Text
Menjadi merdeka dari hal-hal yang memang tidak dalam kendali kita.
Memerdekakan diri dari hal-hal di luar kendali adalah kunci agar hidup lebih tenang dan damai. Jika tidak nyaman dengan story orang cukup dimute atau unfollow, atau hal-hal lain misal tidak perlu tahu urusan orang lain jika tidak punya keterkaitan atau itikad ingin membantu, dsb.
Bukan egois, bukan juga apatis, melainkan kita sadar bahwa banyak hal-hal di luar sana memang bukan sepenuhnya tanggungjawab kita, atau harus kita. Ada kalanya, kita juga harus bijaksana dalam memandang bagaimana keadaan diri kita kita.
Bukan karena tak peduli, tapi karena kita sadar, peduli yang berlebihan pada semua hal justru melelahkan. Ada batasan-batasan yang Allah titipkan dalam tubuh, jiwa, dan pikiran kita. Kapasitas yang tidak selayaknya digunakan untuk memikul beban seluruh dunia. Bahkan dunia pun tidak sedang meminta kita untuk menyelesaikannya seorang diri.
Ada waktunya kita hadir, ikut membantu. Tapi ada pula saatnya kita untuk cukup tahu saja, cukup mendoakan, lalu melanjutkan hidup. Memilih untuk mute, unfollow, menjauh dari obrolan yang penuh drama, atau menahan diri untuk tidak ikut menilai hidup orang lain, itu bukan bentuk keangkuhan. Melainkan bentuk cinta kita terhadap diri sendiri.
Cara kita menjaga agar batin tetap jernih, bijak dan tetap memiliki ruang untuk mengurus hal-hal yang benar-benar memberi porsi bagi kita. Hidup ini terlalu luas untuk dikendalikan seorang diri. Dan terlalu singkat untuk diisi dengan urusan yang tidak berkontribusi pada pertumbuhan diri. Maka, melepaskan bukan berarti menyerah. Menjauh bukan berarti memutus. Dan diam bukan berarti tidak peduli.
Kita hanya sedang belajar satu hal penting:
Menjadi merdeka dari hal-hal yang memang tidak dalam kendali kita.
140 notes
·
View notes
Text
Memang berat...
Untuk membenci perilakunya tanpa membenci orangnya. Dan akupun masih belajar.
Tapi yang aku tahu. Allah saja memberi kesempatan bagi para pendosa untuk bertaubat.
Semoga Allah menjadikan hati kita bersih, dan menjaga kita dari perbuatan munkar. 💕
0 notes
Text
Do'a & Cinta
الحب دعاء والدعاء حب فمن أحبك دعا لك ومن دعا لك فقد أبلغ في محبتك
Do'a itu cinta. Cinta itu Do'a. Maka, siapa yang mencintaimu, pasti akan mendoakanmu. Dan siapa yang mendo'akanmu, berarti dia telah mencintaimu dengan seutuhnya. (Jalaluddin Rumi).
Pagi itu, selepas dhuha, kembali kutatap kubah hijaumu sepenuh rindu. "Assalamu'alaika, ya Rasulullah," ucapku.
Sambil menikmati suasana Masjid Nabawi yang tenang dan syahdu, kembali aku merenungkan Hadits Riwayat Ibnu Hiban yang jadi salah satu hadits favoritku.
Diriwayatkan, suatu hari kala mendapati Rasulullah ﷺ tampak sedang berbahagia, ibunda kita, 'Aisyah radhiyallahu 'anha menghaturkan sebuah pinta, "Ya Rasulullah, tolong do'akan aku," ucapnya.
Rasulullah ﷺ kemudian mengangkat kedua tangan beliau seraya berdo'a;
اللهم اغفر لعائشة ما تقدم من ذنبها وما تأخر، ما أسرّت وما أعلنت
"Ya Allah, ampunilah 'Aisyah, atas dosa-dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang, yang tersembunyi maupun yang terang-terangan."
Mendengar lantunan do'a yang begitu indah, wajah ibunda kita, 'Aisyah, langsung sumringah. Saking senangnya, sampai-sampai kepalanya jatuh ke pangkuannya.
"Apakah do'a ku membuatmu bahagia, Wahai 'Aisyah?" tanya Rasulullah ﷺ.
"Bagaimana bisa aku tak bahagia mendengar do'a seindah itu, ya Rasulullah?" ucap ibunda kita, 'Aisyah radhiyallahu 'anha.
