Tumgik
tyasdamay-blog · 4 years
Text
UMAT YANG TIDAK TAHU DIRI
------------------------------------ -
Kala itu, dunia diliputi kemaksiatan. Seorang raja Abysinia, Raja Abrahah, bersama pasukan gajahnya menyerbu Mekah hanya karena bangunan kubus Mekah lebih terkenal daripada istana sesembahannya. Allah Maha Adil, Pasukan Abrahah kocar kacir karena sekelompok burung. Kesombongan mereka musnah bersamaan dengan hantaman batu yang merekapun tidak tahu datangnya dari mana. Mekah aman, ka’bah aman.
------------------------------------ -
Tak lama setelah peristiwa itu, lahir seorang anak laki-laki tanpa ayah. Muhammad, orang yang terpuji. Dia tidak bisa membaca, tapi dia adalah manusia yang cerdas. Dia bukan dari keluarga kaya, tapi dia adalah manusia yang jujur. Rupanya setengah bulan dan hatinya sangat bersih. Manusia tanpa cela yang kelahirannya dituliskan sebagai kabar gembira.
------------------------------------ -
Rasulullah, begitu panggilannya sekarang. Utusan untuk membawa islam di dunia yang diliputi kemaksiatan. Tiga belas tahun di kota kelahiran, bukan perjuangan yang ringan. Cacian, makian, tekanan, fitnah, ancaman, kekerasan dan ajakan kompromi. Sepuluh tahun berikutnya, dakwah berpindah ke Yastrib. Kekuatan islam mulai terbentuk bersamaan dengan berdirinya Negara Madinah. Futuhat berlangsung, Mekah takluk, islam semakin meluas, pertanda tugas beliau sebagai Rasul segera berakhir.
------------------------------------ -
Pintu rumah Rasulullah terketuk, Malaikat Izrail, malaikat yang menghapuskan kenikmatan sementara, dan yang memisahkan pertemuan di dunia, meminta izin untuk masuk. Detik-detik semakin dekat, perlahan ruh Rasulullah ditarik. Tubuhnya bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini, Jibril”
“Jijikkah engkau melihatku hingga engkau palingkan wajahmu, wahai Jibril?”
Sebentar kemudian Rasulullah mengaduh karena sakit yang sudah tidak tertahankan lagi
“Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, Ya Allah. TIMPAKAN SAJA SEMUA SIKSA MAUT INI KEPADAKU, JANGAN KEPADA UMATKU”
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya tidak bergerak. Bibirnya bergetar. Di luar, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan, Fatimah menutupkan tangan ke wajahnya, Ali mendekatkan telinga ke bibir Rasulullah yang mulai membiru.
“Ummati, Ummati, Ummati”
------------------------------------ -
Ya Rasulullah, betapa tidak tahu dirinya kami yang mengaku umatmu, Ya Rasulullah
Kami diam
Kami tidak bisa bergerak
Saat Rasul kami dihinakan
Saat islam selalu dijadikan kambing hitam
Saat kalimat tauhid disepelekan
Dan bendera liwa raya dipermasalahkan
Kami adalah gelembung di lautan Ya Rasulullah
Kami begitu banyak, tapi kami mudah dihancurkan
------------------------------------ -
Ya Rasulullah, dunia sekarang begitu kejam
Saudara kami, saudara seiman kami, saudara seakidah kami, diperlakukan tidak selayaknya manusia Ya Rasulullah
Rohingnya diusir
Suriah dibombardir
Uyghur ditahan dan disiksa
Palestina digenosida
Kami adalah anak ayam tanpa induk Ya Rasulullah
Kami begitu lemah
Kami berdiri sendiri tanpa pelindung dan perisai
------------------------------------ -
Ya Rasulullah, betapa tidak tahu dirinya kami, Ya Rasulullah
Kami lupa identintas kami
Kami lupa syariat kami
Kami lupa tujuan kami
Siapakah kami Ya Rasulullah?
Kami hanyalah umatmu yang tidak tahu diri
Disclaimer : tulisan ini pernah disuarakan dan diupload ke ig kastrat
0 notes
tyasdamay-blog · 4 years
Text
Terkadang aku hanya merasa iri dengan apa yang orang lain capai dan orang lain jalani sedang aku tidak bisa seperti mereka. Terkadang aku merasa sangat kecil ketika orang lain di sekitarku membicarakan hal yang dulu pernah menjadi sesuatu yang aku inginkan. Terkadang aku merasa cemburu melihat mereka berada di jalan yang sesuai dengan apa yang mereka dan orang tua mereka inginkan. Terkadang hati ini merasa begitu walaupun pikiran berusaha mengendalikan. Terkadang hati ini masih tergores walaupun otak sudah berusaha mengikhlaskan. Dan ketika semua ini terjadi, mulut hanya bisa terdiam, dengan mata berusaha menahan air yg memaksa untuk keluar. Dan ketika hal itu terjadi, aku serasa membenci hatiku sendiri. Mengapa susah sekali untuk mengikhlaskan seikhlas-ikhlasnya? Bahkan dengan istighfar pun hati ini tetap menangis. Ada suatu ketika hati ini begitu ikhlas, ada suatu ketika ketidakikhlasan itu muncul lagi.
