Text
Yang Berat dari Langkah Pertama
Aku hanya perlu mendalami semua hal teknis dan fundamental teori ini dalam tiga hari. Selanjutnya, semoga akan lebih mudah dan menyenangkan. Salam, Suzash yang akhirnya menemukan pekerjaan yang ‘sepertinya’ match dengan kepribadiannya.
6 notes
·
View notes
Text
Mido Falasol
I love the part part when Mido made omelette for breakfast and everyone reacted that they really liked Mido's omelette. The reaction that came from them was, "Wow Jeon Mido how did you make such a good omelette?" or "There is no way it can taste so good."
Mido just replied, "It's just a rolled omelette."
1 note
·
View note
Text
15 Oktober 2021
Aku baru akan pergi tidur sekarang setelah melakukan riset untuk materi cerpen terbaru. Kalo kita ngeriset dari youtube dan udah selesai nonton video yg kita butuhin, kadang next videonya suka muter sendiri. Nah, kebetulan tadi selesai nonton video yang aku butuhin, keputer sendiri video selanjutnya, yang bahkan iklannya aja aku ngga skip karena ngga sengaja keputer. Aku tinggal ngetik, tiba-tiba keputer video podcast di suatu channel. Dan karena sebelumnya aku ngeriset ttg sesuatu yang mirip, surprisingly podcast ini berhubungan sama yang aku cari. Yaudah, aku dengerin podcast dari channel ini sampai selesai.
Podcast ini terdiri dari 5 chapter dg topik dan pembicara / guest star yang sama. Aku nggak nyangka banget podcast ini sangat-sangat 'mengisi' pikiran dan hati aku. Aku nggak tahu gimana caranya pembicaraan di video ini bisa sangat masuk ke pikiran.
Podcast ini berbicara ttg griefing; sesuatu yang juga aku alami dalam tahun-tahun terakhir. Kehilangan yang begitu sering sampai rasanya udah nggak sanggup lagi nangis. Kadang kalau kita kehilangan, orang sekitar akan kasih penghiburan--dan itu cukup. Di podcast ini, aku tidak menemukan penghiburan untuk orang yang berduka, namun aku nemu how to deal with it karena sebenarnya we have no clue about anything ketika kita sedang berduka; gimana caranya tetap berdiri tegak karena hidup terus berjalan, gimana caranya buat kita rela melepas, dsb.
Mungkin ada temen-temen di sini yang pernah denger podcast itu juga. Memang podcast itu pakai perspektif yg berbeda dari keyakinanku. Namun, hampir semua isi podcast itu bisa kita lihat dan ubah dari perspektif masing-masing orang. Kalau dilihat dari perspektif keyakinanku, jika kita sedang dalam keadaan berduka, sedih, patah, kita justru perlu berbincang sama Allah.
Daripada lari ke hal lain, lebih baik bicara kepada-Nya. Jika mau bertanya, bertanyalah pada-Nya. Allah memang yang menciptakan kehilangan dan rasa duka. Namun, Allah juga yang paling mengerti semua air matamu, sedihmu, dan rasa kehilanganmu. Dia akan jelaskan melalui cara-cara yang tidak pernah kita perhitungkan sebelumnya. Allah akan selalu punya cara untuk mengobatimu.
Kemudian firman Allah ta’ala,
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ
“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita” (QS. At-Taubah: 40)
Bukan cuma itu aja, podcast ini (dan pembicaranya) juga kasih perspektif lain ttg kehilangan.
Sejujurnya aku jarang banget setel podcast di channel ini kalau lagi kerja, tapi aku tahu isi dari channel ini memang 'berisi'. Selalu ada pelajaran yang bisa diambil.
Yang aku dengerin tadi, akan aku dengerin lagi besok. Aku akan mencatat banyak hal dari sana.
2 notes
·
View notes
Text
Aku jarang banget punya hubungan pertemanan yang lama. Dari kecil sampai sekarang, salah satu hal yang paling sulit untuk aku adalah nge-maintain hubungan pertemanan.