Rasulullah ﷺ kemudian melanjutkan;
والله، إنها لدعائي لأمتي في كل صلاة
"Demi Allah, itu pula do'aku untuk ummatku di setiap sholatku." (HR.Ibnu Hibban).
Sungguh, tiap kali kurenungi hadits itu, tak dapat kucegah air mata rindu yang tiba-tiba menetes membasahi pipiku.
Bagaimana tak rindu, pada dia yang belum pernah bertemu namun dengan tulus mendoakan di setiap waktu?.
Rasanya haru bercampur bahagia kala mendapati fakta bahwa ternyata Rasulullah ﷺ tak pernah alpa mendo'akan ampunan bagi kita, ummatnya, di setiap sholatnya.
Catat ya! di setiap sholatnya!. Yang berarti meliputi sholat-sholat wajib maupun sholat-sholat sunnah.
Jadi, tak hanya di waktu zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh saja Rasulullah mendo'akan kita. Tapi Rasulullah juga mendo'akan kita, ummatnya, di waktu syuruq, di waktu dhuha, di waktu safarnya, bahkan di sepertiga malamnya. Allah... 😭🤍
Adakah yang lebih indah selain dido'akan oleh Rasulullah?.
Allahumma shalli wa salim wa baarik 'alaih...🤍
Semoga Allah pantaskan kita untuk diakui sebagai ummatnya Rasulullah ﷺ dan mendapatkan syafa'at beliau di yaumil akhir kelak. Aamiin ya Rabbal 'alamiin.
Madinah, sepenuh cinta.
@rizqan-kareema
22 notes
·
View notes
Text
Imam Al Ghazali rahimahullah dalam risalahnya, Ayyuhal Walau, menegaskan bahwa makna pendidikan sama seperti pekerjaan petani yang mencabut duri-duri dan menyiangi rumput-rumput liar, agar tanamannya tumbuh sehat dan mendapat hasil panen yang maksimal.
Buku Prophetic Parenting Cara Nabi Mendidik Anak halaman. 50
23 notes
·
View notes
Text
Dalam tiap lini kehidupan, ada beberapa hal yang perlu dan penting kita ingat untuk digaris bawahi. Atau mungkin juga perlu kita ulang-ulang agar Allah senantiasa menjaga hati kita dari perasaan iri dan berburuk sangka pada kehidupan orang lain bahwa
"Setiap orang itu punya ujiannya masing-masing dan setiap rumah tangga punya problemanya masing-masing."
Ada orang yang sudah punya nikmat harta, tapi qaadarullah belum punya keturunan.
Ada pula yang sudah punya keturunan tapi kurang dalam hal yang lain.
Tapi apapun keadaan kita, semua itu perlu disyukuri bukan?
Satu hal yang perlu kita tau,
"Kalau kita diberi cobaan ini, berarti diri kita mampu. Karena Allah tidak memberi cobaan diluar kemampuan hamba-Nya." 💕
_ @alvianita-fa
1 note
·
View note
Text
Look in.
Sebagaimana yang dikatakan Ibu Elly Rusman hafidzahullah, di unggahan sebelumnya bahwa poin penting sebagai orang tua dalam pengasuhan adalah look in (selalu melihat ke dalam diri) semisal ada tipe orang tua yang mengekang anak, ada pula yang demokratis.
Tanyakan pada dirimu sebagai orang tua (look in), mengapa selalu menuntut atau mengapa terlalu membebaskan? Apa dulu terlalu terkekang sehingga sekarang ingin membebaskan anak supaya tidak merasakan seperti dirimu? Apa itu benar? Sering-seringlah look in dan meminta petunjuk kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Ini sudah benar apa belum.
Dan pengasuhan pun sejatinya, hubungan ke atas atau hubungan vertikal (hablun minallah) dahulu baru setelahnya hubungan horizontal (hablun minannas). Inilah yang juga sering diremehkan.
“Jika anakku bertingkah hari ini, bisa jadi karena ada hak Allah yang aku abaikan. Jika anakku sukar diatur hari ini, bisa jadi karena ada hak Allah yang aku lalaikan. Jika anakku menguras emosiku hari ini, bisa jadi karena ada hak Allah yang aku akhirkan. Terkadang penyebab utama seluruh kesukaran karena kita tidak menunaikan hak Allah di atas yang lainnya. Tentang salat di akhir waktu dengan terburu-buru. Tentang lembar Quran yang tak dibuka apalagi ditadaburi. Berharap semua berjalan sempurna tapi Pencipta hanya diberi waktu sisa. Hai aku, jangan bercanda.” - Derry Oktriana Syofiadi hafidzahullah
Lagi-lagi tentang look in sebagai bentuk evaluasi kepada diri sendiri dan mengevaluasi hubungan orang tua dengan Allah Subhanahu Wata’ala.
