Tumgik
yosayaulia · 5 years
Text
Hi Tumblr,
I just want to share my mind.
Bahwa dalam banyak hal, kita harus belajar untuk bisa menerima cara orang lain mencintai kita.
Ada yang mencintai dalam diam. Seperti sketsa bayangan yang secara halus menari bersama melodi pengamen jalanan. atau gesekan biola warung kopi.
Ada yang mencintai dengan manis. seperti aroma lavender yang menyelinap di senyuman terkembang, kala penat begitu melelahkan.
Ada yang mencintai secara lembut. Seperti desau angin ketika meniup poni dan anak rambutmu di hari terik.
Apapun itu, semestinya cinta tidak pernah membuatmu sedih atau sakit hati. meskipun orang yang kita cintai tidak tahu, atau tidak membalasnya. karena cinta yang sesungguhnya membuat kita bahagia dengan kebahagiaan yang dimilikinya.
4 notes · View notes
yosayaulia · 7 years
Text
Menciptakan Ramadhan Produktif  (1)
Menurut hitungan kalender masehi, Ramadhan akan dimulai kira-kira tanggal 25 Mei 2017. Kurang dari sebulan lagi bagi umat muslim untuk mempersiapkannya. Wait, mempersiapkan Ramadhan? Kata seorang teman saya, ngapain disiapin, dipersiapkan atau tidak, Insya Allah Ramadhan akan tiba. Maka yang seharusnya dipersiapkan adalah manusianya. Bukan hanya tanggal agenda buka bersama, apalagi sekedar baju baru atau persediaan ransum lebaran.
Predikat produktif seringkali disandingkan dengan urusan duniawi. Misalnya jumlah omset, setoran,  jumlah buku yang dibaca, target laporan, dan lain-lain. Nggak salah sih, dan memang Ramadhan tidak boleh jadi alasan prestasi duniawi kita menurun. Tapi mempertahankan prestasi duniawi juga tidak boleh jadi alasan produktivitas ruhiyah kita loyo. Apalagi selama Ramadhan.
Mengenai keutamaan bulan ini dan sebagainya bisa dicari dari banyak ceramah menjelang puasa. Isinya kebanyakan mirip. Tapi menurut saya, jarang sekali yang menyampaikan esensi asli Ramadhan ini dan bagaimana mempersiapkan diri untuk mencapai goal esensi itu.
Menurut Tafsir Almishbah karya Quraish Shihab, Ramadhan ini termasuk bulan yang diharamkan berperang (bahkan sejak jaman jahiliyah). Ya, di zaman itu aja, manusia yang disebut jahil sudah menghormati para Tuhannya di bulan Ramadhan. Yakni dengan melakukan gencatan senjata. Maka, tema besarnya menurut saya adalah: Menghormati Allah. Untuk apa? Untuk memunculkan kembali keintiman dan romantisme hamba kepada Allah. Jika di zaman itu adalah dengan gencatan senjata, maka analoginya saat adalah gencatan hawa nafsu. Memang ini perang yang lebih hebat daripada Badar, maka kita dikasih kesempatan setiap tahun untuk berlatih perang (melawan hawa nafsu).
Nah untuk mencapai tujuan: menghormati dan merekatkan hubungan kepada Allah ini, maka muncullah turunan kegiatan-kegiatan yang bisa mengantarkan kita kepadanya. Di surat Albaqarah ayat 183, dalil andalan menjelang Ramadhan, disebutkan bahwa tujuannya adalah para mukmin menjadi orang yang bertaqwa. Menurut Ustadz Nouman Ali Khan, maksud utama bulan ini adalah meningkatkan kualitas hubungan kehambaan kita kepada Allah. Kalau saya boleh menyimpulkan dengan akal yang seadanya, kedua premis tersebut sebenarnya saling terkait. Taqwa adalah jalan agar hubungan kita kepada Allah lebih romantis. Sedangkan jika kita merasakan cinta yang indah terhadap Allah, maka perintah apapun akan menjadi indah dan mudah dilaksanakan. Termasuk perintah untuk puasa dan bertaqwa.
Bagi saya pribadi, Ramadhan memberikan dua poin utama:
1. Ini adalah waktunya saya appealing dan meningkatkan kualitas jiwa saya di mata Allah
2. Yakni dengan bisa menjawab: mau jadi pribadi macam apa setelah Ramadhan?
Kedua pertanyaan itu berasal dari sebuah cambukan seorang Pembina asrama pas di IC dulu: masa berkali-kali ngelewatin Ramadhan, kualitas (ibadah) nya masih sama kayak SD. Malu dong..
Maka dengan berbekal cerita kegagalan selama belajar puasa kala SD dan cambukan tersebut, serta sedikit contoh dan motivasi dari guru SMP saya, saya selalu melakukan hal-hal berikut ini untuk menyambut Ramadhan.
1. Meluruskan niat dan menjawab pertanyaan kedua di atas. Jujur, pertanyaan kedua ini sulit dijawab dan perjuangan eksekusinya luar biasa. Misalnya, tahun lalu saya pengen jadi manusia pemaaf. Allahu akbar, malah ujiannya luar biasa. Berbagai kedongkolan dan peristiwa malah mendukung saya untuk jadi pembenci. Mungkin malah itu ya hikmahnya, ketika saya dongkol ya tinggal nangis-nangis aja bilang ke Allah kalau saya nggak mampu mengendalikan hati dan perasaan saya sendiri. Kalau saya butuh dibimbing beneran nggak tau caranya gimana bisa memaafkan tanpa bimbingan-Nya. Mungkin itu hikmahnya, sehingga saya pas berdoa menjiwai banget ya.
Tips saya, perlu kontemplasi, banyak mendengarkan hati, dan jujur sama diri sendiri agar bisa menjawab pertanyaan ini. Karena diri sendirilah yang tahu, apa kekurangan kita. Minta dibimbing sama Allah tentunya.
2. Untuk memenuhi tujuan pertama, tentukan jenis ibadah apa yang mau ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Misalnya, tarawih nggak boleh bolong, khatam alquran, shalat duha minimal 4 rakaat, sedekah minimal sekian, shalat rawatib, dan baca buku 2 halaman. Sibuk? It will. Surely. Tapi ini kelelahan yang insyaallah bernilai kebaikan (kata Umar bin Khattab lebih baik lelah dalam kebaikan daripada asik dalam kesia-siaan/ kemaksiatan). Ya daripada waktunya habis buat ngobrol malah jadi nggosip eh pahala puasanya hilang. Atau berdalih tidurnya orang berpuasa adalah ibadah, ya tapi dirasain sendirilah dalam hati itu waktunya produktif nggak.
Tips saya, buat tabel untuk memonitor kualitas ibadah kita selama 30 hari ke depan. Kolom paling kiri jenis ibadahnya, baris paling atas urutan harinya. Nanti selama berjalan, diisi bisa berupa ceklis atau angka (misal berapa halaman Alquran yang sudah dibaca). Metode ini efektif sekali, bisa menjadi cermin untuk diri sendiri. Jangan sedih kalau masih di luar harapan, yang penting terus berusaha dilaksanakan targetnya. Di akhir Ramadhan, ini jadi bahan evaluasi sendiri dan motivasi untuk Ramadhan selanjutnya. Sehingga, setiap tahun kualitasnya berkesinambungan.
3. Berhati-hatilah dalam 3 hal: ghibah, adu domba, dan dusta. Kenapa? Karena tiga hal itu, menurut Rasulullah, hanya akan menghilangkan pahala puasa. Apalagi sekarang persebaran informasi tinggal klik and share kan.. nanti tangan juga akan bersaksi lho.. apalagi yang puasanya pas summer time, coba deh dieman-eman perjuangannya..
4. Berhati-hati juga dalam bahaya pamer dan riya karena itu merusak keikhlasan dan kemurnian dalam beribadah. Ibadah bukan hanya puasa itu sendiri, tadarus, sedekah, dana mal soleh lain juga ibadah. Dua sikap itu hanya akan menggugurkan nilai kebaikan di mata Allah.
