Tumgik
tenderlyfyaa · 5 years
Text
pemilu usai
Bagaian mana dari “gemah ripah loh jinawi tata tentren kerta raharja” yang masih terpelihara pada bangsa kita? 
0 notes
tenderlyfyaa · 5 years
Text
Mengapa?
Mengapa pada hal-hal yang belum kita miliki, kita selalu memandang dan mengatakan bahwa ia lebih indah, lebih cantik, lebih menarik dari yang kita miliki?
Saat itu, saat kita merasakan hal tersebut. Alih-alih kita merasa punya semangat untuk mencapai tujuan, justru kita telah kalah dalam mensyukuri segala sesuatu yang menjadi nikmat kita saat itu. Syukur pada hal-hal yang telah kita miliki.
©kurniawangunadi
957 notes · View notes
tenderlyfyaa · 7 years
Photo
Tumblr media
I miss the journey of my motherhood when I was in Japan, it was my first couple of months of becoming a mother and I got really excited. I miss carrying lil Neil wherever I go, either for groceries shopping or sightseeing around our dormitory in Ichinoya, I always wear him with our ergonomics baby carrier my hubby bought us. It was the best time in my life, ever! I know I shouldn’t do this, crying almost every night just because I see my iphone screenlock and finding our picture when we were in Japan. I should be more realistic this time, but I am too pathetic to realize that we are no longer living there. Actually, I am a bit confuse what things do I miss the most? The experience of living in Japan or the ambience ? Whatever it is, I left some of my heart’s chunk there so that I can pick them up later. Bismillah, bi idznillah…
3 notes · View notes
tenderlyfyaa · 7 years
Quote
Being in a motherhood is not a magic, it is -indeed- a blessing
0 notes
tenderlyfyaa · 7 years
Photo
Tumblr media
Tidak Ada Pernikahan Yang Sempurna
.
No body is perfect, pun demikian dengan pernikahan.
dengan menikah, kita tidak sedang mencari kepingan kesempurnaan diri pada pasangan. tidak akan pernah kita temukan, sebab pasangan kita pun bukan manusia sempurna.
namun dengan menikah, kita bisa belajar menerima ketidak sempurnaan diri, dengan memiliki pasangan halal, kita bisa bercermin, bahwa miitsaaqan ghalizaa itu bukan untuk menyatukan ketidak sempurnaan sehingga menjadi sempurna, bahwa tali itu ada untuk menjadi jembatan, agar yang tidak sempurna, masih bisa berdaya, mengisi porsi masing  masing, dengan baik, tak perlu sempurna. cukup dengan baik. 
menikah itu, agar kita cukup. bukan agar kita ‘tampak’ sempurna.
0 notes
tenderlyfyaa · 8 years
Text
Ketika Al-Qur'an Menyinggung Soal Pakaian 'Busui-Friendly'
Tumblr media
Busui-friendly? Makhluk apakah itu? Untuk yang sudah pernah menyusui pasti sudah tak asing lagi dengan istilah tersebut. Mbak, Teteh, Kakak, yang suka belanja busana secara online juga pasti sudah terbiasa membaca istilah ini dalam deskripsi produk dagangan. Namun, barangkali ada yang belum tahu, mungkin Bapak atau Abang yang sedang baca tulisan ini tak familiar dengan istilah itu, saya jelaskan terlebih dahulu, ya. Busui adalah singkatan dari Ibu menyusui, sedangkan pakaian busui-friendly adalah pakaian yang bersahabat alias ramah bagi ibu menyusui. Ciri khas pakaian busui-friendly adalah memiliki kancing atau resleting di bagian dada. Dengannya, Ibu akan mudah untuk menyusui anaknya. Tak heran jika pakaian busui-friendly dapat disebut sebagai kebutuhan pokok bagi seorang Ibu. Di antara sekian banyak hal yang mesti dipersiapkan para Ibu agar sukses menyusui, pakaian ini tak boleh ketinggalan.
Lalu, apa persoalan pakaian ini? Apa hubungannya dengan Al-Qur'anul Kariim?
Dalam Quran surat Al-Baqarah ayat 233, Allah berfirman, yang artinya:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi rizqi dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah menderita karena anaknya. Dan ahli warisnya pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Ayat di atas sering digunakan sebagai dasar anjuran untuk menyempurnakan penyusuan hingga dua tahun. Namun, bukan hanya itu. Ayat di atas sebenarnya juga menggambarkan kondisi fisik dan psikologis, juga pembagian peran Ibu dan Ayah yang tengah berjibaku dengan kewajiban membesarkan bayinya.
Tumblr media
Memperhatikan Kebutuhan Ibu Menyusui
Perhatikan bagian, 
“Dan kewajiban ayah memberi rizqi dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.”
