Biarkan hati memilih!! karena tanpa kita sadari ia memiliki Tuannya sendiri.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
AKU SEDIH.
Dari pagi sampai sore tadi memilih untuk tidak membuka sosmed dengan tujuan mau rehat sejenak dari berita hari ini yang sungguh bikin sesak di dada.
Ku habiskan waktu dengan ngegame, nonton film, bikin kue, atau ngapain aja asal ga buka sosmed dan baca berita.
Sampe ku rasa cukup dan siap untuk update terkait pemberitaan duka Arema, baru aja pegang hp dan buka sosmed, Sired update katanya, "mah udah 174 nih beritanya". Buru-buru ku baca semua berita. Ku cari info terbaru. Ga cuma di sosmed, di grup komunitas ku pun semua sedang membahas tragedi ini.
Sedih? Sangat! Ga perlu ditanya.
Sampe ku putuskan untuk menulis ini.
Mungkin bisa dibilang ini tulisan dari penggemar bola abal-abal yang sangat sedih atas tragedi yang terjadi.
~~
Bukan hanya karena banyak memakan korban jiwa, tapi tragedi kanjuruhan ini jadi pembelajaran seumur hidup bahwa mencintai sesuatu berlebihan itu sungguh tak ada baiknya sama sekali.
Kekecewaan supporter atas kekalahan harusnya jadi ajang pendewasaan bagi siapa saja yang belajar mencinta, agar lagi-lagi tak berlebihan.
Jauh dari itu, belajar mencinta (re-supporter) harusnya juga belajar untuk bisa menerima kekurangan yang dicintai
(dalam hal ini tim kebanggaan). Harusnya menjadi supporter bisa menerima kekalahan dan memberi dukungan agar kelak tak kalah lagi. Bukan lantas melampiaskan kekecewaan dengan bertindak bodoh.
Sungguh, 1 nyawa melayang saja sudah menyedihkan, apalagi sampai 174 jiwa melayang (update Emil Dardak).
Dari pemberitaan semua membahas kenapa sampai bisa terjadi.
Berbagai spekulasi dan adu argumen mulai bermunculan.
Rasanya semua pihak tidak mau disalahkan atas tragedi ini. Semua saling tuduh.
Mulai dari seharusnya tidak diselenggarakan malam hari, penjualan tiket yang melebihi kapasitas, tindakan kepolisian semprot gas air mata, personil penjagaan terlalu minim, ahhh masih banyak lagi.
Aku sebagai penggemar bola abal-abal coba merunut ke belakang. Tanpa ada pembelaan kepada pihak siapa pun, sebab ini tulisan juga ku buat dari pemberitaan yang beredar.
1. Di runut ke belakang kenapa ini bisa terjadi, tentunya karena kekalahan Arema.
Atas kekalahan ini supporter tidak terima. Selain karena bermain di kandang sendiri, tentunya juga karena rival bebuyutan yang mengkalahkannya.
Tidak terima lantas turun ke lapangan. Memprovokasi. Jelas ini seperti bola salju. Supporter lain yang juga merasa kecewa tersulut untuk ikut turun ke lapangan. Ricuh. Sungguh menurut ku ini adalah golongan supporter yang abal-abal dan tidak berkelas.
2. Pengamanan, dalam hal ini dilakukan kepolisian, tentunya ambil tindakan. Saat ambil tindakan untuk meredam kericuhan, puluhan supporter lain ikut turun dan meramaikan kericuhan.
Jujur dalam keadaan seperti ini, menurut kalian harus diredam seperti apa? Selain tembakan gas air mata. Ya meski tindakan ini dilarang FIFA. Tapi coba kasik tau cara terbaik meredam masa yang mulai kalap mericuh selain tembakan gas air mata.
Sebagai penggemar abal-abal, sejak pemberitaan keluar aku berpikir keras bagaimana seharusnya polisi meredam? Aku tidak sama sekali membela kepolisian dengan tindakan yang dilakukan, hanya saja bertanya terkait solusi seharusnya juga penting untuk dicari tau.
Karena buatku pemberitaan yang menyudutkan kepolisian karena tembakan gas air mata menarik untuk dikulik. Sebab rasa-rasanya kondisi ini bisa menjadi ancaman bagi aparat kepolisian yang kondisinya sedang tidak baik-baik saja.
Bisa saja ini menjadi alat untuk semakin menurunkan trust masyarakat terhadap kinerja kepolisian. Seakan semuanya salah kepolisian yang dalam hal ini bertugas mengamankan.
Kalau sampai beneran, ngeri sih.