5. Untuk mendukung poin 3 dan 4, sepertinya puasa sosmed bisa mendukung ya (?)
6. Bagaimana yang berhalangan puasa, missal hamil atau menyusui. Jangan sedih, kan masih ada banyak lading kebaikan lainnya. Ohiya, Ramadhan bukan hanya siang aja lho. Malamnya juga termasuk, malah lebih utama. Jadi ya kualitas ibadah dan perjuangan menjaga keikhlasan juga perlu dilakukan ketika malam hari.
7. Jaga stamina fisik dan jiwa. Poin ini dibahas selanjutnya aja. Udah malem.
Intinya, semangat mempersiapkan diri menyambut Ramadhan ya.. Kualitas Ramadhan kita tahun ini, ikut menentukan kualitas hidup kita setahun mendatang (menurut pengalaman saya).
Semoga bermanfaat ya..
Regards,
Yosay Aulia
4 notes · View notes
yosayaulia · 7 years
Text
catatan (menjelang) pernikahan untuk laki-laki
Laki laki itu perlu mengkondisikan ayah ibu dan saudaranya. Untuk bisa menerima istrinya dengan lapang dada. Untuk bisa menyediakan kehangatan dan penerimaan yang akrab bagi istrinya. Untuk bersedia sama sama membangun jembatan hati dan meruntuhkan tembok di antaranya. Sang laki laki bertanggung jawab untuk membuat istrinya nyaman berada di tengah keluarganya. Menjadi penengah di antara dua kebutuhan.
Maka selain keteladanan kualitas diri, seorang laki-laki juga perlu memiliki kemampuan moderasi dan komunikasi. Mendengarkan dengan hati. Memberikan solusi yang bukan hanya praktis namun juga akomodatif.
Dear laki-laki jantan dan bertanggung jawab. Siapkan bukan hanya dirimu namun jg keluargamu
14 notes · View notes
yosayaulia · 7 years
Text
Hati yang bahagia
Katanya hati yang bahagia adalah sumber energi, obat, kekuatan, inspirasi, dan cahaya..Menurut pengalaman saya, yang menghalangi kebahagiaan sebentuk hati adalah:
- kurang bersyukur
- lelah bersabar
- dengki
- overthink
- lupa, bahwa sebenarnya kita tidak pernah punya apa-apa dan siapa-siapa
bahkan iman pun tidak bisa kita kendalikan
1 note · View note
yosayaulia · 7 years
Text
Toleransi antar spesies mahluk hidup
Masih tentang musim semi. Salah satu kegiatan favorit kami adalah memberi makan bebek dan burung di taman kota atau di pinggir jalan. Ya, di Belanda, binatang seperti bebek burung dan angsa hidup berdampingan bersama manusia dengan damai dan penuh toleransi.Fatih yang telah berusia dua tahun pun turut senang dengan kegiatan ini karena ia bisa berinteraksi langsung dengan mahluk lain dan belajar menyayangi binatang. Sebagai orang tua saya juga merasa ini adalah kegiatan yang mengajarkan banyak hal dengan sangat menyenangkan bagi si kecil. Mulai dari kecerdasan motorik, mengenal binatang, menjaga lingkungan, dan belajar berempati. Intinya, memberi makan burung adalah kegiatan yang bermanfaat sekali dari berbagai dimensi.
Bagian paling menarik adalah ketika para burung dan bebek itu mengerubungi potongan roti yang sudah disebarkan, bahkan tidak jarang burung-burung berterbangan mengambil roti yang masih dipegang. Mereka terlihat sangat antusias dan (kelaparan).
Kemudian ingatan saya terlempar pada awal winter tahun lalu. Setiap awal winter, atau di penghujung musim gugur, saya sering menemukan toko-toko swalayan menjual biji-bijian yang terbungkus kain kasa atau kotak kayu berlubang. Awalnya saya berpikir apa fungsi benda ini, setelah melihat gambar di salah satu kemasannya saya baru sadar bahwa itu untuk memberi makan burung. Kemudian saya berkesimpulan bahwa orang Belanda sangat suka dengan binatang bahkan di musim dingin pun mereka ingin melihat binatang bahagia.
Sore ini, ketika memberi makan burung di sekitar halte sambil menunggu bus pulang ke rumah, saya berpikir bahwa di musim ini saya malah jarang menemukan biji-bijian itu di swalayan. Kenapa? Ya karena ini musim semi. Cuaca yang lebih hangat membuat hewan-hewan itu nggak terlalu mager (males gerak) (ini sih dari kacamata saya saja), tumbuhan mulai “bangun” dan berbuah, manusia pun dengan sukarela keluar tanpa mager untuk berinteraksi dengan mereka (juga karena makanan lebih cepat basi, sehingga lebih baik disedekahkan kepada burung dan bebek saja).
Kemudian, apakah kesimpulan saya tentang fungsi biji-bijian kemasan itu salah? Tidak juga. Ada benarnya, tapi ada yang perlu ditambahkan. Orang sini membuat biji-bijian berkemasan untuk para burung di awal musim dingin karena di musim itu, hampir semua mahluk mager dan hibernasi. Termasuk kebanyakan tumbuhan. Pohon-pohon gundul, sangat jarang yang berbuah kecuali satu jenis tumbuhan dengan buah oranye yang daunnya meranggas tapi menyisakan buah untuk jadi pangan burung. Intinya kelangkaan makanan dan cuaca dingin juga membuat burung sulit bertahan hidup. Kabar baiknya manusia mulia di sini memikirkannya dan membantu para mahluk berspesies lain itu.
***
Alkisah terdapat wanita penjaja tubuhnya yang terkenal tak terhormat di kalangan manusia sekitarnya. Di suatu hari, wanita itu menemukan seekor anjing yang kehausan di siang bolong. Tanpa pikir panjang, ia mencari sumber air, kemudian menuruni sumur itu, dan mengambilkan air itu dengan sepatunya untuk dibawakan kepada seekor anjing yang kehausan. Anjing pun selamat berumur panjang, kemudian wanita itu pergi. Tanpa manusia lain, hanya ia, anjing, dan Allah Yang Maha Menyaksikan melihat kejadian itu. Wanita itu pun diampuni dosa-dosanya dan masuk surga.
***
Memenuhi kebutuhan dasar mahluk lain terkadang terkesan sepele. Bagi yang menyukainya mungkin karena hobi atau pelepas penat. Tapi ternyata tidak ada kebaikan yang sepele di sisi Allah. Bisa jadi sedekah kita terhadap burung-burung itu di musim dingin yang bernilai besar dan menjadi sebab keridhoan Allah terhadap kita. Itu kesimpulan tambahan saya.
Kesimpulan lainnya. Tanpa berminat membandingkan negara mana yang lebih islami dari negara mana, saya berpendapat bahwa hikmah itu bisa ditemukan dimana saja. Termasuk dengan cara belajar tentang bagaimana negara ini menanamkan toleransi terhadap mahluk lain.
Saya jadi agak menyesal sih, kenapa baru sekarang ya sadarnya, setelah bertahun-tahun tinggal di sini. Ya, semoga ada umur untuk berkesempatan sedekah bagi mahluk-mahluk itu.
Mungkin nanti kesimpulannya akan bertambah?
Regards,
Yosay Aulia
2 notes · View notes
yosayaulia · 7 years
Text
Spring is coming !
21 March is noticed as the official date of spring season. In fact, the flowers have been already blooming since one or two week before. Yes, they are flowers growing among the dry grasses from the last winter.
It feels so warm both physically and emotionally. Spring is my favourite season so far, because that warm feeling after winter. As the opposite, I dislike winter the most. The feeling that spring brings is described like you have a new hope, like a lady who gets engaged after a loooong way awaiting moment, like R A Kartini said Habis Gelap Tebitlah Terang. Full of happiness and hope!
Here are some main reasons why I love spring the must:
1. The temperature is just perfect, not too warm nor too cold. It has windy breeze combines with subtle sun shine. I can wear light coat, ankle boot or sneaker, little shawl, and of course eye glasses! Yes, my fashion style is very spring (?)
2. The most heart warming feeling is seeing those blooming flowers both on the ground and the cherry blossom tree, after months of drying and bald period. They bring cheerful and soft colour in my eyes. Furthermore, the sunshine is giving the perfect touch for the saturation.
