whalesirens
whalesirens
Yoon Sanha
1 post
Don't wanna be here? Send us removal request.
whalesirens · 7 months ago
Text
Lembaran kertas yang telah tertutup debu itu perlahan aku tiup, menyebabkan debu itu beterbangan ke atas langit terbawa oleh cahaya. Kutatap lembaran kertas kosong yang sedikit usang itu lalu membawanya pada meja biasa aku menuliskan kisahku; sebuah set meja yang seakan enggan dimakan usia. Pena di tanganku berputar-putar saat aku memainkannya sembari memikirkan apa yang sebaiknya kutuliskan pada kertas itu. Sejenak aku memejamkan mataku.
Sosok yang indah itu menari dengan ringan di bawah hangatnya mentari pagi. Senyum manisnya yang hangat bagaikan menantang kuasa sang mentari. Melihatnya seperti itu membuatku tanpa sadar ikut tersenyum dan dengan serakahnya mendamba melihat itu setiap saat.
Bayangkan seorang dengan senyum semanis itu berlari menghampiri dengan tawa riangnya dan memelukmu dengan penuh kasih. Oh betapa aku harap waktu berhenti saja agar keindahan ini berlangsung selamanya. Dengan perlahan dan penuh kehati-hatian tanganku mendekapnya, tidak terlalu erat karena khawatir pelukanku akan membuatnya terluka. Aroma bunga yang segar darinya seketika memanjakan indra penciumanku, membuatku semakin enggan untuk lepas dari semua hal yang memabukkan ini.
Aku pun membuka mataku dengan senyum masih terukir di wajahku, mengingat semua kenangan yang bagaikan baru terjadi hari kemarin itu. Meskipun begitu, pena di tanganku masih enggan bergerak. Di sisi lain otakku menertawakanku dan berkata, "seorang penyair mendadak lupa semua kata nya saat sedang jatuh cinta". Aku tertawa kecil karena rupanya itu ada benarnya. Puisiku enggan tercurahkan karena tau ia tidak akan bisa seindah orang terkasihnya. Namun, sepertinya kini aku tau hal apa yang akan ku tulis pada kertas itu. Kutulis dengan penuh kehati-hatian agar selesai dalam sekali tulis.
Kertas yang telah kutulis itu kini aku bawa pergi menuju seseorang setelah dibungkus oleh amplop coklat agar terkesan istimewa. Ia tengah berdiri membelakangiku, bersandar pada pagar balkon sembari menikmati senjanya yang nampak indah sore itu. Aku tersenyum melihat sosoknya yang justru lebih indah dari senja itu sendiri. Dengan hangat aku mendekapnya dari belakang. "Dia sangat sempurna di dekapanku" —batinku.
Dengan lembut aku mengarahkan badannya untuk menatap ke arahku. Perasaan kikuk seketika menyerang saat menatap mata cantiknya, seakan memaksa kata yang telah tersusun di kepala untuk melebur. Mencoba menguatkan, sebelah tanganku menggenggam tangan hangatnya.
"Untuk orang terkasihku. Tak ada yang lebih sempurna melebihimu, tak ada lagu yang lebih indah dari suaramu, tak ada hal cantik melebihi pesonamu. Untuk aku yang banyak kurangnya ini, mungkin begitu serakah untuk memintamu menetap di sisiku lebih lama lagi. Namun apadaya jika aku ternyata orang yang egois? Bukan pertanyaan melainkan pernyataan. Aku harap untuk selanjutnya kau tetap milikku, tetaplah di sisiku, tetap menjadi orang yang kucinta, menjadi pemeran utama dalam kisah di setiap puisiku, menjadi malaikat dalam mimpi burukku, menjadi segalanya untukku. Aku harap kamu memaafkan keegoisanku ini karena sesungguhnya aku hanya takut kehilanganmu."
Tangannya yang kugenggam itu kubawa menuju bibirku, memberinya kecupan manis yang seakan mensegel setiap yang telah ia ucapkan. Aku pun tersenyum melihatnya yang seakan terharu akan ucapan sederhana itu. Dengan perlahan aku menyerahkan amplop coklat tadi padanya, membuatnya heran akan apa maksudku.
"Itu bukanlah hal yang cantik, tapi itu sedikit ungkapan rasa cintaku padamu yang lainnya. Bukalah."
Tumblr media Tumblr media
0 notes