Tumgik
tulipbiru · 2 years
Text
LET GO
Hei Agustus. Kamu, ditahun ini. terlalu pedih untuk aku ceritakan.
Rasanya, terlalu menyakitkan. Menyimpan perasaan - Menunggu kamu datang ke jakarta kembali selama itu (4thn) - bertemu di bandara secepat itu (3 jam) - lalu di tinggal menikah se mendadak itu. 
Ternyata, bandara menjadi tempat paling menyakitkan untuk aku kenang. Bertemu dan Berpisah denganmu.
Tiket karcis. pintu masuk bandara kala itu (16 Desember 2020) masih aku simpan. aku laminating. biar tulisannya tidak hilang. Biar bisa aku pandangi, kalau aku rindu kamu.
Waktu itu, dikala kepergianmu kembali ke gorontalo. Aku sempat berfikir. Apakah aku harus menunggumu sekali lagi? Ataukah aku harus menyelesaikannya secepat yang aku mampu. Menyeselsaikan sesuatu yang memang tidak pernah kita mulai. 
Terlalu menyakitkan bukan? atau terlalu aneh? Menyelesaikan sesuatu, yang bahkan tidak pernah ada garis start nya. Tapi harus kamu pangkas atau kamu akhiri habis-habisan. 
Disini aku belajar. 
Ternyata, memang bukan aku orangnya. 
Bukan aku, orang yang kamu mau. 
Tapi, aku berterima kasih banyak sama kamu. Berkat kamu, value diri aku menjadi sangat bertambah. Aku merasa, kala itu. Aku harus meningkatkan value diri aku, paling tidak. sedikit di bawah value mu. 
Dan aku berhasil capt! heheh 
Tapi. Aku gagal.  Aku gak berhasil menjadi wanita yang kamu inginkan. 
Aku gagal. Aku gak berhasil membuat kamu bersanding sama aku. 
Ohya, aku sudah baik-baik saja. Melihat kamu sudah menemukan pendamping hidupmu. 
Capt, aku egois ya? dan terlalu men-dikte Allah rasanya. Aku selalu sebut nama kamu dalam setiap doa aku. Aku merasa, kamu orangnya. Karena, kamu sudah membuat aku sampai sebegini ambis nya meningkatkan value diri aku. Aku kira, orangnya adalah Kamu capt. 
Ternyata, aku salah orang hehe. 
Tapi, aku benar-benar berterima kasih banyak. Karena kamu, dulu. Aku selalu memiliki tujuan dan arah yang mau aku capai. Capt, disini aku selalu bangga sama kamu. Semoga kebahagian selalu berjalan menujumu ya capt. 
Baik-baik ya capt. Walaupun kita sudah tidak akan bisa lagi menjadi satu. 
Kamu, sudah tidak lagi menjadi tuju buat aku capt. 
Sehat-sehat my aktivis! 
eh salah, sehat-sehat bang rein. Semoga bahagia selalu :) 
Regards,  -Pluviophile
9 notes · View notes
tulipbiru · 2 years
Text
Gugur yang Bertunas
Tumblr media
Bagaimana degupku menemukanmu di keramaian, masih menjadi misteri yang tak ingin aku pecahkan. Bagaimana hadirmu dalam mimpi-mimpi yang sebelumnya begitu gelap, turut menjadi misteri yang gamang untuk aku tuntaskan.
Pada ritme langkahku yang penuh tanya, kau bertunas bagai musim gugur untuk segala resah yang ingin aku sembunyikan dari dunia. Kau menyibaknya perlahan, membuatku ketakutan sekaligus terjerat untuk waktu yang sama.
Diantara rongga ragu, kau berjalan sekokoh pohon jati yang tak meranggas meski musim begitu pekat. Dan aku menjadi mata yang mencuri lewat kuncup agar tak kalah dalam pertempuran yang begitu hangat.
Tak ada yang ingin aku tanggalkan, luka-luka masih mengajarkan aku untuk bertahan. Meski senyummu menjelma maklumat untuk aku takluk dan menyerah.
Karena rasanya tak adil, kau telah tanya tanpa melakukan apa-apa. Sedangkan aku menjadi korban yang harus menjawab, kenapa terbitmu menjadi warna baru untuk setiap ruang yang kita hirup sama?
