tirarosalia
tirarosalia
kuRa-kuRa
16 posts
Selamat mampir di tempat pembuangan isi kepala :)
Don't wanna be here? Send us removal request.
tirarosalia · 5 years ago
Text
Arti mimpi
Katanya mimpi itu cuma bunga tidur, atau karena kita terlalu memikirkan seseorang. Tapi pernah suatu ketika, aku tidak memikirkan orang itu, tapi aku memimpikannya.
Beberapa bulan yang lalu aku memimpikan sahabatku, namanya Ida. Dia cantik, asalnya dari Manggarai, Flores. Aku jarang komunikasi dengannya karena kesibukan masing-masing. Biasanya aku komunikasi dengan sahabatku yang lain, Gungde atau Juli. Tiba-tiba suatu malam aku memimpikan Ida, aku agak lupa bagaimana isi mimpinya. Bukan mimpi buruk, bukan juga mimpi indah, hanyaseperti momen saat kami menghabiskan waktu berdua.
Aku chat Ida. Katanya dia tidak apa-apa. Nanti ada yang mau diceritakan. Kita lama tidak berkomunikasi lagi setelah kejadian itu. Sampai sebulan kemudian, aku mendengar kabar dari Ida sendiri saat video call bersama kelima sahabatku yang lain. Ida hamil. Ini kabar bahagia sekaligus mengejutkan bagiku. Kata Ida, keesokan harinya setelah aku memimpikannya itu adalah kali pertama ia tahu bahwa ia hamil. Aku butuh waktu beberapa hari untuk percaya, syok, kaget, menangis bingung saat Ida akhirnya menceritakan sendiri kepadaku.
Soal mimpi ini terjadi lagi sekitar bulan lalu. Aku memimpikan mantan (ehem) pertamaku. Ya, kami masih komunikasi hingga saat ini. Ia masih sering bertanya kabarku dan asmaraku. Sebulan sebelum mimpi itu, aku membahas tentang kesalahpahaman mengapa kami putus 7 tahun yang lalu. Haha, terlambat memang. Lalu ia bilang bahwa tidak mungkin kami bersama lagi, ia tipe orang yang jika sudah dibuat kecewa tidak akan mau mengulang kembali. Aku marah, pada diriku sendiri. Aku sama sekali tidak mengharapkannya begitu besar. Ya aku tahu bagaimana sakitnya sebuah pengharapan. Tetapi dengan ia yang masih bertanya kabar, sedikit timbul keinginanku menebus rasa bersalahku di masa lampau. Walaupun aku ga yakin apakah dengan kembali bersamanya, bisa menebus rasa bersalahku.
Lah kok malah jadi curhat.
Jadi, aku tanya ke dia apakah ia baik-baik saja. Ia bilang, "Tidak apa-apa. Mungkin hanya kangen."
Aku menjaga jarak lagi dengannya. Ada beberapa prinsipnya yang membuatku tidak yakin apakah aku bisa jika kembali bersamanya seumur hidup. Apalagi ia sudah bilang begitu. Tapi di sisi hatiku yang lain, aku masih mengingat seberapa baiknya dia. Seberapa bersalahnya aku. Rasanya ingin mengulang kembali, tapi ada hal yang membuatku ragu. Entah apa.
Sampai pada hari ini, ia berkata bahwa ia dalam proses akan menikah. Alhamdulillah. Hanya itu saja yang bisa kuucapkan. Lalu aku sedikit menyesal kenapa sih pake pacaran segala hahaha. Ternyata gini ya rasanya melihat orang yang pernah kita sayangi dan menyayangi kita, lebih dulu menemukan teman seumur hidupnya.
Ada rasa aneh yang engga bisa diungkapkan dalam hati. Dia baik, tapi mungkin bukan yang terbaik. Makanya Allah tidak kasih jalan kita buat bareng². Gitu deh pokoknya.
Semangat menanti jodoh ya. :)
Ngomong sama diri sendiri ini. Haha
Sukoharjo, 2 Juni 2020
5 notes · View notes
tirarosalia · 5 years ago
Text
Aku lagi semangat-semangatnya bikin masakan, yang tentunya aku suka. Ya mungkin karena pandemi ini jadi engga bisa jajan sembarangan.