3. Beberapa lembaga pada akhirnya turun tangan mendesak dan meminta pemerintah bertanggungjawab atas tragedi ini.
Ini aku semakin bingung. Maklum kan penggemar bola abal-abal. Hehe
Bisa tolong ada yang bisa menjelaskan?
Atas kejadian ini aku sedih.
Tapi lebih sedih kalau sampai tragedi ini justru jadi ajang saling menyalahkan dan saling tuduh.
Kalaupun harus ada yang bersalah, aku sebagai penggemar bola abal-abal menyalahkan SUPPORTER. Iya supporter yang katanya cinta tapi justru menyakiti. Yang katanya mendukung sepenuh hati justru jadi pemicu hingga bikin sesamanya mati.
Pliss, jadi supporter cerdas yang paham kalau bertanding itu tak melulu harus menang, tapi juga siap dengan kekalahan.
~ ve ~
021022
4 notes
·
View notes
Text
Segala yang ku punya tentangmu, kan tersimpan baik. Sebab aku tak berniat sedikit pun melupakanmu.
Mungkin kau pun begitu dengan namaku yang tertulis di tubuhmu.
Aku membiarkanmu menempati satu sudut ruang yang tak mungkin ku beri untuk orang lain. Sebab segala cerita tentangmu belum berakhir.
0 notes
Text
MIRNA PEREMPUAN DI MEDAN PERANG
Pikirannya masih saja berputar pada sosok pria bertanda namanya. Berulang kali berusaha menepis, berulang kali pula semakin terasa dekat.
Ia bukan sekedar dihantui, tapi semua tentangnya melekat pada diri. Mirna semakin tak tau apa yang harus diperbuatnya.
Pun dengan berbagai sign yang akhir ini kerap ia terima. Entah pertanda bahwa dia sudah mulai bisa menerima, atau mungkin pertanda ia tau kalau Mirna sedang tak baik-baik saja.
Ah sudahlah..
0 notes
Text
MIRNA, PEREMPUAN DI MEDAN PERANG
Tangisnya pecah. Ia merasakan dadanya penuh sesak. Pikirannya entah kemana. Sejak semalam tidurnya tak nyenyak sebab ia menyadari rasa itu tak kunjung datang lagi.
"apa yang harus ku perbuat?", Pekiknya dalam hati. Kesekian kalinya ia memilih untuk sabar, meski tak tau sampai kapan.
Ditengoknya bocah kecil yang menangis di hadapannya. Tangisnya pun semakin pecah. Rasa bersalah sebab ia merasa gagal menahan amarah. Sungguh ia begitu dilema.
0 notes
Text
MIRNA, PEREMPUAN DI MEDAN PERANG
"mesti arungku belum berakhir, pantaslah ku akan terusir. Getir menampar ku, berat hati angkat kaki" .
Begitu kiranya salah satu lirik yang masih terngiang di kepala Mirna. Melalui video dan teks yang Pardi kirim untuknya sebelum semua benar-benar berakhir.
Semua masih terangkum jelas di ingatan Mirna. Bagaimana ia harus pergi tanpa ada sedikit kesempatan untuk bersua barang sebentar saja.
Pikirnya, ini keadaan enam tahun lalu saat ia ditinggalkan begitu saja. Sebab ia tau rasa sakitnya, ia tak ingin Pardi juga merasa hal yang sama. Tapi apa daya, kesempatan itu tak pernah ada dan ia pun terima.
0 notes
Text
MIRNA, PEREMPUAN DI MEDAN PERANG.
Ingatan 6thn lalu masih saja terus membayangi Mirna. Ditinggalkan begitu saja dengan pesan yang diterimanya selang beberapa hari ia berusaha menerima kenyataan, bahwa lelakinya itu tak bisa mencintainya dan memilih kembali kepada masa lalunya.
Kejadian 6thn lalu inilah yang membuatnya mengambil keputusan disaat dirinya putus asa.
Hidupnya kini masih saja seputar kenangan yang susah ia lupakan. Meski kerap berusaha menerima takdir yang bukan inginnya, tapi keinginannya membangkang juga sempat terlintas dibenaknya.
Lagi-lagi, ini tentang pria di ujung sana yang memporak porandakan hati dan pikirannya.
#MPDMP
1 note
·
View note
Text
Bagaimana bisa aku menulis cerita yang kisahnya tak pernah usai.
0 notes
Text
Masih saja dengan pria yang sama.
Air matanya selalu jatuh di tengah malam, saat semua terlelap.