Sejenak setelah udara menghilang, 12 Juli 2022
78 notes · View notes
tulipbiru · 2 years
Text
Kalau berdoa itu ya yakin. Kalau kamu ragu, sungguh kau sedang merendahkan Rabbmu atas tak terkabulnya doamu.
53 notes · View notes
tulipbiru · 2 years
Text
Ibnul Mubarak pernah memberi nasihat pada seseorang:
Tinggalkan banyak melihat, engkau kan diberi taufik untuk khusyu'.
Tinggalkan banyak bicara, engkau kan diberi taufik untuk berkata hikmah.
Tinggalkan banyak makan, engkau kan diberi taufik untuk beribadah.
Tinggalkan memata-matai aib orang, engkau kan diberi taufik untuk melihat aib dirimu.
Tinggalkan pembicaraan tentang Zat Allah, engkau kan terjaga dari keraguan & kemunafikan.
Prof. Dr. Muhammad Luh | twitulama
370 notes · View notes
tulipbiru · 3 years
Quote
Saat kita berimajinasi, kita mengaktifkan tiga karunia yang Allah berikan; Akal, Hati, dan Fisik. Akal supaya kita membayangkan apa yang kita harapkan, hati agar supaya kita menyakini apa yang kita harapkan, dan fisik agar supaya kita mewujudkan apa yang kita yakini
(via kayyishwr)
165 notes · View notes
tulipbiru · 3 years
Text
Belajar mengelola emosi, dengan cara : diam.
Tenang saja, diam bukan berarti memendam kok. Emosi itu hanya ditahan, ditunda. Belajar diam pada saat emosi membakarmu, agar tidak ada hati yang tersakiti yang akhirnya membuat kita menyesal. Baru setelah itu, luapkan dengan cara yang tepat, di tempat yang tepat.
55 notes · View notes
tulipbiru · 4 years
Text
Tumblr media
Jebakan 99
Ada Seorang Raja yang sedang termenung sambil melihat taman di depan istananya.
Ia gelisah karena tak pernah merasakan ketenangan dan sulit sekali menemukan kebahagiaan.
Kesehatannya mulai menurun karena ia mulai susah tidur akibat banyaknya pikiran yang mengganggu.
Padahal selama ini ia tidur di kamar mewah di atas kasur yang empuk.
Ketika sdg melamun.
sang raja melihat seorang Tukang Kebun yang sedang bekerja sambil tertawa.
Setiap hari ia berangkat dengan *senyuman* dan pulang dengan keceriaan.
Padahal gajinya pas-pasan dan *rumahnya begitu sederhana*.
Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya.
Saat dia pulang keluarganya telah menunggu dengan hidangan makan yang seadanya dan keluarga kecil ini pun makan dengan bahagia.
Raja pun heran melihat orang ini.
Ia memanggil Penasihatnya dan tanya :
Hai Penasihatku,
telah lama aku hidup di tengah kegelisahan, padahal aku memiliki segalanya.
Tapi aku sungguh heran melihat Tukang Kebun itu.
Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya.
Kadang-kadang ia tertidur di bawah rindangnya pohon,
seperti tak ada beban dalam hidupnya, padahal ia tidak memiliki apa-apa.
Sang Penasehat tersenyum dan berkata :
Itu karena Tukang Kebun itu tidak menyentuh Jebakan 99.
Bila tukang kebun itu terkena jebakan ini, maka hidupnya akan gelisah dan ia tdk akan bisa tidur.
Apa yang kau maksud dengan Jebakan 99 ? tanya Raja.
Besok malam perintahkan prajurit untuk mengantarkan hadiah kepadanya.
Sediakan satu kotak uang dan tulislah 100 dinar.
Namun isilah kotak itu dengan 99 dinar saja.
Raja pun menuruti saran dari Penasihatnya.
Ketika hari mulai gelap,
prajurit mengetuk pintu rumah Tukang Kebun ini dengan membawa hadiah.
Si Tukang Kebun membuka pintu rumahnya dan terkejut melihat prajurit membawa kotak hadiah.
“Ini hadiah dari raja untukmu”,
kata si prajurit.
“Ya ~ sampaikan terima kasihku kepada raja”, jawab Tukang Kebun sambil kegirangan melihat kotak dengan tulisan 100 dinar.
Belum pernah ia memiliki uang sebanyak itu.
