Mencintaimu itu pekerjaan. Dibayar atau tidak, aku tidak peduli.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Kita tidak bisa memaksa seseorang yang kita cintai untuk tetap tinggal.
Meski begitu, kita bisa membuat diri kita tetap dicintai -meski bukan olehnya lagi, setidaknya oleh diri sendiri.
31 notes
·
View notes
Text
Pergi
Sejujurnya aku pun tidak tahu hubungan ini akan bertahan berapa lama lagi. Kau terus mengkhawatirkan jika suatu saat aku pergi, sementara hingga hari ini bertahan dan terus mencintaimu masih menjadi pekerjaan yang senantiasa senang kulakukan setiap hari.
Terkadang aku pun sama: memikirkan kemungkinan terburuk apa yang nantinya akan menimpa kita. Memikirkan perihal kita, andaikata kita berdua selesai begitu saja. Ada pikiran-pikiran semacam itu tumbuh di kepala. Meski, ya, kuakui: ketika esok harinya kau datang dan kembali memeluk, seketika inginku hanya setia selamanya.
Naif.
Memang.
Tapi hingga hari ini, rasa-rasanya mencintaimu masih sama rasanya dengan ketika pertama kali kau berkata 'ya' atas pertanyaan 'mau jadi pacarku, nggak?-ku. Bertemu denganmu masih se-menyenangkan dulu. Dan jauh dari kamu, menyiksanya tidak pandang bulu.
-
Hingga tulisan ini sampai pada kalimat ini, aku masih belum bisa menjawab khawatirmu tentang hubungan kita. Bagaimana seandainya suatu hari nanti kita berakhir tiba-tiba. Bagaimana jika cinta kita usang. Bagaimana jika--
Tapi semoga saja, hidup senantiasa memberi kita kekuatan, untuk terus saling mencintai, tanpa sekalipun melakukan satu hal yang paling kita hindar-hindari: pergi.
29 notes
·
View notes
Quote
Saat dunia dirasa sedang kacau-kacaunya, peluk masihlah satu hal yang tetap men(y)enangkan.
58 notes
·
View notes
Text
Untuk Aku Akui, Kamu Menyelamatkan
Kalau saja kamu tidak ada, percaya atau tidak, mungkin kakiku tidak akan menapak hingga hari ini. Mungkin keputusan bodoh sudah berkali-kali aku ambil tepat ketika badai di kepala sedang kacau-kencangnya, atau ketika aku tidak mampu melakukan apa-apa lagi kecuali menangis –sambil mengutuk seisi dunia dan semua tragedi yang menimpa.
Betapa yang buruk dari kehilangan ternyata bukan perihal kehilangan seseorang lain yang kita sayang saja, lebih dari itu, puncak kehilangan paling nestapa adalah saat kita kehilangan diri sendiri. Rasa-rasanya berjalan membawa tubuh tidak pernah seasing ini. Rasa-rasanya aku harus kembali lahir hanya untuk mengenal pada tubuh siapa jiwaku berada.
Tidak pernah kurasa bahwa kehilangan diri sendiri akan membawaku jauh tersesat sejauh ini –serta selama ini. Aku menjadi tidak lagi takut untuk melukai diri sendiri, oleh karena aku berpikir yang kulukai bukanlah diriku ini. Aku menjadi seseorang yang hidup hanya bergantung pada kapan kematian akan menimpaku.
Menyedihkan memang.
Kehilangan diri sendiri satu paket dengan kehilangan kepercayaan kepada siapapun. Entah ada hubungannya atau tidak. Tapi bukankah tidak setiap hal harus ada hubungannya? Setidaknya yang aku rasakan, aku seperti mengunci diriku dari siapapun yang datang. Aku mengunci diriku, dan membuang entah ke mana kuncinya, sambil berharap seseorang menemukan yang kubuang lalu masuk serta memperbaiki semuanya.
