Jayson, Jean memberikan nama ini ketika kami terjebak di apartement masing-masing ketika Covid-19 menyerang. Ya, dia hanya orang asing berkewarganegaraan Perancis dengan senyum yang indah. Katanya "Un grand bonheur qui prend sa place"
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
"Aku pernah memiliki mimpi setinggi langit. Aku pernah memiliki semangat hidup seakan-akan aku akan hidup selamanya. Namun, sekarang aku hanya bermimpi setinggi atap agar dapat kuraih semuanya tanpa mengenal perasaan kecewa."
Kau tawarkan mati Lalu kau tiadakan benih Yang kau tanamkan di tidurku
aku tidak pernah menyangka akan menemukan fase ini dalam hidupku.
rasanya hampa; sedih tidak, bahagia tidak. aku menulis ini di Starbucks MGR1, Tanjung Duren, Jakarta Barat. hari kamis dengan sore yang sangat panas dibandingkan Bandung, ya, ini jam 16.25.
dengan minuman favoritku Salted Caramel Machiato extra ice, minuman ini sedikitnya membantu perasaan-perasaan yang muncul di hatiku tentang pertanyaan yang tak kunjung berhenti terngiang seminggu kebelakang ini. aku tidak berusaha mencari jawaban atas pertanyaan ini, aku hanya cukup mengilhaminya saja bahwasannya aku sedang tidak baik-baik saja. tulisan kali ini akan membahas soal laki-laki yang terus berupaya mematahkan sayapku.
diwaktu yang sama ini kaka sedang berada di London, perjalanan dinas. Odi? dia sedang di Dubai dengan kabarnya baru saja berhasil menjual wine termahal di tempat ia bekerja seharga Rp55.000.000 dengan tips Rp4.500.000. lalu aku? masih dengan hal yang sama, berkutat dengan Kota Bandung.
Meeting kemarin membuatku cukup berkeringat dingin, selain karena aku tahu sebentar lagi aku akan kembali ke Bandung fakta bahwa aku ternyata tidak memilki kesempatan yang sama dengan kaka-kakaku membuatku cukup frustasi dan mempertanyakan kebahagiaanku ini.
selain itu, akhirnya aku menyerah terus berusaha sendiri mempertahankan hubunganku dengan pacarku. padahal yang kuminta dari dia hanyalah menjadi seorang Pria. lucu sekali, saat aku menangis kemarin di tengah malam yang sangat gelap, aku sadar bahwa aku berhubungan dengan orang yang sangat jauh dari kata layak hingga buah pikir terbentuk "jika kami putus malam ini, aku tidak akan kehilangan apa pun". aku menyesal pernah percaya pada laki-laki dan setia padanya.
aku pikir, semakin aku melakukan simplifikasi terhadap apa yang aku mau semakin mudah aku pertahankan. ternyata tidak. hal ini malah membuatku semakin mudah ditipu daya oleh orang sekitarku.
entahlah apakah aku sekarang masih ingin memiliki laki-laki dalam hidupku atau tidak. sangat tidak bisa diandalkan, sampai akhirnya aku mengenal seseorang yang memiliki mental frugal masculinity.
aku pikir, dengan aku di Jakarta aku akan bahagia. betul aku bahagia. hanya saat ketika aku sendiri, tidak bersama siapa pun.
aku berharap penuh semua akan berakhir pada angka 27.
0 notes
Text
The Time Has Come
saat ini aku duduk si Starbucks Djakarta Theatre di Jakarta Pusat. aku sendiri, bersama salted caramel machiato extra ice dan butter croissant. saat ini pukul 17.24 yang mana merupakan waktu pulang kerja bagi sebagian pekerja disini.
uniknya adalah, aku termenung disalah satu kota terpadat di dunia. bisa dibayangkan berapa juta jiwa yang hidup disini? beradu nasib satu sama lain untuk menghidupi jiwa-jiwa yang ada.
aku duduk sendiri, menyaksikan hiruk piruk kota ini. tanpa lagu yang mendampingi. aku hanya ingin menikmati bisingnya kota ini. saat ini musim hujan, entah kenapa hari ini tidak ada satu tetes pun air yang turun dari langit. langit berwarna orannye menyinari gedung gedung pencakar langit seakan memberikan tanda untuk menyuruh setiap manusia ini pulang.