Aku pernah baca di suatu tempat (aku lupa persisnya di mana), bahwa hubungan antarmanusia itu tidak substitutif, melainkan resiprokal. Selama waktu berjalan, fase dan lingkungan akan terus berganti. Jika keduanya berganti, berganti pula lingkaran pertemanannya. Makanya, ada istilah relasi, networking, circle 1 2 3, dsb. Aku rasa setiap orang pasti memilikinya.
Namun, jika membicarakan tentang hubungan "pertemanan", aku mengakui bahwa temanku sedikittt. I once thought before that I had trouble for making friends. Kadang aku merasa tidak cocok berteman dengan semua orang, karena aku punya sisi gelap yang pemarah, kalo capek emosional sekali, dan suka egois. Aku tdk mencari pembelaan karena memang benar bahwa aku punya sifat itu dan sulit survive dalam hubungan pertemanan.
Sudah berapa pertemanan yang gagal aku pertahankan karena beda pendapat, salah ngomong, salah sikap, dan beberapa hal lain yang tidak klik. Ada juga yang--sebenernya--everything between us is fine, nggak ada yang salah. Tapi rasanya kami menjauh secara alami karena beda frekuensi and it's okay. Normal dalam hubungan antarmanusia.
But sometimes, I think it's better to live alone and create boundaries; so we don't have to hurt each other. I don't have to worry every day for saying the wrong thing and hurting their feeling. And I don't have to be upset because my friend's words are more painful than cutting a knife.
Oleh karena itu, sekarang aku sedang takjub bahwa ternyata ada orang-orang yang bertahan berteman denganku dalam waktu yang lama. Di antara kami tentu saja pernah saling sakit hati, pernah bertengkar hebat sekali, tapi kenapa setelah semua itu mereka masih ada di sini?
Fakta bahwa mereka tetap ada di sini adalah salah satu hal terbaik yang pernah ada. Mereka marah ketika aku salah tapi seolah-olah berkata, 'Kamu itu emang ngeselin, makanya kita kasih tau kalau kamu ngeselin. Tapi bukan berarti kita ngga mau temenan sama kamu lagi cuma karena kamu melakukan hal bodoh kayak gitu.'

Thank you, Allah. Tujuh tahun ini naik turun, tapi mereka tetap ada.
0 notes
Text
11 Oktober 2021
Cepat sekali sudah Oktober. Sepertinya ini bulan-bulan aku kembali ke tumblr seperti tahun-tahun berikutnya, kemudian menghilang karena tidak sempat menulis apa-apa.
Sedikit update, belakangan ini aku mencari sesuatu yang baru. Haru-hariku baru. Hari-hari yang aku khawatirkan dulu kini terjadi. Tapi ternyata tidak semenakutkan itu. Aku bisa menjalaninya dengan baik.
Bahkan hari ini belum terjadi 24 jam, tapi bisa aja gitu dikasih email penolakan dan berita baik di hari yang sama.
0 notes
Text
Yok, Suzash. Bisa yok ngga usah merasa bersalah karena menggunakan jam istirahatmu. Memilih untuk tidur, baca buku, main hp, pergi cari angin, adalah hakmu di malam hari. Beneran. Ngga usah mikirin kerjaan. Besok lagi.
0 notes
Text
30 Mei 2021
Pernah-tinggal-satu-atap reunited. Emang ngga ada habisnya ngobrolin kehidupan di asrama dan asmara dulu ketika masih sekolah di madrasah.
Udah sekian lama ngga kontakan. Pas ketemu tetep klik aja dan obrolannya tetap ngalir. Nikmat mana lagi yang kamu dustakan?




0 notes
Text
20 Mei 2021
Kayaknya di zaman penuh tuntutan kayak gini, work life balance kayak cuma mimpi.