Sebuah kontemplasi agar tidak serta-merta menyalahkan anak yang akhirnya memicu luka dalam pengasuhan lalu melabelinya dengan sebutan nakal, dsb.
“Anak durhaka kepada orang tua? Ada. Orang tua durhaka kepada anak? Tidak ada. Orang tua durhaka? Ada, durhaka kepada Allah Subhanahu Wata’ala sebab yang diingkari adalah perintah Allah Subhanahu Wata’ala kepada orang tua untuk memenuhi hak anak.” - Mamazi hafidzahullah
Sebagaimana yang dikatakan pula oleh Ibu Elly Rusman hafidzahullah, orang tua sering lupa menempatkan bahwa anak adalah amanat Allah Subhanahu Wata’ala sehingga suka semena-mena.
Banyak kasus di mana ibu kesal dengan ayah, anak yang jadi korban. Di sinilah bentuk contoh bahwa orang tua tidak menempatkan anak sebagai amanat dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Mereka yang menempatkan anak sebagai amanat dari Allah Subhanahu Wata’ala tanpa peduli apa pun kondisinya, harus mencari nafkah juga, harus mengasuh anak juga, harus mengurusi keluarga yang lain juga yang entah rasa capeknya sudah tidak tahu ada di sebelah mana tetap saja on track sebab meyakini pula ada Allah Subhanahu Wata’ala yang akan menolongnya.
Inilah dalam pengasuhan perlu meyakini bukan hanya menyoal hal tersebut saja. Mau apa pun metodenya, intinya adalah Allah Subhanahu Wata’ala. Bagaimana hubungan orang tua dengan Tuhannya? Look in.
Jika anak yang bermasalah, bagaimana tauhid orang tua pun akan memengaruhi sikapnya untuk merespon. Ia akan merespon secara proporsional.
“Jika kamu sebagai individu melakukan kesalahan inginnya disikapi seperti apa? Dibentak-bentakkah? Dipukulkah? Tentu tidak ingin kan? Lalu mengapa kamu melakukannya kepada anakmu? Anak melakukan kesalahan langsung diomelin, dibentak, dipukul. Apa kamu pun siap ketika melakukan kesalahan langsung diazab oleh Allah Subhanahu Wata’ala? Kepalanya dipecah dengan batu atau dimasukkan ke dalam tungku api. Anak (yang mungkin masih kecil) tidak bisa berbuat apa-apa tetapi bukankah Allah Subhanahu Wata’ala mampu melakukan apa yang kamu lakukan itu ke anak-anakmu dengan hal yang jauh lebih berat dan lebih besar? Allah Subhanahu Wata’ala lebih berkuasa atas kamu dibanding kekuasaanmu terhadap anak-anakmu dan Dia lebih sanggup menghukum atau menyakitimu dibanding kemampuanmu untuk menghukum atau menyakiti anak-anakmu.” – Ust. Nuzul Dzikri hafidzahullah
Lagi-lagi look in dan yang juga perlu dievaluasi adalah bagaimana suami memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya halalkah? Tayibkah? Zabiha hewan yang dikonsumsi jelaskah? Sebab apa yang dikonsumsi akan memengaruhi jiwa.
Inilah yang juga penting dan dasar namun jarang dibahas dalam kelas-kelas pengasuhan. Bisa jadi anak susah diatur sebab dampaknya berasal dari sumber nafkah yang haram. – Ummu Sajjad hafidzahullah dan Ust. Fatih Karim hafidzahullah
“Jagalah hak Allah niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. Tirmidzi, no. 2516 dan Ahmad, 1:293)
294 notes
·
View notes
Text
Islam itu enak, semua ada solusinya. Contohnya kamu disenangi orang, itu tandanya diridhai Tuhan. Kalau kamu digunjing orang, itu tandanya dosamu berkurang. Sama-sama dapat rahmat Tuhan.
Gus Baha via @kiaikita
179 notes
·
View notes
Text
«bare minimum»

Yahyā bin Mu'ādh رحمه الله said:
"If you can't benefit someone, then [at least] don't cause them harm;
if you can't make someone happy, then [at least] don't make them sad;
And If you can't talk good about someone, then [at least] don't criticize them."