terbesit dalam pikiranku; langit yang indah ini sudah menjadi saksi atas setiap perasaan manusia yang beradu nasib. kira-kira berapa harapan, doa, tangisan, dan putus asa yang langit ini saksikan? berapa yang ia sampaikan kepada Tuhan agar doa tersebut dikabulkan?
lucunya adalah, aku disini sedang tidak melakukan apa apa diantara orang-orang yang sedang berupaya keras untuk hidupnya. meminum secangkir kopi buatku hari ini adalah sebuah kewajiban tak mendasar, tapi beberapa orang tidak mampu membeli kopi seharga Rp61.000 ini, ya terlalu banyak pertimbangan bagi mereka untuk bertahan hidup.
saat aku berpikir soal doa, seandainya orang-orang tahu. aku merupakan salah satu orang yang berharap di langit yang sama dan ternyata langit benar-benar mengabulkan itu. puji tuhan kusampaikan hingga waktu yang cukup lama.
dalam diam ini aku pun berharap, setiap entitas yang aku lihat hari ini akan disertai dengan kebahagiaan dan keberuntungan yang sama selayaknya Tuhan mendengarkan pilu jiwa ini.
sesampainya aku disini, 2 hari yang lalu tepatnya 12 April 2025 pukul 13.13 aku sudah tidak pernah lagi mendengarkan tangisan itu. jiwa ini perlahan tumbuh menjadi gadis yang bahagia, sebagaimana tuhan berkati kehidupan jiwa ini untuk tetap hidup.
Tuhan harus tau, ini terdengar sombong mungkin menurutnya; tapi ini adalah bukti bahwa aku bertahan hidup dan terus tumbuh.
salah satu barista di Starbucks mengajakku untuk berfoto bersama lalu ia sedikitnya bertanya untuk basa basi kaka bekerja sebagai apa? dengan tegas ku jawab aku adalah seorang manager di gedung tinggi itu. senyum manis terasa kebanggan yang sangat tinggi.
pencapaian ini tidak lepas dari restu Tuhan atas nasib yang aku jabani sekarang.
Terima kasih, untuk selalu percaya dan memberikan yang terbaik di waktu yang tepat.
Maaf aku belum bisa menjadi hamba yang baik.
Jakarta Pusat
Starbucks Djakarta Theater
Senin, 14 April 2025
0 notes
Text
Pikiran itu akhirnya menjelma dalam goresan pada kertas lusuh, seakan melawan takdirnya untuk tak pernah ada. Secangkir kopi di hadapanku telah kehilangan hangatnya, rasa yang dulu menggugah kini hanya hambar tak bertepi. Namun, aku tak sedang berbicara soal kopi. Konon, mengakui dosa seperti ini adalah keharaman terbesar bagi seorang gadis, kata mereka, dosa yang sebaiknya terkubur selamanya dalam diam.
0 notes
Text
"if i was a fool for you, i'd wait a hunderd million hours"
makin keisni dimensi semakin kecil. bahkan sempat terbesit pertanyaan apakah mereka tau aku masih hidup? atau pernah ga ya ada yang wondering kemana sarah pergi?
aku lagi membayangkan hidup bahagia bersama pasangan yang selalu ada dan menghabiskan waktu bersama dengan bahagia. tertawa adalah kebiasaan sehari dan kehampaan itu tidak pernah ada. apakah kesempurnaan itu semembahagiakan itu? atau justru dinamis seperti ini lebih baik?
ternyata begini ya rasanya, ketika rumah itu tidak ada wujudnya namun hangat dalam khayalan.
tanpa aku sadar, aku terus membohongi diriku sendiri dan membiarkan semuanya terjadi.

0 notes
Text
i want things like they were before
dunia makin kesini makin aneh ya? yang satu ingin didengar yang satu ingin dimengerti yang satu tidak ingin melakukan keduanya.
sepertinya semua baik-baik saja ketika cinta itu tidak ada. tapi, seandainya oka tau apa yang sebenarnya terjadi di 2024 dia pasti akan tertawa lepas mengetahui betapa bodohnya aku hidup didunia ini.
with you love was simple
aku merasa semakin hari hubunganku dengan beberapa orang tidak baik-baik saja atau mungkin keadaan secara general sedang memburuk? tapi tetap saja, seburuk-buruknya keadaan ada tempat yang akan selalu menerimaku.