Lalu kamu datang. Tidak terlihat membawa kunci, namun perlahan mengenalkan siapa diriku ini, dan apa yang sudah hilang dari diriku sejak lama sekali. Segalanya belum pulih. Namun kamu tidak menyerah, kamu tetap saja bertahan sambil terus menemani.
Aku akui, kalau saja tidak ada kamu, mungkin aku tidak akan menapak hingga hari ini. Kalau nanti kamu membaca apa yang aku tulis ini, ketahuilah: datangmu membuatku yakin, aku bisa kembali menjadi aku yang pernah setegap serta setegar dulu ketika berani menantang dan menghadapi dunia.
Terima kasih.
26 notes
·
View notes
Text
Bagaimana dia Membuat Bahagia
Beberapa orang menganggap, bahwa menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain adalah seperti kita berdiri di tepi jurang dan menunggu dengan suka rela kapan orang tersebut mendorong kita. Tentu, kemungkinan-kemungkinan bahwa nantinya kita celaka akan selalu ada.
Akan selalu ada.
Tapi aku sudah menyerah.
Aku sudah pernah hidup serupa sebatang kara yang berdiri di tepi jurang dan menunggu waktu di mana dengan sukarela aku melompat ke bawahnya. Aku sudah diambang batas bahwa hidup dari bahagia diri sendiri memang tidak pernah bisa. Berkali-kali aku gagal merawat apa yang acap kali membuatku senang. Aku tidak pandai membuat diriku sendiri bahagia, apalagi menjaganya.
Jauh sebelum ini, aku pernah menciptakan neraka. Neraka ini, bernama Dunia; tidak panas, tidak ada malaikat-malaikat yang memukul dengan palu gada, tidak ada siksaan dengan lahar yang membuat meleleh. Tapi neraka yang kucipta ini, kerap kali membuat seisi tubuhku serasa hancur. Bahkan tanpa orang lain mampu melihatnya.
Bayangkan kamu menjalani hari-hari dengan pura-pura tersenyum ketika tanpa seorang pun tahu, ada luka sebesar entah yang diam-diam kamu sembunyikan.
Hingga bangun di pagi hari, rasanya seperti mengulang celaka yang ada di hari-hari sebelumnya.
Aku lelah.
Aku lupa bahwa dari sekian banyak perasaan, semesta juga menciptakan perasaan bahagia.
Aku tidak pernah merasakan itu lagi.
Aku tidak pernah lagi bahagia karena diriku sendiri.
Nerakaku, seperti menghapus semua perasaan kecuali sedih dan segala hal-hal buruk lainnya.
Aku sampai pada keadaan di mana kawan baikku satu-satunya adalah rasa putus asa, hingga kemudian aku menemukan sebuah keajaiban yang Tuhan pernah cipta. Keajaiban itu, berwujud manusia. Perempuan. Tangannya seperti selalu menyimpan sesuatu yang bisa menenangkan ketika digunakan memeluk. Suaranya kala mengucap 'tidak apa-apa, ada aku di sini.' menjelma hal yang membuat aku yakin bahwa aku tidak ditinggalkan sendirian di dunia ini.
Sampai aku lupa bahwa tempat ini pernah kuanggap neraka.
Dia datang dan serta merta, tempat ini berubah bentuk menjadi surga. Memang, tidak ada tujuh puluh bidadari. Memang, tidak kutemui sungai di mana mengalir air susu serta arak di arusnya. Memang, tidak ada pohon-pohon rindang dengan buah tanpa batas ketika kita memetiknya.
Tapi tetap, menyadari bahwa tempat ini berubah dari segala hal menyeramkan menjadi segala hal yang menenangkan, itu tetaplah menakjubkan.
Surga ini, kuciptakan tepat setelah aku mengenalnya.
Tepat ketika hidupku sudah pada ujung putus asa yang kupunya, aku menitipkan sesuatu padanya: menitipkan perasaan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya,
Perasaan bahagia.
37 notes
·
View notes
Text
Ucapan Terima Kasih untuk Kekasih
Kita tak akan pernah cukup untuk semua orang.
