilah engkau sebagai seorang yang penyayang.. ingatlah bahwa aku dahulu menuntunmu berkali-kali agar engkau mampu berjalan.. maka janganlah engkau malu untuk menuntunku saat ini, karena nanti juga engkau akan mencari orang untuk menuntunmu..
Ingatlah, di umurku ini aku tidaklah menginginkan kehidupan sepertimu.. tapi sederhananya, aku hanya menunggu kematian.. maka temanilah aku.. jangan engkau campakkan aku..
Saat engkau ingat kesalahan-kesalahanku, ingatlah bahwa tidak ada yang kuinginkan darinya kecuali kebaikan untukmu.. maka, sesuatu yang paling baik yang engkau lakukan untukku saat ini adalah memaafkanku, menutupi aibku.. semoga Allah memaafkanmu dan menutupi aibmu..
Sungguh tawa dan senyumanmu masih terus membuatku bahagia seperti dahulu.. oleh karena itu, janganlah halangi aku untuk menemanimu..
Aku dahulu bersamamu saat engkau dilahirkan.. maka, hendaklah engkau bersamaku saat aku mendekati kematian..
Ya Robb, ampunilah aku dan kedua orang tuaku.. Sayangilah mereka berdua, sebagaimana mereka telah mendidikku (dengan kasih sayang) saat aku kecil..
Diterjemahkan oleh Ustaz DR. Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى
34 notes
·
View notes
Text
Seminggu kemudian.
Secara mengejutkan sore itu mobil kijang panter berwarna merah tua mampir di halaman rumah kami. Siapa ini tanyaku dalam hati.
Ketika mobil terbuka, ada dua bocah kecil keluar berlarian menuju rumah. Ah ternyata ponakanku kak Qirani serta Mas Ar. Mendadak sekali, tumben tidak berkabar.
"Assalamualaikum bulek Mahes" sapa ponakanku
"Terkejut yah kami datang, gak angkat telfon sih dari kamarin" sapa kakak ku sambil memeluk
Mahes masih berusaha mencerna dengan baik kejadian beberapa menit yang lalu. Kedatangan kak Qirani dan keluarganya.
"Ayah, Mahes belum tau kami akan datang?" tanya Qirani
"Mas Ar ada perjalanan dinas untuk bertemu client di Kota Jambi dan Padang, lalu menawarkan kami untuk ikut mudik mengunjungi rumah Ayah dan Ibu. Yah tentu saja kami menyetujuinya mengingat sudah setahun lebih tidak pulang kampung"
.....
Malamnya, kak Qirani menghampiriku, bercerita perjalanan belasan jam untuk sampai ke rumah ini. Dia menanyakan kabar dan kondisiku, aku diam sejenak menimbang apakah perlu menceritakannya.
Kedatangan mereka mungkin menjadi perantara dan rejeki tidak terduga bagiku.
Pelan-pelan aku mulai ceritakan kondisiku, rumah ini, hubunganku dengan Ayah dan Ibu, mimpi-mimpiku, semuanya aku sampaikan dengan hati-hati.
Kak Qirani diam mendengar dengan seksama, sesekali bertanya tanpa menyerang.
"Kita coba pelan-pelan diskusi ke Ayah dan Ibu, selagi aku ada di sini bisa bantuin untuk jadi perantara kamu dek. Bertahap saja, pelan-pelan kita buat obrolan yang santai tapi tetap terarah. Tapi satu hal sebagai pengingat mengharapkan orang tua berubah menjadi yang kita inginkan rasanya tidak mungkin. Jadi mari kita usahakan yang terbaik" Kak Qirani menyampaikan pendapatnya
Kerlap kerlip bintang menemani teduhnya malam ini, tampak bulan sabit yang samar-samar menunjukkan terangnya.
Hatiku terasa lebih tenang malam ini.
Terima kasih diriku yang sudah berjuang dan bertahan sejauh ini.
Terima kasih sudah mau memulai hidup kembali dengan menghidupkan mimpi-mimpi baru.
Aku hanya tidak mau menyesal karena tidak pernah mencoba, tidak pernah jujur, yang kemudian hari menyalahkan orang tua atas apa yang terjadi dalam hidupku.
Selalu ada harapan baik setiap harinya, semoga esok giliranku!
1 note
·
View note
Text
Maheswari (4)
Masih di meja makan keluarga
Kali ini Mahes tidak akan diam dan mengiyakan perkataan Ayahnya
"Mahes pergi untuk beberapa saat saja, tolong beri kesempatan dan kepercayaan kalian. Dua tahun dirumah tanpa melakukan hal apapun membuat Mahes stress. Ayah dan Ibu bahkan tidak pernah menanyakan perasaan dan keinginan Mahes dalam hidup ini. Ayah egois karena hanya memikirkan hidup kalian saja!" mahes melepaskan semua yang tertahan
Pertama kalinya dalam hidup Mahes berani mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan Ayahnya
"Nanti kau akan mengerti kalau sudah jadi orang tua, kenapa kenapa Ayah melakukan ini"
Jawaban Ayahnya untuk semua masalah, Mahes kesal. Selalu begini ketika diskusi dengan orang tuanya mentok, yang keluar pasti jawaban-jawaban sakti.