Kalau mau ngeluh, rasanya capek banget ya kerjain tanggung jawab dasar yang banyak. Rasa-rasa mau tipes tuh ada gitu. Kerjaan aku berpengaruh sama orang lain. Kalau aku ngga bener sedikit aja, orang lain bisa dirugikan. Itu besar bgt tanggung jawabnya. Jadi aku mengerjakannya dengan hati-hati. Karena aku mengerjakannya dengan hati-hati, aku butuh waktu lama mengerjakannya. Itu saja aku kadang mendapat tekanan dari atas dan dari samping. Dipersalahkan atas sesuatu yang sebenernya udah di luar batas kemampuan aku untuk handel. Dan bukan tidak bersyukur, apa yang aku dapatkan, gaji-kenyamanan-dan lain-lainnya, tidak seberapa dengan waktu yg aku berikan untuk pekerjaan ini. Waktu yang seharusnya aku gunakan untuk eksplore diri, jadi terpakai untuk hal-hal teknis yang tidak ada bekasnya.
Sepertinya setahun udah cukup. Aku pengen jadi yang lain. Aku merasa aku punya potensi lebih, tidak terpaku pada hal-hal teknis yang dilakukan berulang-ulang setiap harinya. Aku merasa otakku akan mandeg, tidak bisa mengeksplore hal lain karena waktu dari pagi sampai malam kegiatannya hanya input-input-dan input. I have no space and no time for myself. I wanna sign out from this job. I really stressed out.
Kita memang ngga bisa dapet semuanya dalam hidup. Aku sadar bahwa mungkin, pekerjaan yang bisa menerapkan standard work-life balance duitnya ngga banyak. Tapi, menurut aku, dan setelah aku menjalani semua ini--hidup bukan hanya tentang dapetin uang. Aku sudah merasakan gaji jauh di atas UMR tapi apa? Ngga ada bekasnya sekarang, karena aku 24 jam mikirin kerjaan doang ngga mikir yang lain. Aku ngga punya portofolio, aku ngga punya karya, aku merasa ngga punya impact. Buat apa kerja mikir 24 jam tp uang habis juga dan ngga ada bekas apa-apanya di kita.
Kalau melihat orang-orang, kok mereka kerja tuh ada hasilnya (selain harta). Karyanya bagus, bisa dinikmati orang lain, ada portofolio yang menjanjikan utk bisa level up. Aku ngga melihat itu semua setelah tiga tahun menjalankan ini, yang sepertinya sudah jelas sekali bukan passion dan aku tidak enjoy sama sekali. Bertahan tiga tahun itu udah lama banget dan itu sudah cukup bagus. Aku hanya ngga mau menyesal karena terlalu lama membuang-buang waktu lagi. Let's move!
1 note
·
View note
Text
9 Mei 2021
Sepertinya aku menemukan yang aku butuhkan.

Aku selalu suka tulisan-tulisan Mbak Leila S. Chudori. Pengen banget ikutan kelasnya karena aku yakin ini sangat worth it. Masalahnya adalah; apakah sudah aku siap? Siap di sini berarti banyak hal. Aku nengok kembali kantongku, karena ini ngga murah. Dengan biaya yang ngga murah itu apakah aku bakalan bisa belajar serius? Secara mental juga; akibat sering keganggu deadline kerjaan walau lagi libur, aku tidak bisa memastikan hari tenangku sendiri.
Ya Allah tolong hamba. Pengen banget.


0 notes
Text
5 Mei 2021
[MAU GAK MAU]
That was an amazing cinematic audio series!
Sbg pendengar setia Potkes Rapot since Eps 01 dan mantengin bgt potkes mereka tiap hari Kamis, wajib bgt buat aku dengerin project radioplay a.k.a serial sandiwara radio mereka. Radioplay ini mereka kasih judul Mau Gak Mau.
Mau Gak Mau ada dua part. Part pertama udh dirilis tahun lalu dan tayang di spotify. Ceritanya lebih ke keseharian 4 personil rapot yg berperan jd diri mereka sendiri. 29 episode yang moodnya naik turun; ngakak, sedih, gemes, kzl... pokoknya mix feeling bgt. Premisnya sederhana, tp nancep. Yg amazing lagi, bunyi-bunyian yg mereka hasilkan itu seperti nyata. Persis rasanya kayak kita nonton film...sambil merem!