Tapi, Tuhan, terima kasih karena telah memberiku seseorang yang tidak pernah menuntut untuk laki-laki yang sempurna. Terima kasih karena dengan dia, aku bisa menceritakan bahwa inilah aku, dan semua bagian hidupku yang kurasa lebih banyak kurang daripada lebihnya.
Terima kasih karena telah mengirimkan perempuan ini. Yang padaku, ia tetap tinggal, setelah hal kacau dariku telah ia ketahui semuanya.
Untuk setiap bahagia yang dia beri di hidup yang sebelumnya terasa kacau ini, aku ingin memberitahu pada semua bahwa aku beruntung sekali bertemu dengannya, bercerita segalanya, dan merasakan betapa lega adalah saat kacau cerita kita, ditanggapi peluk dari lengannya.
Ia selalu menjadi air bagi aku yang kerap serupa api. Di lain keadaan, seringkali hadirnya menjelma api, untuk setiap hal-hal brengsek yang melemahkanku: membuatku kembali jatuh, lagi dan lagi. Adanya, selalu berhasil membuatku berdiri.
Perempuan ini, Tuhan, adalah alasan mengapa aku harus bangun dan kembali menjalani hari. Sebab aku pernah memutuskan ingin mengakhiri hidup karena dirasa dunia tidak pernah menginginkan adaku lagi. Saat kepalaku berpikir bahwa lebih baik aku hilang, ia datang, tanpa memberitahu namun aku merasa menjadi seseorang yang juga penting di hidupnya. Oleh sebab itu, aku ingin terus bangun.
Aku tidak mau karena aku pergi nanti, perempuan ini merasakan kehilangan.
--
Aku memang tidak pernah cukup untuk semua orang. Kusadari, terkadang sifat serta sikapku menjengkelkan. Sesuatu yang aku rasa, kalau seseorang lain yang menghadapiku, mungkin mereka akan lebih dulu pergi tanpa pernah mengizinkanku menjelaskan mengapa aku begini.
Memang, tidak baik memaklumi sifat seseorang yang dibentuk karena masa lalunya. Tapi beruntungnya, aku mendapatkan perempuan yang menerima bahwa aku dibentuk dari masa laluku.
Dunia dan segala hal brengseknya boleh menghancurkanku, tapi kali ini aku siap. Sebab aku punya seseorang yang bisa membentukku untuk kembali sigap berdiri.
Seseorang itu, bernama Savira.
39 notes
·
View notes
Text
Aku ingin bertanya apa alasan kau lebih memilih dia daripada aku. Aku ingin bertanya, andai saja keberanianku berhasil mengalahkan ketakutan yang kupunya akan jawaban darimu nanti.
23 notes
·
View notes
Text
Tolong jaga dia. Andai suatu hari kau lelah menjaganya, kau bisa pergi darinya dan membiarkanku yang melakukannya. Aku yang akan menjaganya, meski aku mungkin tahu, bahwa dia belum tentu mau.
Aku, kepada seseorang baru di hidupmu.
24 notes
·
View notes
Text
Palu Gada
Di pagi hari ini, aku kerap berpikir bahwa aku terbangun masih dalam keadaan bermimpi. Masih berdoa agar sisa tenaga yang kupunya, adalah untuk bisa menggenapkan apa yang ganjil di hatimu.
Namun nyatanya keadaan menghantamku keras sekali. Ia serupa palu gada yang dipukulkan seseorang ke kepala. Selama itu tidak menghancurkan, itu menyakiti.
Aku bangun dari tidurku. Duduk sambil bersandar di dinding kamar. Kepalaku memutar apa yang pernah terekam mata. Wajahmu, tawa, juga segala tempat di mana pernah ada kita.
Harus kuakui. Dia hebat sekali. Bisa menghancurkan harap yang selama ini kubangun dengan kuat. Bisa meruntuhkan segala prasangka baik bahwa kamu tidak akan pergi, kamu akan di sini, selamanya selama aku ada.
