Tumgik
tepasalira · 2 years
Text
Asa Untuk Jingga
Perlahan kugulirkan jemari di atas layar gawai. Menelusuri setiap tulisan yang pernah kubuat, mendalami setiap perasaan ketika aku menulisnya. Asing. Namun juga menenangkan.
Seperti melihat kembali pendar lampu jalan di rumah masa kecil. Kutipan-kutipan yang kusukai dan tumpahan isi hati yang mempertanyakan kemana arah takdir menuntun?
Jauh di tempatmu saat aku belum menemani, kau sibuk merindu ‘rumah’ yang telah pergi lebih dulu. Lega kudapati saat akhirnya kita bersua untuk meretas sepi bersama sebagai jawaban dari masing-masing doa.
Perjalanan ini bukanlah hal yang mudah, mulanya kita hanya berbincang ketika jalan mulai lengang dan orang-orang telah terlelap. Bercerita sesekali tertawa sembari menghitung hari untuk berjumpa melepas rindu.
Terselip ketakutan yang kukemas sendiri karena kegagalan masa lampau. Namun, kamu mengajariku segudang sabar dan berusaha memperpendek jarak demi menebas kecemasanku yang tak berdasar.
Seperti namamu, kau adalah Asa yang memberi kembali semburat warna Jingga dikala kanvas hidupku memudar kelabu.
Tuan, sungguh kamu adalah cukup. Aku akan menjadi manusia pertama yang memujimu karena paras, suka, maupun dukamu. Rumah aman untuk membuatmu bertumbuh hingga habis usiamu.
Jadi Tuan, jangan kau merasa rendah diri pada apapun keterbatasanmu. Di dalam hatiku sudah terpatri bahwa :
“Mencintaimu sebagai pasangan halal adalah pekerjaan takwa yang jika Allah SWT menghendaki, cinta ini akan diberkahi sampai ke surga”
10 notes · View notes
tepasalira · 2 years
Text
-
Kadang Ibu lupa bahwa aku juga anaknya,
Anak bertubuh kecil dengan kelainan di tulang belakangnya.
Senin sampai minggu tiada berhenti kerja,
Di hari panas, hujan, dan lumpur seperti pria.
..
Aku mungkin tidak segagah anak laki-laki yang membanggakan,
Katamu aku tak bisa diandalkan?
Segala yang kupunya telah kuberikan,
Tanpa tersisa satu apapun di badan.
..
Aku bungsumu, sepenanggunan, dan belum pergi,
Apakah baru menjadi kecil ketika ingin berpikir sendiri?
Di waktu lain, aku menopang beban sementara dia kau bebaskan dari tugas ini,
Hanya karena aku bukan laki-laki.
..
Demi Tuhan aku ikhlas, walau tak pernah kau rasa,
Betapa berdarahnya hati ketika aku selalu kedua,
Aku yakin akan ada waktu aku mampu memberi apa yang diminta.
Dan kau menghargainya.
...
0 notes
tepasalira · 3 years
Text
Qadaruallahu Wa Masya’a Fa'ala
25 hari menjelang 2022
60 hari menuju 26
Akhir-akhir ini perasaan saya sedang tidak menentu karena terlalu tenggelam di berita-berita yang menguras energi. Jadi, saya mau mampir sejenak di sini. Di laman yang hanya saya singgahi ketika perlu menenangkan diri.
Hai, kawan lama!
Hidup kadang lucu-lucu menyebalkan, 2020 rasanya lama sekali karena bergumul dengan perasaan dan kekosongan yang tiba-tiba. Menanti kapan hari-hari kelabu akan berganti sambil mengisi waktu dengan hal-hal yang bisa membahagiakan. Yup, fake it until you make it.
It is really hard but finally I made it.
Namun, 2021 terasa cepat karena aktivitas dadakan, menanti hari-hari tertentu datang, menghabiskan nyaris setiap hari dengan my plus one, dan yang pasti memutar kepala sampai akhir bulan. Hampir tidak ada hari sendiri dengan hanya saya dan isi kepala. Pergumulan tetap ada namun kali ini berbeda jika di 2020 saya mengalami kekosongan hati, di 2021 saya mengalami kekosongan dompet. Hehe.