Ingatannya berputar pada keadaan 6 tahun lalu. Saat dia mulai mencintai, namun ditinggal begitu saja.
Kini, lagi.
Meski tak sama, namun cintanya masih.
Setelah berhasil ia tumbuhkan, kembali dia menghilang.
#MPDMP
0 notes
Text
Sembari perlahan sesendok nasi masuk ke mulutnya, ia menahan agar air matanya tak jatuh menetes. Ia tak ingin siapa pun tau apa yang dirasakannya kini.
Ia sadar sudah terlalu jauh berjalan. Menguras semua emosi, tenaga, waktu dan pikiran, tapi seakan tak bisa membuktikan apa-apa.
Statusnya masih sama, tak sedikit pun ada yang berubah.
Keinginannya tak sejalan dengan apa yang lalu lalang di kepalanya.
Tak ada yang bisa ia percaya, pun tak ada yang percaya padanya.
Perjalanannya cukup melelahkan. Sesekali ia menyerah, di lain waktu ia tak ingin pasrah begitu saja.
Mirna, tak pernah ia temukan tempat nyaman sebab pikirannya tak pernah tenang.
Vzv,
031121 - 10.55
=====
Suatu malam di hari yang sama ketika ia berusaha agar air matanya tak terjatuh,
Ia kini mulai mengerti tentang perasaannya.
Pria yang sempat membuat luka.
Ragam pertanyaan kerap muncul dibenaknya.
Menjadi denial jadi hal biasa.
Ditepisnya semua,
Hingga perlahan mulai percaya.
Ia merasakan namanya Cinta.
lagi, dengan orang yang sama dari kehidupan lamanya.
Vzv,
031121 - 23:02
0 notes
Text
Setelah bertahun-tahun
Ku rasa lagi, cinta yang benar-benar cinta
Pada orang lama
Yang pernah ku usahakan rasa padanya
Setelah bertahu-tahun
Juga ku rasa lagi kortisol ditubuhku sering meningkat,
Dadaku cekit-cekit tiap ada sesuatu yang membuat sakit
Setelah sempat mati suri,
Rasanya ku hidup kembali
Meski tak pernah ku tahu apa definisi cinta
Tapi bisa ku tebak, begini rasanya.
Tak bisa ku urai melalui aksara
Bisa jadi telah ku capai hakikat mencinta.
Atau ini hanya sesaat
Sebab di tempat lain tak ku dapat?
Atau justru ini tujuan
Sebab dengannya ku dapati ketenangan?
Bak teka teki silang,
Semuanya serba malang melintang
Vertikal horisontal berkesinambungan
Kepastiannya satu jawaban.
Vzv,
290921 - 00.12
0 notes
Text
AKU INGIN
Aku ingin dicintai dengan brutal.
Dengan kata-kata kasar yang mampu menyadarkan
Dengan banyak peringatan agar tak ku lakukan kesalahan berulang
Dengan ragam aturan, sebab ku sadar seringkali ku terlampau kelewatan
Pun aku yang ingin mencintaimu dengan brutal.
Sebab sebenarnya ku pencemburu, kau harus tau cara untuk tak memantik amarahku
Sebab ku tau bagaimana kau terdahulu, mari berjanji demi hal yang baru
Sebab ku cintaimu, maka kan ku rawat dirimu agar senantiasa bisa hidup lama bersamaku.
Kita ini dua manusia satu jiwa,
Yang ingin utuh karena mencinta dan dicinta.
Mari brutal bersama!
Vzv,
081021 - 06.32
0 notes
Text
MIMPI
Bahkan di mimpi saja kita sudah tak saling bisa bertatap muka.
Aku ingat betul
Di sebuah kedai makan, aku terburu-buru masuk dan mencari keberadaanmu.
Mondar-mandir mencari, namun tak ku temukan.
Lantas ku bertanya pada pegawai kedai, dan ternyata kau baru saja pulang 4 menit sebelum ku sampai.
Kau titipkan catatan kecil pada si mbak pegawai
Aku ingat betul isi tulisannya
"Nyatanya waktu 10 menit tak cukup untuk kau tentukan pilihan".
Kau beri tanda di tulisan itu "16.03"
Ku bergegas buka handphone,
dan ku perhatikan chat terakhirmu tepat di jam 15.47
Di jam itu pula ku bergegas meninggalkan kantor menuju kedai makan tempat kita janjian untuk bertemu.
Ternyata aku terlambat. Kau sudah pergi membawa makananmu.
Hanya selisih 16 menit, kau sudah tak mau lagi menunggu.
Padahal kau tak pernah tau bagaimana aku harus buru-buru.