Ia segera membawa masuk kotak itu dan menghitungnya bersama keluarga.
Namun anehnya, jumlah uang didalam kotak itu hanya *99 dinar*.
Dia pun menghitung ulang lagi,
tapi tetap jumlahnya 99.
Dia yakin, pasti ada uang yang jatuh.
Dia mencari-cari di sekitar pintu,
tapi tak menemukan apa-apa.
Akhirnya dia mencoba untuk menelusuri sepanjang jalan menuju istana.
Semalaman ia mencari, tapi tetap tidak menemukan apa-apa.
Matahari mulai terbit, Raja beserta Penasihatnya menanti Tukang Kebun ini.
Tak berapa lama dia datang dengan wajah yg masam dan merengut.
Raja pun kaget dan bertanya pd Penasihatnya :
Apa yang terjadi ?
Tak biasanya ia datang dengan wajah seperti ini !
Penasihat raja menjawab :
Duhai Raja,
begitulah kehidupan ✅.
Kita memiliki banyak hal
namun kita mencari yg tdk kita miliki
Orang ini mendapatkan 99 dinar secara cuma-cuma,
namun ia sibuk mencari 1 dinar yang hilang.
👉 Munculnya kegelisahan hati
Karena kita mencari sesuatu yang tidak kita miliki, sementara kita tidaxk pernah sungguh sungguh mensyukuri banyaknya anugerah yg kita punya.
Semoga bermanfaat Renungan ini.
51 notes · View notes
tulipbiru · 4 years
Note
Assalamualaikum.. Ternyata memang benar, kehidupan yang nyata dimulai setelah tali toga kita berpindah. Saya kerap kehilangan arah sebab Pekerjaan yang sukar saya dapatkan. Ingin sekali memulai bisnis sendiri, tetapi terhalang modal. Ingin meminta bantuan orang tua, saya malu sebab sudah cukup merepotkan orang tua. Saya semakin kehilangan arah ketika melihat teman seperjuangan telah berhasil meniti karir, sedangkan saya? Masih stuck di sini sini saja. Apa yang harus saya lakukan?
Wa’alaykumussalam Wr Wb.
Saya tidak berharap jawaban singkat dan sederhana ini bisa menjawab masalah Anda dan para pembaca sekalian, tapi saya coba berikan apa yang saya miliki.
1. Saya tidak tahu apa yang saya mau dalam hidup
Jika kamu belum menetapkan apa tujuan hidup kamu (yang spesifik, operasionalisasi dari “beribadah kepada Allah” versi kamu), maka advice saya adalah ambil jalan apapun yang terdekat, lalu berikan dedikasi terbaik kamu di jalan itu sekalipun itu kurang menyenangkan.
Mungkin itu pekerjaan yang tidak kamu senangi, atau studi tingkat lanjut yang kamu tidak benar-benar menginginkannya, atau berjualan sesuatu yang kamu anggap “remeh temeh” dan mengganggu gengsimu.
Selama kamu belum tahu apa tujuan hidup kamu, saran saya, fokuskan waktu dan energi untuk membangun suatu keahilan dalam bidang apapun, dan berusahalah untuk berkomitmen hingga kamu dianggap sebagai seseorang yang dapat dipercaya dalam bidang tersebut.
Sebab, mencla-mencle ketika kamu tidak tahu mau ke mana hanya akan membuang waktumu, hingga tahun-tahun berlalu dan kamu semakin merasa terpuruk nantinya.
Passion? Oh, kamu akan menemukannya dalam perjalanan, percayalah. Yang jelas, untuk menemukan passion, perjalanan kamu harus menuju ke suatu arah, tidak bisa ke sembarang arah.
2. Saya tidak punya kesempatan
Jika kamu sudah tahu ingin menjadi orang seperti apa, namun kamu merasa bahwa kamu tidak mendapatkan kesempatan, maka mari kita pikirkan bagaimana kamu bisa bertemu dengan sang kesempatan.
Dengan pengalaman dan kompetensi yang tidak seberapa, jangan berharap ada entitas mau repot-repot mencari kita menawarkan kesempatan, sekalipun kita pernah dianggap jago oleh sejumlah orang.
Cari orang-orang yang ada di jalan yang kamu inginkan, perkenalkan diri, bangun jejaring, bertanyalah dan belajarlah kepada mereka.
