Tumgik
yetinvtsr · 2 years
Text
37 of 365
Perempuan yang Sedang Menunggu,
Di kepalanya bersarang banyak sekali tanya, tentang kapan tiba waktu terbaik yang dijanjikan-Nya, tentang sebuah nama yang akan menjadi sebab berakhir penantiannya.
Di hatinya kekhawatiran seperti halnya hujan. Akan deras mengguyur kala ingat perihal dirinya yang dianggap sudah memasuki 'fasenya'. Derasnya makin menjadi, kala mengetahui kawan sebayanya sudah terlebih dahulu mengakhiri masa penantiannya.
Sekali dua kali kekhawatirannya akan reda, dihapuskan oleh kesadaran bahwa masing-masing manusia punya garis waktu untuk sampai di titik akhir penantian. Juga, oleh kesadaran bahwasanya yang ditakdirkan untuknya akan selalu menemukan jalan hingga sampai tujuan.
Perempuan yang sedang menunggu,
Pada tiap-tiap yang hadir, tak jarang ia harapkan menjadi takdir yang membersaimanya hingga akhir.
Pada tiap-tiap yang singgah, seringkali ia harapkan agar menetap dengan sungguh.
Pada tiap-tiap yang datang, kadangkala ia harapkan turut serta membawanya pulang.
Pada tiap-tiap yang menawarkan pesona, beberapa kali ia harapkan agar tertaut dengannya.
153 notes · View notes
yetinvtsr · 2 years
Text
Setelah berselancar di berbagai sosial media, Tumblr tetap menjadi ruang ternyaman untuk kembali pulang :)
0 notes
yetinvtsr · 2 years
Text
Wkwk
Mengetik 'wkwk' tanpa tertawa.
Mengetik 'wkwk' tanpa makna.
Mengetik 'wkwk' yang bermakna.
0 notes
yetinvtsr · 2 years
Text
Hallo Tumblr. Hallo Februari yang ke-7.
Lama tak bersua.
0 notes
yetinvtsr · 2 years
Text
Remedial Kehidupan
Jadi, aku dan temenku berencana mau nonton dr awal tahun sejak launching film Merindu Cahaya De Amstel (MCDA), tapi sering cancel dan reschedule. Puncaknya excited di minggu lalu. Bener² kek 'ayo kudu banget liat, masio weekend, trabas ae'. Yang semula mau liat MCDA, kita putar haluan mau liat Ku Kira Kau Rumah. Sebenernya ada satu misi kenapa harus banget liat minggu ini dengan judul film tsb wkwk.
Singkat cerita, berangkatlah kami berdua ke bioskop. Pilih tempat yg ok dan film mulai diputar. Inilah hari yg ditungu² dan tinggal nunggu gong-nya dalam hitungan beberapa menit lagi. 90 menit berjalan, kita fokus dengan alur ceritanya. Tapi, hingga akhir putaran film selesai, kita sama sekali tidak mendapatkan gong-nya. heuheu. Misi kita gagal haha. End.
Satu pelajaran yg bisa diambil dr seklumit cerita proses kehidupan ini: Kalo kita berekspektasi tinggi, tentu harus siap dengan risikonya: kecewa.
Secara teori, dua manusia ini sudah paham betul akan teori itu, tapi nyatanya tiap kali praktek kudu berulang remidial untuk pelajaran hidup satu ini. Wkwk.
0 notes
yetinvtsr · 3 years
Text
Hallo tumblr, hallo bulan Oktober.
Semoga awal bulan yang diawali dengan kabar kebahagiaan, menjadikan manusia ini memiliki rasa syukur lebih banyak dan tidak membandingkannya dengan orang lain. Dengan keduanya, hidup akan lebih bahagia dan tenang.
0 notes
yetinvtsr · 4 years
Text
4 Hormon Kebahagiaan
4 Hormon yang menentukan kebahagiaan manusia.
1. Endorfin,
2. Dopamin,
3. Serotonin, dan
4. Oksitosin.
Penting bagi kita untuk memahami hormon-hormon ini, kita membutuhkan keempatnya untuk tetap bahagia.
Endorfin.
Ketika kita berolahraga, tubuh melepaskan Endorfin.
Endorphin membantu tubuh mengatasi rasa sakit. Kami menikmati berolahraga karena Endorfin ini akan membuat kami bahagia.
Tertawa adalah cara lain yang baik untuk menghasilkan Endorfin.
