Tumgik
wiwidheris · 2 years
Text
Learn, unlearn, relearn. Semester ganjil di tahun ajar ini ialah tepat 5 (lima) tahun aku mengabdikan diriku untuk meng-estafet-kan ilmu pada adik-adik mahasiswa. Di 5 tahun ini juga, banyak sekali hal yang ku pelajari, di setiap waktunya. Teringat dulu tahun 2017, awal mula aku menginjakkan kaki di kelas dengan mengemban amanah dari beberapa dosen untuk mengisi kelasnya. Masih tergambar jelas diingatanku bagaimana aku merasa "bukan diriku" di depan kelas itu. Hihi. Di benakku, seorang dosen itu harus berwibawa, menjaga sikap, super pandai, kaku, serius dan jauh dari kesalahan. Sehingga ketika aku kadang tidak memenuhi beberapa kriteria itu di depan kelas, aku akan merasa buruk pada diri sendiri. Pernah suatu ketika aku melihat ada adik di kelas yang mengernyitkan dahi dan berbincang dg teman di sampingnya ketika aku menjelaskan sebuah materi. Entah apa yang merasuki, aku seketika marah. Wkwk. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, justru aku lah penyebabnya, karena aku kurang memahami materi tersebut jadi yang ku sampaikan sangat membingungkan mereka hihi. Berjalanlah waktu akhirnya sampailah di titik dimana aku bertekat untuk menjadi diri sendiri ketika di depan kelas dan menjadikan beberapa kriteria ideal tsb hanya sebagai acuan saja. Yang terpenting adalah, bagaimana supaya apa yang ku sampaikan ini bisa adik-adik pahami dengan nyaman masuk ke pikiran dan juga hati. Terpatri dalam-dalam, memantik semangat mereka untuk belajar dan mempertanyakan kebenaran segala hal. Dan menanamkan mindset baru ini di benakku memiliki dampak yang saaangat besar pada pembawaanku ketika aku di kelas. Yang tadinya aku kaku, kini aku umpamakan saja adik-adik di kelas ini ialah teman diskusiku, jadi aku bisa bebas menyelipkan dan menyeletukkan guyonan-guyonanku yang apa adanya aku hihi. Yang tadinya aku harus selalu tau dan tidak boleh salah, kini aku membuka kesempatan sebesar-besarnya untuk adik-adik menyampaikan ilmu yang ia dapat di luar apa yang ku sampaikan. Yang tadinya kelas sangat membosankan, kini jadi menyenangkan karena aku memberi 100% kuasa pada adik-adik untuk eksplor cara belajar yang paling nyaman untuknya. Yang tadinya hanya aku yang bisa menyalahkan, kini aku pun tak masalah kalau salah, tinggal kembali belajar dari mereka. Fokusku berubah. Bukan pada diriku lagi, tapi pada mereka, si penerima ilmu. Dan terkadang akupun datang ke kelas dengan tujuan untuk mendapat ilmu dari mereka. Hihi. Aku membuang jauh-jauh keinginan untuk memiliki image yang sempurna di mata adik-adik. Yang aku inginkan hanyalah nyaman menjadi diri sendiri saat masuk kelas, dan semoga mereka juga nyaman dan antusias untuk belajar di kelasku. Hihi. Masih 5 tahun. Entah apa yang akan ku pelajari lagi di tahun-tahun berikutnya. Can't wait. ☺
0 notes
wiwidheris · 5 years
Photo
Tumblr media
COCOK 💕 Pernah tidak pada suatu kesempatan yang tidak pernah direncanakan, baik itu waktu, tempat dan kondisinya, tiba-tiba saja perhatian terfokus hanya pada suatu hal, yang entah itu melalui pandangan ataupun pendengaran...? 💕 Seketika saja merasa "ini aku banget", tanpa memerlukan banyak waktu, tanpa dibuat-buat, ataupun tanpa perlu penyesuaian lagi. Natural apa adanya. Menjadikan hati, pikiran, mata, dan telinga tak ada bosannya untuk terus dimanja dengan "sesuatu" itu. 💕 Caranya bicara, caranya memilih kata, retorikanya, caranya memandang dunia, caranya tersenyum dan tertawa, caranya memperlakukan sesama, atau bahkan caranya bernafas. Atau bahkan caranya mengedipkan mata. Atau bahkan HANYA dari keberadaannya di dunia ini, mampu membuatmu merasa "cukup" dan "ridho". Pernah nggak? 💕 Sederhana namun mengena, di hati. Tidak kurang, tidak lebih. Cocok. Mungkin memang itu yang dibutuhkan hati dan jiwa. 💕 Jika sudah kau temukan, jangan sampai lepas. 🙂 💕 For me, untuk saat ini, cocoknya dengan ustadz @salimafillah . Caranya menyampaikan hikmah dibalik setiap peristiwa, pilihan kata dan retorikanya, paaaas di hati. Tidak kurang dan tidak lebih. Menyampaikan tanpa menggurui. 😊 https://www.instagram.com/p/BvwDcZinIJuCT1ndt7QxpgbACg01Mtb6ytZU8A0/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=fjbh55yju2k5
