Tumgik
yunikadepri · 6 years
Photo
Tumblr media
Karena kita ama-sama menulis
Jarak itu jauh, Namun doa yang mendekatkan. Matahari itu jauh, Namun sinarnya dekat dan menghangatkan.
Aku menganalimu dalam maya, Jauh.. begitu jauh. Rupamu saja aku tak tau, sikapmu apalagi. Tapi Tulisanmu begitu aku hafal.
Caramu menulis, tentang banyak hal kekhas-an dalam tulisanmu. Itu semua sejuk bagiku. Tiap bait tulisanmu penuh makna, untaian hikmah tak henti mengalir disetiap kata yang kau susun menjadi kalimat, dan bermetafosa menjadi puisi ataupun prosa.
Aaah, rasanya membaca tulisanmu saja aku seperti bertemu denganmu. Memaknai setiap tulisanmu, aku seperti sudah menjadi teman akrab mu begitu lama.
Kita akrab dalam maya, kita dekat dalam prosa. Bukan karena bertemu, lantas kita dekat. bukan pula karena berjumpa, lantas kita akrab. Namun kita akrab dan kita dekat karena kita sama-sama menulis.
Menulis dengan hati, akan menyentuh hati.
Kontibusi oleh : @luthfi_ariff
104 notes · View notes
yunikadepri · 6 years
Text
Semakin besar pencapaian, semakin sulit menjaga niat. Itulah mengapa sesekali kita perlu mengambil jeda sejenak, menikmati waktu sendiri, mengoreksi kembali niat-niat yang mulai bengkok dan hilang arah. Pertanyaannya, adakah kita peduli kepada sesuatu sehalus niat?
— Taufik Aulia
2K notes · View notes
yunikadepri · 6 years
Note
Assalamualaikum.. Ternyata memang benar, kehidupan yang nyata dimulai setelah tali toga kita berpindah. Saya kerap kehilangan arah sebab Pekerjaan yang sukar saya dapatkan. Ingin sekali memulai bisnis sendiri, tetapi terhalang modal. Ingin meminta bantuan orang tua, saya malu sebab sudah cukup merepotkan orang tua. Saya semakin kehilangan arah ketika melihat teman seperjuangan telah berhasil meniti karir, sedangkan saya? Masih stuck di sini sini saja. Apa yang harus saya lakukan?
Wa’alaykumussalam Wr Wb.
Saya tidak berharap jawaban singkat dan sederhana ini bisa menjawab masalah Anda dan para pembaca sekalian, tapi saya coba berikan apa yang saya miliki.
1. Saya tidak tahu apa yang saya mau dalam hidup
Jika kamu belum menetapkan apa tujuan hidup kamu (yang spesifik, operasionalisasi dari “beribadah kepada Allah” versi kamu), maka advice saya adalah ambil jalan apapun yang terdekat, lalu berikan dedikasi terbaik kamu di jalan itu sekalipun itu kurang menyenangkan.
Mungkin itu pekerjaan yang tidak kamu senangi, atau studi tingkat lanjut yang kamu tidak benar-benar menginginkannya, atau berjualan sesuatu yang kamu anggap “remeh temeh” dan mengganggu gengsimu.
Selama kamu belum tahu apa tujuan hidup kamu, saran saya, fokuskan waktu dan energi untuk membangun suatu keahilan dalam bidang apapun, dan berusahalah untuk berkomitmen hingga kamu dianggap sebagai seseorang yang dapat dipercaya dalam bidang tersebut.
Sebab, mencla-mencle ketika kamu tidak tahu mau ke mana hanya akan membuang waktumu, hingga tahun-tahun berlalu dan kamu semakin merasa terpuruk nantinya.
Passion? Oh, kamu akan menemukannya dalam perjalanan, percayalah. Yang jelas, untuk menemukan passion, perjalanan kamu harus menuju ke suatu arah, tidak bisa ke sembarang arah.