Kita perlu 30 menit berolahraga setiap hari, baca atau menonton hal-hal lucu untuk mendapatkan dosis Endorfin hari kita.
Dopamin.
Dalam perjalanan hidup kita, kita menyelesaikan banyak tugas kecil dan besar, melepaskan berbagai tingkat Dopamin.
Ketika kita dihargai untuk pekerjaan kita di kantor atau di rumah, kita merasa puas dan baik, karena itu melepaskan Dopamin.
Ini juga menjelaskan mengapa sebagian besar ibu rumah tangga tidak bahagia karena mereka jarang diakui atau dihargai atas pekerjaan mereka.
Sekali, kita gabung kerja, kita beli mobil, rumah, gadget terbaru, rumah baru dan sebagainya. Dalam setiap contoh, ia melepaskan Dopamin dan kami menjadi bahagia.
Sekarang, apakah kita menyadari mengapa kita menjadi bahagia saat berbelanja?
Hormon ketiga Serotonin dilepaskan ketika kita bertindak dengan cara yang bermanfaat bagi orang lain.
Ketika kita melampaui diri kita sendiri dan memberi kembali kepada orang lain atau kepada alam atau kepada masyarakat, itu melepaskan Serotonin.
Bahkan, memberikan informasi yang bermanfaat di internet seperti menulis blog informasi, menjawab pertanyaan orang di grup Facebook akan menghasilkan Serotonin.
Itu karena kita akan menggunakan waktu kita yang berharga untuk membantu orang lain melalui jawaban atau artikel kita.
Hormon terakhir adalah Oksitosin,
dilepaskan ketika
kita menjadi dekat dengan manusia lain.
Ketika kita memeluk teman atau keluarga kita, Oxytocin dilepaskan.
Demikian pula, ketika kita berjabat tangan atau merangkul bahu seseorang, berbagai jumlah oksitosin dilepaskan.
Jadi, sederhana saja, kita harus berolahraga setiap hari untuk mendapatkan Endorfin,
kita harus mencapai tujuan kecil dan mendapatkan Dopamin,
kita harus bersikap baik kepada orang lain untuk mendapatkan Serotonin dan akhirnya
peluk anak-anak kita,
teman, dan keluarga untuk mendapatkan Oxytocin dan kami akan senang.
Ketika kita bahagia, kita bisa menghadapi tantangan dan masalah kita dengan lebih baik.
Sekarang, kita dapat memahami mengapa kita perlu memeluk seorang anak yang memiliki suasana hati yang buruk.
Jadi untuk buat anak Anda semakin bahagia hari demi hari ...
1. Motivasi dia untuk bermain di tanah
-Endorfin
2. Hargai anak Anda atas pencapaian kecilnya yang besar
-Dopamin
3. Menanamkan kebiasaan berbagi melalui Anda kepada anak Anda
-Serotonin
4. Peluk anak Anda
-Oxytocin
Memiliki Hidup yang sangat Bahagia
` Selamat Petang...! 🕊
2K notes · View notes
yetinvtsr · 4 years
Text
Tumblr media
Aku Ridha, Ya Rabb
Pernah ngerasa kayak diprank sama kehidupan? Semangatmu sedang menggebu, ekspektasimu terhadap dirimu sendiri sedang tinggi-tingginya, dan tak ada keraguan sama sekali dalam dirimu. Tapi ternyata dalam sekejap kenyataan yang terjadi berbanding terbalik dari apa yang sudah kamu simulasikan di alam bawah sadar. Dan boom, dalam hitungan detik kamu jatuh bedebam dan rasa-rasanya semua persendian jadi lemas dan mau copot dari tubuhmu.
Inilah gambaran singkat dari patah hatinya seorang anak manusia akan hidupnya sendiri. Saat dia memikirkan hanya satu kemungkinan tentang masa depan dan dirinya sudah sepenuhnya larut di dalamnya namun yang terjadi sama sekali di luar dugaannya.
Pernah mengalami hal seperti ini?
Hampir setiap manusia yang hidup di dunia punya momen patah hatinya sendiri. Apalagi untuk setiap orang yang berani bermimpi besar, tentu patah hatinya akan terasa lebih sakit lagi. Mungkin bukan hanya luka dan lebam yang ia rasakan, tapi serasa tulang-tulang di tubuhnya patah dan tak mampu berdiri lagi.