Misalnya, jika kamu ingin bekerja di sebuah perusahaan, kamu bisa mulai dari LinkedIn. Rapikan profil kamu, cari orang-orang yang bekerja di perusahaan tujuan, connect dengan menyampaikan siapa diri kamu, kenapa kamu ingin berjejaring dengan mereka (banyak orang klik connect begitu saja tanpa intro, tentu saja ini tidak begitu berfaidah. Sebagian besar profesional akan menolak permintaa connect seperti itu. Kalau pun permintaan kamu diterima, mereka tetap have no idea siapa kamu, jadi tetap tidak berfaidah).
Jika kamu mau berbisnis, maka ketahuilah, entrepreneur sejati tidak pernah mengalah pada alasan (iya, saya juga masih belajar dalam hal ini). Coba kamu baca buku bagus ini What I Wish I Knew When I Was 20. “Belinya gimana?” Kalau untuk mendapatkan buku ini saja kita have no idea bagaimana, boi, perjalanan kita menjadi entrepreneur benar-benar dimulai dari 0.
3. Saya tidak sehebat dan seberuntung teman-teman lain
Kalau kamu benar-benar ingin mengubah hidupmu, saran saya, hentikan sejenak konsumsi media sosial yang membuat kamu (sadar ataupun tidak, sengaja ataupun tidak) membandingkan kehidupan dirimu dengan kehidupan orang lain.
Masuklah ke gua rahasiamu, buat blue print proyek kebangkitan dirimu, rancang dan eksekusi action plan setahap demi setahap. Jangan terlalu peduli lagi dengan kehidupan orang lain, sebab tidak ada hal yang berubah dalam hidupmu ketika kamu melakukannya.
Bukan, kita tidak sedang membicarakan kepedulian sosial: tolong-menolong, membantu saudara yang sedang kesulitan sebelum ia memintanya. Saya cukup yakin jika ada situasi di mana ada teman atau orang di sekitar yang membutuhkan pertolongan, informasi itu akan sampai pada kita meskipun kita tidak scrolling Instagram di hari itu.
Kita sedang membicarakan kondisi hyperfocus. Ketika segala perhatian, pengetahuan, hingga detik yang kita miliki difokuskan untuk menciptakan suatu nilai tambah, maka hasilnya akan mengejutkan dan bisa dicapai dalam waktu yang tidak lama. “Tau-tau jadi.” (Jadi teringat film “Big Hero 6″ dan “Iron Man” pertama. Adegan favorit saya: Hiro dan Tony masuk ke dalam mode hyperfocus, hingga lahirlah karya monumental mereka, Microbots dan Mark I).
Semoga ada manfaatnya. Semangat!
346 notes · View notes
tulipbiru · 4 years
Text
Percis seperti ucapan ayah, ketika saya hendak menyerah. Tapi, yang lalu biarlah menjadi pengalaman untuk saya, bahwa hidup harus seperti bambu. Perlahan namun kokoh.
Fondasi
Selama lima tahun pertama kehidupannya, kita tak bisa melihat tanaman bambu tumbuh secara signifikan. 
Bahkan setelah disiram dan diberi pupuk sebaik-baiknya, ia seperti enggan meninggi. Alih-alih menjadi batang yang kuat dan panjang, ia segitu-segitu saja.
Itulah yang tampak di permukaan. Orang yang ceroboh, tak sabaran, dan tak berpengalaman bisa saja merasa kesal dan buru-buru menebasnya. 
Padahal, di lima tahun pertama itulah sesungguhnya bambu tersebut sedang melakukan hal yang penting: menancapkan dan menjalarkan akar-akarnya ke dalam tanah. Sehingga di enam pekan berikutnya, secara mengejutkan, batangnya bisa menjulang tinggi puluhan meter ke udara dengan leluasa.
Tersebab akar-akar yang menopangnya dengan baik itu, batangnya yang tinggi dan besar tak tumbang ditarik gravitasi. 
Tersebab akar-akar yang menopangnya dengan baik itu, batangnya yang tinggi dan besar juga tak roboh diterpa angin. 
Tersebab akar-akar yang menopangnya dengan baik itu, ia bisa menjadi bambu berkualitas, yang menghadirkan banyak manfaat.