Di Mau Gak Mau 2 ini, aku lebih kayak: WOW! APA INI? FIX INI SANDIWARA RADIO PALING KEREN YG PERNAH KU DENGERIN. Mereka bilangnya ini adalah cinematic audio series. Artinya, kamu akan dapet pengalaman dengerin cerita layaknya nonton film.

Lagi-lagi premis ceritanya sederhana: ttg persahabatan usia senja yg pengen tetep sama-sama tapi apa daya, kenyataannya mereka punya hidup masing-masing. Ngga bs dipaksain. Nah, dr premis itu, eksekusinya keren bgttt bgtttt bgttttt! Ceritanya dibikin lebih fantasi, bikin kita dengerin sambil berimajinasi sesuka hati. Dan audionya itu lho; dari langkah kaki, bunyi bajaj, bunyi pedang diasah, suara tembakan, suasana hutan, laut, bahkan nafas berhembus aja kedengeran mantep.
Bagian favorit aku tentu episode 04; nah kan kedaleman!!! Nangis bgt. Di situ partnya mengandung bawang. Entah knp nyeseqnya sampe ulu hati. Tp kalo ngomongin episode terbikin geleng kepala, jatuh di episode 08; lah, jadi drama. Emg drama bgt nih episode kerajaan-kerajaan. Dilema bgt mau bunuh Ken Arok apa engga. Takut bgt ngga bisa balik ke dunia nyata. Btw, itu bukan eps yg nakutin, ya. Episode terserem bakal ada di eps 11; sumpah stop ya! Rasanya kayak nonton film ALIVE tau gak sih. Deg degan banget.

Nyeseq sampe ke ulu hati part 2 ada di episode terakhir menit ke 15.41 till the end 😭
akhir yang tdk tertebaq.
THANKYOU @_rapot udh bikin radioplay yg keren bgt dan mengisi hari-hariku. Ditunggu banget seluruh OST nya jadi playlist di spotify. Ngepush nih!!!
0 notes
Text
2 Mei 2021
Hai! Udah lama banget nih sepertinya sejak hiatus dari platform ini. Padahal pengennya platform ini jadi buku harian, eh ternyata jadinya malah ngga hari-hari banget. Namanya juga manusia hanya bisa berencana, mood yang menentukan. Hehe.
Di hari pendidikan nasional ini, aku banyak dengerin podcast. Mengisi gelas-gelas di dalam kepala yang udah lama kubiarkan kosong. Selama ini isinya cuma sampling, jobdesc, sampling, jobdesc, gitu aja terus all day all night. Jadi hari ini kerjaan diskip dulu. Belajar hal baru dari dengerin podcast, denger cerita orang lain di sana. Pada dasarnya aku emang suka sama orang yang pinter cerita. Makanya suka kejebak sama cowok-cowok yang story teller *eh.
Selain itu, selama bulan puasa ini, aku suka banget ikutin Tonight Show yang punya segmen keren banget. Nama segmennya Ramadhan Heroes. Isinya tentang sosok-sosok yang go extra miles untuk menolong orang-orang kurang beruntung di sekitarnya. Aku kagum banget sama mereka, sampe aku catetin.
Mengisi Hidupnya dengan Mengisi Hidup yang Lain
Aku mulai berpikir, mereka tuh buat hidup kayaknya juga ngepas, bukan termasuk orang-orang yang melimpah secara materi ataupun sempurna secara fisik. Tetap, mereka tergerak aja gitu membantu yang lain. Ngga terhalang 'ah kan aku belum kaya, buat makan aja ngepas' atau 'orang aku aja ngga sempurna fisiknya'. Malah ada yang sama-sama penyintas kanker membantu dan empowering penyintas kanker lainnya. Ada sosok bapak-bapak, beliau tunanetra, udah sepuh, tapi rutin kasih santunan anak yatim. Orang kaya? Bukan tuh. Ada juga guru honorer, dengan gajinya dia bikin taman baca tulis. Mereka nyata ada, bukan sekadar kisah di buku PPKn aja.