Saat ini terjadi, menghamburlah kepada Allah sesegera mungkin. Jangan sembunyikan tangismu di hadapan Allah. Kamu tak perlu pura-pura kuat di hadapan-Nya karena Allah lebih tau dirimu dari yang kamu tau.
Ingatlah, kita bukanlah penentu takdir. Kita yang terlahir di dunia ini hanyalah penjemput takdir. Seyakin apapun kita akan sebuah ekspektasi, tetap ada satu kemungkinan semua tak berjalan sesuai rencana.
Kita hanya perlu ridha dengan apapun ketentuan-Nya. Kita hanya bisa berencana dan berusaha, pada akhirnya Allah yang jadi penentunya.
Berat? Tentu. Kalau ringan mungkin balasannya cuma piring cantik plus dunia dan seisinya. Itu kenapa Allah sediakan ampunan dan surga yang luas untukmu yang sabar atas setiap ujian yang datang. Karena itu gak mudah. Karena Allah ingin menghapus penderitaanmu di dunia dengan kesenangan yang banyak di akhirat kelak.
Beruntung itu jika setiap ujian yang datang bisa membuat kita mengingat-Nya.
Pada akhirnya, aku ridha atas apapun ketentuan-Mu selama Engkau tak meninggalkanku.
© Taufik Aulia 2020
745 notes · View notes
yetinvtsr · 4 years
Text
Proposal Hidup
“Kalau kamu punya keinginan yang kuat, maka mintalah kepadaNya semenjak jauh-jauh hari. Proposal buat ngajuin sponshorship ke perusahaan aja harus dikirim jauh-jauh hari biar dapat duit, apalagi proposal hidup kepada Allah!”
Saya lupa dari mana dan kapan tepatnya mendapatkan nasihat ini, tapi barangkali hal ini masih related hingga saat ini. Berapa banyak keinginan-keinginan yang kita pendam, yang sudah kita panjatkan kepadaNya, seberapa sering kita memanjatkannya, sudah seberapa keras usaha kita untuk mencapainya, semoga kita masing-masing bisa merefleksikannya. 
Pun demikian dengan impian yang ingin kita capai, sudah seyogianya kita memanjatkan kepadaNya dari jauh-jauh hari. Ada nasihat salah seorang ustadz, bahwasanya manusia sering datang kepadaNya di kala butuh saja, namun kala merasa tidak butuh, ia justru menjauh. 
Barangkali sebab itulah, Allah beberapa kali memberi peringatan kepada hamba-hambaNya melalu berbagai peristiwa. Melalui sakit, kegagalan, atau apapun itu, barangkali sebab Dia justru merindukan doa dan tangis kita di setiap sepertiga malam terakhir yang kita mulai lalai dariNya. 
Demikian pula, dalam Quran Surat Al-Baqoroh ayat 186, Allah SWT membuka lebar-lebar dan bahkan memerintahkan berdoa kepada hamba-hambaNya. 
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku… - QS . Al-Baqoroh: 186
Demikianlah janji Allah dalam Al-Quran, bahwasanya Allah akan mengabulkan doa-doa kita. Allah akan mengabulkan proposal hidup yang telah kita minta dengan caraNya sendiri, yang terkadang kita tak pernah membayangkan sebelumnya. 
Namun, sebagaimana proposal pengajuan sponshorship di perusahaan yang juga mendapat potensi tertolak, pun demikian dengan proposal hidup yang kita ajukan kepadaNya. Bisa jadi akan membutuhkan waktu panjang agar Dia menerimanya. Bisa jadi Dia akan menolaknya, atau kelak menggantinya dengan yang lebih baik. 
Lantas apa yang kita lakukan saat biasanya proposal kita ditolak? Kita akan follow up, kita akan evaluasi, dan kita akan memperbaikinya. Demikian pula dengan proposal kita kepadaNya. Jika untuk proposal sponshorship kita punya timeline tertentu untuk mengevaluasinya, maka Allah telah memberikan waktu 5 kali sehari bagi kita untuk memanjatkannya. 
Bahkan belum termasuk waktu waktu mustajab bagi kita untuk berdoa seperti kala hujan, kala khatib duduk diantara dua khutbahnya, kala sepertiga malam terakhir, dan waktu waktu yang lain. Betapa Allah bahkan menyediakan waktu untuk kita, sementara kita seringkali justru mengabaikan panggilanNya. 