0 notes
wiwidheris · 5 years
Photo
Tumblr media
BENCI = BENAR-BENAR CINTAH (?) Masih tentang manusia paling mulia. Edisi sedikit melankolis. Rasa-rasanya hampir setiap kisah beliau, aku tak pernah mendapati beliau kehabisan cinta. Nggak "hampir" juga sih, memang beneran "selalu" haha. Iya. Beneran. Bahkan pada orang-orang yang istilahnya sudah menjadikan beliau sebagai "keset", atau bahkan barang tak berguna. 🍁 Pasti masih ingat kisah ibu tua tunanetra yang hobi banget maki-maki beliau, kan? Eleh, boro-boro maki-maki balik, buang muka aja enggak. DIMAMAHIN PEMIRSA. Ibu tua itu susah makan, jadi beliau yang mamahin makanannya, sampe halus, lalu disuapin ke si ibu tua itu, sambil dengerin si ibu tua maki-maki orang yang namanya Muhammad. Pake ditanggepin "oh iya, begitu ya bu.." lagi sama rasulullah. Kagak ngarti dia kalo yang mamahin makanannya itu yg dia maki2. 🍁 Dan sederet kisah-kisah lainnya.. Beliau ini, semakin dibenci, semakin besar rasa cintanya ya. Apalah kita, boro-boro mencintai, kalau bisa bales ya bales tuu.. terperangkap sudah kebencian di hati, stay di sana dan beranak pinak😂 Mungkin memang itu cara beliau membuktikan cintanya ya 🍁 Benci itu berat. Dan cara untuk menghilangkan kebencian itu dengan cara sebaliknya, yaitu mencintai, sekeras dan semenderu mungkin. Hingga  benci terbirit-birit, tak sempat singgah di hati. Semakin kau membenci, semakin bersyukur hati ini Karena dengan begitu, akan selalu ada kesempatan untuk menunjukkan apa yang hati rasakan 🍁 Hei, mungkin juga caraku padamu seperti itu.. Sudah tak perlu kata tak perlu ungkap Sudah barang jelas sebesar dan semembuncah ini hangat rasa di hati padamu Sebab, berfikir untuk membencimu pun aku tak mampu Apalagi harus benar-benar membenci dan melukaimu 🍁 Apa perlu aku bangun monumen seperti bukti cinta Raja Syah Jahan pada Ratu Muntaz Mahal? 🍁 Ah Tanpanya pun, mestinya kau paham Lantas mau kau cari kemana lagi? #menulisuntukmengingat (di Taj Mahal, Agra) https://www.instagram.com/p/BvomGexn7vHEDjJqMxKQ39H9L7AWTV0nvSH7lg0/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=o5lifvd7m6vc
0 notes
wiwidheris · 6 years
Photo
Tumblr media
Ribuan mdpl. Lucunya, meski udara makin tipis di atas sini dan peluh bercucuran, kakiku masih nekat menuju puncak terakhir. Mungkin otak dan tubuhku sudah tak menghiraukan itu semua, karena selalu terbayang wajah itu, sosok yang membayangkannya saja membuatku tersenyum, membuatku lupa akan kerasnya hidup.
0 notes
wiwidheris · 6 years
Text
Malam ini Hujan
The hardest thing about being a woman is, understanding my self. Memahami apa-apa yang diri ini maksud dan diri ini ingini, bukan perkara mudah kurasa, dan memang iya. Apa-apa yang hati ini rasakan, apa yang fikiran ini tuju. Tidak mudah untuk menyelaraskan itu semua. Untuk mengungkapkan? Apalagi.
Teriakan-teriakan dalam hati selalu teredam rapih. Disana ia berasal dan bernaung. Meraung tanpa ujung. Berkawan dengan siapa? Hanya Tuhan yang mampu menelaah dan memahami apa-apa yang tak terungkap.
Malam ini hujan. Hujan tak lebat, tapi rintiknya bisa jadi alunan. Merangkum semua. Tak ada kuasa. Hanya bisa meratap pada langit. Memohon penjagaanNya atas orang yang belum bisa kujaga. Sebatas itu kuasaku. Bisaku.