Pantai.
aku ingin sekali membangun rumah di dekat bibir pantai semisal hal-hal seperti ini terjadi sepertinya yang hidup tidak mau mendengarkan aku? biar yang tidur mendengarkan disana. setidaknya, mereka menerimaku apa adanya bukan berharap aku menjadi orang lain.
25 desember akan tibaaa dan sebentar lagi natal pun akan berlangsung. aku ingi sekali piknik di pantai dengan bikini favoritku juga topi jerami dan kacamata hitam yang sangat besar! untuk minumannya aku ingin Wine Bec Hardy yang Pertaringa Understudy Cabernet Sauvignon.
biar karya Ismail Marzuki mengiringi piknik ini, karena aku akan berkencan dengan angin laut!
Aku tau alammu cemerlang
dengan bunga rembulan dan bintang
merdu dengan rayuan asmara
namun bagiku hanya rimba lara
kasihku hilang, jauh di awan
aku hanya dengan kenangan
0 notes
Text
And What We Have Feared Was Now Believed.

now, she's alone in bandung city
living like, lord, i wonder how?
an angel in hell in bandung city
menyadari bahwa semuanya telah hilang adalah fase tersulit yang pernah ada. bahkan kehidupan ini rasanya hanya dua warna dan ingatan ini hanya bertahan 2 menit saja. rasa sepi ini begitu bising. mereka bilang, mereka mencintaiku. tapi? sejatinya mereka ingin hidup di kehidupan yang mereka inginkan; bukan yang aku inginkan.
mereka tidak mengharapkan aku bahagia, tapi mereka bahagia atas aku sesuai apa yang mereka mau. mereka tidak ingin sesuatu terjadi kepadaku, tapi mereka ingin semua sesuai dengan apa yang mereka harapkan.
ketika mereka mengharapkan kebahagiaan dihidupku, sebenarnya aku tau maksudnya.
seandainya aku bisa hidup sesuai apa yang aku mau. mereka bilang semua berlandaskan cinta. tapi, yang aku pikirkan itu hanya egois mereka semata. semuanya bohong seperti pisau bermata dua.
apakah mereka benar-benar mencintaiku atau mereka hanya ingin aku sesuai dengan apa yang mereka mau?
saat aku dirayakan oleh semuanya, aku tidak berharap mereka semua pernah ada. saat aku dirayakan oleh senyuman, aku hanya bergumam kapan semua ini berakhir? semuanya bohong.
mereka bahagia atas aku yang mereka harapkan, bukan aku yang sesungguhnya.
malam demi malam, aku menunggu, kapan aku bisa hidup kembali?
selamat ulang tahun yang ke-24.
tidak ada harapan kecuali kehidupanmu kembali lagi
bersama yang terkasih dan yang tercinta
bukan mereka yang sekarang bahagia atas kematianmu.
0 notes
Text
Me and Ardhito Pramono

what should I decide then your eyes' stuck inside my head I see a rainbow in your heart Then when you left me the sun behind you sets
You light up my empty heart Then I will be glad to see your sights You gave me diamond in the clouds Though I can not be the one you love
0 notes
Text
Let her go.
"when everything meant to be broken
i just want you to know who i am."
suatu saat nanti dia akan kembali hidup. suatu saat nanti dia akan kembali bersinar. suatu saat nanti dia akan kembali membuka matanya dan menyadari bahwa hidup ini begitu indah.
suatu saat nanti, sinar matahari akan kembali ke suhu yang diingatnya.
suatu saat nanti, dia akan kembali kepadanya
dia pasti akan mengingat setiap orang yang membuatnya menjadi seperti ini.
dia tidak akan lupa kepada mereka yang membuat perjalanan ini begitu berwarna.
dia pun tidak akan lupa siapa yang menyakitinya begitu tega hingga membuatnya seperti ini.