3. Perfect Time to Vacation outdoor or to the southern! Ya, dutch weather is sometimes PHP (a lot of rain and too much winds), but not in the southern Europe such as Portugal, Spain, Italy, or south France, even Marrocco!
4. My skin is not having break out because too less humidity in the air. 
5. Play outside and find so much laughter and happiness from the children, elder, or anyone
6. The biological time is just perfect, the closest condition compare to my tropical circadian time. If winter has too much dark and gloomy; summer has too long daylight and bugs, spring is perfect in between. Why not autumn? simply just because autumn is coming into winter. huks!
So...
Enjoy Spring everyone !
Regards,
Yosay Aulia
0 notes
yosayaulia · 7 years
Text
Hari Dongeng Sedunia
Ajarilah anak-anakmu sastra, karena sastra membuat anak yang pengecut menjadi jujur dan pemberani 
- Umar bin Khattab
Pada momen ini saya ingin berterima kasih kepada bapak saya. Dialah yang menjadi pintu gerbang kecintaan saya terhadap buku, karya sastra, dan membangun budaya dialektika sejak saya balita. Yes, balita !
Saat itu saya berusia 4-5 tahun. Nakal. Nakal sekali. Hiperaktif. Suka menggigit orang, menimpuk teman sebaya dengan kerikil, dan mendorong anak yang lebih kecil ke saluran comberan. Jahat dan nakal Mungkin kalau saya yang jadi bapak saya kala itu, udah malu setengah mati nggak mau bergaul dengan tetangga.
Untungnya bapak saya rasional, solutif, pandai bergaul. Ya, untuk kejadian nakal dan zhalim yang saya lakukan, saya harus meminta maaf langsung ke anak tersebut. Menghadapi dan merasakan sendiri buncahan malu, gengsi, dan merasa bersalah. Supaya kapok dan belajar beretika. Ya, saya mendatangi teman saya itu dan meminta maaf atas kezhaliman saya. Bapak saya tidak mau ikut-ikutan menyelesaikan kesalahan saya, biarkan saja saya bertanggung jawab sendiri.
Itu hukuman buat saya.
Tapi bukan itu yang membuat saya berubah. Saya tetap memiliki sifat bandel itu sampai sekarang, dengan pelampiasan nggak mau diatur kalau nggak dilarang agama dan hukum konstitusi perdamaian dunia. Lalu apa yang dilakukan bapak saya untuk mengatasi kebandelan itu?
Beliau mendongeng. Setiap malam, sebelum tidur, ia bercerita dengan khayalannya sendiri. Ya, saya anak pertama yang merasakan perjuangan ekonomi keluarga dari bawah. Saya baru ngeuh kalau di kala itu, orangtua saya belum sanggup membelikan buku cerita kece dan bagus seperti zaman sekarang. Mahal banget kala itu. Alhasil bapak saya mengakalinya dengan bercerita dengan imajinasinya. Topiknya adalah keseharian saya dengan tokoh hewan-hewan yang sudah saya kenal (misalnya bebek dan ayam) dan orang-orang yang saya kenal (misal teman di komplek dan saudara sepupu).
Misalnya , suatu saat, saya tengah memasuki masa GTM, nggak doyan makan. Bapak saya bercerita tentang bebek yang hanya mau makan nasi dengan kecap (ya namanya juga ngayal), sehingga tidak bisa tumbuh dengan baik dan tidak bisa berenang. Hasilnya? saya tetep nggak mau makan sih. Tapi selama seminggu setelahnya semangat makan saya lebih baik (saya takut seperti si tokoh bebek itu).
Di lain waktu, saya nggak nurut dengan ibu saya. Maka malamnya bapak saya bercerita tentang bebek yang nakal membuat ibunya menangis dan akibatnya si bebek nyasar nggak tahu jalan pulang, akibat nggak nurut dengan ibu bebek. Hasilnya? Saya tetep bandel, dengan porsi yang jauh berkurang. (Ingat, saya emang bandel dari bayi, jadi yaudah terima aja).
Ketika saya menginjak usia 10 tahun, level dongengnya pun bukan lagi tentang bebek dan ibu bebek. Tapi tentang perjuangan organisasinya ketika aktif di Kepemudaan Muhammadiyah, sepak terjangnya, gagasan kepemimpinan yang ideal, dan penggambaran citra teladan. Pun cerita tentang eyang buyut saya yang ikut berjuang bersama KH. Ahmad Dahlan di awal pembentukan Muhammadiyah, membangun rumah sakit PKU. Cerita tentang perjuangan hidupnya saat harus berjualan roti sambil melanjutkan sekolah SMA. Dan berbagai cerita heroik lainnya.
Cerita lainnya yang berkesan adalah ketika saya mulai menunjukkan minat terhadap geografi dan bertanya tentang negara-negara maju, Ia menjawab, negara tersebut maju karena orang-orangnya mau terus belajar dan pantang menyerah bekerja keras. Kerja keras itu mahluk apa pula saya pun tak mengerti di usia itu (8-9 tahun).
Efeknya apa?
Di usia 7-10 tahun, saya mendapat tantangan menyeselesaikan majalah anak-anak bergambar kelinci biru dalam seminggu. Karena saat itu bapak saya memfasilitasi saya untuk berlangganan majalah itu setiap pekan. Meskipun awalnya saya hanya mampu membaca cerita bergambar, namun akhirnya saya bisa menghabiskan majalah itu kurang dari seminggu. Bahkan saya sempat mengalamai sakau karena kekurangan bahan bacaan.
Di usia 10-14 tahun, saya sering berantem sama bapak saya di toko buku karena sangat sering minta dibelikan banyak buku, setidaknya 5-10 buku per bulan. Bapak saya mengomel, “ngapain sih kamu beli banyak banget buku ini”. Saya cuma jawab “bagus..” hahahah.. dan berakhir di kasir dengan saya sebagai pemenangnya. Well, efek lainnya, saya ketagihan puisi dan pernah menjuarai beberapa lomba puisi saat SMP.
Di usia 14-20 tahun. Saya sering berdebat dengan ibu saya dan berdiskusi dengan bapak saya. Berbeda dengan bapak saya yang suka membaca, ibu saya cenderung kurang budaya literasinya. Sehingga saya sering berdebat dan membantah beliau untuk hal-hal yang bertentangan dengan saya kala itu. Dari perdebatan itu, bapak saya mengimbanginya berdiskusi. Beliau mendengarkan apa pendapat saya, apa dasar pemikiran saya, dan bertanya kenapa saya berbuat demikian. Setelah selesai mendengarkan, kemudian ia bercerita tentang pentingnya sifat moderat, memberikan solusi jalan tengah, dan berpesan agar saya bersikap lebih toleran.
Di usia 20 tahun. Saya baru memahami dan berterima kasih atas dongeng-dongeng imajiner yang disampaikan bapak saya setiap malam. Saya juga berterima kasih untuk diskusi dan suasana tukar pikiran yang terbuka. Saya bisa menyampaikan keinginan dan cita-cita saya, rencana hidup saya, dan ketidak setujuan terhadap suatu isu dengan santai. Karena budaya diskusi dan terbuka sudah ditanamkan, berbeda pendapat bukan berarti saya durhaka. Saya santai saja menyampikan opini atau ketidak sukaan atas kebiasaan buruk mereka atau keukeuh dengan keputusan saya, tanpa khawatir dianggap durhaka. Karena mereka membiasakana saya untuk menyampaikannya dengan cara yang sopan.
Di Hari Dongeng Sedunia ini, saya ingin berterima kasih kepada bapak saya. Pertama, saya merasa memiliki contoh dan bibit yang baik sebagai modal untuk menumbuhkan minat literasi saya. Kedua, saya tidak mudah terpancing dengan berita hoax, gosip receh, dan tidak terpengaruh budaya klik and share sebelum dicek kebenarannya. Ketiga, saya tetap dihargai dengan kejujuran dan keberanian saya menyampaikan pendapat. Keempat, saya memiliki motivasi untuk belajar dan bekerja keras supaya bisa jadi negara maju (?). Nope, supaya bisa ikut memajukan Indonesia :)
Bapak saya adalah contoh nyata, bahwa budaya literasi dan pendidikan anak  bisa dimulai dari keterbatasan. Dimulai dari niat, dijalankan dengan konsistensi, tanpa excuse (sibuk, capek, daaaaaann lain lain). Serius deh, lebih capek melihat manusia berusia dewasa yang tidak berkarakter daripada meladeni celotehan anak-anak dan mendongeng tiap malam
Terima kasih ya Pak !
