welydya

[welydya]

Allah SWT berfirman:

فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلٰى مَوْتِهِۦٓ إِلَّا دَآبَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُۥ  ۖ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَّوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِى الْعَذَابِ الْمُهِينِ

"Maka ketika Kami telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan." (Q.S. Saba / 34:14)

[welydya]

Hujan

Kemarin uni melakukan perjalanan menggunakan sepeda motor. Ketika berangkat, langit tampak cerah.

Dalam perjalanan pulang, awan menggelap dan turun hujan. Uni lupa bawa jas hujan, akhirnya memutuskan untuk mencari tempat untuk berteduh. Aha, alhamdulillah ada gubuk di tengah perkebunan kelapa sawit itu.

Hujan merupakan pengantar rezeki kepada manusia. Hujan merupakan rahmat dari Allah SWT. Atas izin Allah, buah-buahan dapat tumbuh dengan bantuan air hujan. Ini dijelaskan dalam Q.S. Al-A'raf:57. Makanya ketika hujan, kita semestinya berdoa "Allahumma soyyiban nafi'an, Ya Allah turunkanlah hujan yang bermanfaat".

[welydya]

[welydya]

[welydya]

Mencuci Baju

Kamu kalau biasanya nyuci baju, apakah mengikuti petunjuk yang ada pada bungkus deterjen?

Memperhatikan atau tidak, sebenarnya ada logika matematika disana.

AHA momen hari ini, saya sebelumnya tidak terlalu menghiraukan petunjuk penggunaan ini. Tahu tapi ya berlalu saja. Namun, hari ini saya memperhatikan dan membacanya.

Untuk mendapatkan hasil terbaik, disarankan untuk mencuci dengan cara memisahkan cucian yang mudah luntur, lalu larutkan dengan sempurna sesuai takaran yang dianjurkan. Rendam cucian selama 30 menit.

Bagaimana takarannya?

1 genggam deterjen tersebut dapat digunakan untuk 15 potong pakaian dalam 10 liter air, bila mencucinya menggunakan tangan. Sementara itu, jika menggunakan mesin cuci 1 genggam deterjen dapat digunakan untuk 15 potong pakaian dalam 40 liter air.

Nah, 1 genggam ini setara dengan 40gram.

Bisa diubah jadi soal matematika, jika diketahui seperti petunjuk cara penggunaan di atas. Bila ingin mencuci 30 potong pakaian, sebaiknya berapa banyak deterjen dan air yang digunakan?

Ternyata, matematika berkeliaran disekeliling kita bukan?

[welydya]

Masakan Ibu

Setidak pandainya seorang Ibu memasak, tetapi masakannya akan tetap menjadi yang paling dirindukan oleh anak-anaknya. Begitu gak ya?

Semenjak Ibu tiada, saya menggantikan tugas Ibu memasak di rumah. Setahun terakhir sebelum kepergian Ibu, saya belajar memasak dari Ibu. Masakan Ibu juga terkenal enak di kalangan Ibu-Ibu di kampung kami. Namun, kalau nanya resep sama Ibu, seringkali yang ada bakalan bingung kalau tidak akan berkecil hati.

Bukan, bukan Ibu tidak mau berbagi resep. Akan tetapi, saya merasa kemampuan matematika logis Ibu dalam meracik bumbu sudah memasuki tahap yang "top". Biasanya kalau belajar suatu resep, ada takarannya bukan? Semisal 10 buah bawang merah, 5 siung bawang putih, 100 gram cabai. Bagi Ibu, tidak ada angka-angka seperti itu. Karena pengalamannya memasak hampir setiap hari selama 20-an tahun terakhir, meracik bumbu tak perlu lagi takaran-takaran pasti seperti itu.

Jadi, kalau mau belajar suatu resep dengan Ibu, ya harus ikutan bertempur di dapur secara langsung dengan Ibu. Mengamati dengan seksama, menghitung berapa buah bawang yang Ibu pakai, seberapa banyak garam yang Ibu tambahkan.