Minggu lalu aku pulang ke rumah, karena mau Lebaran. Buka kulkas lalu sedikit berfikir,
Kok rasanya freezer agak longgar? Seperti ada yang hilang. Apa ya? Kenangan sama dia? Engga kusimpan disini loh padahal. Soalnya sampe sekarang masih susah lupa :(
Setelah aku cek, hmm ternyata udang dan ikan tuna sisa bikin sushi kemarin tidak ada. Engga boleh suudzon, gitu aku ngomong sama diri sendiri. Tanya ibuk, ibuk bilang tidak tahu. Tanya Andin, mungkin dibuang sama Ibuk katanya. Soalnya kemarin freezer dipakai buat nyimpan ayam 3 kilo yang hari ini sudah ada di panci opor. Tanya mbakku, mbakku ndak tau. Sudah pasti lah ini, hmm sedih lah akuu. Udang yang masih sisa sekitar 10 ekor, dan tuna sekilo dibuang begitu saja. Padahal mau kupakai bikin sushi lagi minggu depan. Sushi matang ya, engga berani kalau mentah.
Tanya ke mbakku bukan solusi ternyata, tapi memperkeruh keadaan. Seperti watak mbakku yang keras, Ibuk langsung ditegur seketika itu juga. Kata mbakku, biar engga kebiasaan. Aku agak engga setuju sih, karena engga gitu cara ngomong sama orang tua. Apalagi yang udah 70 tahun dan daya dengarnya berkurang seperti Ibuk. Ibuk keras, mbak lebih keras. Batu ketemu batu. Duh, salah nih akuuu.
Ya pengennya ikhlas, tapi namanya manusia pasti ada aja sebentar rasa engga terima. Iya kan? Manusiawi kan? Iyain deh. Tapi kecewaku bentar kok. Sambil pelan-pelan dilupain kejadiannya, biar engga jadi beban. Apalagi lagi puasa gini, mesti sabaaarr.
Gimanapun, namanya orang tua sesalah apapun ya itu orang tua kita. Gitu kan ya? Kalo kata guruku, bilang "Ah" ke Ibuk aja udah dosa, apalagi marah-marah. Pelan-pelan belajar, dulu susah banget emang tapi semakin kesini semakin gampang kok. Bismillah
Surakarta, 23 April 2020
0 notes
tirarosalia · 5 years ago
Text
Tentang seorang perempuan yang haus kasih sayang sosok seorang Ayah. Jangan terlalu menyayanginya, karena ia akan lebih besar menyayangimu di luar perhitunganmu. Jika kau hanya berniat sementara, jangan tinggalkan kenangan manis untuknya. Karena setelah kau pergi, kenangan itu akan jadi luka paling dalam. Lebih dalam dari luka yang ia bawa sebelum kau datang dan menutupnya dengan kasih sayangmu.
Seharusnya biarkan saja ia berdamai dengan luka itu. Sambil kau pastikan apa kau mampu membantunya baik-baik saja bahkan setelah kau tak lagi mampu di sampingnya
0 notes
tirarosalia · 5 years ago
Text
Wkwk pengen sekali share ini ke mereka euy
“Cuma mau ngasih tau, di setiap ‘Aku Sayang Kamu’ yang dia ucapkan untuk kamu itu, pernah juga dia ucapkan untuk saya. Dan asal kamu tau, sebanyak apapun dia pernah mengucapkan itu, pada akhirnya dia tetap pergi meninggalkan saya. Cuma mau ngasih tau aja.”
— (via mbeeer)
1K notes · View notes
tirarosalia · 5 years ago
Text
Season 2, kata Gungde
Aku jatuh lagi ke lubang yang sama. Salahku memang, tidak kupungkiri. Saat kemarin beberapa temanku mengingatkan kubilang, "Tak apa, aku kuat kok. Aku tahu kondisinya. Aku tak akan jatuh lagi, hanya mencoba pelan-pelan mencabut rasa ini darinya."
"Tak mungkin. Rasa kalian akan semakin menguat kalau kau masuk lagi ke permainan ini. Sudah hukum alam. Bukan dia yang rugi, karena saat kau ditinggalkan dia akan kembali kesana. Dan kau? Sendirian."
"Jika itu terjadi lagi aku pastikan aku kuat."
"Terserah kalau itu maumu."
Sebulan berlalu. Dia menemaniku menyembuhkan segala luka yang lain. Dia ketergantungan, aku juga. Janji manis itu terucap lagi, lebih meyakinkan. Semua kebohongan itu terlontar lagi, seakan bahwa aku satu-satunya dan ia tak ingin ku pergi. Sampai akhirnya hal yang sama terjadi lagi. Entah karena sebuah tanggungjawab atau komitmen yang lebih kuat dan lama dibuat, aku kalah telak. Usahaku untuk membuka semua kebohongan, menjadi boomerang untukku sendiri. Pisau yang kupakai untuk menerangi jalan kami bertiga menusuk dadaku sendiri. Sesak.