yang terkasih dan yang tercinta, suatu saat tapi bukan sekarang dia akan kembali
0 notes
Text
Wijayakusuma Bersemi, Mekarlah Beri Kami Nyawa Lagi Dwipa Pertiwi nan Tercinta
tulisan ini merupakan tulisan pertama sejak 6 oktober 2024. banyak hal terjadi yang tidak dapat diungkapkan kembali dengan kata-kata. banyak luka yang timbul akibatnya, dendam tak terbendung, dan maaf yang tak berarti lagi. kehidupan tidak lagi sama. bumi kembali pada warna sesunguhnya,hitam dan putih.
teringat sumpah yang diucapkan dengan lantang pada tahun 2015 ternyata menjadi sebuah malapetaka dikemudian hari. terikat sumpah yang baik namun berdampak sangat buruk. bahkan penduduk langit pun menjadi saksi akan keberanian itu. siapa sangka semuanya hanya menimbulkan penyesalan.
Belajar untuk tidak menyesali apapun keputusan yang dibuat dimasa lalu. siapa sangka keputusan ini merupakan keputusan dengan penyesalan hingga membawa sumpah kematian pada seseorang? siapa sangka orang yang begitu dikagumi suatu saat akan membunuhku? mereka yang aku kenal adalah tujuan hidupku. tidak ada kata lagi yang dapat disampaikan selain diam.
semua begitu semu tiada artinya. waktu berjalan detik demi detik namun luka ini seperti penyakit diabetes yang tidak kunjung kering. iya diabetes, karena merekalah kenangan manis yang aku perjuangkan namun berujung kematian yang semu.
bagai kuda yang dipaksa bekerja, sakit, nihil hasil. aku memperjuangkan sebuah pencapaian yang ternyata tidak ada hasilnya. namun, bagian hidup ini mengajarkanku bahwa tidak selamanya akhir cerita itu membahagiakan. tidak semua cita-cita yang diusahakan akan berbuah manis. warna asli bumi memanglah hitam dan putih, begitulah adanya
berusaha mempertahankan kewarasan saat ini begitu sulit setelah melalui banyak sekali pengkhianatan. terlau banyak mata tertuju, terlalu banyak suara yang tidak merdu, terlalu banyak tekanan, semua ini begitu sulit untuk dilalui.
yang aku tahu, aku hanya harus terus berjalan, terus berjuang. walaupun aku terus meluapkan amin tanpa makna.
Wahyu 21:3
"Dia akan menghapus semua air mata mereka. Kematian tidak akan ada lagi. Perkabungan, tangisan, ataupun rasa sakit juga tidak akan ada lagi. Hal-hal yang dulu terjadi sudah tidak ada lagi."
0 notes
Text
I'm Not a Prodigy, This Within Agony.
What a year. I never thought 2024 would mark the turning point of my life. It’s strange how life twists itself into something unrecognizable overnight. Every day, I found myself tangled in questions, wrestling with the highs and lows that defined my days, wondering how everything could change so suddenly. so irreversibly.
As 2024 began, I was full of anticipation, curious about what the year had in store. Soon, my questions were answered. I got accepted for a remote position, working from Shibuya, Japan. I remember that day so clearly. The rush of excitement, the feeling that everything was finally falling into place. I can confidently say those next few months were the best of my life. I mean, who wouldn’t feel on top of the world? I was earning more than I could have imagined three paychecks a month. I thrived in a diverse, fast paced environment, surrounded by brilliant minds, shouldering responsibilities I had only dreamed of. Life felt surreal, like a dream I was afraid to wake from. Every day I would think, this is too good to be true.
And yes it was too good to be true.
The sky, once so clear, began to darken. The signs were subtle at first small things breaking down, cracks in what once seemed flawless.
The sky was falling apart, piece by piece.
When it all finally collapsed, I was left standing in disbelief. I couldn’t think. I couldn’t process. It happened in the dead of night one of those quiet nights when there’s nothing to fear. And yet, everything crumbled before my eyes.
I was in shock, trying to convince myself it wasn’t real. I didn’t know how to fight back, but I tried. God, did I try. I did everything I could think of to save what was left. Every ounce of strength I had was thrown into “fixing” it, but deep down, I knew I was helpless. The words that echoed in my mind were “just keep going.” That was all I had.
But the truth is, I’m human. And no matter how hard you try, some things are meant to fall apart. And when they do, no force in the universe can hold them together.
I lost everything.
