uptimus-kei-blog

[uptimus-kei-blog]

Cukup, jangan bersikap seolah kau tahu mengenai siapa yang akan berjodoh dengan siapa.

Arutala Ricci, 8.2K19

[uptimus-kei-blog]

Aku menghilang karena tidak ingin membuatmu semakin menderita. Bukan karena aku membencimu. Bukan... Itu sungguh tidak benar. Maka dari itu, lupakan saja jika aku pernah ada.

Arutala Ricci, 8.2K19

[uptimus-kei-blog]

Kau hanya harus bersabar jika ingin masuk ke dalam duniaku.

[uptimus-kei-blog]

Hujan dan Rindu

Hujan datang bersama awan kelabu Membuat hari menjadi sendu Kilas kenangan menjelma rindu Nyata sudah tak temu sewindu

Ruang Rindu, 26 Agustus 2019

[uptimus-kei-blog]

Apa yang lebih menyakitkan dari sebuah pengkhianatan?

[uptimus-kei-blog]

Luka lama.

[uptimus-kei-blog]

Ilusi. Ya, itu kamu.

[uptimus-kei-blog]

Terima kasih telah mengajarkan aku rasa ingin memiliki.

[uptimus-kei-blog]

Apa yang kau inginkan? Katakan saja.

Arutala Ricci, 7.2k19

[uptimus-kei-blog]

Aku tahu, kamu sudah tidak sabar, bukan?

Arutala Ricci, 7.2K19

[uptimus-kei-blog]

Mengapa

Sepi...

Kenapa begini?

Aku bertanya kepada Angin,  dia hanya mendesis. Bertanya pada Hujan, dia justru menangis. Bertanya pada Matahari, dia menyalak.

Kenapa mereka enggan menjawab? Aku berjalan tanpa tujuan, hingga bertemu Pohon.

“Mengapa selalu sepi?”

Dia tak menjawab, tetapi tangannya bergerak---menunjuk hatiku.

“Apa yang kau maksud? aku tak mengerti....”

Negara Api, 25 Juli 2019

[uptimus-kei-blog]

Air mata, untuk bukti lenyapnya keangkuhan.

Arutala Ricci, 7.2K19

[uptimus-kei-blog]

Kesakitan tak berujung, meronta hanya menambah luka semakin dalam.

Arutala Ricci, 7.2K19

[uptimus-kei-blog]

Katanya….

Arutala Ricci,7.2K19

[uptimus-kei-blog]

Belati telah tertanam. Senyum sinismu, kuanggap sebagai ucapan selamat jalan.

Arutala Ricci, 7.2K19

[uptimus-kei-blog]

Apa sudah terlambat?

Arutala Ricci, 7.2K19

[uptimus-kei-blog]

Langit kelabu, membawa kabar sendu padanya...

Arutala Ricci, 7.2K19