Regards,
Yosay Aulia
5 notes · View notes
yosayaulia · 7 years
Text
Microbabes07 Reunion in NL
So we just had a small yet memorable reunion in The Hague (Den Haag). We are Nana, Yosay, Amel, and Tamara, plus Ali, Fatih and Kartik.
Microbabes 07 is a fancy name for batch 2007 students of Microbiology Major in ITB. We are 39 students, consisting of 10 boys and 29 girls (yes, we seems female dominating group. Maybe next time I should tell you about this further and deeper).
Long story short !
Nana, Yosay, Amel, an Tamara were deciding to continue their study in Europe. We also have Zara (but now she is in Dubai following her hubby).
We have a reunion because Nana, who were working in FR, will move to Zaandam (NL) by April 2017. This week, she had a training in NL and DE, then she requested all the microbabes07 in NL to gather and (welcoming her?).
Yes, we had an Indonesian lunch in the most famous restaurant in The Hague (its name is Si Des). Since we had rain and gloomy day at that day, we decided to prolong our time in the restaurant, had a chatting, exchanging information, and catching up each other’s stories.
We continued the journey in.... Primark ! i did not buy anything, but Nana and Tamara need to buy something for their relatives.
Next is The Hague Cityhall which opened on Weekend until 16.00. That building has quite typical white unique interior design (well I am not a designer, but I like it) and nice enough to be a photograph background for us. Surprisingly, we found a funny photobox for free ! We did not need think twice to use that magic box. And Voila ! We have two photographs with different background. Unfortunately, Tamara had already left us because she had a tour in The Hague with Kartik (her boyfriend).
Happy ? Definitely yes!
I am looking forward to next reunion and another adventurous stories from them.
1 note · View note
yosayaulia · 7 years
Text
Dream Board
Secara resmi, saya baru mulai membuat dan memiliki dreamboard ketika mengikuti pelatihan pengembangan diri di kampus dulu. Sebelumnya, selama ini saya hanya berani menuliskan impian dan target saya di buku harian. Suatu kebiasaan yang terbangun sejak kelas 4 SD, sampai sekarang.
Menegangkan sekaligus sensasional. Kenapa? Karena meskipun selama ini saya termasuk pemimpi ulung, namun keberanian saya hanya terbatas di buku harian dan orang-orang terdekat. Untuk kali ini, pertama kalinya saya harus berani menetapkan target, kemudian menceritakannya kepada orang lain.
Tanpa saya sangka, perasaan yang mendominasi sangat kontemplatif. Alih-alih berfokus untuk menceritakan impian saya kepada orang lain, saya justru mengalami pergulatan dan perjalanan yang jauh sekali di dalam diri saya. Perjalanan itu dimulai dengan meruntuhkan tembok hasil percampuran prasangka dan gengsi.
Saat itu, antusiasme berbagi bercampur dengan ketakutan dihujat atau dicap berlebihan. Tapi setelah menjalaninya, saya sadar akan kekeliruan itu. Begitu tembok itu terdobrak, semuanya mengalir dengan sangat menyenangkan, bahkan saya menjadi percaya diri dan tidak menyangka dengan keberanian itu. Kabar baiknya, saya pun jadi ikut bahagia mendengarkan impian orang lain. Sebab saya ikut berempati, bahwa orang lain yang telah berani menceritakan impiannya kepada saya, ia telah berhasil memenangkan pergulatan batinnya sendiri.
***
Selain buku harian, saya menuangkan impian saya di blog. Saya ingat sekali, impian itu berjudul Yosay in 10 years terhitung dari 2011. Impian yang tertulis dengan perbandingan imajinasi: spontanitas: perhitungan = 90:4:1. Lega sekali setelah menuliskannya, saya merasa saat itu hati, tangan, dan pikiran saya digerakkan Sang Perencana, sehingga saya begitu yakin dan nekat melakukannya. Saat itu, blogging belum terlalu hits seperti sekarang, jadi saya cukup berani menuliskannya karena saya pikir akan sedikit orang yang membacanya.
Saya tidak menyangka ternyata beberapa orang yang saya kenal membacanya, dan membahasnya di depan saya. Barulah saat itu rasanya saya ingin jadi liliput. Malu, dan takut dihujat atau dihina.
***
Beberapa orang memberikan saya julukan si ambisius atau achiever. Beberapa lagi mengatakan saya fierce, karena impian saya yang terlalu muluk-muluk. Kalau mood saya sedang baik, semua saya tanggapi dengan santai. Namun, kadang omongan orang lain membuat ketidak nyamanan tersendiri dan ketakutan dalam hati. Sehingga saya berpikir, mungkin itu salah satu penyebabnya beberapa dari kita enggan bermimpi, atau mempublikasikan cita-citanya. Saya juga berpikir, sebaiknya saya tidak boleh melakukan demotivasi (istilah pak suklat) terhadap impian dan rencana orang lain.
Namun, kesukaan saya terhadap biografi tokoh-tokoh inspiratif yang sukses dalam berkarya bagi umat manusia membawakan satu kesimpulan yang sama. Mereka berani bermimpi, berani membela impiannya, berani mengambil resiko untuk mewujudkannya, dan bertanggung jawab dalam menjalankannya. Mereka yakin terhadap cita-cita dan impiannya, sehingga mereka mau memperjuangkannya.
Kesamaan lainnya adalah, meskipun mereka tentu pernah jatuh, sakit, dan terluka dalam prosesnya, mereka bangkit lagi. Bahkan, menjadikan cemoohan orang lain sebagai energi yang besar untuk membuktikan kemampuan mereka. Tidak, ini bukan sweet revenge. Ini adalah murni sebuah bentuk tanggung jawab dan keyakinan.
Yang saya pahami, impian dan cita-cita yang mulia adalah sebuah bentuk misi yang dititipkan Allah di hati kita. Kita perlu memperjuangkannya dengan penuh keyakinan dan menjalaninya penuh tanggung jawab.
Ayo bangun, dan wujudkan impianmu :)
Regards,
Yosay Aulia
0 notes
yosayaulia · 7 years
Text
Yuk Jadi Pahlawan di Dapur
Tulisan kali ini dibuat karena beberapa alasan utama.
1. dalam rangka memperingati Hari Gizi dan Makanan Nasional pada tanggal 25 Januari lalu
2. sebagai ibu rumah tangga yang juga tengah bekerja dan menjalani perantauan bersama keluarga kecil di Benua Eropa, tentu memenuhi kebutuhan pangan menjadi prioritas. Apalagi kondisi cuaca yang sangat mudah berubah sangat rentan membuat tubuh jadi mudah sakit. Kondisi yang jauh dari tanah air juga sering membuat kami rindu masakan khas nusantara misalnya dendeng lado ijo, pempek, otak-otak, sate padang, dan martabak manis. Intinya keadaan yang mendesak seperti itu membuat saya termotivasi untuk jadi pahlawan (minimal) di dapur sendiri. Saya tertantang untuk bisa menyiapkan masakan yang lezat, sehat, sekaligus dapat mengobati kerinduan akan makanan khas Indonesia. Karena kalau terlalu sering jajan di restoran Indonesia di Belanda, yang harganya lumayan menguras kantong, maka kondisi moneter keluarga bisa terancam.
Maka, berdasarkan kedua alasan tersebut, saya ingin berbagi trik agar dapat memenuhi permintaan keluarga (kadang juga teman dan seringnya sih saya sendiri) di tengah kondisi yang menjepit.