Still 2024. I lost the things I held dear the parts of me that gave my life meaning. And when you’ve lost so much, your mind goes to dark places. I started wondering if ending it all might be the only escape.
Emptiness settled in, like a heavy fog. Every day felt like a slow, creeping death. I was completely alone. Can anyone even see me? I thought, over and over. I felt as though I was disappearing. I wondered, if life keeps unraveling like this, will I even have someone by my side to face it with me?
And then, I met him.
The day you, Dicky Arya Nugraha, walked into my life felt like an accident, like fate throwing us together just to see what would happen.
I didn’t know him. I didn’t even like him at first. His confidence rubbed me the wrong way, and the way he spoke I hated it. I hated how sure he was of himself. Who was this guy? I couldn’t have cared less.
But then I noticed something, something small but undeniable. There was a light in his eyes, a kind of energy I hadn’t seen in anyone for a long time. It was there when he spoke to my friends, a spark that caught my attention.
Hope.
When I finally spoke to him, the first thing I said was, “Hey, we’re in the same shoes, aren’t we?”
But he denied it, almost defiantly. He didn’t want to be compared to anyone, to be leveled with anyone else’s pain. He thought he was different. But life has a funny way of proving things. it turns out our shoes, quite literally, were the same size.
I don’t know how I knew, but something deep inside told me he was the one. The one I had been waiting for, the answer to the question that had haunted me for so long: “When will help arrive?”
Out of nowhere, he became a part of my life. And now, he’s my boyfriend.
And we’re planning our engagement for next year.
Dear my future husband.
Dicky Arya Nugraha,
You are the light that pierces through my darkness. You are everything to me. From the moment I saw you, I knew. You’re strong, brave, and yet so full of tenderness. Your kindness is like a beacon. You push yourself beyond your limits, and somehow, through all the battles, you keep the fire in your soul burning bright.
You helped me find peace when I thought peace was impossible. You stood tall, right in front of me, shielding me when no one else could. You faced a world that seemed determined to break us, and yet, you refused to back down.
You love me despite everything. despite all the mess and chaos that I carry with me. When I thought you might leave, you fought for me harder. You loved me deeper.
Day by day, month by month, the hope inside me has grown stronger. And now, I can’t imagine a life without you in it.
Thank you.
No,
There are no words to express how grateful I am. I can never thank you enough.
You are the light that shines in my darkest hours.
and i proud of you, yang.
will always be.
0 notes
Text
Mind Your Own Business While I Grow Mine
saat ini akan kukatakan aku berada di zona kehampaan dimana kau sendiri tidak dapat menerka timeline apa yang sedang aku jalani.
i'm not progessing anything.
dunia memang begini adanya, keras. tidak peduli siapa insan yang menghadapinya, semuanya akan tergerus oleh waktu. tidak peduli niat baik atau buruk
if shits happend, it will happend.
sebuah dedikasi dan komitmen tidak selamanya berakhir indah. perjalanan ini benar tidak ada arah, kompas hidup benar tidak berwujud. hanya keyakinan batin yang mengarahkan kemana langkah ini menuju. keyakinan mendalam kepada suatu hal yang imajiner akan semakin nyata, lalu semua ini dapat diartikan sebagai kehidupan yang fantasist.
i'm just as much as fantasist.
entah apa yang akan terjadi bahkan beberapa menit kedepan. entah apa yang menjadi faktor utama suatu hal terjadi. semuanya terjadi begitu saja. kekecewaan ini nampak menggerogoti kewarasan dalam bertindak. rasanya semua ini semu bahkan semakin tidak berwarna. hitam semakin pekat, itulah realitanya.
and you wonder how my they did it?
sebuah pertanyaan yang hanya dapat dijawab dengan satu lagu yang dinyanyikan oleh White Shoes "Kisah Dari Jakarta Selatan"
ini kisah yang tak akan mungkin terlupa, dan
Hamba takan pernah mampu menjawabnya
0 notes
Text
A Silent Witness.
If I could talk to him, I’d let him know what had unfolded over the years, not in lengthy words but in the quiet truth carried by time itself. For a decade, I have watched, waited, and endured silently. Every day, a story etched into the silence, a chapter added to the book no one reads but me. He doesn't know, couldn't know, the weight of that time, nor the way I had grown accustomed to its presence, like a shadow that clung to me.
