Text
Perempuan yang memakai baju tidur berwarna pink sepadan dengan bawahanya mengitari kompleks perumahan mewah. Wajahnya kusut baunya tidak seperti orang-orang kaya yang berada dalam salah satu rumah. Kalau sekali dipandang sudah bisa di nalar kalau dia bukan warga sini. Tangan kananya membawa pentungan. Ia seorang penjaga keamanan. Rani namanya, ia baru masuk ke dalam kesatuan penjaga perumahan elit itu sekitar tiga hari yang lalu. Ini malam pertamanya berjaga. Baju satpam nya yang diberi oleh komandan terlalu besar. Rani mendaftarkan bajunya ke tukang jahit dekat rumahnya di jalan kemiskinan. Baju tidur berwarna pink yang sepadan dengan bawahanya ia anggap cocok dengan suasana kaya yang ia rasakan saat memasuki perumahan.
Malam itu Rani dikerjai oleh komandan, ia dihukum karena tidak memakai seragam. Maka ia berpatroli sendirian. Toh baru jam delapan malam, biasanya kejahatan akan dimulai diatas jam Sembilan, jadi anggap saja ini masa orientasi untuk Rani.
Rani sendiri memutuskan banting setir dari pekerjaan lamanya sebagai babu. Ia terinspirasi dari film Rambo yang ia tonton di rumah majikan lama. Ia sudah lelah berurusan dengan debu, sesekali menjadi penegak kebenaran mungkin mengasyikan, meskipun taruhanya nyawa, nanti juga bila mati dikenang sebagai pahlawan. Maka keesokan paginya setelah menerima gaji dari majikan ia hilang entah kemana tanpa pamitan. Kurang ajar memang, ya mungkin karena tidak pernah di ajar, siapa tau dengan menjadi satpam ia bisa dihajar.
Kalau tidak karena Rani seorang wanita dua puluh tahun yang baru matang, sang komandan tidak mungkin memilihnya diantar calon lain. Ada si Subandi, Suritman, Subaryo, Sumantri. Tapi yang dipilih si Rani yang asu. Begitu ungkapan kekesalan dari empat calon lain yang gagal diterima karena mereka laki-laki. Tampaknya televisi tabung, papan catur, serta radio belum cukup menjadi hiburan komandan.
Perjalanan Rani mengelilingi kompleks hampir selesai, di depan sekitar seratus meter komandan, dan prajuritnya sudah menunggu. Rani kecewa, karena pekerjaanya tidak se-menarik kisah Rambo, dan lagi TV tabung di pos satpam hanya bisa menyiarkan TVRI, chanel lain hanya keluar semut, ia juga tidak paham catur, dan lagi ia tidak suka mendengarkan.
Maka sampailah Rani di pos satpam itu. Sebagai ganti pengalaman yang membosankan ia sudah menyiapkan cerita-cerita khayalan untuk diceritakan kepada teman-teman yang masih menjadi babu. Misalnya saja cerita ia berkawan dengan tukang bakso yang sebenarnya adalah intel kepolisian yang sedang menyelidiki kasus penculikan. Lalu khayalan tentang ia mengejar maling sampai harus masuk ke gorong-gorong dan bertarung disana. Tapi kenyataan ia belum punya uang untuk melunasi seragam di tukang jahit adalah cerita untuk dirinya sendiri
1 note
·
View note