Tanbīh al-Ghāfilīn, 1/165
972 notes
·
View notes
Text
Jika orientasi seseorang adalah akhirat, maka dia tak pernah khawatir bagaimana perkataan manusia kepadanya.
567 notes
·
View notes
Text
Untukmu.
Terimakasih telah menjaga jemarimu dari menyukai foto-foto perempuan yang betebaran di media sosial. Pun terimakasih telah menjaga pandanganmu dari melihat wajah perempuan yang bukan mahrom bagimu. Terimakasih telah berusaha berproses menjadi lebih baik, menjaga batasan, menjaga diri.
Terimakasih telah sebaik dan setulus itu menjaga diri dari fitnah. Engkau senantiasa terpeluk dalam doa dan semogaku.
91 notes
·
View notes
Text
Serial Taujih—Prasyarat yang Perlu Dihadirkan
"Memilih jalan hidup untuk berkhidmat bersama umat itu memang melelahkan, bahkan sesekali menyakitkan. Saat orang lain istirahat, kita memilih untuk berkorban waktu, tenaga bahkan harta hanya untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Akan tetapi, jika pilihan itu didasari dengan kepahaman, keikhlasan, totalitas amal, dan pengorbanan maka hidup kita akan mulia, matipun juga, Insyaallah."
Kepahaman, keikhlasan, totalitas dan pengorbanan adalah modal pokok di dalam mengusung perjuangan. Apapun yang diperjuangkan. Kehadirannya menjadi prasyarat yang wajib ada jika kita ingin berbicara dan memperoleh output dakwah yang optimal dan berkesinambungan.
Kepahaman memiliki peran bahwa segala sesuatu harus memiliki dasar; baik itu landasan syariat, maupun dasar-dasar ilmu kauniyah (dunia) sebagai penunjang komprehensifitas amal. Ketika dua hal itu mampu dikolaborasikan, akan mencipta suatu metode (cara) yang benar dari segi syariat, dan diterima dari segi lingkup sosial dan budaya.
Keikhlasan memiliki peran dalam menentukan arah, menjadi kompas atas segala kebingungan di tengah jalan. Ia harus menjadi satu hal yang terus diperbarui agar menjaga kualitas amal. Keikhlasan ini hanya mampu diperoleh ketika setiap da'i bisa memupuk karakter dalam dirinya yaitu rasa muraqabatullah (merasa diawasi Allah), yang bersih tidak dinodai dengan maksud dan harap duniawi.
Totalitas memiliki peranan dalam memberikan sikap dan tindakan dari bentuk implementasi hadits arbain ke 17 “Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik terhadap segala sesuatu.” . Total dari segi menghadirkan input, mengawal proses, hingga melahirkan output optimal di akhir. Karena yakin bahwa Allah lebih menilai proses daripada hasil.
Dan terakhir, pengorbanan yaitu menyadarkan kepada kita bahwa, hampir mustahil perjuangan tanpa adanya butir-butir pengorbanan. Waktu, tenaga, pikiran dan harta. Sehingga melahirkan sikap selalu korektif, "Jika dakwah tidak terasa berat (berkorban), jangan-jangan ada yang salah."
Wallahua'lam bish showaab.
134 notes
·
View notes
Text
Karena menikah adalah tentang mengubah kebiasaan.
Menikah bukan hanya menyoal menyatukan persepsi. Atau membangun komunikasi.
Bukan pula menyoal maklum-memaklumi. Atau menerima segalanya dengan besar hati.
Menikah adalah perihal nafkah lahir dan batin yang diberikan oleh suami kepada istri. Juga perihal pengabdian dan ketaatan dari istri untuk suami.
Menikah adalah tentang mengubah kebiasaan, mengatur waktu, merencanakan masa depan, mengolah finansial, pun mengambil peran dalam pengasuhan.
Jika segala urusan rumah diberikan sepenuhnya kepada istri, maka bukan penampakan baru lagi. Jika di kemudian hari kita mendapatkan para istri yang hidupnya penuh dengan tekanan, penuh dengan derai air mata, penuh pembangkangan dan penolakan.
Sebab mentalnya rusak, fisiknya lemah akibat dari pekerjaan rumah yang dianggap - oleh hampir keseluruhan manusia - adalah tanggung jawabnya.
Padahal rumah adalah tentang bersama. Pekerjaan yang melingkupi di dalamnya adalah tanggung jawab anggota keluarga.