2. Saya tidak punya kesempatan
Jika kamu sudah tahu ingin menjadi orang seperti apa, namun kamu merasa bahwa kamu tidak mendapatkan kesempatan, maka mari kita pikirkan bagaimana kamu bisa bertemu dengan sang kesempatan.
Dengan pengalaman dan kompetensi yang tidak seberapa, jangan berharap ada entitas mau repot-repot mencari kita menawarkan kesempatan, sekalipun kita pernah dianggap jago oleh sejumlah orang.
Cari orang-orang yang ada di jalan yang kamu inginkan, perkenalkan diri, bangun jejaring, bertanyalah dan belajarlah kepada mereka.
Misalnya, jika kamu ingin bekerja di sebuah perusahaan, kamu bisa mulai dari LinkedIn. Rapikan profil kamu, cari orang-orang yang bekerja di perusahaan tujuan, connect dengan menyampaikan siapa diri kamu, kenapa kamu ingin berjejaring dengan mereka (banyak orang klik connect begitu saja tanpa intro, tentu saja ini tidak begitu berfaidah. Sebagian besar profesional akan menolak permintaa connect seperti itu. Kalau pun permintaan kamu diterima, mereka tetap have no idea siapa kamu, jadi tetap tidak berfaidah).
Jika kamu mau berbisnis, maka ketahuilah, entrepreneur sejati tidak pernah mengalah pada alasan (iya, saya juga masih belajar dalam hal ini). Coba kamu baca buku bagus ini What I Wish I Knew When I Was 20. “Belinya gimana?” Kalau untuk mendapatkan buku ini saja kita have no idea bagaimana, boi, perjalanan kita menjadi entrepreneur benar-benar dimulai dari 0.
3. Saya tidak sehebat dan seberuntung teman-teman lain
Kalau kamu benar-benar ingin mengubah hidupmu, saran saya, hentikan sejenak konsumsi media sosial yang membuat kamu (sadar ataupun tidak, sengaja ataupun tidak) membandingkan kehidupan dirimu dengan kehidupan orang lain.
Masuklah ke gua rahasiamu, buat blue print proyek kebangkitan dirimu, rancang dan eksekusi action plan setahap demi setahap. Jangan terlalu peduli lagi dengan kehidupan orang lain, sebab tidak ada hal yang berubah dalam hidupmu ketika kamu melakukannya.
Bukan, kita tidak sedang membicarakan kepedulian sosial: tolong-menolong, membantu saudara yang sedang kesulitan sebelum ia memintanya. Saya cukup yakin jika ada situasi di mana ada teman atau orang di sekitar yang membutuhkan pertolongan, informasi itu akan sampai pada kita meskipun kita tidak scrolling Instagram di hari itu.
Kita sedang membicarakan kondisi hyperfocus. Ketika segala perhatian, pengetahuan, hingga detik yang kita miliki difokuskan untuk menciptakan suatu nilai tambah, maka hasilnya akan mengejutkan dan bisa dicapai dalam waktu yang tidak lama. “Tau-tau jadi.” (Jadi teringat film “Big Hero 6″ dan “Iron Man” pertama. Adegan favorit saya: Hiro dan Tony masuk ke dalam mode hyperfocus, hingga lahirlah karya monumental mereka, Microbots dan Mark I).
Semoga ada manfaatnya. Semangat!
346 notes · View notes
yunikadepri · 6 years
Text
Aduhayyy.
Terjebak Label Islami
Kemudahan akses teknologi informasi terbukti punya peran yang cukup besar dalam syiar Islam. Kajian-kajian Islam yang dulunya hanya bisa diakses secara konvensional, kini bisa diakses secara online. Tulisan-tulisan mengenai Islam dan syariatnya pun membombardir dunia maya dengan aneka ragam gaya bahasa.
“Ketik saja masalahmu, maka search engine akan menjawab.”