Di jalan aku berebut dengan mereka yang baru pulang cari nafkah untuk bertemu keluarga di rumah
Pun aku yang ingin menemui mu
Ini mimpi, tapi seakan nyata.
Mungkin juga pertanda,
Kita tak bisa lagi bersua.
0 notes
Text
CARAKU, MUNGKIN TAK SAMA
Aku bukan menyerah.
Aku hanya sedang berjuang dengan cara yang ku bisa.
Tak apa tak di percaya, tak apa pula jika menganggap ini drama.
Aku lelah, tapi bukan berarti ku pasrah.
Aku hanya sedang berusaha menerima.
Tak apa jika tak membuat ku bahagia,
Tak apa pula jika pada akhirnya semua akan sia-sia.
Jika semua tentang bahagia,
Aku percaya tiap orang akan berbeda cara mendapatkannya.
Ada yang penuh luka, pun ada yang mendapatkannya dengan mudah.
Jika semua tentang waktu.
Tak bisakah kau menunggu?
Biarkan semua berlalu, menuju titik kita bertemu.
Jika memang semua tentang kepastian,
dan kau butuh kejelasan.
Dengan berat hati,
Kau bisa pergi, kan ku persilahkan.
Terakhir,
Jika semua tentang pilihan.
Aku ingin memilih tenang, tanpa tertekan.
Tanpa tuntutan. Tanpa paksaan.
Biarlah semua terjadi atas kesadaran dan keyakinan.
Pun, kau bisa memilih untuk meninggalkan.
0 notes
Text
MANTRA JIWA (Baiknya dilafalkan menjelang menutup mata)
Hai diri,
sudahkah kau belajar hari ini?
Belajar untuk bisa mengerti
Bahwa, tak semua yang kau ingin bisa kau dapat,
Tak semua yang kau mau, bisa kau raih
Tak apa tak disukai, dibenci, bahkan dicaci
Tak apa pula jika kau harus lakukan semua sendiri
Pahami,
Mungkin saja mereka iri
Atau bahkan kapasitasnya tak sama dengan yang kau miliki
Teruslah tumbuh dan menjadi mekar,
Hingga harumnya semerbak di sekitar.
Sudah malam, silahkan beristirahat
Tubuh dan pikiranmu harus tetap sehat.
Vzv,
160921 - 22.46
0 notes
Text
Tanpa judul, Penuh rasa.
Tepat di waktu yang biasa ku terbangun
Dia mulai meronta
Ku ingat sekali waktunya
04.14
Sakitnya bertambah,
Nampaknya ia mulai tak betah.
Ditendangnya kuat-kuat,
kalau saja ini tembok triplek mungkin sudah roboh
7 jam penuh bertahan melawan sakit.
Bocah ini tak betah dan ingin segera melihat dunia.
Peluh dan darah mengucur bersama,
Suara tangis jadi pertanda.
Ohh sayang,
kini kau hirup udara.
Tanpa harus tempuh pendidikan,
Sejak itu gelar ku sandang.
Tak mudah,
Hari ku banyak kau renggut seketika.
Tapi semua terasa indah,
Meski tak bisa ku pungkiri juga banyak luka.
Anakku,
Kau terlahir dariku, tapi berasal dariNya.
Kau milikNya, meski akan hidup bersama denganku.
Untukmu, kan ku penuhi cinta,
Tapi kau tetap harus mengembara.
Ragamu bisa jadi milikku, tapi harus tetap kau bangun rumah sendiri untuk jiwamu.
Jangan pernah terluka,
Dadaku tak cukup lapang menampung sakitnya.
Vzv, 230921
17.05
0 notes
Text
Ingatan
Mirna. Ingatannya kembali pada kenangan 7thn silam.
====
Tengah malam, di sebuah warung bambu, pinggir jalan, di tengah perkotaan.
Ia harus menghadapi kenyataan terpahit di hidupnya. Berhadapan dengan kedua orang tua, juga Narto.
"Apa alasannya? Kurang apa Narto? Ada apa dengan kalian sebenernya?". Mirna dihujani pertanyaan oleh Bapak.
"Kenapa sih nduk? Ada apa ini?". Ibunya sama saja.
Mirna terdiam. Pandangannya kosong. Matanya berkaca, menahan agar tak tumpah.
Nafasnya tersengal. Dadanya berkecamuk. Ia benci. Benci sekali pada Narto kala itu.
Harusnya tak perlu membawa Bapak Ibu dalam urusan ini, tapi Narto, pria yang membuat Bapak Ibu jatuh cinta, tak rela pergi begitu saja.