Sungguh nampar banget. Aku malu karena aku ini lengkap secara fisik alhamdulillah sehat. Secara finansial ngga kaya raya sih emang, cuma ya cukup banget buat hidup. Tapi apa yang aku lakukan? Bantu orang masih mikir. Donasi masih mikir. Malu banget.
Aku dari situ jadi mikir; tadinya aku udah pasrah aja dan berserah sama apa yang akan kujalanin di hidup ini. Hidup yang dikasih Allah, itu yang akan aku jalanin sebaik-baiknya. Jadi selama ini ngalir aja.
Sekarang engga sih. Setelah nonton itu, aku mulai berpikir keluar kotak lagi. Ada pikiran untuk mencontoh hal yang orang-orang itu lakukan. Tapi dalam bidang apa aku bisa bantu? Apa yang bisa aku kasih?
Terus di sela-sela aku berpikir demikian, aku nonton ini.
Dian Satrowardoyo berbicara di youtube Wardah bareng Dewi Sandra dan dia juga bicara ini di youtube Daniel Mananta; bahwa sebenernya Dian punya tabungan untuk sekolah dia ke luar negri. Dia kerja jadi model, jadi bintang iklan, bintang film, jadi ertong, to reach her dream; sekolah ke luar bayar sendiri. Namun, sayangnya itu ngga pernah terjadi. Lalu dia alokasikan tabungannya untuk bikin yayasan dan Beasiswa Dian. Ada 17 orang yang terbantu. Ada yang pekerjaan orangtuanya adalah tukang batu, anaknya ngga tega ortunya kerja terus jadi harus kuliah. Begitu juga sama anak yg bapaknya dipenjara, ibunya jualan angkringan tiap hari. Anak ini punya cita-cita jadi kerja kantoran biar ibunya ngga perlu jualan angkringan lagi. Huhuhu, I am in tears. Dan Dian Sastro kuliahin mereka. Sekarang udah tiga batch total 17 orang yang dicover kuliahnya.
Aku jadi inget KSE. Inget misi beasiswa ini. Ingat dulu dapetin ini karena emang sedang sulit-sulitnya bertahan, hampir mau cuti kuliah, dsb. Para pendiri KSE juga misinya sama kayak mba Dian. Membantu anak-anak yang kesulitan di kuliah ini agar bs selesai pendidikannya.
Aku sungguh pengen ambil bagian. Namun, aku juga mendengar dari salah satu orang, bahwa kita harus isi dulu diri kita sampai penuh baru kita bisa leluasa membantu sebanyak-banyaknya orang.
Ini yang masih aku pikirkan caranya. Apa yang aku punya? Kemampuan apa yang aku bisa? Apa yang bisa aku berikan?
Aku bakal gali lagi sampai aku dapat jawabannya sesegera mungkin sehingga bisa segera ambil bagian. Mungkin hidup yang rasanya tidak kunjung cukup ini akan dikaruniai rasa cukup apabila kita membagikan bahagia kita ke orang lain.
Cheers.
Suzy
2 notes
·
View notes
Text
2 Maret 2021!
Hai tumblr!!!! Apa kabar? Astaga. Terakhir nulis kayaknya tanggal 17 Februari. Sudahlah. Kalo gini caranya ini namanya bukan buku harian. Bukan buku mingguan. Buku bulanan aja namanya! Hih.
Kemarin, sejujurnya, aku mencoba berusaha menyelesaikan tulisan pertamaku untuk lomba script hunt di salah satu agensi.
Aku merasa sudah berusaha keras banget, sampai-sampai kesannya alur cerita yang aku tulis seperti dipaksakan. Aku ngga nyaman ketika membaca ulang. Ceritanya seperti ngga ngalir. Aneh banget. Kenapa jadi gini ya, ceritanya?
Aku dilema antara harus menyelesaikan tenggat atau harus riset lagi, agar aku sendiri puas ketika membaca ulang ceritaku. Aku mulai memikirkan ulang, aku nulis ini untuk apa? Kalo hanya untuk mengugurkan target ikut lomba doang, kayaknya ngga maksimal banget; karena aku sendiri ngga puas sama tulisanku yg masih jauh dr sempurna. Tapi gimana kalo misal nanti kesempatan ini ngga datang lagi? Itu juga terpikir di benakku.