But the waiting… the waiting is over.

I wouldn’t need to explain it. I wouldn’t need to describe the sleepless nights, the unanswered questions, or the hopes tethered to thin threads of belief. All that would be unnecessary. He would understand, as he always had, with only three words. Three simple, undeniable words that would fill the space between us like a whispered confession, echoing with the gravity of all that had passed.
In those three words, he'd hear it all the pain, the endurance, the quiet strength that had sustained me. And in the silence that followed, he would become, as he had always been, my witness to everything unspoken.
0 notes
Text
Kalau terus begini aku tak tahu bagaimanakah lagi.
masa-masa yang bahagia menanti disana
namun, tanpa kerja nyata dan doa pada yang Esa
kiranya semua harapan tuk bahagia, sentosa
kan sia-sia
0 notes
Text
Pada akhirnya, Kapan pun juga, insting ini selalu membawaku kembali ke Jakarta. Walaupun aku tau, rumah yang selalu menjadi tujuan akhirku telah sirna dan tak berwujud lagi
Jakarta, 21 April 2024
i've been so depresingly lonely and I've been floating on the sea Love that's not coming easily
Bandung, 02.01am

Hati ini tidak baik-baik saja, hanya itu yang aku tau. aku tidak pernah tau apa yang terjadi dengan hati ini sejak aku tidak bisa lagi merasakan segala jenis emosi. namun saat itu yang aku tahu hanyalah
aku harus pulang
entah, aku tidak mengerti. rasanya ada sakit yang tidak bisa dijelaskan sebab akibatnya. aku hanya tau kalau aku harus ke Jakarta, hari ini juga.
Kota Baru Parahyangan, 12.56

Aku terdiam di mobil saat itu, menepi untuk menghadiri meeting yang cukup telat. Starbucks adalah pilihan yang baik sepertinya untuk merennung. lagi dan lagi, aku yang hanya sendiri terdiam dalam renungan yang tidak akan berhenti hingga aku menghembuskan nafas terakhirku. semakin hari, dunia ini makin tidak kenal arah. Apakah hanya duniaku saja? rasa sepi ini kian tumbuh menjadi masalah yang cukup krusial.
aku terus berfikir seperti itu bahkan ketika aku sedang melakukan meeting. padahal, meeting ini sangat penting karena akan menentukan apakah aku akan pergi ke Australia atau tidak di bulan depan.
persetan dengan semuanya. aku muak sekali
Bekasi 15.42

Semua benar-benar tidak baik-baik saja ketika bekasi adalah tujuan selanjutnya.
semuanya tau dimana aku berada ketika aku sangat sedih.
ya, Bekasi.
tempat ini akan mengingat segala keluh kesahku terhadap keresahan ini. tempat ini menyimpan banyak sekali kenangan sulit yang aku lalui tempo hari.
aku benar-benar tidak baik-baik saja
instingku membawaku kesini untuk mencari jawaban atas keresahan ini.
Jakarta 18.06

aku bergegas menghubungi temanku, aku tidak punya waktu banyak untuk berlama di Jakarta. kami bertemu di belakang SCBD, komplek pemerintahan. lalu kami pergi ke Plaza Semanggi.
dan disitulah semua jawaban atas keresahan ini.
aku menangis.

sudah kuduga, selama ini aku sangat kesepian. pada akhirnya aku hanyalah seorang manusia. sebuah mahluk sosial yang membutuhkan seseorang, seseorang yang sampai saat ini belum aku temukan.
aku mencarimu yang aku tau, hanya hidup dalam pikiranku, masa laluku.
saat itu yang aku pikirkan hanyalah, aku ingin berpelukan dengan seseorang, aku tidak mau kembali ke Bandung dengan perasaan yang sama.
Senopati, 22.06

aku bertemu dengan temanku di salah satu bar. tidak banyak percakapan saat itu, karena aku hanya ingin sentuhan seseorang yang aku pikir dapat menenangkan sedikit keresahan hati ini.
aku berpelukan dengannya.
rasanya nikmat sekali, sebuah perasaan dimana kedamaian itu hidup.
aku tidak ingin melepas pelukan ini.
sebuah perasaan yang sangat nyaman
dan jauh dari Bandung, kota yang sangat aku benci.