1. Beranikan diri untuk memasak, dimulai dari makanan kesukaan sendiri atau kesukaan suami/ orang terdekat. Saya sendiri memulai eksperimen memasak dengan intensif setelah menikah. Eksperimen sebelum menikah saya anggap 80% lebih banyak gagal daripada berhasil. Tapi karena masih single, jadi itu bukan masalah besar.
Misalkan, suami saya suka sate padang, saya penyuka jajanan khas Bandung dan makanan pedas. So, saya mulai berani mencoba membuat masakan tersebut.
Bisa juga dimulai dari memasak makanan kesukaan yang sederhana. Misalnya, nasi goreng, sop, atau semur ayam. Semuanya bisa diperbaiki dengan mudah jikalau rasanya agak kurang sesuai ekspektasi.
2. Mengikuti komunitas memasak, bertanya pada seseorang yang masakannya cocok di lidah kita, dan mengikuti akun media sosial yang suka berbagi resep karya masakannya. Itu semua adalah cara saya mendapatkan resep andalan. Kadang-kadang, satu masakan ada beberapa versi resep. Maka saya coba semua resep dimulai dari yang paling sederhana atau yang ada bahannya di rumah. Nah, nanti kita akan tau sendiri resep mana yang paling pas di lidah keluarga.
Komunitas memasak dan akun yang saya ikuti ada yang di laman facebook, ada yang di instagram.
Facebook: langsung enak, NCC
instagram: icha.irawan, doyancooking, doyanbaking, ayudiahrespatih, xanderskitchen, dan kawan-kawan saya yang jago masak sering saya todong resepnya. hehe.
3. Membuat list masakan dan buku resep andalan keluarga. Meskipun saat ini kita hidup di era digital yang hampir semua resep mudah tersimpan di gawai, tapi kadang-kadang kerusakan tidak bisa dielakkan. Maka, sistem tradisional ala nenek kita jaman dahulu dalam membuat buku resep keluarga, menjadi sangat memudahkan untuk membuka resep dan langsung mempraktekannya tanpa khawatir ia akan mati atau hilang.
4. Membuat stok masakan dan bumbu dasar untuk beberapa bulan. Saya sering membuat stok bumbu dapur yang ditumis dan bisa disimpan dalam kulkas sampai 3 bulan. Untuk saya yang hidup di negara 4 musim, artinya tiap pergantian musim saya menginvenstasikan waktu 3 jam untuk menghemat waktu 3  bulan ke depan. Sangat efisien.
Stok bumbu yang saya rekomendasikan adalah: bumbu dasar putih, kuning, dan merah. Bumbu dasar merah bisa diganti dengan tumisan cabai merah dan tomat. Bumbu dasar putih adalah yang (untuk saya) paling sering digunakan, jad stoknya harus paling banyak. Resep bumbu dasar itu saya dapat dari Rudi Khoirudin (bisa dicari di google).
Selain praktis dan hemat waktu, bumbu yang disimpan itu (asalkan tidak basi) bisa membuat rasa masakan lebih mantap.
5. Membuat komunitas dengan sesama mamah muda untuk saling belajar memasak dan bertukar resep. Selain menjadi ajang silaturahmi dan me time ala perempuan, belajar masak dan mempraktekannya bersama ini memberi kebahagiaan tersendiri. Yang pasti para suami juga nantinya akan mendapatkan efek positifnya. Perut kenyang, hati senang.
6. Kalau ada kesempatan bersilaturahmi, atau acara potluck party, usahakan membuat masakan andalan. Masakan andalan tidak perlu yang heboh, menghabiskan waktu, tenaga, dan biaya. Yang penting kita PD dan tulus. Insyaallah makanan kita akan laku keras dan siapa tahu jadi pintu rejeki buat kita (baca: ada yang pesen dalam jumlah besar. heheh).
7. Terus menerus belajar dan jangan pedulikan omongan yang membuatmu tidak PD untuk bereksplorasi. Percayalah, memiliki koleksi lengkap bumbu masak yang tersusun rapi di rak dapur adalah kebahagiaan hakiki mamah muda masa kini. Plus, semakin sering praktek, maka isi buku resep akan berpindah ke kepala, lidah, dan tangan kita.
Saat ini saya masih jauh dari jago masak. Saya masih berpetualang di rasa yang pas di lidah saya saja atau makanan yang saya suka saja. Tapi itu proses yang saya nikmati, karena saya tidak mengejar target yang wow dalam hal ini. Motivasi saya sangat sederhana, yaitu anak dan suami saya doyan masakan saya. Itu aja.
Motivasi lain, karena saya belajar Teknologi Pangan, masak saya gabisa masak sih. Pasti seru kalau saya bisa menganalisi fakta ilmiah di balik setiap komposisi dan proses memasak. Saya juga belajar bahwa makanan yang paling baik nutrisinya itu sebenarnya yang dibuat langsung dari rumah.
Anyway, meskipun memasak itu bukan untuk perempuan atau laki-laki saja, nggak ada salahnya membahagiakan keluarga dengan makanan yang enak dan sehat. 
Sebab ketahanan pangan suatu bangsa dimulai dari keluarga. (nyambung gak?)
Regards,
Yosay Aulia
4 notes · View notes
yosayaulia · 7 years
Text
Membakar Kapal
Siapa yang tak kenal Istana Alhambra? Granada? Salah seorang teman saya berkebangsaan Spanyol menuturkan bahwa itu adalah tempat yang wajib dikunjungi. “The Alhambra palace is very beautiful, you have to visit it. Especially for you. Because it is the one of Islamic heritage in Spain.” Antonio menuturkan dengan penuh semangat layaknya pemilik jasa travel.   Sampai saat ini pun saya belum sempat ke sana. Sedih sih. Oke bukan itu pesannya.
 Tapi penuturan Antonio bukanlah satu-satunya yang menuturkan keindahan Alhambra. Berbagai foto dan ulasan di media masa tentang traveling pun mencantumkan Alhambra sebagai salah satu daftar tujuan wisata terbaik. Menurut cerita salah satu teman saya, ia menawarkan wisata budaya, aristektur, lansekap, dan alam. Lengkap.
Selain membuat saya mencari-cari waktu untuk bisa berlibur kesana bertiga saja (saya, suami, dan Fatih), saya jadi teringat tentang sejarah yang ada di baliknya. Kali ini saya tentu tidak akan membahas tentang travelling, sebab pengalamannya pun belum ada. Ini tentang cerita di baliknya. 
Alhambra terletak di Granada, sebuah kota di bagian selatan Spanyol (koreksi kalau saya salah). Jika bergerak terus ke arah barat daya, maka kita akan sampai di ujung negara Spanyol yang paling dekat dengan Benua Afrika. Untuk mencapai Afrika, tentu harus menyebrangi sebuah selat.
Selat Gibraltar, nama versi barat dari sebutan aslinya, Jabal Thariq. Nama yang diambil dari seorang panglima yang memimpin pasukan penyebaran Islam ke wilayah Eropa melalui selatan, Thariq bin Ziyad. 
Seperti halnya pasukan yang bisa memenangkan sebuah penaklukan, pasukan ini pun memiliki hal heroik yang dilakukan. Apakah itu? Membakar kapal. Ya, kapal pasukan yang membawa pasukan dan perbekalan, menyebrangi selat dari Afrika ke Eropa, dan untuk dijadikan persediaan selama awal kehidupan di Eropa, dibakar. Saya belum membaca lebih lanjut perihal apakah semua kapal dibakar, atau disisakan sebagian, apakah dibakar tepat di hari kedatangan, ataukah sempat mengeluarkan perbekalan selama di Eropa, tapi aksi pembakaran kapal itu nyata.
Agar para pasukan tidak pernah berpikir mundur dan pulang. Itulah alasannya. Tidak ada jalan pulang, there is no way back. Pilihannya hanya menang, setidaknya dalam catatan langit. Oke, anggap saja mereka telah mengeluarkan semua perbekalan dan disimpan dalam perkemahan sementara. Tapi kapal yang sudah menjadi abu tidak akan bisa mengantarkan mereka menyebrangi lautan menuju kampung halaman. Alhamdulillah mereka menang.