"Apa gara-gara Maman, kamu perlakuin Narto gitu nduk?". Pertanyaan ibu makin membuatnya sesak. Sama sekali tak ada hubungannya dengan Maman yang kala itu menjadi mantan kekasih Mirna.
"Apa sih bu? Ga ada hubungannya sama Maman."
"Lah terus apa? Kenapa tiba-tiba ga mau sama Narto?". Kata ibu terus bertanya pada Mirna.
"Bukan karena apa-apa bu. Aku ga cinta. Aku ga bisa, masa harus dipaksa. Aku ga mau lagi sama Kang Narto. Nggak mau bu." Kata Mirna mengungkap isi hati di depan orang tua dan juga Narto.
Semua diam.
Mirna terisak. Narto membeku.
Ayah ibu, tak habis pikir dengan anak sulung perempuannya yang satu ini.
Setelahnya mereka semua pulang.
Mirna terisak di kamar. Masih saja ayahnya tak terima. Baginya, Mirna sudah menyia-nyiakan sosok pria yang pantas untuknya.
Sebulan. Dua bulan. Hingga bulan-bulan berikutnya, tak ada suasana cair.
Mirna sibuk dengan dunianya. Rumah yang hanya berjarak 2km tak lagi pernah dikunjunginya. Ia memilih tinggal sendiri dengan semua kesakitan.
Tapi perlahan ia bahagia atas pilihannya.
====
7thn berlalu.
Seakan kembali di masa lalu, ia berhadapan lagi dengan kenyataan sama yang harus dihadapi.
Nyatanya, meski selalu berusaha, Mirna tak pernah benar-benar mencintai Narto yang kini sudah memberinya anak.
Baginya kini tak akan semudah dulu.
Tapi keinginannya untuk bisa mencari jalan bahagia sendiri masih sama dengan niatnya 7thn lalu.
#MPDMP
0 notes
Text
Lamunan
Seperti biasa. Tepat di jam 16.15 setelah semua pekerjaan selesai, dan tapping siaranku tayang, ku tinggalkan kantor.
Setelah menempati rumah itu, kebiasaan ku pulang malam dan mampir sana-sini memang sengaja ku batasi.
Selain jarak tempuh yang semakin jauh dari tempatku bekerja, aku lebih memilih pulang ke rumah, kemudian duduk sambil menemaninya di teras sebelum magrib tiba.
"Kalau masih saja hard feeling, tenagamu bakal abis. Udah tenang." Katanya sembari mengelus punggung tanganku.
Selalu seperti itu.
Pun aku masih saja terus bercerita tentang keluhanku di tempat kerja.
"Ayo masuk, magrib." Sambil membawa cangkir americano yang sudah kosong diminumnya.
Ku ikuti dari belakang, sembari menutup pintu.
Magrib jadi waktu bagi kami beristirahat sejenak. Ia nyalakan lagu-lagu rock kesukaannya. Tak banyak ku tahu, kecuali lagu dari band rock asal Amerika yang selalu masuk playlistnya, The Velvet Underground.
Aku? Seperti biasa, menghabiskan waktu di kamar mandi untuk bebersih.
Kami berada di ruang yang sama. Dia menulis. Sesekali membuka buku, terkadang juga handphone. Aku menyalakan tv meski belum tentu ku tonton. Kalau bosan, ya kumatikan saja, lalu ku comot buku fiksi yang belum selesai ku baca.
"Sayang, besok agendamu apa?", tanyaku mengganggu konsentrasinya.
"Hmm belum ada, paling cuma lanjutin tulisan." jawabnya.
"Besok aku mau dianter ya, aku lagi capek." lanjutku sambil ku taruh buku dan duduk di dekatnya.
Ia cukup memahami ku. Ditutupnya laptop setelah tombol ctrl+s dipencetnya.
"Iya aku anter." katanya sambil mendaratkan ciuman di keningku.
Setelah memutuskan bersama, kiranya demikian banyak malam kami lalui.
Banyak obrolan. Tak jarang jika sedang bosan di rumah, kami putuskan mencari tempat ngopi yang tenang. Jauh dari hiruk pikuk, sembari menghirup udara segar.
====
"Ayo pulang sayang, keburu hujan", kataku membuyarkan lamunannya tentang kehidupan rumah tangga kami kelak.
Sudah hampir 2 jam kami berdua duduk di warung tua pinggir jalan pedesaan yang sejak ia kenalkan padaku, bisa ku dapuk jadi tempat ngopi santai favoriteku.
Vzv, 270621
0 notes