Malam ini hujan. Semoga hujan hantarkan doa lebih cepat dari biasanya. Semoga Tuhan selalu jaga siapa yang diri ini ingin jaga.
0 notes
wiwidheris · 6 years
Video
-Dulu Kita Masih Remaja (OST. Dilan 1990 cover)- Demi meramaikan demam Per-Dilan 1990-an ini. Semoga bisa terbayang wajah gemesh dedek Iqbal ketika bilang “Jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu. Nanti, besoknya, orang itu akan hilang!”. Lalu kemudian tante-tante ini geli sendiri 😅 #deletesoon
0 notes
wiwidheris · 6 years
Text
Menjadi Hebat
Kau adalah gadis yang penuh rasa ingin tahu, sekaligus sebenarnya kau memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal besar. Kau punya kesempatan untuk melihat dunia, lebih dari yang setiap hari kamu lewati. Selain, kau juga memiliki hal-hal baik yang tersimpan, sesuatu yang membuatmu terlihat menarik sebagai perempuan.
Jangan biarkan pikiranmu dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang melelahkan. Seperti temanmu yang ribut dengan riasan, sibuk bagaimana menarik hati orang lain, sibuk memikirkan memiliki pasangan di usia muda, kau jangan.
Kau adalah gadis yang haus akan ilmu juga aktivitas. Itu menjadikanmu cemerlang, bersinar karena kau menyibukan dirimu di ruang-ruang kebermanfaatan yang jarang terisi. Dan itu membuatmu amat mudah dikenali.
Kau adalah gadis yang cemerlang. Jangan biarkan tekanan sosial, kata orang, dan pandangan umum masyarakat mengalahkan keteguhan hatimu, mengerdilkan perananmu. Juga jangan takut untuk menjadi seseorang yang lebih, yang kata orang-orang nanti tidak ada laki-laki yang mau denganmu. Jangan dengarkan itu, dengarlah bahwa itu tidak ada hubungannya sama sekali.
Kau adalah gadis yang cerdas. Kau mampu membuat rumusan hidupmu sendiri, mampu menyesuaikan dirimu dengan keadaan, juga mampu mengubah keadaan disekitarmu.
Suatu hari, aku akan melihatmu berdiri tegak, menjadi perempuan, menjadi ibu peradaban yang penuh dengan hal cemerlang. Sesuatu yang menjadikanmu berbeda, itu menjadikanmu amat berharga. Kebaikan hati, kepedulian, keramahan, keluhuran budi, kecerdasan pikir, dan segala sesuatu yang membuat mampu menjadi cantik, tak peduli waktu, tak peduli penilaian.
Hingga suatu hari kudengar kau berkata padaku :
“Terima kasih Ayah, telah mengajarkanku menjadi perempuan yang demikian.”
Rumah, 26 Januari 2017 | ©kurniawangunadi
4K notes · View notes
wiwidheris · 6 years
Photo
Tumblr media
Self-portrait. . Ketika cerminan ku dapat kulihat bila ku melihat mu. Dapat sepuas hati ku jelajahi setiap ruas mu tanpa takut ku merusak dirimu, tanpa takut cerminanku yang ada padamu menjadi bias. . Ketika cerminan diriku kudapati ada padamu. Dapat sepuas hati ku selami lautan semesta hanya dari jernihnya matamu, yang ku tahu di dalam nya akan kutemukan jati diriku. . Ketika setiap inci diriku terukir sempurna pada dirimu. Dapat sepuas hati ku naungi ruang tersembunyi di jiwamu, yang ku tahu di sana kutemukan kenyamanan kasih sayang Tuhan berbentuk dirimu. . Untukmu, sosok dari masa depan.
0 notes
wiwidheris · 6 years
Text
Salah satu penyakit hati adalah berasumsi dan berekspektasi bahwa manusia lain akan berperilaku sama dengan perilaku diri terhadap mereka, akan memberikan hal yang sama seperti pemberian diri kepeda mereka. Balas jasa. Hutang budi. Dan berbagai istilah lain yang merupakan bentuk asumsi dan ekspektasi yang kita bangun sendiri. It's not good. Mari belajar ikhlas. Berbuat baik ya berbuat baik saja. Menolong ya menolong saja. Tak perlu berharap orang lain akan berbuat baik dan juga menolong kita nantinya sebagai tanda balas jasa atau hutang budi.
