Tumgik
tonimaulana21-blog · 7 years
Text
Akhir?
Hari ini, dipagi ini langit menertawainya. bukan karena ia yang belum terlelap. Tapi karena detik ini hatnya patah, tak ada lagi yang bisa diperbaiki. Sebab tak hanya patah, ini lebih daripada remuk. Seorang pria yang belum menghabiskan setengah cangkir kopi sachet yang ia seduh, tetiba dikagetkan oleh dering benda canggih dihadapannya. Seorang wanita yang dipujanya memanggil untuk dijemput pulang. Secepat kilat ia bergegas menggambil kunci motor yang tak jauh dari samping laptop kesayangannya. Ia pun pergi tanpa sempat mengunci gerbang. Ia takut sang wanita kecewa karena menunggu lama. Namun, ada satu kisah pelik saat ia berhasil datang didepan wanita itu. Tak harus ku ceritakan secara rinci kisah itu. Yang pasti itu cukup menyakitkan hati si pria malang. Ia terdiam, seperti pohon yang disambar petir, hangus, mati, namun masih berdiri kokoh karena akarnya yang masih memeluk tanah. Dan berharap ada orang yang menebangnya. Ia menggeliat dengan kuat-kuatnya mencoba sadarkan diri bahwa itu semua tak pernah terjadi. Senyumnya masam. Seolah dibuat-buat. Mencoba tegar karena mengingat dirinya pria. Sungguh munafik. Sehabis dia mengantar wanita pulang. Ia mulai berkicau lewat pesan singkat. Entah apa yang ada dipikirannya? Harusnya ia mengatakannya langsung saat diperjalanan pulang. Sok berani namun penakut. Dikatakannya ia tak suka bila wanita itu menangis karena pria lain. Sang wanita bersikeras itu bahwa ia pantas menangis karena pria lain itu. Hingga akhirnya sang pria mulai dibutakan emosi, hendak pergi dari wanita itu. Padahal dalam hati mana bisa ia melakukan itu. Sampai akhirnya ia membenci dirinya sendiri karena telah mengatakan hal itu. Ia mengatakan hal yang bodoh. "Menjauhlah jika itu buatmu baik. Tak ada yang patut dibanggakan dengan orang yang benci dengan dirinya sendiri. Dalam membenci orang, aku nomor 1 bahkan saat membenci diriku sendiri." Sungguh keputusasaan yang sempurna. Padahal jauh dilubuk hatinya ia masih memuja wanita melebihi apapun. Bila harus kehilangan nyawanya ia ingin, tegasnya. Semoga ini bukan akhir, karena aku belajar dari pria itu. Perjuangannya bukan tentang egonya semata. Aku mengerti kenapa ia berkata seperti itu. Ia selalu berusaha membuat si wanita bahagia namun ada pria lain yang menjatuhkan air mata wanita. Seolah istana kartu yang ia buat dihancurkan dalam sekali tiup. Itu menyakitkan.
3 notes · View notes
tonimaulana21-blog · 7 years
Audio
👐👐👐👐👐
Tumblr media
0 notes
tonimaulana21-blog · 7 years
Text
Cinta, aku ini bodoh
Sudah jelas-jelas kau itu miliknya.
Namun masih saja ku tergesa-gesa membalas chat yang kau kirim untukku.
Seperti pesan darimu malam itu.
Belum sedetik pesanmu sampai, sudah langsung kubalas.
Seperti jempol ini secara otomatis ingin bersentuhan dengan layar ponsel android retak milikku itu.
Ada banyak keseruan dari obrolan kita malam itu.
Kita bahas sajak, pekerjaan, bahkan kita membahas anak kucing yang ku temukan dibawah keramik.
Bahkan kau sempat menamainya.
Cantik, asal kau tahu. Obrolan kita itu tidak akan ada habisnya.
Diperingatkan oleh petir pun sepertinya aku acuh.
Sampai suatu ketika ada sesuatu yang lebih ganas dari petir.
Ya saat kau bilang "Dia sudah datang, obrolan kita sampai disini dulu ya."
0 notes