Pandemic is bad but adulting is the worst.
Cepat maupun lambat, saya menyadari bahwa tahun lalu atau tahun ini saya kurang berdamai dengan waktu. Saya berharap-harap cemas untuk besok datang lebih cepat atau lebih lambat sehingga saya jadi kurang mengapresiasi detik demi detik yang diberi Allah SWT.
Saya mulai belajar mencoba menikmati waktu dan meninggalkan berita-berita yang kurang baik alias only good vibes allowed dan mengunggah yang santai sambil berharap bisa mengurangi gundah. Tahun ini saya juga melakukan hal yang Jingga sebelumnya tidak bisa lakukan: memegang kendali haluan atas perilaku orang lain.
Apresiasi kepada my plus one karena dorongannya!
Akan berakhir bagaimana? Belum tahu. Lembar Ensiklopedia Jingga 2021 akan habis dan akan memulai edisi baru di tahun depan. Insyallah. Mau baik atau buruk semoga bisa saya urungkan penyesalan. Sambil terus mengingat pesan Allah:
Qadaruallahu Wa Masya’a Fa'ala (Ini sudah takdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki Dia perbuat)
0 notes
tepasalira · 4 years
Text
Saya tak berharap semua akan selalu sebaik ini di depan
Tapi, mari kita saling menjaga dalam kebaikkan.
Saya belajar banyak dari masa sebelummu
Hingga menemukan diri sendiri yang saat ini di depanmu
Semoga jarak hanyalah perpanjangan tangan rindu
Bukan lagi penyebab hati yang perlahan membeku.
Semoga tangan yang tak bisa mengenggam
Digantikan doa baik di setiap malam.
1 note · View note
tepasalira · 4 years
Text
Seperti Kemarau
Kemana pun terhembus, aku tak ubahnya hawa kering yang meredupkan.
Bukan salahku memang, tapi tetap karena aku.
Kesalahan satu-satunya adalah aku itu sendiri. Eksistensiku.
Di awal terlihat memberikan binar, namun jika diselami lebih dalam aku hanyalah malam tanpa pijar.
Jingga? Bukan. Aku hanyalah gadis selepas senja karena selain gelap, tak ada lagi yang terpancar.
Merasa berlaku baik, namun aku hanya angin kering yang berhembus kesana kemari.
Menjustifikasi luka dan meniupi hati-hati luka lainnya tanpa tahu diri.
Hah.
Kamu paling tahu sakitnya, tapi kamu justru melakukannya pada orang yang datang dengan sederhana.
Terluka tapi berani menyuka.
Kemudian, mencoreng usahanya.
Apa bedanya aku dengan orang yang memberiku luka?
Tidak ada.
Aku hanya akan meninggalkan bekas yang sama.
1 note · View note
tepasalira · 4 years
Text
Selamat patah lagi!
Selamat tapi tetap semangat!
Karena kamu tidak boleh bersedih
Kalau sedih akan terus sakit
Kamu harus sehat dan cepat hilang virusnya.
Bagaimana caranya bahagia ketika sakit dan patah hati? Ketika tidak bisa bertemu dengan keluarga di hari yang seharusnya hari paling bahagia kami?
Tidak tahu.
Itu urusanmu dunia hanya mau tahu kamu semangat, bangkit, dan tidak stress.
Jangan jadi toxic dan terus berkeluh kesah. Kamu akan menyakiti orang di sekitarmu.
Caranya?
Sekali lagi, tidak tahu.
Cari tahu sendiri. Di ruangan terkuncimu itu.
Tidak ada yang bisa hadir kecuali diri sendiri.
Pokoknya sehat-sehat ya, Jingga!
0 notes
tepasalira · 4 years
Text
Jangan Takut Menangis
Saya percaya kekuatan dari luka-luka yang saya bawa bisa menguatkan saya untuk melalui masalah di depan. Segala sesuatu pasti ada SWOT nya kan? Strength, Weak, Opportunity, and Threat. Pasti ada resiko untuk segala hal. Dan kegagalan menuntut kita untuk bisa menganalisis sesuatu sebelum memulai.