Bersahabatlah duhai hati, sehingga aku bisa mensyukuri apa yang aku jalani dengan syukur yang sangat ikhlas
Bersahabatlah duhai hati, sehingga aku bisa memandang semua rencana Allah dengan sangat indah
Bersahabatlah duhai hati, sehingga aku bisa berlari di jalan yang sudah Allah gariskan dengan mantab
Bersahabatlah duhai hati, sehingga aku bisa sadar bahwa kuasa Allah jauh lebih cantik dari apa yang aku rencanakan di masa lalu
Bersahabatlah duhai hati, sehingga aku bisa bersyukur bahwa jalanku adalah jalan yang Allah pilihkan untukku, bukan jalan yang aku pilih untuk diriku sendiri
Bersahabatlah duhai hati, sehingga seluruh hati dan jiwa ini bisa berproses menjadi jauh lebih baik
Bersahabatlah duhai hati, sehingga kesabaran akan membuahkan hasil yang sangat indah :)
Menangislah duhai hati, namun setelah itu ikhlaslah.. Rabb-Mu senang kau menangis pada-Nya
Surabaya, April 5th going to April 6th, 2018
Uploaded : Oct 1st '20
"great job" I said, and I smile to myself :3
0 notes
tyasdamay-blog · 4 years
Text
Ada kalanya kamu akan merasa kecewa, namun kecewamu pada kesempatan ini tidak sebegitu besar bila dibandingkan kecewa mu esok. Sekarang siapapun bisa memilih, untuk jauh lebih kecewa atau tidak kecewa untuk kedua kalinya.
Ada kalanya kamu harus menangis, ada kalanya kamu harus memohon, ada kalanya kamu harus menyimpan semua rasa malumu, ada kalanya kamu harus berlarian kesana kemari untuk meminta pertolongan.
Untuk sekarang, jangan menyerah untuk mengejar apa yang kamu impikan, menangislah, tapi jangan terlalu keras, simpan tangismu untuk perjuanganmu selanjutnya, kau akan membutuhkannya. Berlarilah sejauh apa yang kamu bisa, walaupun kau akan melupakan rasa lapar dan hausmu. Jangan lupa untuk menggenggam tangan orang-orang yang kamu percaya, karena genggaman itu sangat mujarab untuk menahan tanganmu agar tidak kau gunakan untuk mengusap matamu. Tapi ingatlah, bahwa genggaman itu juga bermata dua jika terlepas, untuk itu jagalah tetap rapat.
Pesanku, apapun yang kamu inginkan, aku percaya bahwa kamu telah memperjuangkannya. Sungguh aku mempercayai itu. Namun memang, terkadang apa yang kamu inginkan itu bukanlah apa yang kamu butuhkan.
Pesanku lagi, jika memang apa yang kamu inginkan belum menjadi hasil dari apa yang kamu perjuangkan, percayalah padaku, bahwa perjuanganmu sangat indah, dan kau satu langkah di atas mereka yang mendapat apa yang mereka inginkan. Kau tahu kenapa? Karena mereka berjalan di atas pilihannya sendiri, sedang kamu berjalan di atas pilihan TUHANMU. Dan itu sangat indah.
Dari seseorang yang pernah berada di posisi yang sama sepertimu :')
0 notes
tyasdamay-blog · 4 years
Text
Bersama kilatan petir,
dengan cepatnya, mimpi yang setiap malam kubangun, memendar menjadi realita yang berkoalisi bagai mata yang memejam dan terbuka
Bersama gugurnya daun,
dengan anggunnya, keangkuhan yang melekat pada setiap pergerakan lidah, terbang begitu saja menjadi keikhlasan
Bersama turunnya hujan,
dengan heningnya, obat yang dulu selalu ku gambar, menguap menjadi angka yang sekarang tak henti ku tulis
Hanya berjarak sebelas langkah
dengan teganya, gedung imajinasi dibangun tepat berseberangan dengan gedung realita
1 note · View note