Cerita itu saya baca di buku Sejarah Kebudayaan Islam sewaktu SMP. Merinding. Itulah respon alami saat pertama kali membacanya. Terbayang kegalauan yang terbungkus kekuatan tekad. Oh mungkin saya salah, pasukan sehebat itu tentu tak pernah galau tentang duniawi, sehingga mereka berani. Berani mengenyahkan zona nyaman mereka. Mengenyahkan alasan untuk pulang sebelum menang. Pilihannya hanya menang.Cerita itu menjadi bekal untuk saya, bahwa perjalanan apapun yang saya tempuh, pilihannya hanya menang. Entah itu perjalanan di semesta raya, atau perjalanan di semesta diri. Satu-satunya yang perlu saya bakar adalah zona nyaman, alasan untuk mundur, diri saya sendiri.
Semoga Thariq bin Ziyad mendapatkan panen raya pahala atas keberaniannya dalam memimpin pasukan. Sehingga saya dan teman-teman bisa makan daging halal di Eropa, dan tentu kehebatan moralnya dalam keteguhan tekad. 
Apapun tujuanmu, bakarlah kapalmu.  
Regards,
Yosay Aulia
2 notes · View notes
yosayaulia · 7 years
Text
Khitan dan Sapih: Hadiah ultah kedua Fatih
Akhirnya saya membayar hutang untuk menuliskan review dan berbagi pengalaman tentang hal yang cukup spektakuler : melakukan khitan di usia dini di Belanda sambil menyapihnya. Tanpa bermaksud berlebihan, tapi sebelum menjalani kedua proses itu, nyunatin anak kecil usia dua tahun di negeri orang sambil menyapihnya terdengar menegangkan sekaligus menantang buat kami, terutama saya sang pendonor asi. Namun setelah merundingkan dengan sang ayah, akhirnya kami sepakat melakukan ini. Setelah ayah ibu sepakat, barulah sang anak yang dibujuk dan disosialisasikan bahwa : nanti ketika ulang tahun yang kedua akan dapat banyak hadiah (jujur bagi saya khitan adalah hadiah untuk si anak), dan sudah tidak minum asi lagi. Karena Fatih anak soleh, pasti bisa bobo sendiri tanpa harus “nn”. Sosialisasi itu berlangsung selama 2 bulan dengan intensif sambil menghitung hari bahwa sekian hari lagi dia akan ulang tahun yang kedua.
Sejujurnya, saya pribadi berani mengambil keputusan ini karena:
1. Pendapat beberapa keluarga Indonesia yang tinggal di Groningen bahwa proses khitan di Belanda tidak se menakutkan di Indonesia. Bahkan semakin kecil semakin baik. Sang dokter pun mengatakan bahwa usia 2 tahun sudah terlalu tua untuk dikhitan, sebaiknya maksimal usia 3 bulan lah untuk anak laki2 selanjutnya. Mengapa? Pak dokter beralasan bahwa semakin kecil akan semakin cepat kesembuhannya dan lebih segera bersih. Semakin kecil, si anak juga belum melakukan perlawanan yang berarti dengan apa yang terjadi. Di beberapa negara barat, ketika si anak bisa menolak proses khitan, maka orangtua tidak bisa memaksakannya, kadang-kadang di situlah kesulitannya. Plus, karena belum ada peristiwa ereksi, sehingga lokasi yang dikhitan tidak akan mengalami sakit yang berarti. Begitulah alasan Pak Dokter
2. Bahwasannya kami merasa mengkhitankan anak adalah kewajiban dan hak ayah ibunya. Maka keputusan ini diambil dengan hati yang merdeka dan murni prerogatif kami sebagai orangtua. Alhamdulillah kekompakan kami teruji kembali. Uyeah makasih ya bapake fatih.
3. Efisiensi waktu dan tenaga untuk mengkhitan dan menyapih. Saya berpikir, bahwa proses sapih sangat ditentukan oleh peran ayah dalam mengalihkan keinginan anak untuk menyusu kepada perhatian lain. Begitupun dengan perawatan pasca khitan yang tentu sang ayah jauh lebih mengerti, plus saya juga tidak punya pengalaman sama sekali. Sehingga, saya berpikir kenapa tidak disatukan saja proses ini. Alhamdulillah bapake Fatih menyanggupi dan semua berjalan lebih baik daripada bayangan kami.
Pengalaman tentang proses khitan sudah pernah dituliskan oleh ayah dari Haidar di sini (https://anakbakulkubis.wordpress.com/...).Cerita itu membuat kami semakin yakin untuk segera mengkhitankan Fatih. Bedanya, Haidar sudah berusia 7 tahun saat itu, dan Fatih berusia 2 tahun. Nah kali ini saya akan menyampaikan pengalaman saya terkait khitan dan sapih di saat bersamaan.
Berikut ini pengalaman dan persiapan yang perlu diperhatikan:
1. Sosialisasi itu penting. Walau bagaimanapun, hubungan darah, genetis, dan ikatan jiwa orang tua dan anak tetap akan bisa menembus asumsi yang meragukan pemahaman anak tentang apa yang disampaikan. Maksud saya, walaupun beda usia yang cukup jauh dan bicara dengan topik yang cukup kompleks, anak akan menangkap ketulusan maksud orang tuanya. Saya sih tipe yang to the point, setiap sosialisasi selalu bilang “Wah, sebentar lagi Fatih ulang tahun kedua lho..nanti Fatih akan disunat pas ulang tahun kedua, dibersihin ini nya supaya sehat dan jadi anak soleh. Nanti dapat auto banyak sekali. Mau auto?” maka dia akan menjawab dengan mantap “Ya”. hahaha.. setelah itu dipeluk dicium dan diapresiasi dengan sebutan anak soleh anak hebat.
2. Sosialisasi bukan hanya kepada si anak, tapi juga keluarga besar. Sampaikan saja alasan logisnya dan sampaikan setelah dibooking dan dibayar, supaya tidak bisa dibatalkan. Poin ini penting sih buat kami karena posisinya Fatih adalah putra mahkota dari kedua belah pihak yang terkadang keputusan orangtuanya dianggap terlalu koboy. Nggak papa, Fatih tetap sayang mama papa. okesip.
3. Berdoa, berdoa, berdoa. Anak adalah amanah yang Maha Kuasa, begitupun khitan dan sapih juga merupakan perintah-Nya. Maka mohonlah pertolongan-Nya untuk mampu menjalankan amanah itu dengan baik.
4. Siapkan alasan logis dan jujur ketika anak minta menyusu (saat proses sapih). Saya sendiri mengatakan bahwa memang jatahnya habis, dan sekarang minum susu moo (sapi) saja. Alhamdulillah dia mau. Malah selalu bilang habis habis setiap dia ingat untuk menyusu. Artinya dia sebenarnya sadar tapi belum sepenuhnya move on heheh.. Gapapa move on itu butuh proses nak..
5. Siapkan rectal paracetamol yang akan digunakan setiap 4 jam sekali selama 3 hari sampai 1 minggu pertama.
6. Siapkan mainan, pacifier, atau dot susu untuk selama proses khitan.
7. Siapkan hiburan, mainan kesukaan, dan makanan kesukaan untuk menaikkan moodnya sebelum dan setelah khitan.
8. Khusus untuk sang ayah, siap2 agak begadang untuk perawatan pasca khitan hari2 awal karena harus memasukkan paracetamol via rectum setiap 4 jam sekali. Gapapa, sebentar kok kalo dibandingkan dengan menyusui di tengah malam begadang.
9. Khusus ayah juga, siapkan stamina, kreativitas, dan mainan yang banyak untuk mengalihkan perhatian anak selama proses sapih.
10. Alhamdulillah,, proses khitan, sapih, dan perawatan pasca khitan berjalan lancar. Hanya ada 1 drama di hari pertama sapih, ketika Fatih sakau asi di pagi hari, maka bapake langsung sigap mengusir saya dan mengajak Fatih nonton auto.
11. Hampir lupa, tanya ke beberapa alternatif klinik khitan tentang prosesnya keseluruhan mulai dari buat janji sampai perawatan pasca khitan. Berapa lama sembuhnya, apa yang perlu diperhatikan, dan apa yang perlu disiapkan. Karena khitan di sini cenderung lebih woles dalam hal pantangan (nggak ada pantangan makan setelah khitan), maka untuk kasus Fatih, yang diperhatikan adalah jangan sampai ada demam sebelumnya, alergi, dan vaksin dalam rentang 1 minggu setelahnya.