Call me pessimistic, but I think this is how I analyze the SWOT inside others. Saya harus tahu apakah sesuatu itu worth the hype?
Apakah saya adalah yang mau diusahakan atau hanya satu dari sekian banyak yang ditebar?
Apakah saya layak mendengar cerita-cerita itu?
Apakah di suatu hari saya akan berakhir dibandingkan? Lagi?
I'm obsessed to know.
Sebelum jauh saya akan meragukan segalanya. Akan mencari tahu bagaimana gambaran akhirnya.
"Jangan takut menangis" kata seorang teman.
Tidak apa-apa kalau sekarang hanya setetes dua tetes. Lalu kita usap dan diberhentikan sebelum tetesan tersebut menjadi aliran yang akan susah untuk berhenti. Lagi.
0 notes
tepasalira · 4 years
Text
Semangat Para Pejuang
Andai kali ini Jingga kembali membiru
Temu berujung memeluk sedu
Patah baru, rasa menjadi tak perlu
Aku akan berusaha sekeras perunggu
...
Menunggu sesuatu akan datang
Meskipun kamu atau dia tak pulang
Tak apa, tak harus sekarang
Pejalan akan terus berjuang, meski banyak kalah setiap bertemu perang
0 notes
tepasalira · 4 years
Text
Sebelum Jauh
Aku harap tak ada yang patah karena tiangnya terlalu rapuh
Aku harap tak ada yang sembarang tumbuh karena ternyata hanya ilalang liar
Aku harap tak ada mendung karena cerahnya tak sungguh-sungguh
Aku harap tak ada saja jika untuk sekedar-sekedar
...
Aku takut, bahkan untuk bergerak sedikit saja
Sebelum jauh, aku tak mau tersesat tanpa tahu ini kemana.
0 notes
tepasalira · 4 years
Text
Undo
Sudah beberapa kali rasanya bilang kalau terlalu tua untuk berada di fase
Kenalan-mencari topik-mikir-ngga enak-merasa kurang asik-mikir lagi
Atau kurang lebih seperti itu. Lebih ngga serunya kalau undo ke fase ini bukan karena kamu ingin. Tapi kemudian teringat perkataan Patrick Star :
"Hidup ini memang tidak adil. Maka biasakanlah dirimu!"
Supaya sadar diri. Mau ngga mau suka ngga suka ya, harus kembali. Ibaratnya kaya pas masuk ke petak ular di permainan ular tangga.
...
Jadi, biar tidak berlarut dalam keresahan coba kita buat daftar keuntungan dari situasi ini:
Kenal banyak orang syukur kalau bisa jadi relasi
Mengenali sifat awal kaum Mars (yang ternyata beda-beda)
Banyak reserach : how to be a talkative human being
Belajar mengaktifkan sensing yang kayanya udah mau padam ini
Melihat peluang?
Belajar mundur
Apakah daftar di atas membantu? Tidak juga sih, tapi ya mari ingat lagi perkataan Patrick Star. Perlu diulangi? Iya, biar terbiasa :
"Hidup ini memang tidak adil. Maka biasakanlah dirimu!"
Tumblr media
1 note · View note
tepasalira · 4 years
Text
Porsi
Ini hanya akan jadi cerita tanpa solusi. Karena jingga bukan Bu Tedjo. Hehe.
Beberapa hari yang lalu, saat berselancar di twitter aku menemukan gambar yang seharusnya lucu
Tumblr media
Cuitan yang dituliskan untuk foto ini adalah :
"Me opening up to people"
Spontan aku langsung menyukai cuitan ini karena menurutku ini "Gila ini aku banget!"
...
Sepanjang ingatanku aku tak pernah begitu terbuka tentang segala hal. Pada siapapun.
Aku tidak pernah membahas masalah keluarga di depan teman bahkan sahabat sekalipun karena bagiku jika itu masalah itu adalah aib yang harus dijaga.
Aku tidak pernah membahas masalah pekerjaan di depan keluarga karena aku tidak mau mereka sungkan menikmati hasil keringatku.