Aku tahu, perempuan yang disana pun juga sakit. Tak bisa dibandingkan siapa yang lebih sakit. Beruntung, baginya ada yang menyembuhkan luka. Aku? Haha tertawa getir karena misi penyelamatan yang kubuat sendiri. Menyelamatkan hubungan orang lain, mengorbankan perasaanku sendiri.
Aku cukup dewasa untuk tidak membaginya ke orang lain. Semua cerita, kebodohan kita, penyesalanku, waktu yang terbuang, harapan yang menguap, dan semua kata manis yang kini hanya bisa kubaca sambil menangis. Tidak tidak.. Aku tidak benar-benar menangis. Pernah berusaha untuk menangis sejadi-jadinya, sampai dadaku sesak. Kata orang, kalau kita tumpahkan dengan tangisan, semua akan terasa lega bukan? Sayang, air mataku enggan keluar. Mungkin ia merasa lelaki ini terlalu berharga untuk bisa membuat air mataku tertumpah.
Ternyata dalam kehidupan perjuangan tidak hanya untuk tetap bersama, tetapi juga membiarkan orang lain bahagia. Bahagia seharusnya bukan hanya menuruti ego kita untuk bersama dengannya, tapi bagaimana caranya pergi dan biarkan hati kita mencari bahagia yang sesungguhnya.
Sukoharjo, 4 Mei 2020
0 notes
tirarosalia · 5 years ago
Text
Minta tolong? Atau minta hati?
Beban ini sulit kupikul sendiri, sudah lama aku ingin keluar dari rumah.
"Boleh aku minta tolong? Kalau ada info indekos di daerah sini ya", tak ada pikiran apapun saat aku mengetik ini. Setelah obrolan panjang kita tentang apa saja. Kamu tetap jadi si sabar yang mendengarkan ceritaku, sambil menanggapi obrolan di ruang sebelah. Aku tau, dari wanita yang memang akan jadi tempatmu pulang.
"Serius?", tanyamu lagi.
"Iya. Tekadku sudah bulat."
"Oke. Aku carikan info ya. Sabar dulu." Lalu tanda online di ruang obrolanmu menghilang. Aku iseng memencet tombol telefon. Berada di panggilan lain. Hatiku sudah tertata karena memang kutahu kamu bukan tempatku pulang. Tapi tetap ada sedikit nyeri di dada mengingat minggu lalu aku yang ada di posisi wanita itu. Aku hanya tertawa getir di balik selimut. Heran, ada ya orang seperti kamu yang sesantai ini sudah berbohong dan menyakiti dua wanita sekaligus.
"Aku sudah dapat beberapa referensi. Kamu mau lihat dulu? Yang satu ini di dekat sini, mau kucek langsung supaya tidak keduluan orang." Tidak mengira kamu seniat ini membantuku.
"Besok saja. Sudah malam."
"Sekarang kucek dulu. Besok kuantar lagi."
Tiga hari yang panjang dalam pencarian indekos. Setiap pulang kerja kau rela mengantarku kesana kemari bertanya dari satu indekos ke indekos yang lain hingga malam. Sampai di hari terakhir, aku sudah menyerah. Tak ada yang sesuai keinginanku. Fisik dan mentalku sudah sangat lelah. Dan yang kita temui adalah secercah harapan. Satu indekos yang sesuai, tak jauh dari tempat kau tinggal. Sudahlah, ini saja.
Kubulatkan lagi tekadku. Iya, aku ingin hidup mandiri. Bukan lepas dari keluarga lalu bergantung pada orang lain, kamu misalnya. Jadi nanti jika kamu hilang atau pergi, aku bisa sendiri.
"Memanjakan belum tentu mencintai. Memperhatikan belum tentu tulus memang hanya untukmu. Menyayangi belum tentu bisa kau miliki."
Dua pekan yang manis belum tentu bertahan selamanya. Seperti candu, tinggal aku tunggu efeknya hilang. Bahagia yang semu darimu ini nyatanya punya batas waktu.
Sukoharjo, 4 April 2020
0 notes
tirarosalia · 5 years ago
Text
Kenapa?