Aku bertanya pada hati kecilku terus-terusan. Apakah mau dilanjutkan atau menyerah pada tenggat ? Jika menyerah, yaudah tidak usah disubmit ini. Jd bisa lebih lega untuk menyempurnakan tulisan ini. Bisa riset lebih banyak dan lebih mendalam. Bisa membenahi segala aspek dengan lebih matang; ya pesan ceritanya, ya penokohannya, ya alurnya, ya macam-macam. Inilah ke-overthinking-an anak yg pernah belajar di jurusan sastra. Ngga jadi jadi nulis karena kebanyakan tidak percaya diri. Takut menghadapi dunia penghakiman dari orang-orang yang sudah merasa dirinya mengalah-ngalahi Sutan Takdir Alisyahbana.
Yasudah. Mungkin script hunt di agensi itu bukan tempat yang tepat untuk debut anak pertamaku, yang masih prematur ini.
Semoga seiring aku belajar menyempurnakan anak pertamaku, akan datang lagi kesempatan yang lain. Semoga kelak jika anak pertamaku sudah lumayan sempurna, akan ketemu wadah baru yang lebih tepat.
Dah. Sekarang kembali fokus menjadi pekerja di korporat dan jadi penonton setia Indonesian Idol. See u again tumblr!
0 notes
Text
17 Februari 2021
Hai Tumblr! Maafin aku yang melupakanmu beberapa minggu!
Aku sungguh sungguh merasa tidak jelas beberapa minggu ini. Temen-temenku mengeluh karena merasa aku berbeda. Jangankan mereka, aku pun kehilangan diriku sendiri.
Apa ya, ada sesuatu kekhawatiran yang dalem banget yang ngga bisa aku jelasin pake kata-kata. Tapi, kekhawatiran ini tuh ngga beralasan. Segala ketidakpercayaan diri dan keinsekyuran aku memang menumpuk.
Jadi draft tulisan belum juga selesai karena aku kebanyakan overthinking. Writers block banget. Kayaknya emang paling bener berhenti dulu jangan maksain nulis. Tulisannya jadi ngga mengalir, kalo dibaca ulang kayak ngga lepas aja. Yaudah. Kayaknya emang harus stop dulu. Atur nafas sebelum deadline.
Kayaknya butuh hiburan, nonton netflix, nonton indonesian Idol, dengerin podcast, dsb.
Btw, ngomongin masalah podcast, aku baru nemu aplikasi namanya clubhouse yang lagi ngehits bgts sekarang. Org org pd bikin story buat clubhouse. Aku pikir ini apaan lagi deh.
Terus, aku suatu hari lagi scroll tiktok, nemu fyp bagus banget membahas tentang club house aku lgsg download dan bikin. Cari yg punya invitationnya agak susah karena ngga banyak temen yang pengguna ip. Trs suatu hari, mas Dzaky, (leaderku di tim oec dulu) ngepost dia baru bikin club house. Trs aku nanya langsung saat itu juga, mas masih punya ngga invitationnya? Wkwkw terus dia bilang masih. Akhirnya dia invite aku dan jadilah akun clubhouse aku. Xixixixixi, big thanks to mas dzaky!
Obrolan pertama yang aku dengerin di clubhouse :
Ini seru abis sih! Ngobrolin serba serbi IP, film, penonton bioskop, dan aku jg jadi tahu kenapa aktor film Indonesia itu-itu mulu. Wkwk
Karena materi sebelumnya tuh kek beraaaat gitu, aku akhirnya dengerin yang receh receh aja kayak gini. Reza Chandika made my day banget walaupun udh malem sih ini haha ttp ngakak.
Trs tadi sempet join juga room ini
Seru banget.
Astaga. Next time aku mau jadwalin buat dengerin clubhouse tiap pulang kerja. Rasanya kayak dengerin radio cuma ngga ada musiknya.
Doaku, ya Allah semoga clubhouse gini aja deh ngga usah ada aneh aneh atau iklan iklan.