Kata “rizqi” oleh sebagian ulama diartikan sebagai “makan”. Kita tahu bahwa untuk menghasilkan ASI yang berkualitas dan banyak, seorang Ibu mesti mengonsumsi makanan yang bergizi tinggi, seperti sayuran hijau, daging, serta buah-buahan, dan makanan yang memicu munculnya mood positif (tenang dan bahagia) seperti cokelat dan pisang. Makanan bergizi tinggi penting untuk kualitas ASI yang bagus. Sementara makanan pemicu mood positif penting untuk kelancaran ASI, sebab produksi ASI akan bergantung pada suasana hati/mood Ibu, jika Ibu tenang, bahagia, lewat prosedur hormonal, insya Allah produksi ASI akan berlimpah.
Meski demikian, kata rizqi juga secara umum berarti nafkah. Artinya, bukan hanya makanan. Bisa juga termasuk : Terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman dan nyaman (misalnya terkait tempat tinggal dan kendaraan), kebutuhan akan kesehatan, dan lain lain.  Dan kewajiban tersebut dibebankan kepada Ayah. Artinya, persoalan menyusui pada hakikatnya bukan hanya tanggung jawab Ibu saja. Alquran secara gamblang menerangkan bahwa Ayah pun punya peran dalam menyukseskan pemberian ASI.
Selain itu, yang menarik, selain memberi rizqi/makanan/nafkah, dalam ayat di atas Ayah juga diwajibkan untuk memberikan pakaian. Mungkin ada yang bertanya-tanya, mengapa mesti pakaian? Mengapa pakaian disebutkan secara gamblang? Dan pakaian apa yang dimaksud?
Keep reading
220 notes · View notes
tenderlyfyaa · 8 years
Text
Single Moms
To all the single mothers out there, you can be brokenhearted (over the loss of your relationship) and still be a good mom. Being angry at your child isn’t going to undo the pain you feel. And if your son or daughter looks like [him], then this is your chance to raise a better version of [him]. Focus on doing better and one day you won’t see him in their faces, you’ll only see your child.
603 notes · View notes
tenderlyfyaa · 8 years
Quote
I think this family is about to.... . .
0 notes
tenderlyfyaa · 8 years
Text
"Masih Banyak Orang Baik"
Di masa ketika manusia menjadi semakin hedonis dan individualistis ini, mendengar kabar pengendara mobil menolong nenek yang sedang menyebrang, atau office boy yang menemukan uang di tempat sampah lalu mengembalikannya pada sang pemilik, atau jurnalis menyelamatkan seorang kakek dari banjir, seperti menemukan telaga di tengah gurun pasir.
“Masih banyak orang baik” adalah kalimat yang refleks diucapkan. Lalu terbit perasaan lapang yang menuntun hati untuk ketularan berbuat baik.
Indahnya pemandangan tolong-menolong. Dan Ramadhan ini adalah bulan saat di setiap hari, pemandangan indah itu bisa disaksikan. Saat sahur orang bersahutan saling membangunkan tetangganya. Menjelang maghrib masjid-masjid menggelar tikar dan berbagi ta'jil pada jemaah. Di jalan, para pengendara berbagi air mineral untuk berbuka.
Hati yang dingin pun menjadi hangat karenanya. Maa sya Allah!
Betapa agung cara Allah mengasah kepekaan jiwa sosial kita–yang mungkin sudah menjelang tumpul–lewat Ramadhan.
Itsar. Islam mengemasnya dengan nama itsar. Imam Al-Ghazali membagi itsar menjadi tiga level :
Level 1. Memperlakukan orang lain lebih rendah dari memperlakukan diri sendiri. Misalnya dengan memberikan makanan sisa, pakaian bekas, dll.
Level 2. Memperlakukan orang lain sama seperti memperlakukan diri sendiri.
Level 3. Memperlakukan orang lain lebih baik daripada memperlakukan diri sendiri. Teladannya adalah Rasulullah saw. dan para sahabat. Misalnya saat Rasul memberikan pakaian yang disukainya kepada orang lain.
Saya menjadi teringat soal perdebatan kecil di kelas perkuliahan psikologi sosial beberapa tahun yang lalu. Kiranya dosen sedang ingin menguji kemampuan analisis mahasiswanya lewat pertanyaan, “Apakah altruisme sejati itu ada?”
Apakah mungkin manusia menolong orang lain benar-benar dengan mengosongkan dirinya dari egoisme sehingga tak memikirkan dirinya sendiri dan berkorban sepenuhnya untuk orang lain?
Kelas terbagi dua. Satu kubu menilai altruisme sejati itu tidak ada. Saat berbuat baik, manusia berharap pada ganjaran seperti pahala, kebaikan dalam bentuk lain yang berlipat ganda, kemudahan urusan, dan lain-lain. Jika pun tidak berharap ganjaran, ia menolong karena tidak mau terjebak dalam perasaan bersalah karena tidak menolong padahal dia bisa melakukannya. Perasaan bersalah itu akan menghantui hatinya dan membuatnya tidak nyaman dan tenang. Jadi ujung-ujungnya tetap saja ada egoisme di dalamnya, ada kepentingan diri sendiri yang terselip di balik niatnya.