Kesimpulan :Menurut pengalaman kami, mengkhitankan anak di sini di usia dini sangat menyenangkan bukan hanya untuk si anak, namun juga untuk orang tuanya. Nggak ada pantangan, nggak ada perban, nggak ada antibiotik, nggak ada larangan ini itu, hanya butuh kesabaran 1 minggu pertama. Fatih bisa melompat, berlari, naik mobil-mobilan dengan posisi seperti naik kuda, dan tengkurep sejak hari pertama (beberapa jam setelah khitan). Tiada kesakitan yang berarti. Bahkan seminggu setelahnya Fatih udah bisa main ke Belgia dengan ceria dan semangat.
Sebagai orangtua, tentu kami semakin kompak dan kooperatif dalam mendukung pertumbuhan anak dan pengambilan keputusan keluarga. Saya sendiri sebagai orangtua belajar bahwa anak-anak terlahir dengan keberanian dan segala emosi positif sebagai fitrahnya. Saya tidak boleh membatasinya dengan ketakutan, praduga, paranoid, dan persepsi yang berlebihan. Fatih lebih hebat daripada yang saya duga. Ia bisa melewati proses kedewasaan ini dengan sangat lancar tanpa hambatan yang berarti. 
Pelajaran banget bahwa untuk step hidup selanjutnya, saya nggak boleh banyak melarang dan banyak khawatir.
Karena  Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan (Carol Dweck,  The New Psychology of Success).
Selamat untuk Fatih, Terima kasih Papa Fatih. Kalian juara !Credits to all groningers: Makasih banyak doa dan dukungannya. Kalian adalah keluarga yang hebat :)
1 note · View note
yosayaulia · 8 years
Text
Bagaimana Belanda Menumbuhkan Budaya Membaca pada Masyarkatnya?
Beberapa hari lalu saya membaca notes dari Om Hernowo Hasim perihal budaya literasi suatu bangsa. Ada dua fakta yang (sebenarnya tidak terlalu) mengejutkan. Pertama, Indonesia menempati peringkat ke 60 dari 61 negara. Kedua, setelah saya mencari negara tanah kelahiran anak saya, tersebutlah ia di peringkat 10. Ya, Belanda menempati urutan 10 besar dalam hal budaya literasi. Tidak mengherankan.Adalah saya seorang perempuan yang terharu biru ketika anaknya mendapatkan surat cinta dari perpustakaan. Surat itu berisi: surat pemberitahuan bahwa Fatih sudah bisa mendaftarkan diri sebagai anggota perpustakaan kota secara gratis dan keanggotaanya juga gratis selama 18 tahun, formulir pendaftarannya, dan souvenir berupa seperangkat buku bayi. Ya, sebagai anak yang tumbuh di negara berperingkat (masih) ke-60, tentu itu adalah kemewahan bagi saya. Ah beruntungnya si baby fatih ini alhamdulillah..Bagaimana perpustakaan ini tahu bahwa di rumah saya ada seorang bayi berusia sekian (yang sudah tepat dibacakan buku, waktu itu 4 bulan)? Jawabannya adalah BSN. Apakah itu? Semacam nomor penduduk (KTP) yang merekam segala hal. Mulai dari kelahiran, kegiatan belanja (iya banget, bahkan ikea pun tahu BSN saya), riwayat kesehatan, asuransi, dan kegiatan posyandu.Termasuk hal-hal lain terkait kependudukan seperti pajak dan gaji, tapi tidak saya bahas disini.BSN diberikan maksimal 3 hari sejak seorang bayi lahir di Belanda. Begitu ia terdaftar dan mendapatkan nomor BSN, maka sistem akan mulai mengaitkan dan merekam semua kegiatan. Yap, untuk hal ini, posyandu, dinas vaksinasi, dokter umum, asuransi, dinas sosial, dan perpustakaan sudah mendapatkan notifikasi tentang kelahiran si bayi. Kemudian, semua lembaga akan mulai mengirimkan surat dan menjelaskan tentang sistem kerja mereka.Nah, perpustkaan ini rupanya juga bekerja sama dengan posyandu. Posyandu akan mengabarkan bahwa si bayi telah berusia sekian bulan dan sudah bisa dirangsang secara visual, sehingga perpustakaan akan mengirim surat cinta tersebut. Posyandu juga menyediakan formulir pendaftaran keanggotaan perpustakaan bagi bay-bayi pindahan dari kota lain.Kemanjaan ini tentu tidak saya sia-siakan. Fatih segera saya daftarkan dengan membawa formulir yang sudah diisi dan prosesnya hanya 5 menit sampai dikatakan "ya, Fatih sudah bisa pinjam buku sekarang. Ini kartunya, berlaku sampai 18 tahun." Kemudian petugas akan membawa kami tour bibliothek dan menunjukkan bagian buku anak-anak. Setiap saya libur, saya selalu berusaha untuk membawa Fatih ke sana. Walaupun akhirnya dia lebih suka berantakin buku atau main wahana anak-anak di perpus, saya biarkan saja. Yang penting ia mulai mendapatkan kesan bahwa budaya literasi sangatlah menyenangkan. BIasanya saya menghabiskan waktu 1 jam untuk memilih-milih buku dan membacakannya di sana. Kemudian saya akan meminjam beberapa buku untuk dibawa pulang.Saya dan Fatih bukanlah satu-satunya yang ada di perpustakaan. Ada banyak anak-anak mulai dari yang bayi sampai remaja, bahkan para lansia. Uniknya, para anak biasanya didampingi orangtuanya untuk memilih, dibacakan buku, diajak bermain, dan meminjam buku untuk dibawa pulang. Buku yang dipinjam pun bukan hanya satu atau dua, tapi bisa satu koper! Luar biasa memang budaya membaca mereka. Suatu kali saya pernah mengabadikan momen itu dengan ponsel saya, dan mereka banyak yang memandang sebelah mata. Apa sebabnya? karena mereka semua asik membaca buku (bukan main hape!) Oh, betapa malunya saya saat itu. Ah, rupaya budaya literasi juga cukup berpengaruh kepada penggunaan teknologi secara bijak.Ya, inilah cerita saya. Anak kecil yang dulu sangat suka bermain di perpustakaan dan menemukan dunianya bersama buku. Anak kecil yang selalu sukses meluluhkan hati orangtuanya ketika setiap minggu mengajak ke toko buku dan membeli 4-5 buku. Saya ingat, saat masih usia sekolah, beberapa teman sering minta tolong untuk berdiplomasi dengan guru bila ada hal-hal yang kurang menguntungkan anak-anak kecil (heheh). Kata mereka, "aku gak bisa ngomongnya (ke pak guru/ bu guru)". Sekitar dua dekade kemudian, anak itu merantau ke negara yang budaya literasinya jauh di atas negara asalnya. Apa yang ia temukan? Bisu. Dia bisu tak bisa berkata-kata karena menemukan betapa tingginya bahasa orang-orang baru ini, bahkan ketika marah. Ya, kebisuan itu membawanya untuk berani mencoba karena tak akan ada orang yang meremhkannya saat mencoba. Kebisuannya mendorong dia untuk berlatih, berdiskusi, bahkan menyampaikan ketidak setujuan. Dan baiknya, tidak ada yang perlu tersinggung karena semua disampaikan dengan bahsa yang tinggi dan sopan. Jujur, saya di sini jaraaaaaang sekali mendengar orangtua meneriaki anaknya. Kenapa? karena mereka bisa mempersuasi anaknya dengan bahasa yang tinggi, bukan nada bicara yang tinggi.Ah, semoga cita-cita saya untuk membuat hal serupa di Indonesia bisa tercapai. Memanjakan anak-anak dengan bacaan berkualitasSebab bukan suara petir yang menumbuhkan biji, tapi hujan yang lebat. Tinggikan bahasamu, bukan nada bicaramu. Regards,Yosay Aulia
14 notes · View notes
yosayaulia · 8 years
Text
Grateful List
Tahun 2016 ini saya memiliki satu (dari sekian) resolusi sederhana, yaitu menuliskan 3 hal yang saya syukuri tiap bangun pagi. Tujuannya tentu agar saya semakin bersyukur pada hal-hal kecil maupun hal besar yang luput saya apresiasi, dan agar saya bersemangat mengawali hari.