Seolah-olah demikian kan ya?
Dampak yang dihasilkan dari dakwah melalui media sosial pun luar biasa. Kajian-kajian online akhirnya mampu mendorong ummat untuk datang ke kajian konvensional. Tak sedikit pula yang kemudian terlibat aktif dalam kajian-kajian intensif yang diadakan secara periodik. Mingguan, dwi minggu, atau bulanan.
Kabar baik dari semua ini adalah semakin banyak muslim yang kemudian berbondong-bondong untuk berhijrah. Ingin menghindari yang Allah haramkan dan menjalankan perintahnya. Ingin menjadi manusia yang lebih baik. Ingin taat.
Sayangnya, minimnya pemahaman, besarnya tantangan ada jaman sekarang menjadikan banyak sekali orang mencari solusi-solusi praktis untuk menghindarkan dirinya dari yang Allah haramkan. Akhirnya, label-label Islami, seperti syariah, islami, syar’i, halal, dll serta penjelasan singkat mengenai hal itu muncul. Ummat pun pastinya akan tertarik dengan hal itu. Label-label itu, bagi mereka-mereka yang masih bingung sekali harus bagaimana seakan menjadi oase di padang pasir.
Bank syariah, pegadaian syariah, asuransi syariah, KPR syariah, dan segala produk semacam ini sering kali dijadikan tujuan bagi mereka yang butuh sekali uang tapi tidak ingin terlibat riba.
Kemudian muncul yang lain. Pakaian syar’i, kosmetik halal, skin care halal, dan salon muslimah yang dijadikan tujuan bagi mbak-mbak atau ibu-ibu yang ingin tetap tampil cantik tapi tidak melanggar syariat.
Kemudian muncul lagi okej syar’i untuk memenuhi mbak-mbak yang enggan dibonceng Pak Ojek karena khawatir ikhtilat. Lalu adalagi laundry syariah yang di dalamnya ada pilihan layanan cuci najis. Saya sebenarnya agak gagal paham dengan laundry syari’ah ini, tapi faktanya ada di area tempat tinggal saya.
Kemudian muncul lagi yang paling modus di antara semua label Islami di atas. Pasacaran Islami. PDKT lewat ta’aruf. Pinginnya nikah, tapi entah kapan nikahnya. Hang outnya ke mesjid dan majelis ta’lim. Panggilan sayangnya akhi-ukhti. Kalau mau makan bareng, kendaraannya sendiri-sendiri.
“Aku kan gak pacaran. Dia itu calon suamiku kok.”
atau begini,
“Kan aku gak pernah berduaan sama dia. Makan juga di tempat umum yang ramai. Gak pernah boncengan juga. Bahkan sering ke masjid. Apa salahnya coba?”
Jeng jeng jeng jeeeeng… Begitulah dalihnya.
Label-label islami pada dasarnya tak semua mampu menjamin apakah aktifitas tersebut benar-benar bebas dari yang haram jika kita tidak cukup jeli dengan fakta-fakta yang ada.
Tentang bank syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, KPR syariah, dan semacamnya. Semua tetap harus didetaili lagi satu per satu akad yang dilakukan. Benarkah sudah lepas dari riba? Atau kah hanya ganti kulit saja? Sehingga semuanya akan nampak seakan-akan sesuai dengan syariat. Padahal aktivitas riba terjadi di dalamnya.
Tentang pakaian syar’i, detaili kembali. Sudahkah cukup menutup aurat sesuai dengan perintah Al Quran dan keterangan-keterangan penjelasnya di Hadist?
Tentang kosmetik halal dan skin care halal. Pastikan bahwa bahan yang terkandung di dalamnya betul-betul dari bahan yang memang dihalalkan. Bukan yang lain. Baca komposisi bahannya. Cek kehalalannya.