Mungkin kau kurelakan
Takkan kulupakan
satu malam di Senopati hari itu.

Sialan, aku terpaksa harus pulang ke Bandung karena memang bukan disini seharusnya aku berada!
0 notes
Text
Living like, Lord, i wonder how?
Yo, te he dicho casi todo, y casi todo es poco, frente a lo que yo siento
memaknai tentang masa depan yang tidak pernah pasti. dan keadaan yang tidak pernah kita bayangkan akan terjadi atau bahkan ketakutan yang sebenarnya tidak pernah terjadi?
saat ini aku duduk di taman bareti tepat pada tanggal 26 september 2023 hari selasa pukul 16:58 sendirian dengan lagu yang selalu aku putar. karena memang hidup ini terus berputar di lingkaran yang sama. aku pun tidak memahami sebenarnya apa yang sedang terjadi seakan-akan ada sebuah entitas besar yang sedang menghalangi langkah ini. entah apa itu, namun ini cukup membuatku sedikit frustasi.
aku lelah atas segalanya, seakan-akan berlomba untuk menggapai sesuatu yang tidak pernah ada wujudnya.
sebenarnya untuk apa semua ini?
apa yang akan terjadi jika aku tidak menggapainya?

mengapa semuanya terasa hampa?
1 note
·
View note
Text
The Sailor
Bulan Agustus ini bukan bulan yang cukup mudah, penuh rasa kecewa dan perjuangan yang berat hanya untuk tetap bertahan pada kondisi mental yang baik.
aku ga lagi baik-baik aja
hanya itu yang bisa kukatakan ketika seseorang bertanya mengapa kamu berubah? semua berubah sejak 2 Agustus 2023. Sesak rasanya jika mengingat hari itu, saat itu aku pikir, adalah akhir dari segalanya. aku bahkan tidak sanggup untuk melihat diriku sendiri. betapa beratnya, betapa sia-sianya, betapa sakitnya hati ini mengingat semua perjuangan yang tidak ada artinya.
aku hanya berusaha memaafkan dan tetap melangkah
hari demi hari menjadi sangat sulit untuk dijalankan. kepasrahan ini semakin besar karena aku semakin sadar, tidak sepenuhnya kejadian dihidup ini bisa aku kendalikan. tidak ada satu manusia pun yang dapat aku percayai, aku hanya semakin berjarak dengan setiap orang dan berasumsi bahwa people comes and go. semuanya kupendam sendirian dalam lubuk hati ini. aku bahkan tidak menangis karena aku harus kuat. aku sadar ini bukan suatu tindakan yang sehat. tapi, memang sangat susah menyalurkan perasaan ini.
sampai pada hari Sabtu 19 Agustus 2023. aku pergi ke sebuah tempat golf. tempat yang cukup nyaman untuk menikmati akhir pekan walaupun pikiran ini sangat penat. setidaknya, dalam keadaan terburuk pun aku masih memikirkan tujuan hidupku, ya, menikmati hidup.
apakah aku cukup menikmati hari itu? sepertinya bukanlah jawaban iya atau tidak. karena, hal ini lah yang membuat aku menulis isi hati di blog ini yang sebenarnya aku tidak ingin ada yang membaca ini.
saat itu aku sedang berdiri sendirian memandang lapangan golf yang hijau dan luas. sendirian. tanpa HP. hanya menikmati angin. tiba-tiba ayah datang dan berdiri di sebelahku.
awalnya tidak ada perbincangan apa-apa. tapi tiba-tiba...
kamu mau keluar negeri ya tahun depan?
Sarah, bisa ga kamu ga pergi jauh-jauh dari ayah? ayah gada temen disini.
deg.
aku ga pernah bilang siapa-siapa kecuali kakak kalau aku mau pergi ke jerman tahun depan. iya aku ingin ngejar mimpi aku, iya aku ingin hidup di tempat yang layak. tapi, dengan meninggalkan orang tua yang udah tua? apakah aku akan bahagia walaupun aku tinggal di surga?
rasanya ingin menangis.
rasanya campur aduk.
rasanya sakit.
Bandung, 19 Agustus 2023.
0 notes