Apalagi dengan rekan kerja banyak sekali hal yang aku batasi dan kututupi benar-benar hanya urusan profesional.
Namun, ada satu. Hanya satu orang yang nyaris aku bagi semuanya tentang keresahanku dari tiga aspek tersebut. Tapi terkadang aku berhasil menutupinya dengan tameng kedewasaan yang baru berapa tahun silam aku kenakan.
Aku sudah besar. Katanya.
Hingga aku bagikan satu keresahan terakhirku agar dia tidak berpikiran bahwa aku sudah besar. Tentang ketakutanku berada di dunia orang yang sudah besar. Tentang keinginanku yang gila.
Terlambat. Dia bilang tidak mau dengar lagi. Dia bilang tidak bisa bantu. Dia beranjak, tak mau lagi duduk di sisi kananku.
Padahal katanya aku sudah banyak membantunya
Padahal katanya dia ingin merasa dibutuhkan
Sesaat setelah kubagikan kelemahan terakhirku padanya, aku merasa seperti puing. Tanpa sisa.
...
Maaf ya, kalau aku terlalu cepat besar. Kemarin dia bilang suka padaku karena aku anak yang sudah besar, punya teman, bisa sendiri, atau bantu dia.
Nyatanya sekarang dia butuh yang masih kecil. Seperti aku dulu? Yang dia bilang tidak suka sifatnya? Atau mungkin butuh yang lain saja?
...
Seperti yang kubilang di atas, cerita ini tanpa solusi.
Hanya di sini aku bisa menuliskan keresahanku tanpa takut dihakimi.
Aku akan baik-baik saja di hari biasa dan di sosial media lainnya. Atau setidaknya aku terus bersugesti seperti itu.
Namun sering ada hari dimana aku tidak.
Ada hari dimana rasa tidak aman ini muncul.
Bukankah kita harus menerima kekurangan dulu baru bisa menemukan orang yang mau menerima kurangnya kita? Katanya cinta itu tentang mencintai kekurangan? Dan aku sendiri belum bisa mencintai kekuranganku apalagi yang sudah dia dan mereka lihat.
...
Tapi jingga, perlahan aku tahu kamu bisa!
Biar yang kelabu di sini saja, di tempat lain jingga tetaplah ada warnanya. Seperti kata-kata bijak :
Heal in private, shine in public
Aamiin. Semoga.
3 notes · View notes
tepasalira · 4 years
Text
maybe (just maybe) all this chaos wouldn't have happened if I was prettier
0 notes
tepasalira · 4 years
Text
Kurangi mencari tahu kalau hanya untuk mendebat. Bukankah adab lebih dulu baru berilmu? Kalau mau menggunakan kefasihan hanya untuk memelintir opini orang lain, sebaiknya tak perlu susah-susah mampir di sini. Tiap-tiap kita tidak berjalan di sepatu yang sama. Tak perlu menelisik pun mencoba menelaah hal yang di luar segmentasimu dan berujung menginjak-injak alas kakiku.
Seorang bijak pernah berkata :
"The key of 'well' living with another human being aint communication, but comperehesion"
Seumpama narasimu cukup baik bagimu, tak perlu menggerus narasi lain yang berbeda pemahaman.
0 notes
tepasalira · 4 years
Video
youtube
Earworm Song
An appreciate post shout out to my favorite songs from Grrrl Gang - Bathroom & Thrills.
Ini dua lagu yang dibuat dalam satu music video atau istilahnya double single. Terima kasih kepada kittendust a.k.a Fatia Izzati gara-gara postingannya di instagram story tiga tahun silam aku jadi mengenal band indie asal Yogyakarta ini.
Dua lagu ini sangat terpatri di telingaku. Dari 2017 sampai sekarang. Beberapa kali ganti handphone dan laptop selalu ada dua lagu ini di playlist. Kurang tahu juga kenapa. Musiknya mungkin? Karena kalau liriknya tidak begitu relatable. Atau karena dua single ini digabung jadi satu dan bisa menjadi backsong yang pas untuk music video mereka yang di awalnya slow kemudian upbeat.