Pun sama ketika seorang suami hanya memposisikan diri sebagai tulang punggung keluarga, sebagai sumber dana, sebagai pencari nafkah. Sehingga mindset yang tertata hanyalah menyoal uang. Untuk kemudian lahirlah sifat dan sikap yang menggurat luka di dalam diri sang istri.
Tidak ingin berperan dalam urusan rumah dan mendidik anak. Tidak ingin meringankan beban istri, tidak ingin berusaha lebih untuk menyenangkan hati istri.
Karena tidak selalu perihal uang yang membuat seorang istri bahagia.
Adakalanya pelukan hangat, bantuan mengurus rumah dan menjaga anak, waktu-waktu yang dihabiskan berdua, janji-janji yang ditunaikan, perasaan-perasaan yang dihargai; adalah bentuk bahagia yang lain.
Karena menikah adalah upaya mengubah kebiasaan. Mengubah semua hal-hal yang pernah dilakukan seorang diri, menjadi kebiasaan yang harus dilakukan berdua bersama pasangan.
Karena menikah adalah upaya memberikan lebih banyak waktu kepada keluarga. Menomorsatukan mereka, menjadi peka terhadap perasaannya.
Karena menikah adalah perihal saling; saling meringankan beban pekerjaan rumah; saling menghargai dalam setiap keputusan; saling menghormati dalam berbagai keadaan.
Karena menikah adalah tentang mengubah kebiasaan. Menjadi tahu dan paham bahwa begitu banyak kebiasaan yang mesti diubah jika telah hidup berkeluarga.
Bukan malah berlaku seenaknya hanya karena dia adalah kepala rumah tangga. Dan bukan pula bertingkah semaunya hanya karena dia adalah seorang wanita yang mesti dimuliakan oleh suaminya.
Karena sungguh, menikah adalan tentang kesadaran untuk mengubah kebiasaan.
Kesadaran untuk mau memahami bahwa sebaik-baik waktu yang dihabiskan seorang laki-laki adalah bersama keluarga dan istri.
Kesadaran untuk mau mengerti bahwa sebaik-baik ketaatan yang mesti dilakukan oleh seorang perempuan adalah ketaatan kepada suami.
06.13 a.m || 13 Juni 2023
1K notes
·
View notes
Text
Adab terhadap Diri
"Hal sepele sih buat sebagian orang, tapi hati saya gimanaaa gitu kalau makan berdiri."
Secuil kisah ini langsung aku jawab dengan anggukan setuju,
"Iya malaah serem yaa Dok.. kalau hati kita nggak peka lagi."
"Iya yaa, hilang sensitivitasnya ya.."
Padahal, kalau kalian pernah ikut konferensi/ simposium/ seminar terutama internasional.. tentu paham bahwa tea break adalah hal krusial untuk networking. Makanan mulai dari cake, buah, sayur dengan hummus, hingga minuman dari jus sampai wine tersedia dengan indahnya (teh juga ada dong, kan tea break.. hehe).
Nah sayangnya, budaya di Barat itu melakukan 'prosesi' ini dengan berdiri.
Inilah praktiknya bab adab. Adab apa? Terngiang suara gurunda,
"Sebagai penghafal Quran, adab terhadap diri sendiri haruslah dijaga. Ia akan sadar, bahwa ada al Quran yang hidup dalam dirinya, dititipkan Allah di hatinya. Maka adab apa pun itu, termasuk makan dan minum, menjadi hal yang sangat besaar."
“Terus gimana Dok?” tanyaku
Mau ikut makan sambil berdiri, rasanya nggak tenang.. tapi kalau ngga ikut mingle nanti dicap eksklusif..
Triknya gimana?
Wah ternyata ada tips menarik dari beliau yang bisa dicontoh,
"Saya biasanya ambil makanan, ikut berdiri dan ngobrol. Namun makanan saya biarkan dulu, toh yang penting ngobrolnya hehe. Nanti, kalau sudah habis waktu tea break dan semua sudah kembali masuk ke ruangan, langsung saya cari tempat duduk dan makan sejenak."
Jadi ingat pesan gurunda ketika pamit untuk exchange,
"Seorang muslim itu, terlihat identitasnya justru ketika situasi dan kondisi tidak memungkinkan namun ia tetap teguh pada pendirian."
---
Pagi itu, Desember 2019, tak terasa hampir 3,5 jam aku dan dr. Iin bercengkerama. Percakapan mengalir begitu saja, dan banyak sekali hikmah yang Allah titipkan lewat beliau. Silaturahmi itu indah, maka selagi aku di Melbourne saya izin menemui beliau di tempat penelitian PhD beliau di Florey Institute of Neuroscience and Mental Health. Sambil duduk menghadap jendela besar di ruang makan, memandang orang-orang di bawah berlalu lalang di langit yang mendung..