Jika proposal kita tertolak, barangkali kita perlu merefleksikan diri apa yang menyebabkan Dia belum kunjung mengabulkannya. Jika proposal kita diterima, bisa jadi itu merupakan ujian dariNya untuk mengetes apakah pasca itu kita akan tetap berdoa kepadaNya. 
Diterima, ditunda, atau pun ditolak pada akhirnya adalah soal waktu. Adalah soal ujian kecintaaan hambaNya kepadaNya. Semoga kita tidak lelah terus memanjatkan doa kepadaNya. Semoga kita tidak lelah merefleksikan dan mengevaluasi proposal hidup yang kita ajukan kepadaNya. 
Malang, 6 Mei 2020 14.19  @faizunaa 
438 notes · View notes
yetinvtsr · 4 years
Text
Tumblr media
Dari hari ke hari rasanya beban hidup kita semakin bertambah, kecemasan dan perasan negatif kita semakin bertumpuk.
Kenangan masa lalu yang tidak pernah selesai, ketakutan tentang masa depan yang semakin menjadi-jadi, juga serangkaian tuntutan hidup yang meminta untuk segera diselesaikan.
Bukannya bisa menjalani hidup dengan tenang, kita justru merasa terbebani dengan begitu banyaknya hal yang mesti kita pikirkan.
Kita dibuat kebingungan, masalah mana yang sebetulnya harus diselesaikan lebih dulu, persoalan apa yang sebetulnya tidak terlalu penting untuk kita permasalahkan.
Kita dibuat kewalahan, rasanya sulit untuk bisa bersantai, sulit untuk bisa menikmati dan menjalani hidup tanpa tergesa-gesa.
Belum lagi kita selalu berusaha untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Sampai-sampai kita lupa dengan apa yang sebenarnya kita mau. Kita lupa mendengarkan diri kita sendiri.
Kita terus melangkah menyeret diri, seolah-seolah semuanya harus selesai dengan sempurna.
Ketenangan tidak pernah menjadi milik kita. Dan kita terus saja menambah keinginan, kita terus saja menciptakan begitu banyak harapan baru.
Kita takut menjadi terlihat biasa-biasa di hadapan orang lain, hingga kita begitu erat menggenggam semua kesibukan kita.
Kita tidak mau terlihat sederhana, dengan melepaskan pikiran-pikiran yang membebani kita, dengan melepaskan keinginan-keingan yang membuat kita tertekan.
Kita takut tampil sederhana, menjadi diri kita sendiri, menjalani standar hidup yang sesuai dengan kemampuan kita.
—ibnufir
179 notes · View notes
yetinvtsr · 4 years
Text
Skripsi itu memang butuh perjuangan ya. Ada aja tiap anak ujiannya apa. Ini keknya masih level dasar dr kehidupan. Belum nanti lek wes di kehidupan nyata. Pasti luweh berat. Iyo ga sih? Skripsi itu lho baru satu jurusan. Kalo di kehidupan pasca kampus apalagi dah menikah itu keknya udah multijurusan: ada ekonomi, kesehatan, lingkungan, politik, pendidikan, sosial jadi satu kek es campur.
Puyeng ga sih?
Siehh, santai aja. Pokok bismillah, innalaha ma'anna.
Jember, 2 April 2020.
23.55
1 note · View note
yetinvtsr · 4 years
Text
:')
?
atas nama rindu yang tertahan
atas nama perjumpaan yang tertunda
atas nama jarak yang terbentang
atas aku yang diam tidak tahu harus apa
479 notes · View notes
yetinvtsr · 4 years
Text
6 tahun lalu. Ngomong santai di depan camp MT sama beberapa temen.
Me : Kok aku sayang banget ya sama angakatan 23. Jadi pengen nikah umur 23. (omongan bercanda)
Temen : Aamiin
((2020))
Me : Beb, kalo masih ingat aku pengin nikah umur 23. Tolong tahun ini jangan ditagih wkwk
Al : WKWKWK SUMPAH NGAKAK.
Me : errrr
Jadi gini beb, semakin kesini semakin takut mau nikah. Nikah bukan hanya urusan aku dan doi bersatu, sah secara agama dan negara. Banyak hal yang masih mau dipersiapkan lagi seperti mental, finansial, ilmu-ilmu perumahtanggaan, parenting, dan banyak printilan-printilan kecil lainnya pasca menikah.