Mataku terpejam, tapi tidak tidur. Aku diam, tapi kepalaku penuh. Kewajiban tetap kujalankan, sesuai waktu yang ditentukan, sesuai porsi yang diberikan. Tapi rasanya kosong. Adik mengajakku bercanda, aku tersenyum dan tak jarang ikut tertawa. Tapi hatiku tidak.
Ada banyak pesan masuk, kujawab sesuai apa mintanya. Beberapa orang membaca cara jawabku. Aku bercerita, mereka mendengar, tapi mereka tidak bisa kutuntut sepenuhnya paham. Katanya bagilah bebanmu pada orang lain, supaya ringan. Nyatanya, semakin banyak cerita keluar dari mulutku semakin besar rasa kecewaku pada semesta.
Aku ini kenapa?
Aku rindu pada aku yang suka menyeletuk apa saja supaya orang lain tertawa. Aku rindu diriku yang mudah tertawa hanya melihat foto atau video yang sedikit lucu. Aku rindu gerak tubuh absurdku yang peduli amat memalukan atau tidak yang penting aku senang.
Aku rindu jadi berguna buat orang sedih di sekitarku. Aku rindu pelukan hangatku yang bisa membuat orang lain nyaman.
Aku ini kenapa?
Rasanya tumpukan kekecewaan sudah penuh di kepalaku. Semua kenangan lama seperti terpanggil kembali. Hal yang sempat kupaksa untuk lupa sesakit apapun dulu rasanya, muncul lagi secara kurang ajar. Tanpa aba-aba.
Rasanya tak ada solusi yang disediakan untukku. Tak ada pelukan tulus yang memang hanya untukku. Aku kembali terjebak dengan perasaan yang entah apa namanya, kesekian kalinya. Aku lelah merasa seperti ini, rasa yang bahkan aku tidak tahu apa, mengapa, bagaimana, dan kapan akan lenyap.
Solo, 29 Maret 2020
0 notes
tirarosalia · 6 years ago
Text
Kita tidak bisa memaksakan setiap orang selalu ada kan? Harusnya aku tahu, seseorang yang pernah membuatmu tertawa paling bahagia akan jadi orang yang membuatmu menangis paling dalam.
Aku tidak pernah ingin ada di titik ini. Titik saat merasa terbuang, merasa tidak dibutuhkan, merasa percuma ada di bumi. Buat siapa? Toh tidak ada yang perduli. Bahkan kamu, yang kukira bisa menjadi alasan berikutnya mengapa aku harus tetap hidup. Hilang.
Aku tidak bisa mengomentari hidupmu kan. Bukan hakku. Aku tidak tau lagi apa yang harus kukatakan. Apa yang harus kulakukan setelah ini? Yang kubutuh waktu ini, titik ini. Susah sekali mengertimu.
0 notes
tirarosalia · 6 years ago
Text
03-03-2020
Terlalu banyak luka menganga, luka lama dan luka baru yang membuatnya begitu parah. Sungguh, menjadi orang yang dikesampingkan itu tidak enak. Entah kenapa, sekarang aku haus sekali akan perhatian. Banyak manusia yang tak sesuai pengharapan. Iya manusia cuma bisa berharap. Terkadang ia salah menempatkan harap.
Sudah berapa kali kecewa? Sudah jadi makanan sehari-hari. Semakin kesini semakin muak dengan semua yang dekat namun tidak benar-benar 'dekat'. Rasa-rasanya hubungan darah bukan lagi jadi pengikat rasa, nah apalagi yang tidak sedarah.
Akhirnya datang (lagi) kesekian kalinya perasaan bahwa di dunia ini kita cuma sendirian. Tidak ada peluk hangat sekedar berkata, "Kita hadapi sama-sama ya." Semua hanya lalu begitu saja. Iya, mereka juga punya hidup sendiri. Mereka punya orang-orang yang akan menyambut mereka pulang dengan pelukan hangat. Dan aku tidak.
"Mereka tidak tahu bagaimana rasanya." Kalimat klise yang jadi tameng saat sedang terpuruk dan jengah dengan kata-kata "Sabar ya" atau "Mungkin kamu cuma kurang bersyukur".
Kadang kita cuma butuh senyuman hangat dan pelukan sederhana agar sekedar merasa tidak sendiri dan semua akan baik-baik saja. Tapi dimana mencarinya? Kalau tidak ketemu?
Aku tidak mengerti apa yang terjadi pada mentalku saat ini. Begitu lemah, payah, terlalu banyak kebencian dan kekesalan yang menumpuk. Mengapa tak bisa kukendalikan? Biasanya aku kuat. Biasanya aku bahkan bisa menguatkan. Tetapi disaat aku butuh dikuatkan. Haaaahh.. Percuma.