Kubu lain meyakini bahwa altruisme sejati itu ada, meski mungkin jarang ditemukan pada setiap orang. Ibaratnya, orang-orang yang mencapai altruisme sejati adalah orang-orang dengan ‘kasta’ dan derajat kemanusiaan tertinggi. Ia menolong tanpa sedikit pun memikirkan dirinya sendiri, benar-benar orang lainlah yang ia utamakan. Dirinya telah kosong dari bentuk-bentuk egoisme. Tak pamrih pada ganjaran apapun.
Saat itu saya termasuk pada kubu pertama. Saya sangsi pada kemurnian altruisme manusia. Saat itu, saya melihat lembaga-lembaga filantropi seperti lembaga yang menjadikan bencana dan penderitaan manusia dan alam sebagai komoditas bisnis saja. Tak usah heran, dulu saya negativistik sekali. Banyak mengkritik dan melihat sisi gelap sesuatu. Saat itu, menurut saya moral manusia sudah hancur.
Namun kini saya telah lebih positif memandang kehidupan sosial. Optimisme soal kemanusiaan di hari ini menggema di hati saya. Yap, saya optimis, masih banyak orang baik di dunia ini. Masih banyak orang yang memiliki altruisme sejati. Masih banyak orang-orang shalih yang menjadikan itsar level ketiga sebagai ‘trademark’ hidupnya.
Tak dapat dipungkiri, betapa pengaruh media mainstream sangat besar dalam menumbuhkan atau menenggelamkan optimisme. Terpapar berita-berita soal orang-orang baik agaknya akan membuat kita lebih positif dalam memandang hidup yang semrawut ini.
Dan saya berdoa semoga menjadi salah satu orang baik, dengan menggelorakan semangat saya pada perawatan, pemberdayaan, pencurahan kasih sayang kepada bayi-bayi dan anak-anak terlantar. Aamiin, insyaa Allah. 😊
112 notes · View notes
tenderlyfyaa · 8 years
Text
merasa ditolong
ternyata begini.
saat kita menolong orang, saat itu sebenarnya kita ditolong orang. kita diberikan kesempatan untuk berbuat kebaikan.
saat kita ditolong orang, saat itu sebenarnya kita menolong orang. kita memberikan kesempatan untuk berbuat kebaikan.
ditolong dan menolong sama-sama menolong dan ditolong. itulah mengapa Allah menyuruh kita untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan.
sayangnya ya, kita tuh lebih sering merasa menolong orang lain daripada merasa ditolong orang lain. ketika kita berniat menolong orang lain, kita lupa bagian bahwa di saat yang sama kita juga sedang ditolong.
yang akibatnya–kita suka lupa sama kebaikan orang yang bersedia kita tolong. lalu kita suka lupa bahwa jika kita berhenti melakukan kebaikan, berhenti menolong, bisa jadi pertolongan juga sedang berhenti menuju kita.
kita jangan ya. mending lebih banyak merasa ditolong daripada merasa menolong. mending lebih banyak merasa dimiliki daripada memiliki.
295 notes · View notes
tenderlyfyaa · 8 years
Photo
Tumblr media
0 notes
tenderlyfyaa · 8 years
Text
Barusan baca ada yg nulis soal pasangan ideal. Pasangan teladan yg sebaiknya datang dari orang tua kita sendiri, bukan artis atau selebgram yg mengumbar romansa rumah tangga nya kemana mana. Lalu aku terhenyak! Ada Neil Ayman, anakku... Kelak, apa yg ingin dia ambil ibrah dari perjalanan rumah tangga orang tuanya? Berapa banyak hal baik yg bisa ia contoh dari sosok ayahnya? Ibunya? Duh, Ayman... semoga ibunmu ini lekas sembuh dari penyakit melow nya, dan segera berbenah. Semoga Ayman melihat banyak kebaikan dari yayah dan ibun ya! Semoga nanti Ayman jd suami yg pengasih dan ayah yg penyayang. Tapi kayaknya ibun kejauhan ya mikirnya? Kan Ayman belom genap 5 bulan? ~,~
0 notes
tenderlyfyaa · 8 years
Quote
Aku berlindung kepada Allah atas ketidakpastian masa depan, dari keputusan yang keliru, dari perihnya kenyataan, pahitnya kekecewaan, dari hati yang berbolak balik, dari pengkhianatan manusia dan dari cinta yang salah
:)
5K notes · View notes
tenderlyfyaa · 8 years
Quote
Mengeja malam. Melepas pagi.
0 notes
tenderlyfyaa · 8 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Kalau cinta bisa di eja, maka aku akan mengeja cinta sebagai Neil Ayman, anak lanangku.
0 notes
tenderlyfyaa · 8 years
Quote
Ada yang tiba tiba pecah. Retak.. rapuh... hati.
0 notes
tenderlyfyaa · 8 years
Photo
Tumblr media
No matter how far you will go, I'll be your best partner dear son..
0 notes