Seperti bambu itu, tidak apa-apa jika saat ini kita merasa belum bisa memberikan banyak sumbangsih untuk sekitar. Namun, kita perlu memastikan bahwa akar kita sedang menancap dan menjalar ke bumi, membangun fondasi kesuksesan—yang akan menghadirkan banyak kebermanfaatan.
Buku Cinta Memang Seperti Ini linktr.ee/nurunala
217 notes · View notes
tulipbiru · 5 years
Text
Puncak tertinggi dari kehidupan adalah pasrah. Saat kita pasrahkan semuanya kepada Allah, Dia pasti akan memilihkan yang terbaik menurut-Nya.
Dan yakin, pertolongan-Nya amatlah dekat. Pertolongan-Nya benar-benar tanpa kita duga. Allah maha baik banget, Allah maha romatis bangeeetttt.
Terima kasih ya Rabb, maafkan hambamu yang masih suka tidak tahu diri ini.
2 notes · View notes
tulipbiru · 5 years
Text
ada rezekinya
tiap orang punya rezekinya sendiri-sendiri. ada yang rezekinya didekatkan dengan jodohnya. ada yang rezekinya dimudahkan dalam menuntut ilmu. ada yang rezekinya diberi jalan untuk berkarir dan bekerja. ada yang rezekinya dicerahkan untuk berkarya.
ada yang rezekinya punya uang banyak. ada yang rezekinya punya waktu luang. ada yang rezekinya punya energi penuh, sehat utuh.
ada juga yang rezekinya belum menikah, bisa di rumah merawat orang tua. ada juga yang rezekinya belum lanjut sekolah, bisa bekerja dan menabung. ada juga yang rezekinya belum bekerja, bisa santai sambil berkarya apa saja.
kalau kita mengukur rezeki dengan apa yang sudah didapatkan oleh orang lain, alih-alih apa yang kita miliki dan capai, kita akan terus merasa kekurangan. padahal di saat yang sama, ada orang lain yang berharap memiliki hidup seperti yang kita punya.
sesuatu yang belum itu bukan cobaan apalagi musibah, melainkan rezeki kalau dilihat dari sisi yang lainnya.
kekurangan atau keterbatasan itu bukan musibah, yang musibah adalah kita jika tidak bisa bersyukur.
kehilangan itu bukan musibah, yang musibah adalah kita jika tidak bisa mengikhlaskan.
kesulitan itu bukan musibah, yang musibah adalah kita jika tidak bisa bersabar.
dan kita tahu bahwa bersabar yang sesungguhnya bukanlah menanti dalam ukuran waktu, melainkan menunggu dalam ukuran usaha. kita tidak berputus asa karena kita tahu bahwa setiap langkah akan mendekatkan kita kepada tujuan.
dan kita juga tahu, bahwa musibah yang paling besar adalah ketika kita tidak bisa menjalani hidup yang tenang, ketika kita tidak bisa merasakan nikmatnya beribadah, ketika berbuat dosa terasa biasa saja.
semoga kini kita tak lagi menyebut yang belum sebagai ujian, cobaan, apalagi musibah. sebab kita tahu bahwa rezeki kita lain. sebab kita tahu bahwa musibah yang sejati jauh lebih mengerikan daripada itu.
2K notes · View notes
tulipbiru · 5 years
Text
Kadang suka mikir, sebenernya rindu ini buat siapa?
0 notes
tulipbiru · 5 years
Text
Aku lelah.
Gak terasa udah 4 tahun aku nunggu.
Gak terasa kalau resahku udah 4 tahun terbendung dan menumpuk.
Gak terasa kalau ternyata 4 tahun hatiku sudah biru lebam.
Gak terasa udah 4 tahun aku mendekorasi ruangmu dalam hatiku dengan begitu indah.
Gak terasa pula 4 tahun lamanya cuma kamu yang masih aku semogakan. Walaupun banyak yang mendekat dan terkadang membuatku sedikit larut dengan perasaan itu, tetaplah kamu yang memegang kunci ruang indah itu.
Gak terasa sudah selama ini kita tak bersua(ra).
Gak terasa sudah 4 tahun, tiap hujan turun aku selalu merapalmu dalam semua doaku. Untuk bertemu kembali denganmu.
Tak terasaa.. Sungguh, tak terasaa..