Ya gimana kita kan memang sendirian di dunia ini. Semua bakal ninggalin, entah karena pergi atau diambil siapapun, termasuk Allah. Tidak ada yang bisa disalahkan.
0 notes
tirarosalia · 6 years ago
Text
Bertanya-tanya memang tidak enak. Tapi untuk beberapa hal, menjadi tidak tahu sepertinya lebih baik.
Kalau sudah terlanjur tahu, yah mau bagaimana lagi. Kecewa akan sulit hilang begitu saja. Mengendap seharian, mungkin hingga beberapa hari.
Merasa bersalah adalah perasaan yang paling kubenci. Merasa dibodohi juga perasaan yang mengganggu.
Dan ini double. Gimana rasanya? Ughkdhbhdjs deh pokoknya.
Ya mungkin kita harus bertemu hal seperti ini, orang seperti itu, salah sikap, salah menaruh rasa. Berdosa pada diri sendiri karena sudah menyakiti, mengingkari janji yang dibuat sendiri.
Luka pasti membekas, kenangan pasti sulit hilang. Tapi luka pasti akan mengering kan? Kenangan juga, pasti akan terkikis oleh cerita hari ini dan sesuatu yang ada di depan kan?
Berjanjilah pada dirimu sendiri, kau akan baik-baik saja.
Solo, 2 Desember 2019
tira yang kemarin dapat jawaban doa langsung, dan memulai masa perbaikan (lagi)
1 note · View note
tirarosalia · 6 years ago
Text
Bingung
Pernah mengalami tidak? Pas waktu lagi mandi, semua ide keluar seperti guyuran air. Deras. Otak tiba-tiba jadi jernih, ngobrol sama diri sendiri berasa sangat menentramkan.
Sekitar lebih dari seminggu ini mood kacau karena drama yang entah aaapa yang merasukimu~~. Eh bukan, itu kan lagu yang lagi ramai akhir-akhir ini. Drama seperti ini yang selalu kutakutkan, rasanya pengen lompat hari supaya tidak bertemu masalah seperti ini. :( Ya namanya saja manusia. Kalau bukan mengeluh karena masalah, ya lupa karena saking bahagia.
Setiap hari curhatnya selalu soal itu. Sudah tau semakin diceritakan akan semakin teringat, tapi masih saja cerita-cerita. Kalau sudah agak lupa sama rasa benci dan pertanyaan "Kok bisa sih aku sebodoh ini?", teringat yang sudah terjadi lalu melankolis. Sampai bingung sendiri.
Aku ini nulis apa sih? Gara-gara kamu nih. Kamu datang lagi jangan? Kalau datang, nanti aku bingung lagi. Kalau tidak, sepertinya aku akan lebih bingung lagi. Susah ya.
0 notes
tirarosalia · 6 years ago
Text
Siapa ?
Disaat semua orang banyak bertanya, "Kapan?". Lalu aku akan terdiam sendiri sambil bertanya, "Siapa?". Seperti sekarang ini. Siapa sih yang tega banget bikin aku menunggu cemas sampai detik ini ? Siapa sih yang tak kunjung datang, supaya aku tidak duduk diam menulis seperti sekarang ? Duh, kenapa kamu datang lama sekali. :(
Mungkin dia pengen punya calon makmum yang sabar, ya makanya dilatih buat sabar menunggu. Begitu pikirku, kadang-kadang. Tapi banyak lupanya.
"Memangnya ngga ada yang deket gitu? Yang kira-kira berpotensi buat serius?". Nah, suka gemes kalo sudah denger yang begitu. Bingung jawabnya. Lalu sekelebat muncul nama-nama yang bisa jadi kandidat. Eh, malah jadinya menerka-nerka. Muncul hipotesis-hipotesis yang tidak ada parameternya, jadi tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Perasaan manusia dan takdir kan tidak bisa diukur.
Entahlah kamu yang datang nanti itu siapa, bagaimana, dimana, dan kapan kita bertemu. Yakinku, kamu yang disimpan baik-baik sama Allah buat jadi partner terbaik untukku. Gitu.