Bercerita pada Ibu? Ah sama saja keduanya, Ibu juga tidak akan bisa berbuat banyak, toh pada akhirnya semua keputusan di tangan Ayah.
...
Ingin rasanya buru-buru menggelar sajadah panjang, lalu bercerita dan berdoa pada yang Maha memiliki hidup ini, berharap pada orang tua pun rasanya tak berguna. Malang nian nasibku di dunia ini, apakah kehidupan akhiratku lebih bahagia? Tidak ada yang menjamin juga.
Mungkin akan berbeda perlakuan mereka kalau aku adalah anak laki-laki?
Pun kenapa begitu sulit sekali bisa berkomunikasi sehat dengan orang tuaku? Kenapa seperti tidak ada jalan keluar? Kenapa aku yang harus merasakan ini?
Jujur aku capek. Buntu. Support system terdekat yang pelan-pelan membunuh mentalku, mematikan hatiku!
Bersambung.......
1 note
·
View note
Text
Maheswari (3)
Jadi pengangguran benar-benar di level stress yang berbeda. Stress merasa gak berguna, stress beban orang tua, stress jadi bahan omongan orang, stress gak punya pemasukan, stress kalau ketemu sama teman-teman. Bodohnya ngapain aja selama dua tahun ini, menghabiskan waktu tidak melakukan apa-apa. Terlena dengan segala kenyamanan rumah, alasan klasik.
Anehnya kenapa Ayah dan Ibu santai banget melihat kondisi anaknya. Ya Allah aku bingung dan tak mengerti dengan diri sendiri.
Lalu kenapa aku setidak peduli itu dengan hidupku sendiri.
Mau sampai kapan aku hidup tidak memiliki arah dan tujuan seperti ini?
Butuh waktu beberapa malam merenungkan hal-hal yang sudah terjadi beberapa tahun kebelakang sambil merencanakan kembali tujuan hidupnya. Selama ini Mahes anak yang patuh, selalu mengikuti kemauaan orang tuanya. Kali ini dia akan meminta sesuatu.
...
Di meja makan keluarga
"Ayah, Ibu ada yang ingin Mahes diskusikan.
Setelah dua tahun pandemi dan Mahes dirumah alhamdulillah nyaman sekali bisa berkumpul menyaksikan dan mendampingi Ayah dan Ibu. Setelah pikir panjang Mahes perlu refreshing sejenak, melihat dunia bekerja hari ini, melakukan perjalanan bertemu banyak orang baru ataupun orang lama, sambil memikirkan kembali mimpi dan tujuan hidup Mahes."
Ayahnya terkejut mendengar permintaan Mahes
"Sudahlah ngapain begituan nak, gak perlulah itu di rumah saja temani kami." jawab Ayahnya tegas
Jawaban yang sudah diperkirakannya
Suasana meja makan hening dan menjadi tidak nyaman
Masalah hidupnya makin hari kian bertambah
Kenapa harus dia yang bertanggung jawab menjaga Ayah dan Ibunya di desa ini, sedangkan kakak dan adiknya bisa pergi kemana saja. Sungguh tidak adil.
Bersambung....
4 notes
·
View notes
Text
Maheswari [2]
"Kring-kring" telfon berdering
"Ya ampun setiap kita telpon bulek Mahes pasti di atas tempat tidur, enak kali ya hidupnya" celetuk kakaknya
Setelah lulus dari kuliahnya di Jakarta, Mahes sempat bekerja di beberapa tempat. Menjadi guru ngaji anak-anak dekat kosannya, admin di kantor akuntan publik, side job sebagai juru masak, coach menari traditional anak-anak TK-SD. Jadwal dari subuh sampai malam padat merayap, tapi dia melakukannya dengan bahagia. Yah karena pekerjaan seperti ini yang ia sukai, bukan yang berpakaian rapi dari jam 8-5 di kantor mewah bilangan Jakarta lalu bermacet ria rebutan tempat di kursi transjakarta atau comuterline
"Aku gak suka kerja di bawah tekanan kayak gitu, gak happy bawaannya, aku tau kapasitasku, you know lah ya kak" berulang kali dia sebut
Menjadi ASN, ah tidak tertarik sama sekali. Pegawai swasta apalagi, sedangkan pilihan pekerjaan di desa terbatas.
"Yaudah kau sendiri aja yang buat lapangan pekerjaan untuk dirimu sendiri" kakaknya mulai berceramah
"Aku udah punya beberapa ide dan lagi di tahap uji coba, tapi suasana rumah gak kondusif untuk melakukannya. Gak boleh kotor lah, gak boleh berantakan lah, gak boleh ini itu benar-benar rasanya ingin punya dapur sendiri!"
"Menunggu aku menikah dulu baru bisa memulai usaha? Iya kalau jodoh duluan, kalau kematian yang duluan menyapa ya wassalam bersiaplah kembali ke asal" nadanya semakin kesal
"Suntuk di rumah tuh, banyak hal yang rasanya gak perlu aku lihat atau dengar mau gak mau harus aku saksikan, tapi aku juga gak tega ninggalin Ayah dan Ibu di rumah dalam kondisi mulai menua. Tapi aku juga sulit berkembang di sini!"
Suara isak tangis pun pecah terdengar sampai kesini~
1 note
·
View note