Lahir dan besar di Solo, dr. Muthmainah, M. Neurosci menyelesaikan pendidikan kedokteran di Universitas Sebelas Maret. Saat itu, sembari menunggu projek di Rumah Sakit UNS beliau menjadi pengajar, pembimbing tutorial atau skills lab untuk mahasiswa S1. Jatuh cinta pada peran akademisi, akhirnya beliau mencari beasiswa untuk S2 di Australia. Hingga sampailah beliau di University of Queensland, Brisbane dengan beasiswa AAS. Sempat hampir ditarik kembali jadi dosen plus spesialis, beliau mengaku sudah jatuh cinta dengan research sehingga melanjutkan S3 dengan beasiswa LPDP di University of Melbourne.
Selain keresahan itu yang kami diskusikan, aku terharu akhirnya Allah pertemukan dengan dokter sekaligus researcher yang sepakat bahwa sebagai muslim di bidang ini punya peran yang sangat penting. Kenapa?
"Karena ketika menunjukkan diri sebagai muslim yang taat tapi juga profesional.. nggak kampungan, cerdas, berkelas.. di situlah syiar kita sebagai muslim!"
Pas denger kata 'syiar' langsung merinding dan tertohok karena malu. Kadang peranku sebagai agen muslim masih compang-camping. Padahal dr. Iin, sampai berazam kuat untuk bisa melampaui -- minimal setara -- dalam nilai dengan teman-teman sekelas beliau.
Anyway, hari itu aku diajak berkeliling gedung tempat riset itu (yang ternyata mengembangbiakkan domba di lantai 5 untuk hewan coba..) dan dijelaskan pula project PhD beliau tentang stress-induced eating disorder. Melihat beliau berinteraksi dengan colleagues-nya dengan santun dan ramah. Semua disapa, diajak basa-basi (hehe, aku kok masih suka nggak pede ya sama bule).
Daaan selain itu, aku banyak meminta nasehat termasuk tentang keluarga (hehe). Aku pernah menyaksikan researcher yang menganggap work-life balance itu tidak ada. Lalu mereka yang married to his work. Dan mereka yang keluarganya berantakan, jatuh ke perselingkuhan ketika jadi residen, dan lainnya. Naudzubillahimindzalik.
Padahal, sebagai muslim tentu kita pahami ada porsi-porsi untuk masing-masing aspek. Porsi diri, keluarga, pekerjaan, umat. Sesuatu bernama hak. Yang tentu kuncinya terletak pada porsi diri secara vertikal. Terlepas dari ujian yang akan dialami, tentu kita berikhtiar memaksimalkan setiap peran ini.
Maka sebagai wanita, ada sebuah lisensi penting dalam apa pun itu yaitu ridha suami (kalau belum menikah, ayah). Dr. Iin yakin kalau sudah diizinkan sang suami, maka InsyaAllah urusan-urusan menjadi mengalir. Termasuk tantangan mengurus anak ketiga seorang diri sambil Masters, pengorbanan LDR dengan anak-anak di Solo (InsyaAllah segera menyusul).. alhamdulillah.
Research bagi beliau,
"It's exciting that you'd never know what you can find!"
Tidak perlu jadi orang yang pinter bangeet, tapi masuk ke dunia ini butuh modal persistensi: terus bertanya, mencari jawaban dan troubleshooting ketika data bermasalah.
Aku akhir-akhir ini berpikir.. Betapa banyak, research yang akhirnya malah jadi alat menjatuhkan islam? Yang akhirnya keluar dari makna sesungguhnya? Yang akhirnya jauh dari hikmah dan berorientasi memuaskan ego? Yang akhirnya destruktif bagi alam?
Padahal dalam Islam kita mengenal konsep maqasid syariah, yang jika menurut Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi.. kegiatan manusia yang berkait dengan menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga harta, dan menjaga keturunan.. idealnya ditambah: menjaga lingkungan.
Selamat curiga bahwa Anda yang membaca, sedang Allah titipkan pesan. Pesan untuk dipinjam Allah menjadi pionir-pionir research dengan islamic worldview di era ini.
- h.a.
Draft tulisan Desember 2019, yang Allah pertemukan kembali pagi ini ketika menyiapkan materi kemuslimahan #murajaah
Semoga Allah jaga beliau
145 notes
·
View notes