Nanti ada saatnya aku bakal nunjukin tulisan ini sambil bersandar di pundakmu, di tempat terbaik milik kita. Aamiin (Lah jadi halu 😂. Gapapa ya, partnermu ini dulunya emang lagi galawh akut loh Mas :"))
Surakarta, 29-07-2019
0 notes
tirarosalia · 6 years ago
Text
Pulang
Jadi sebuah keharusan
Karena ada yang membutuhkan
Meski bukan mengejar rasa nyaman
Apalagi pengakuan
Cukup karena merasa dibutuhkan
Kodratnya manusia begitu kan?
Datang saat membutuhkan
Mulia saat berguna bagi kebanyakan
Pulang,
Bukan lagi menjadi pelepas lelah
Dunia luar serasa lebih indah
Tapi lari bukan solusi masalah
Jadi, pulanglah..
Tak perlu pedulikan hatimu yang gundah
Ada Dia yang Maha Pemurah
0 notes
tirarosalia · 6 years ago
Text
Ke (m) Bali
Sebenarnya tulisan ini sudah terfikirkan pas diatas bus, di jalan menuju Solo. Tapi baru sempet nulisnya sekarang karena males liat HP diatas bus. Pusing bos (alesan aja sih, bilang aja takut mabok). Jadi bisa kusebut begini ya..
Bali, 1 Juli 2019
Hmm.. Kalau meninggalkan pulau ini rasanya sedih sekali. 5 tahun jadi anak rantau lebih terasa berkesan dibanding 14 tahun di Solo. Sampai aku berasa kalau rumahku itu di Bali, bukan Solo. Iya nyamannya disana. Aku jadi benar-benar memahami diriku sendiri, bisa dewasa ya karena ada disana.
Banyak yang tanya, "Kenapa engga balik ke bali lagi?". Ehemm.. kalau bisa ya sudah kulakukan, tanpa kalian tanya. Tapi, yaah Allah kasih kesempatan buat belajar tidak egois mungkin. Gitu aku mikirnya. Sok bijak kali ya. Padahal sendirinya galau, 2 tahun ngga bisa move on dari Bali.
Semoga Bali akan selalu jadi tempatku untuk kem-Bali. Lalu pulang yang benar kemana? Ke diri sendiri. Gimana saat bisa merasa diri sendiri berada di posisi ternyaman, dimanapun.
Tumblr media
0 notes
tirarosalia · 6 years ago
Text
Halo !
Ini tulisan perkenalan singkat dari aku. Mau memperkenalkan diri tentang apa ya? Aku ya cuma aku. Tidak ada yang spesial.
Dari kecil, orang mengenalku sebagai anak biasa yang sangat jarang bisa agak muncul secara dominan.
Anak kecil yang ditinggal ibunya dari kecil, lalu tinggal bersama Budhe dan kelima anak beliau. Beberapa orang mengenalku begitu. Dari beberapa orang itu, diantaranya adalah teman-temanku. Bisa dihitung jari, jari tangan dan kaki. Aku tidak suka menjelaskan soal keluarga pada orang yang belum benar-benar kurasa mampu menerimaku. Ceritaku terlalu rumit. Kasian mereka harus dengerin.
Perempuan yang jauh dari sosok feminim, dan suka sekali matematika. Itu yang banyak terlihat. Dan itu yang kuperlihatkan. Aku suka menulis dan membaca buku apa saja asal tidak berat, saat sedang mau. Jika tidak, aku suka tidur atau bengong.
Sudah ya.. Terlalu panjang sepertinya cerita tentangku. Lalu kenapa aku menulis disini? Hmmm.. Dari kecil aku suka menulis, di buku diary. Apa saja, tentang kemarahan, kesedihan, tawa yang muncul sementara, dan beberapa perjalanan yang sering aku sebut 'kabur'. Nah sekarang, aku ingin menulis lagi. Secara lebih dewasa. Bagaimana supaya tulisanku ini tidak hanya berisi keluhan, tapi juga suntikan semangat untuk manusia lain.
Selamat menikmati #ceritatira
0 notes
tirarosalia · 6 years ago
Text
Melupa ??
Terkadang ada hal yang hanya singgah
Hanya melukiskan cerita
Lalu meninggalkan rasa
Ah manusia
Mencoba lurus memandang
Namun manusia bukan kuda delman
Terjebak sebentar
Bahkan ada yang sulit melepaskan
Maka ku harus berlari
Hingga yang tersisa hanya rasa lelah
Menggantikan rasa lain
Menghapus takkan pernah terasa mudah
Karena jalan tak selalu sama
Akhirnya kita harus kembali
Berjalan hingga ke sebuah tujuan
Berdamai dengan kawan terbaik, diri sendiri
3 notes · View notes