Refleksi Diri
0 notes
wiwidheris · 6 years
Text
Sebagai manusia yang pamrih, kini saatnya aku menagih janji-janji Tuhan, imbalan-imbalan yang kunanti atas perbuatanku pada hamba-hambaNya selama ini. Namun sebagai manusia yang tahu diri, kini saatnya pula aku menyadari bahwa bertransaksi dengan Tuhan tidak ada hubungannya dengan imbalan dari hamba-hambaNya yang lain.
0 notes
wiwidheris · 6 years
Text
Yang tidak menjadi iya. Yang enggan menjadi doyan. Yang benci menjadi cinta. Yang sayang menjadi risih. Yang buruk menjadi baik. Yang indah menjadi keruh. Tak ada yang tetap. Akan selalu begitu. Jadi, jangan pernah membenciku. Nanti bisa cinta.
0 notes
wiwidheris · 6 years
Text
Mau ngelmu setinggi apapun, atau mau ngomong se "ndekik" apapun, semua tak ada nilainya jika pengamalanmu kosong.
0 notes
wiwidheris · 6 years
Text
Aku Ingin Seperti Ummu Sulaim
Aku wanita, tapi aku tak ingin menjadikan pernyataan itu sebagai alasanku untuk mendegradasi kemampuanku.
Aku sudah 23 tahun, tapi aku tak ingin menjadikan pernyataan itu sebagai alasanku untuk tak mau belajar dari kawan-kawan yang berusia di bawahku.
Aku masih 23 tahun, tapi aku tak ingin menjadikan pernyataan itu sebagai alasanku untuk tidak befikiran dewasa, terbuka dalam memaknai setiap nasihat, baik itu tersirat maupun tersurat, baik itu dengan cara penyampaian yang baik ataupun kurang baik.
Aku masih fakir ilmu, tapi aku tak ingin menjadikan pernyataan itu sebagai alasanku untuk berhenti mempelajari ilmu dan menjadi lebih baik dari yang sekarang.
Aku masih penuh dosa, tapi aku tak ingin menjadikan pernyataan itu sebagai alasanku untuk berdiam diri tak menggugah kawan-kawan untuk berjalan bersama menuju Allah.
...dan sederet pernyataan-pernyataan yang melekat pada diri ini yang berkontradiksi dengan usahaku untuk tak menjadikan pernyataan-pernyataan itu sebagai alasan untuk menjadi orang yang negatif.
Permakluman.
Dimaklumi. Dimaklumi. Dimaklumi.
Memaklumi. Memaklumi. Memaklumi.
Jadi ingat Syech Siti Jenar dengan kekuatan tasawufnya, Manunggaling Kawula Gusti. Meski logika secara sufi benar, tapi logika secara aqidah kurang tepat. Kurang tepat jika disampaikan kepada orang-orang yang tingkat kesufiannya tak setinggi dia.
Tapi itu contoh ekstrimnya.
Yang mau ku tekankan disini adalah, manusia memiliki tingkatan-tingkatan, atau segmen-segmen. Gampangnya seperti skala deh. Ada nominal ada ordinal ada interval ada rasio. Menyambung pada konteks awal, ada umur, ada tingkat ilmu, ada tingkat amalan, ada tingkat kedewasaan, dan lain sebagainya. Nah, dari segmentasi ataupun tingkatan ini, kita tak bisa langsung menjudge orang yang tingkatannya atau segmennya di bawah kita dengan standard yang kita punya. Baik buruk dan salah benar, atau bahkan dosa tidak dosanya seseorang kita nilai dari standard pencapaian kita. Atau, memaksakan apa yang kita anggap benar untuk diinternalisasikan ke setiap orang yang kita anggap salah. Contoh ekstrimnya seperti Syech Siti Jenar itu tadi, dengan ajaran yang "gak sampai" di nalar rata-rata manusia di muka bumi.
Apa itu tidak boleh? Boleh. Tapi Nabi saja tidak pernah menjudge kaum kafir quraish seperti itu. Padahal tingkatan beliau jauuuuuuh diatas kaum kafir quraish. Meski memang kita bukan Nabi, tapi setidaknya keteladanan bisa dipetik dari situ.
Permakluman.
Memaklumi. Memaklumi. Memaklumi.
Tuturi jika masih salah, tapi jangan paksa jika tak mau.
Aku wanita. Wanita sama sekali bukan pusat dari segalanya. Aku tahu itu. Namun aku tahu meski aku bukan pusat dari segalanya, ada banyak pihak yang akan mempertanggungjawabkan perlakuanku di bumi nantinya dihadapan Allah. Tak terkecuali ayah dari anak-anakku kelak. Entah siapa. Menjadi sangat wajar jika kesalahanku sepatutnya ia luruskan. Ego dalam diri ini selayaknya kukikis sedini mungkin, sehingga kelak tak kaget.