Bertahun-tahun band santai ini jadi konsumsi pribadi, terkadang aku bicarakan sambil lalu kepada beberapa teman. Yang tidak aku tanya lebih lanjut juga mereka mendengarkan atau tidak. Balik lagi sih selera.
Tapi, rasanya hari ini ingin membagikannya di sini. Aku bukan pemusik dan buta nada, tapi dua lagu ini -setidaknya untukku- cukup bagus untuk didengar.
1 note · View note
tepasalira · 4 years
Text
Pesan untuk Jingga
Tahukan?
Manusia selalu hidup dalam pilihan sedari awal membuka mata.
Mau bangun jam berapa? Jam 5 boleh agar dapat menunaikan kewajiban, jam 4 lebih boleh karena dapat menunaikan sunnah yang disukai yaitu salat Fajr.
Mau sarapan apa? Nasi, bubur, roti? Atau puasa aja ya, hari ini?
Mau kerjain apa dulu? Survey lapangan atau selesaikan data?
Dan lain lain.
Jalan yang kamu ambil sadar atau tidak bisa menyimpang ke sesuatu yang baik atau buruk. Padahal bagaimana bisa tahu kalau akhirnya seperti itu? Bagaimana tahu itu ending-nya hitam atau putih? Bukannya kamu ketemu banyak warna?
Lihat yang mendekati warnanya, kalau ketika dijalani kelabu kedepannya akan gelap. Kalau dijalani rasanya merah muda atau kuning bukankah besok akan terang?
Masih susah juga..
Coba pendekatannya pakai ilmu dari Sang Pemilik Semesta. Kamu islam. Kata agama, Dunia bukan prioritas utama namun tempat menjadi hamba-Nya. Cara menghamba pada-Nya itu dengan menjalankan ibadah-Nya.
Dimana tujuan ibadah itu ada dua: Habbluminnallah, Habbluminannas. Vertikal pada Tuhan dan horizontal pada sesama. Ciri manusia yang baik ibadahnya, berarti ia dapat menjaga hati sesamanya.
Apa yang dijalani sebisanya berdasarkan dua tujuan tersebut. Jadi, apabila sampai ke titik apa yang terasa menenangkan berarti itu ridha Surga, yang dimudahkan urusannya sama sesama bisa jadi itu dibukakan jalan oleh Pemilik Semesta.
Wallahu'alam.
Jadi, saat sekarang dihadapkan di simpang jalan kamu mau pilih yang mana?
Dari tadi ngomongin simpangan sampai lupa kalau sekarang juga kamu lagi ada di jalan yang ngga kamu pilih. Hayo, gimana? Luka-luka kan sekarang? Sudah berhenti berapa lama?
Pelan-pelan aja, ya.
Karena selain simpangan ada juga jalan menanjak.. pasti susah untuk melihat apa yang ada di atas. Makanya, di ilmu geometri jalan kamu belajar menentukan jarak pandang henti. Itu lho, jarak minimum yang pas untuk berhenti dan melihat halangan di depan. Tantangannya kamu harus bisa merekayasa jalan itu dengan pilih kontur yang lebih landai, kualitas material, dan pasang rambu untuk preventif.
Sulit, ya? Berarti kamu harus persiapan yang banyak biar bisa nanjak.
Apapun bentuk jalannya akhir itu bukan tujuan. Proses itu perlu kok, di perjalanan cari yang minim risiko. Karena kalau tabrakan celakanya sama-sama.
Dan ingat apapun yang terjadi pilih sehat dulu.
1 note · View note
tepasalira · 4 years
Text
Nilai
Tulisan ini akan jadi tulisan tergelap yang pernah aku buat
Aku anak dengan ragam kekurangan. Semakin semua kucoba semakin aku tahu bahwa aku menggambar acap tak terlihat indah, menulis acap tak terbaca, menyanyi banyak sumbangnya, bermusik banyak salah nada, dll. Apalagi ya, yang belum kucoba? Belum lagi ada hal-hal yang tak bisa kuhindari melekat di diriku hingga membuat titik 0 ku berbeda dengan 0 kawanku.