0 notes
Text
31 Januari 2021
Decided to make a second account to share what i wanna share and write anything that i wanna write.

0 notes
Text

28 Januari 2021
Ngga ngerti lagi sama hari ini. Pokoknya gambar ini menggambarkan segala yang kurasakan.
0 notes
Text
The White Tiger
Jangan bayangin ini adalah film India yang gemerlap warna-warni dan tiap lima menit nyanyi, karena itu sama sekali ngga ada di sini.
Yang ada di benakku ketika nonton film ini adalah...gila ya, isu kelas sosial emang seserius itu. Se-se-ri-us itu. Konflik sosial antara si kaya dan miskin akan terus ada karena kesenjangan sosial erat banget dengan ketidakadilan.
PEKERJA KELAS BAWAH MERANGKAK KE ATAS, APAKAH BISA?
Balram, si tokoh utama bilang, bahwa kelas pekerja bawahan di India kayak ayam potong. Ngga pernah protes walau dikurung di kandang, kalo inget ya dikasih makan, kalo engga ya udah tinggal nunggu disembelih aja. Mereka tahu bahwa hal itu bisa datang kapan saja ke mereka. Hal ini juga terjadi pada keluarga Balram yang nasibnya udah ditentuin : jadi babu di warung teh, dijodohin, nikah, punya anak banyak, tetep jadi babu, repeat sampai tujuh turunan kemudian.
Rantai itu sulit banget putus; yang kaya akan makin kaya dan yang miskin akan tetap miskin karena tidak ada peluang sama sekali untuk mengubah nasibnya. Apalagi di India terkungkung oleh sistem kasta. Si tokoh utama pun merasa capek karena terus menerus melakukan hal yang sama; menghancurkan arang dan ngga punya uang.
Akhirnya ia punya ide untuk mengubah nasibnya; melamar jadi sopir tuan tanah. Dalam bayangannya ia akan hidup lebih layak. Namun, Balram pada akhirnya semakin masuk ke wilayah gelap kelas menengah atas. Balram hampir terkena tumbal dan kambing hitam tuannya atas kesalahan yang tidak ia lakukan. Semua itu agar tuannya tumpul dari hukum. Dia menyaksikan bagaimana kekayaan dan kekuasaan bisa menjadi alat untuk menjilat penguasa agar mempertahankan eksistensi mereka dan makin memperkaya diri. Lama-lama ia muak sama tuan-tuannya yang kaya. Apakah ia mau jadi babu terus-terusan atau mencari cara agar bisa mematahkan itu semua dan terbang menuju kelas atas.
DUA SISI NEGARA INDIA
Film ini juga memberikan kita gambaran, bahwa ada dua sisi dari India Sisi terang dan sisi gelap. Bahkan sisi gelapnya terletak jauuuuuuuuuuuhhhh banget dari sisi terang. Cerita ini yang kadang tidak kita dengar. Orang hanya ingin dengar yang indah-indah, sehingga kenyataan yang seperti ini jarang sekali digambarkan. Gelapnya India tuh benar-benar 'gelap'. Seolah ngga ada lagi yang bisa diubah. Mereka ngga tersentuh pemerintah. Nasibnya tidak sejahtera. Hidup dengan rumah tinggal yang kumuh. Ketersediaan fasilitas umum sangat minim bahkan tidak ada. Kalaupun ada, sangat tidak layak. Janji-janji politik hanya tinggal janji. Beda banget dengan Delhi yang sangat gemerlap. Lagi-lagi, kasta jadi alasan kuat mereka mempertahankan ketimpangan sosial itu.
Orang-orang seperti Balram mungkin bisa mematahkan sistem kasta yang ada di India. Ia mungkin bisa membawa orang-orang dari kelas bawah jadi memiliki hidup yang lebih layak. Tapi, tampaknya benteng itu sulit sekali diruntuhkan. Kata Balram dalam film itu :
”Orang miskin bisa naik kelas sosial hanya dengan dua cara, yaitu kejahatan atau politik”.
Bagus. Worth to watch.
0 notes