Mulianya seorang lelaki, suami, terhadap istrinya. Karena ridhonya lah, kelak aku ini bisa masuk surga. Bukan begitu? Aku jadi ingat kisah kesabaran Ummu Sulaim, sekaligus memberikan suatu gambaran betapa tingginya drajad suami bagi seorang istri. Bagaimana tidak. Ummu Sulaim dengan sabarnya dan dengan senang hatinya melayani suaminya, Abu Thollah, di ranjang, setelah pergi berperang dalam waktu yang lama. Ketika selesai berhajad, barulah Ummu Sulaim memberitahukan kepada suaminya bahwa anaknya meninggal dunia. MasyaaAllah. Mana ada ibu yang "kolu" berjima' dalam keadaan bersedih anaknya meninggal, tanpa diketahui suami lagi. Kesabaran dan ketenangannya begutu tinggiii... ikhlaas ikhlaas ikhlaas. MasyaAllah MasyaAallah.
Dari sekian banyak hal yang dapat ku oelajari dari kisah ummu sulaim, aku jadi mengerti, salah satunya adalah, derajad suami memang lebih tinggi. Istri milik suami, tapi karena ridonya pula lah, kita sebagai istri ini dapat masuk surga. Oleh karena nya, kembali pada konteks awal tulisan ini, wanita ada kalanya tercipta dengan ego masing-masing. Entah itu karena usia, karena tingkat kedewasaan, atau karena ilmu amal imannya belum baik. Meski demikian, hal itu bukan sebagai alasan bagi seorang wanita untuk tak mendengar nasihat dan berbenah. Karena, kelak, ketika sudah menjadi istri orang, nasihat-nasihat dari suami nya lah yang menjadi penyelamat dunia akhirat.
Maka, apapun pernyataan yang melekat, jangan jadikan itu sebagai alasan. Kikis ego sedini mungkin.
Pun demikian, untuk para suami atau calon ayah, nilailah istrimu dan anakmu sesuai standard pencapaian mereka, sesuai standard skala yang mereka punya. Namun, tetap bimbinglah mereka sesuai dengan standard skala yang engkau punya.
Tulisan ini hanya ingin menggugah permakluman yang ada dalan hati, sekaligus trully self reminder untuk diriku dimasa depan. Pengikisan ego. Ego tak akan ada habisnya. Namun jika dikikis, keindahan ada di dalamnya.
Wallahua'lam bish showab.
0 notes
wiwidheris · 6 years
Text
Pengalaman menuntunku untuk memahami bahwa setiap manusia memiliki pribadi yang sama. Semua sama, punya kurang dan lebih. Meski dalam bentuk yang berbeda. Tak ada yang lebih baik tak ada yang lebih buruk, kecuali konteksnya adalah hubungannya dengan Allah dan sesama. Kesempurnaan adalah suatu kemustahilan. Permakluman lah kini yang menjadi fokusnya. Luaskanlah permaklumanmu.
Heristiawati
0 notes
wiwidheris · 6 years
Text
Orang congkak merasa dirinya tak butuh orang lain dan mampu menghadapi kerasnya hidup ini sendirian. Saat terpuruk, orang congkak tak mampu melihat keberadaan orang-orang di sekitarnya, karena dia memang tak butuh. Dia merasa mampu. Ketika keterpurukannya usai, lalu kebahagiaan datang, ia bilang bahwa ini sepenuhnya usahanya. Atau mungkin jika dia agak tahu diri, dia akan bilang bahwa ini semua karena Tuhan selalu bersamanya. Ya nggak papa juga sih. Mungkin memang kehadiran orang itu nggak penting untuk orang congkak. Padahal sejatinya mungkin saja manusia-manusia yang ada di sekitarnya ketika ia terpuruk itu sebenarnya merupakan bentuk pertolongan Tuhan menuju kebahagiaannya. Kasian orang congkak. Kasian. Di hidupnya hanya punya kacamata kuda. Kasian.
0 notes
wiwidheris · 6 years
Text
Orang baik untuk orang baik, pun demikian orang keji untuk orang keji. Orang baik dan orang keji berbahagia dengan segmentasi kebahagiaan yang berbeda, namun bisa jadi kadarnya sama. Jadi salah besar kalau kebahagiaan itu hanya milik orang baik. Orang keji juga bahagia. Tapi tak tahu, bahagianya kekal atau tidak.
0 notes
wiwidheris · 6 years
Text
Belum tentu orang stres yang berusaha kendat memiliki beban hidup lebih berat dari orang santai yang hepi-hepi aja. Bedanya ada di "cara memandang beban hidup".
0 notes