Aturan mainnya: menuliskan 3 hal yang disyukuri tiap pagi (kalau saya di diari), dan harus berbeda setiap harinya.
Sekarang adalah hari ke-12 di tahun 2016. Maka sudah ada 36 poin hal yang saya tuliskan untuk disyukuri. Bila saya konsisten sampai akhir 2016, maka akan ada... 366x3= (liat kalkulator dulu) 1098 grateful list tahun ini. Wow angka yang fantastis buat saya. Ternyata hal kecil yang dilakukan secara konsisten bisa berdampak besar ya (ohw mungkin itu sebabnya Allah suka amalan kecil yang istiqomah).
Mengingatkan bahwa sekecil apapun rasa syukur kita, ternyata bisa berdampak besar lho. Mengingatkan saya untuk lebih fokus bersyukur agar bahagia, bahagia agar berenergi positif, berenergi positif agar semangat, semangat agar bekerja keras, bekerja keras agar berhasil, berhasil agar berbagi, berbagi agar bersyukur. Efek bola salju yang menyenangkan. Yap! Tantangan ini mulai berhasil mengubah sudut pandang saya dari complain small stuff menjadi appreciate small stuff, karena pikiran saya "ditantang" untuk terus mencari apa yang bisa disyukuri.
Terasa sih jadi makin sayang sama suami (hahaha) dan keluarga dan bahagia! Plus tidak mudah mengeluh dan patah semangat.
Kalau dirasa tantangan ini cukup seru untuk ditiru, belum telat dan belum pegel kok untuk merapel 36 hal yang disyukuri selama 12 hari pertama ini.
Selamat mencoba dan ayo bersyukur !
Regards,
Yosay Aulia
5 notes · View notes
yosayaulia · 8 years
Text
Kacamata dan Sepatu
Mungkin kita perlu sesekali mengganti kacamata kita atau meminjam sepatu milik orang lain. Supaya kita mampu melihat dunia dari sudut pandang berbeda. Supaya kita mampu merasakan sensasi di posisi orang lain.
Mungkin kita perlu sesekali mengganti kacamata kita atau meminjam sepatu milik orang lain. Agar kita memiliki cakrawala pandang yang lebih luas. Agar kita memiliki pengalaman rasa yang lebih kaya.
Mungkin kita perlu sesekali mengganti kacamata kita atau meminjam sepatu milik orang lain. Agar kita berhati-hati dalam memandang dan waspada dalam melangkah. Terjaga dari melukai pandangan dan menjadi kerikil di sepatu orang lain.
3 notes · View notes
yosayaulia · 8 years
Text
Adab
Pelajaran yang paling berharga bagi seorang anak manusia adalah moral adab dan sopan santun lahir batin. Mereka sangat berkontribusi dalam pembangunan karakter. Tulang punggung yang kuat dalam menopang jiwa yang jatuh ketika ia gagal dalam hal keduniawian.
0 notes
yosayaulia · 8 years
Text
Salju dan Matahari
"Kamu ngapain kuliah di sini? Jauh jauh datang ke tempat yang nggak nyaman. Negaramu kan surga.."
-: "Kamu dari Indonesia? Wah seneng banget.. Itu kan negara yang cantik.. Banyak gunung, lembah, pantai, laut.. "
+: "Heheh makasih (nyengir bingung sekaligus bangga).. Oh kamu tahu, pernah ke indonesia ya?"
-: "Enggak. Liat di gambar aja."
+: (Mendadak prihatin)..
***
Empat hari terakhir, Groningen nyaris lumpuh total. Penyebabnya salju. Hari pertama turun salju, semua senang meskipun dingin dan berangin. Esoknya, berbagai sistem publik (kecuali yang sangat vital seperti rumah sakit) dan lab memasang red alert. Bahaya! Di rumah sajalah kalau masih mau hidup. Kira-kira begitu versi lebay nya. Konon, fenomena ini terakhir kali terjadi di tahun 1987 (ketika ayah ibu saya belum menikah). Artinya musim dingin kali ini sungguh luar biasa. Ya, kabar baiknya suami saya punya bonus libur dan hampir seluruh jalanan menjadi wahana ice skating (oh terlalu licin, jadi mungkin ini kabar yang kurang baik).
Senang ? Aku sih no (kecuali bagian suami libur panjang). Gloomy. Abu-abu. Tidak ada matahari. Terlebih persediaan makanan super tipis (andaikan saya beruang, pasti sudah hibernasi sejak awal dan menunggu musim semi saja). Pantaslah kalau seorang rekan yang penelitian doktoralnya tentang indeks kebahagiaan berkata bahwa negara dengan intensitas matahari yang banyak cenderung lebih bahagia (by nature).
***
"Ya.. Kami hidup di negara yang abu-abu (langitnya) begini setiap hari. Karenanya kami harus bekerja keras (for a better life)", kata seorang ginekolog di Belgia.
"Mungkin orang Eropa cerdas, karena mereka hidup di 4 musim. Mereka harus berpikir untuk survive dari jenis pakaian makanan dan rumah di segala musim", kata guru geografi SMP saya. Dulu sih saya belum terlalu paham maksudnya.
"Orang Indonesia tuh keenakan banget di sana. Jadi ya gitu deh.. Pergi lah biar belajar kerja keras", kata seorang yang pernah merantau.
Kalimat terakhir menurut saya bermajas pars pro toto, dan saya masih percaya ada banyak rakyat Indonesia yang pekerja keras. Tapi dua kalimat pertama saya pahami makna benar-benar selama disini.
Kalau saya malas belanja dan melawan hawa dingin, keluarga saya makan apa (bisa delivery service sih tapi kan boros). Kalau para pekerja malas memperbaiki instalasi publik, kalau para dokter mager karena dingin, kalau para pekerja malas. Jangan lebay ah, ada insulating jacket, ada boots, ada sarung tangan, dan berbagai teknologi pendukung supaya kita tetap bisa bekerja (di musim dingin).
Ya, tantangan empat musim membuat mereka berpikir cepat (3 bulan harus bergonta ganti itu cepat lho). Membuat mereka berpikir rancangan rumah yang hangat tapi tidak sumpek. Menantang mereka mendesain baju berbagai musim (oh mungkin ini sebabnya fashion cepat berganti di sini). Membuat mereka berpikir mekanika apa yang bisa membantu di setiap musim. Mulai dari kacamata hitam, sunblock, coat, kupluk, sampai mobil yang bisa dibuka tutup cap nya sesuai kebutuhan. Mereka terus berpikir dan bekerja keras agar bisa bertahan hidup dengan kualitas hidup yang baik di sepanjang tahun.
Keterhimpitan mungkin selalu sukses melejitkan potensi terbaik manusia. Tapi, matahari (secara fisika) tetap sumber energi terbesar (ya setidaknya di mother earth ini) kan? Seharusnya bangsa kita lebih berenergi (positif) dan bersemangat. Bersyukur dan berpikir. Jangan manja (bertobatlah yang masih manja) dan merasa mau disuapi terus. Jangan lamban. Jangan terlalu santai. Jangan bobo terus. Berusahalah untuk lebih well organized (plak!). Berkaryalah. Berbagilah.
Sebab hidup bukan tentang apa yang kita dapat, tapi apa yang kita berikan dan lakukan.
Malu sama matahari, kalau dia ngambek nggak mau kasih energi lagi, apakah kita sudah se-siap yang lain ?
Malu sama salju, walaupun dingin dan bikin susah, tapi bisa melejitkan kemampuan manusia. Nah, kita kalau bikin susah malah nyebelin.
Malu lah sama Yang Menciptakan kita. Nanti kalau ditanya: sudah berbuat dan memberi apa saja? Jawabnya apa?
Regards,
Yosay Aulia
17 notes · View notes