Meskipun punya catatan resep memasak bersama Ibu, setiap kali memasak ingatan ketika belajar bersama Ibu seperti menuntun tangan saya dalam meracik bumbu.

[welydya]

Mencuci Piring

Kamu tipe nyuci piring setelah numpuk atau setiap selesai memakainya langsung mencucinya?

Kali ini menemukan AHA momen mengasah matematika logis ketika mencuci piring. Mencuci piring bukan berarti hanya piring loh ya yang dicuci.

Usai memasak, akan ada beberapa peralatan yang kotor tentunya. Nah, sebenarnya bisa mengasah matematika logis dari kegiatan mencuci piring. Ada piring kecil, piring besar, mangkuk kecil, mangkuk besar, ada gelas, ada cangkir, ada wajan untuk menggoreng, spatula, sendok makan, spatula. Ada banyak sekali jenis barang yang berkaitan dengan cuci piring.

Jadi, sembari mencuci piring dapat mengajarkan anak tentang bentuk-bentuk benda, mengelompokkannya berdasarkan fungsinya, dan banyak hal lainnya.

[welydya]

Laporan Keuangan

Sebagai single, sudahkah kamu mempunyai laporan keuangan? Sudahkah memulai membiasakan diri mencatat pemasukan dan pengeluaran? Sudahkah sesuai dengan budget yang direncanakan?

Saya pribadi masih maju mundur mengenai pencatatan ini. Kadang malas, kadang rajin.

Belajar membuat financial planner, membuat alokasi keuangan, mematuhi budget yang telah ditetapkan. Mencatatnya sebagai bentuk tracking juga pertanggung jawaban. Membuat evaluasi bulanan maupun tahunan.

Bukankah semua itu bentuk mengasah logika matematika?

[welydya]

Beberes Lemari dan Matematika

Sumber foto: pinterest

Siapa yang tak ingin lemarinya seperti di atas? RAPI, itu salah satu kata yang menggambarkannya bukan?

Kamu punya waktu khusus untuk merapikan lemari?

Bagi saya, merapikan lemari juga salah satu bentuk mengasah logika matematika. Untuk mendapatkan pakaian tersusun seperti gambar di atas, perlu kemampuan dalam mengelompokkan pakaian bukan?

AHA, hal ini bisa digunakan untuk belajar matematika bersama anak. Mengajak anak untuk bereksplorasi dalam mengklasifikasikan pakaian, melipatnya bersama. Mengajaknya menghitung baju yang dia punya. Mengajarkan punya pakaian secukupnya saja. Jika sudah tak muat tapi bajunya masih bagus dan layak pakai, baiknya diberikan kepada yang membutuhkan.

[welydya]

Kopi dan matematika

Berbicara tentang kopi, saya mempunyai pengalaman lucu jika tak mau disebut memalukan akibat matematika logis yang salah.

Saya selalu tak percaya diri ketika membuatkan kopi untuk tamu. Walaupun pernah diajarkan takaran gula dan kopi untuk satu gelas, tetap saja saat saya mencicipi, saya tak yakin apakah itu memang rasanya pas atau tidak.

Beberapa waktu lalu, saya menerima tamu yang memang sudah direncanakan bahwa ia akan datang. Tak mau memalukan, saya sengaja membeli kopi sachet.

Walaupun nampaknya persiapan saya cukup matang, nyatanya saya gugup. Ketika membuat kopinya, saya tak mengikuti petunjuk cara penyajian pada sachetnya. Cangkir yang saya gunakan tampak lebih kecil, jadilah saya mengurangi takarannnya.

Lucunya, saya tak menyadari hal tersebut sampai keesokan harinya saya kedatangan tamu lagi dan membuat dengan cara yang sama seperti kemarin. Saya juga membuatkan untuk Bapak kali ini. Setelah tamu pulang, Bapak bertanya, kenapa kopinya terasa hambar?