Hingga, sedari dulu aku merupakan pejalan pelan namun pasti, mengikuti, dan berusaha lebih agar tetap pada jalur yang ada. Kalau di jalur saja harus berusaha lebih bagaimana dengan ingin mendobrak lebih tinggi?
Yak, dapat dilihat di paragraf atas aku anak yang pesimis. Tapi bagiku hal tersebut realistis. Tak mencoba mencari lebih karena bagiku rata-rata itu juga anugrah. Tak pernah banyak meminta karena tahu sudah cukup membebani. Berada di jalur yang ada pun itu privilege yang tak dimiliki semua orang.
Meskipun hal ini bisa jadi dipermasalahkan orang lain. Karena terlihat terlalu menjemukan. Mengapa begitu pasif? Bukankah pertahanan terbaik dengan menyerang? Mengapa energimu begitu datar? Bukankah degup itu naik turun?
Aku sadar aku mematikan ritme.
Namun bagiku yang,
Agar terlihat memiliki aku harus menyimpan lebih sering. Berhasil. Aku terlihat seperti gadis pada umumnya, suka belanja.
Agar terlihat mengerti aku harus belajar sampai mimisan. Berhasil. Sistem imunku bekerja dengan baik jadi sejak masa kuliah, aku tak pernah mimisan lagi.
Dan kerikil demi kerikil mengantarkanku untuk memilih nilai "tidak menjadi egois"
Karena untuk menjadi rata-rata saja aku harus merangkak agar bisa di posisi yang sama dengan lainnya. Aku tak mau menyusahkan mereka yang di sampingku jika harus tertinggal. Jadi, egois bukan pilihan.
Karena bisa jadi mereka juga jiwa luka sepertiku hanya dibalut dengan perangai berbeda. Jadi, egois bukan pilihan.
Sahabat pernah menulis di sosial medianya beberapa waktu lalu
lebih nyaman bersama dengan orang yang terluka sebab mereka tahu artinya melukai ...dan semoga kita selalu punya kekuatan dan waktu yang cukup untuk slalu bersama melakukan yang kita sukai tanpa merugikan sesama.
Mungkin di ujung hari aku meringis perih tenggelam menyaksikan diriku menjadi biasa saja tak terlihat, tak teringat, tak teramat sangat. Aku terlukai. Namun, setidaknya aku bukanlah sebab pilu untuk jiwa-jiwa lain yang sama lukanya.
Semoga.
2 notes · View notes
tepasalira · 4 years
Text
Putri Badai
Pelaut harus bisa menyeimbangkan kapal ketika badai datang, caranya? Dengan menstabilkan setir kapal sebaik-baiknya.
Tetap diam sambil pegang setir agar seimbang tidak rumpang. Namun, tak bergerak di situasi itu.. sangat sulit. Tapi ini adalah usaha terbaik untuk menstabilkan kapal. Meskipun jika akhirnya kapten kapalku tenggelam di dalamnya. Dan berkata setelah tenggelam dan melihat pusara badai, ternyata indah pun mematikan. Aku? Harus tetap diam di kapalku menyelamatkan benda yang sudah rongsok ini agar tetap sampai pada tujuan utamanya. Daratan.
...
Dalam lautan yang kita sebut kehidupan acap kali dikonfrontasi untuk mendatangi badai. Lalu apa? Saling tampar dengan badai itu?
Tanda bahwa manusia dapat menjadi pelaut yang baik bagi hidupnya itu bisa berdebat selama itu masih dalam situasi yang kondusif. Namun, jika situasi menjadi tak terkendali dan subjektif saat didebat harus bersikap sebaliknya. Tenang dan seimbangkan kapalnya
Untuk yang sedang diterpa badai, sungguh tak mudah untuk tetap diam dan tenang dalam kondisi ini karena memang hati manusia itu seperti kapal kadang terombang-ambing. Ingat kembali tujuan utamanya adalah daratan bukan badai.
Ada sepotong ayat yang bisa diingat kala tidak tenang:
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang" - Q.S Ar-Rad : 28
0 notes