Jember, 4 Januari 2020.
0 notes
yetinvtsr · 4 years
Text
Hallo Januari hari ke-4
- dari aku yang masih banyak rebahan tapi pengen nulis.
1 note · View note
yetinvtsr · 4 years
Text
"Jangan menikah karena ekspektasi, melainkan jadilah terobsesi."
(Wajib baca hingga selesai)
Ada yang yang meminta untuk disegerakan. Namun ketika ditanyai tentang peran apa yang bakal diemban, mau dibawa kemana keluarga kelak. Jawaban klasik sering kali terlontar beralasan "ya gimana nantilah, yang penting bahagia bersama."
Ada yang menetapkan kriteria terbaik dari jodohnya. Hidung mancung, muka licin bak artis korea, suara mengaji bagus, ibadah dahsyat bak qari muda. Namun sering luput sadar diri, tentang kepantasan dirinya. Shalat masih sering ngeluh, bicara sering menyakiti, kerjaan rumah masih orang tua yang melakukan.
Banyak diantara kita yang berekpektasi hari ini. Bahwa ia akan bahagia ketika setelah menikah. Padahal kenyataanya, tidaklah demikian.
"Enak yah kalau udah menikah, kemana-mana ada yang nemenin."
Padahal kenyataanya, jika tak diiringi dengan kedewasaan dan pehaman. Hal kecil bisa jadi badai besar yang menghancurkan.
Hidup ini bukan tentang ekspektasi. Namun sayangnya kita seringkali terjebak akan hal itu. Kita melihat kehidupan orang lain begitu menarik, dan orang lain menganggap kehidupan kita begitu bahagia. Selalu seperti itu.
Maka janganlah berlama dengan ekspektasi. Namun jadilah seseorang yang terobsesi. Bukan terobsesi menikah, namun menjadi lebih baik dari apa yang dicita-citakan.
Ekspektasi itu jika kamu berniat menikah agar bisa bahagia. Padahal entah sendiri ataupun menikah, bahagia bisa diraih asal tahu caranya. Maka berangkatlah dari obsesi, obsesi untuk membahagiakan. Obsesi untuk memudahkan jalan meraih surga kelak.
Ekspektasi itu jika, berniat menikah agar selalu bisa berdua, tidak kesepian dan sebagainya. Padahal, ķala sendiri saja masih sering luput memperbaiki diri, mau ditambahi amanah lain. Maka berangkatlah dari obsesi, obsesi untuk menemani. Menemani seseorang yang telah Allah pilihkan untuk bersama meniti jalan ketaatan.
Jangan berangkat dari ekspektasi karena seringkali berbuah kecewa, namun berangkatlah dari obsesi (keinginan) agar selalu bersemangat dalam menebar kebaikan.
1K notes · View notes
yetinvtsr · 5 years
Text
Cerpen : Tegas!
Tak perlu berjanji. Bertahanlah sampai nanti kita bertemu lagi. Entah dengan cara apa dan keadaan yang seperti apa. Aku tak suka jika harus terikat denganmu, apalagi tak kulihat ada kesiapan pada dirimu. Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri, takut kehilangan tapi tak mau berjuang. Egois.
Aku tak akan pernah mendengar janjimu dan aku tak peduli. Silakan kamu berujar semaumu. Aku tetap pada pendirianku. Meski kemarin-kemarin aku menganggumimu, tapi pikiranku ini cukup jernih untuk melihat keadaan kita. Tak ada gunanya menjanjikan sesuatu yang tak bisa kamu tepati. Apalagi, kamu berjanji dengan penuh emosi. Kamu tidak bisa menimbang bahwa perjalanan kita masih sangat jauh, hingga bertahun-tahun mendatang. Lebih baik kamu setiap pada rencana hidupmu, setia pada perjuanganmu, yang katanya ingin kamu raih.
Aku menjadi muak dengan semua tindakanmu yang tak lagi logis. Kukira, kamu adalah orang yang bijaksana. Nyatanya, sama bodohnya ketika jatuh cinta. 
©kurniawangunadi | yogyakarta, 29 Oktober 2019
1K notes · View notes
yetinvtsr · 5 years
Text
D : Eh Yet, bentuk e salju i kayak piye?
Y : Ga ngerti yo. Wong ga nate megang.
D : Opo koyok bunga es ndek kulkas utawa kayak es serut yo?
Y : ...
0 notes