Kopi Bapak belum habis, jadi saya mencicipi. Ternyata benar, rasanya hambar. Hanya bisa ketawa sambil nahan malu dan berkata dalam hati "jadi yang kemarin rasanya juga hambar begini? Niat hati biar gak memalukan, justru yang terjadi malah beneran memalukan" 😅😅😅

[welydya]

Itung-Itungan ketika Hendak Membeli Barang

Ketika hendak membeli sesuatu, apa yang jadi pertimbanganmu? Apakah harga masuk ke dalam salah satu pertimbanganmu? Jika ya, apakah itu menjadikanmu sebagai orang yang "pelit atau terlalu itung-itungan"?

Mmm, kalau menurut saya itu lebih ke bentuk mengasah matematika logis.

Semisal, seperti hari ini saya hendak membeli hair care, body care, dan skin care yang sudah pada mau habis. Mulai deh hitung-hitungan biar gak melewati budget tapi kebutuhan juga terpenuhi. Godaan untuk mencoba produk baru yang 'katanya' lebih bagus tapi harganya gak sesuai budget, harus dihindari.

[welydya]

Memasak dan Matematika

Berbicara tentang matematika logis, hari ini saya merasa menemukan AHA momen ketika memasak. Pagi hari, saat memasak, saya akan memulainya dengan memasak nasi. Sembari nasi dimasak, saya akan membuat lauk pauk. Tepat ketika lauk dan sayur matang, nasi pun matang.

Saya mempertimbangkan waktu ketika melakukannya.

Misalnya seperti saat saya hendak memasak "ikan kembung lado hijau" dan sayur bening bayam. Pertama, saya membumbui ikannya terlebih dahulu, sembari menunggu bumbu ikan meresap, saya akan menyiapkan "lado hijau" untuk digiling. Selanjutnya, ketika menggoreng ikan saya akan menyiapkan bayam dan bumbunya.

[welydya]

Math around us: Belanja Bahan Dapur Mingguan

Saya memiliki jadwal rutin setiap hari Jum'at, yaitu belanja bahan dapur mingguan ke pasar. Pasar di kampung kami hanya sekali seminggu.

Mencoba merenungkan, saya menyadari bahwa kegiatan ini sesungguhnya erat sekali dengan matematika logis.

Sebelum ke pasar, saya sudah harus memutuskan menu yang hendak dimasak untuk seminggu ke depan. Setelahnya, menyesuaikan budget dengan bahan-bahan yang hendak dibeli. Bahan-bahan tersebut harus cukup untuk persediaan memasak selama seminggu.

Terasa seperti memecahkan soal cerita matematika 😅😅😅

[welydya]

Mengasah Matematika Logis: Membuat Pisang Goreng

Singkat cerita, kelas bunda sayang sudah memasuki level 6. Tantangan kali ini adalah menemukan AHA momen dalam keseharian yang berkaitan dengan matematika logis.

Jadi, hari ini membuat pisang goreng. Awalnya biasa aja, setelah pisang gorengnya jadi dan siap untuk disantap, saya menyadari bahwa kegiatan yang saya lakukan tadi berkaitan dengan matematika logis.

Pisang yang saya jadikan pisang goreng berbeda jenisnya dengan yang biasa dibentuk seperti kipas. Gak tau persisnya ini pisang apa, tapi dulu ibu sering menggoreng pisang ini dan tentunya enak.

Biasanya ibu memasak pisang ini dengan hanya membaginya menjadi 2 bagian. Setelah saya coba, rasanya terlalu tebal. Saya pun memutuskan untuk membelahnya kembali.

Jadilah 1 buah pisang menjadi 4 bagian.

Jadi bisa belajar banyak dari membuat pisang goreng. Dimulai dari belajar tentang konsep pecahan.