Tapi, mungkin di hari itu. Satu hari yang begitu membahagiakan untukku. Dapat menyapamu kembali, meneriakan semua keresahan ini. Akankah kita berjumpa lagi? Aku ingin sekali melihatmu dengan kedua mataku tanpa jarak.
Kembalilah, runtuhkanlah pintu ini. Aku seperti terbelenggu menunggumu. Aku lelah, ingin sekali ku akhiri semuanya. Namun sebagian dari diriku bertahan sedangkan sebagian lainnya memberontak untuk mendobrak pintu ini. Bisakah kau kembali dan membuka pintu besar ini? Aku lelah... Sungguh, menunggumu begitu lelah dan menyakitkan.
Cibinong, 17 januari 2020 (12:47 Wib)
#lelah
1 note · View note
tulipbiru · 5 years
Text
Hi calon pak pres! Alhamdulillah.. Akhirnya setelah 3 tahun hanya terkaan yg ada, aku ambil langkah untuk menyapamu duluan. jadi canggung sih sebenernya, tp kalo gak kayak gini, bagaimana aku tau tentang mu, semua tentangmu itu seperti imaji saja dalam benakku. Kenapa rasanya aku jadi "pabbo" bgt ya kala bersua kembali denganmu. Walaupun dalam percakapan, aku memang lebih dominan bertanya dan kau menjawab. Apakah wanita memang begitu? Bertanya sampai semua keresahannya hilang? Bolehkah aku begitu? Tp, siapalah aku.. Yg sampai saat ini hanya bisa menerka bagaimana perasaanmu. Seperti main tebak-tebakan versi ekstrem nya haha. Kau tau tidak? Untuk memulai sebuah percakapan, butuh waktu 3 tahun aku berfikir demikian. Melunturkan semua gengsiku, salah tidak kalau aku begitu? Apakah kau akan merasa canggung dan ilfil dgn semua percakapan di hari kemarin? Entahlah. Satu keresahan tersampaikan, akan muncul keresahan-keresahan selanjutnya tentangmu. Apapun itu, aku harap kita masih setujuan seperti apa yg dulu pernah kita diskusikan. Tentangmu dan tentang buku-buku masih menjadi hal menarik untuk diketahui.
Cibinong, 13 januari 2020 (06:03 WIB)
0 notes
tulipbiru · 5 years
Text
2019 up to 2020
2019 ngebutttt banget ya. Gak kerasa hari ini udah 2020 aja. Di 2019 banyak sekali resolusi yang saya tulis, alhamdulillah sudah tercapai beberapanya. Terimakasih 2019, karenamu saya jadi tahu bagaimana caranya untuk lebih menjaga perasaan diri sendiri dan orang lain. Terimakasih juga untuk diri sendiri yang sudah survive di tahun 2019. You guys is amazing to yourself!
Selamat juga untukmu 🌧 karena sudah terpilih sebagai presiden mahasiswa! Im happy for you! Jafi ingat perbincangan kemarin sama seorang teman.
🍁: tahu gak? 🌧 jadi presma! 🍂: gak kaget gue kalau dia jadi presma. 🍁: loh, kenapa? 🍂: iyalah, cita cita nya aja tinggi kan, mau jadi presiden indonesia. 🍁: (tercengang sambil mengingat)
Jika kau sudah mencapai pada titik itu, saya harap.. Kau tak pernah lupa dengan dirimu yang sekarang.
Selamat ya! Semoga takdir mempertemukan kembali. Jangan lupa hutang bukumu di lunasi kepadaku ya!
Welcome 2020!!
Be a nice for us!
0 notes
tulipbiru · 5 years
Text
Di penghujung tahun 2019. Aku ingin sekali mengucapkan selamat kepadamu secara langsung. Atas terpilihnya kamu sebagai presma di kampusmu. Semoga kau memegang amanah itu dengan baik. Congratulation captain! See you soon in 2021. Insya Allah
2.956 km
1 note · View note
tulipbiru · 5 years
Text
Allah... Aku ingin di kurangkan dari rasa kecintaan dan kekaguman akan dunia. Jangan jadikan aku sebagai hamba yang terlena akan air setetes ini ya Rabbi. Sungguh, aku berlindung hanya kepadamu ya Rabb. Hilangkan Euforia keduniaan di dalam hati ini, jauhkan euforia keduniaan ini ya Rabb.
1 note · View note