Namun nyatanya tidak. Aku terbangun dan tersadar bahwa ini sudah selesai. Sesuatu yang belum usai, mesti kuharuskan segera berakhir.
Sekali lagi, keadaan menghancurkanku keras sekali. Serupa palu yang dipukulkan ke kepala. Seseorang yang memukulkannya itu kamu, alat yang kau pukul untuk menyakitiku itu dia.
11 notes
·
View notes
Text
Di kursi bioskop itu, kau mungkin sedang tertawa dengannya. Mungkin sedang kau sandarkan kepalamu pada bahunya.
Sementara di tempat lain, aku duduk. Sendiri. Di kursi tempat yang dulu sering kita kunjungi, menunggu cerita-ceritamu yang aku tahu tidak akan pernah datang lagi.
13 notes
·
View notes
Text
Pohon
Kau pernah punya kesempatan untuk menghentikanku. Kau bisa membuatku pergi dan aku bisa dengan sadar diri tidak melanjutkan. Kau pernah punya hari untuk berpaling dari datangku. Namun kau tidak melakukannya. Mengapa?
Terkadang aku terpikir, entah kamu yang jahat, atau aku yang bodoh? Mungkin kemarin kau sedang memilih, siapa di antara pilihanmu yang paling kau suka. Dan sedihnya, ternyata bukan aku.
Namun terlambat, hey.
Apa yang ada di hati sudah tumbuh. Ia mekar bersama harapan yang dulu sering kau sirami selalu. Sekarang ia berakar ke setiap tubuhku, tumbuh dan siap dipetik kamu.
Sampai kemudian..
Kau tidak pernah datang untuk memetiknya.
Kau justru datang di hidup orang lain, memetik sesuatu yang aku tidak tahu, diam-diam kau juga menyuburkannya.
12 notes
·
View notes
Text
Sampai detik ini aku masih bertanya-tanya, kalau pada akhirnya kau memilihnya, mengapa kemarin sempat berkata bahwa ia hanya sebatas teman? Kemarin kau bilang padaku, tidak sekalipun kau punya rasa padanya. Aku senang mendengarnya, kau tahu? Mendengar bahwa kau tak ada rasa, aku seperti diberi kesempatan untuk semakin masuk di hidupmu. Mendampingi hari-hari yang kau jalani.
Sampai kemudian hari ini, aku melihatnya. Melihat foto yang kau bagikan di sosial mediamu, dengan ia di sampingmu. Kau beri tanda 'love' sebagai pesan pengantar foto yang kau bagikan. Di hari yang sama, kau tidak menghubungiku. Atas setiap pesan yang kukirim, kau tidak lagi membalasnya. Kau tidak lagi membaca pesanku. Mungkin, kau juga tidak lagi membukanya.
Aku masih bertanya-tanya, dengan cara apa dia berhasil memilikimu, ketika di hari kemarin kau masih mengaku padaku bahwa bagimu ia hanya biasa-biasa saja?
Seperti ada yang sampai di hati. Serupa jarum kecil yang menusuk namun tidak berhenti. Seperti disayat silet di kulit. Ada sakit dengan luka yang tidak bisa kusentuh. Ada sakit dengan tanpa darah terlihat.
Entahlah.
Aku lemas.
Sedikit sedih.
Padahal, kau sedang bahagia.
18 notes
·
View notes
Text
Aku tahu kau belum bisa melupakan masa lalumu. Untuk itulah aku sering mengajak kau keluar, sekadar membangun percakapan berdua.
Sebab hanya itu usahaku membuat kau perlahan lupa: bahwa ketika kepalamu masih berusaha terus mengingat, aku ada dengan usahaku terus bicara.
24 notes
·
View notes
Text
Pergilah kalau kau mau, dan kalau di pergimu itu kau ingat aku, kembalilah. Sekalipun aku tidak pernah memaksamu tinggal, namun jika diizinkan untuk meminta: aku minta kau di sini saja.
Jangan cari yang lebih baik di sana, sementara untukmu aku mau jadi yang terbaik di sini.
169 notes
·
View notes