Juga bisa belajar tentang konsep tebal dan tipis.

Tak ketinggalan belajar tentang warna dan mengklasifikasikan berdasarkan warna. Pisang yang belum matang berwarna hijau, sedangkan pisang yang sudah matang berwarna kuning.

Yang tak kalah menyenangkan, setelah belajar juga dapat menikmati pisang goreng itu sendiri.

Saya jadi membayangkan bagaimana serunya bagi anak belajar matematika dengan cara seperti ini. "Matematika yang menjadi momok yang menakutkan akan berubah jadi menyenangkan".

[welydya]

mengendapkan

ketika saya hendak menikah, saya menulis buku bersama dengan mas yunus. kami bermaksud menerbitkannya saat hari H. akan tetapi, rencana itu batal karena satu dan lain hal. draf tulisannya teronggok dalam harddisk–yang kemudian rusak pula.

hampir tiga tahun setelah menikah, saya sengaja menabung untuk menyelamatkan data-data dalam harddisk itu, dengan maksud untuk meneruskan menulis. alhamdulillah, upaya ini berhasil.

saat saya membaca tulisan-tulisan lama kami, saya geleng-geleng kepala. tidak hanya tulisannya masih mentah, kontennya banyak yang menurut saya sekarang, kurang pas. rupanya, cara pandang saya akan beberapa hal begitu berubah.

sontak, saya merasa bersyukur karena tulisan itu tak jadi terbit. saya juga bersyukur karena bertumbuh dan mau belajar untuk melihat sesuatu dari sisi lain.

saya jadi teringat pesan guru menulis saya, Ahmad Fuadi. beliau berpesan, sebaiknya, kita mengendapkan tulisan sebelum mengeditnya. seminggu atau dua hari pun cukup. pasalnya, pada proses pengendapan itu, kita akan belajar. saat kita membacanya ulang, kita mungkin tertawa-tawa. barulah, kita menyadari apa yang perlu diperbaiki.

saya lalu merenungkan, bisa jadi, beberapa hal lain dalam hidup juga perlu diendapkan sebelum kita melakukan sesuatu terhadapnya.

terbelah di antara dua keinginan? endapkan dulu sejenak, istikhoroh dulu. ingin melangkah ke pernikahan? endapkan dulu sejenak, pertimbangkan dulu masak-masak. ingin berpindah karier? ingin melanjutkan sekolah? apa pun itu, endapkan sejenak, pikirkan, dan rencanakan. bahkan, untuk sekadar membeli barang, pikirkan dulu kembali. apakah perlu atau ingin? untuk sekadar mengunggah postingan, pikirkan dulu dua kali. ini baik atau tidak?

pernahkah kamu begitu bersemangat atau terbawa emosi dan suasana sehingga impulsif melakukan sesuatu? mengambil sebuah tindakan atau keputusan? berapa banyak yang kamu sesali kemudian?

kini, saya menjadikan ini jurus setiap kali keinginan-keinginan muncul tiba-tiba dalam diri saya: endapkan dulu. pikirkan dulu. pertimbangkan dulu. istikhorohkan dulu. dan yang paling penting, rencanakan dulu.

kata orang, kita lebih sering menyesal karena tidak melakukan dan tidak mengatakan daripada melakukan dan mengatakan. akan tetapi, tentu kita tahu bahwa apa yang sudah kita lakukan dan katakan itu tak bisa ditarik kembali. jangan sampai kita menyesal dua kali.

[welydya]

per.gi

setiap diri akan pergi

Bagaimana rasanya pergi? Meninggalkan kefanaan, menuju kekekalan? Apa yang sebelumnya kau persiapkan untuk perjalanan yang tak dekat itu?

Apa saja yang kau persiapkan agar apa-apa yang kau tinggal pergi bisa melepasmu dengan penuh keikhlasan?

[welydya]

Kembali ke dalam ruang sunyi