Salon muslimah pun demikian. Konsepnya memang tertutup dari laki-laki. Tapi fiturnya tidak hanya potong rambut, creambath, dan hair mask saja kan? Ada opsi lain seperti facial, massage, dan spa. Masalahnya, bolehkah mbak-mbak salonnya melihat anggota tubuh kita yang tadinya disembunyikan? Bukankah ada batas aurat antar perempuan, dengan batasan jatuhnya air wudhu.
Pacaran islami apalagi. Cek lagi deh aktivitas di dalamnya. Konsep ta’aruf itu gak kenal sama yang namanya nanyain sudah makan atau belum, sudah sholat atau belum, sudah mandi atau belum, sudah pipis atau belum, dsb. Gak ada. Itu sama aja dengan pacaran kalau begitu. Yang sudah dikhitbah pun tak bisa dengan begitu santai keluar berdua seperti sudah menikah. Ingat, takdir itu hanya Allah yang tau. 
Sudah khitbah belum tentu jadi.
Bagaimana jika salah satu calon mempelai membatalkan khitbah? Bagaiamana jika salah satu mempelai mendadak umurnya kena deadline? Sudahlaah.. gak perlu aneh-aneh. Kita gak pernah tau takdir Allah ke kita itu bagaimana.
Terus gimana caranya biar ngerti kalau di dalam label syariah yang akan diambil ada jebakan batmannya atau tidak?
Ngaji.
Jangan cukupkan dengan membaca Al Quran saja. Baca terjemahannya. Baca juga tafsirnya supaya makin paham. Datangi kajian-kajian Islam untuk memperkaya informasi.
150 notes · View notes
yunikadepri · 6 years
Text
Materi Halal Class*
Bismillah..
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh..
Mohon maaf setelah sekian lama ga update materi Halal Class lagi.. Berikut link video materi Halal Class angkatan 1 dan angkatan 2, beserta link download materinya.. semoga bermanfaat ya :)
1. Kaidah Fiqih Halal-Haram Makanan
Link video 1
Link video 2
Link download materi
My notes
2. Pencemaran Berbagai Produk Turunan Babi pada Makanan, Minuman, Obat, dan Kosmetika
Link video 1
Link video 2
Link download materi
3. Hikmah di Balik Pengharaman Bangkai, Darah, dan Daging Babi
Link video 1
Link video 2
Link download materi
4. Waspadai Pencemaran Khamr pada Berbagai Produk Makanan, Minuman, dan Obat
Link video 1
Link video 2
Link download materi
5. Awas, 11 Potensi Pencemaran Daging Haram di Sekitar Kita
Link video 1
Link video 2
Link download materi
6. Titik Kritis Bahan Haram pada Kosmetika dan Produk - Produk Kecantikan
Link video 1
Link download materi
7. Titik Kritis Bahan Haram pada Obat dan Sediaan Farmasi
Link video 1
Link download materi
8. Penggunaan Alat-Alat Canggih untuk Mendeteksi Kandungan Babi pada Makanan
Link video 1
Link video 2
Link download materi
9. Aneka Hoax Halal-Haram Makanan dan Kesehatan di Media Sosial
Link video 1
Link video 2
Link download materi
10. Haram Lighairihi: Bisa Lebih Kejam Hukumannya dari pada Haram Babi
Link video 1
Link video 2
Link download materi
11. Penyembelihan Hewan secara Syari'at Islam
Link video 1
Link video 2
Link download materi
12. Awas, Vaksin Mengandung Babi: antara Hoax dan Fakta
Link video 1
Link download materi
13. Prosedur dan Manfaat Sertifikasi Halal Produk Makanan, Minuman, Obat, dan Kosmetika
Link video 1
Link video 2
14. Syari'at Ibadah Qurban dalam Perspektif Ilmiah dan Syar'iyyah
Link video 1
Link video 2
Link download materi
My Notes
15. Strategi Jitu Memilih Makanan Halal di Luar Negeri
Link video 1
Link video 2
Link download materi
Semangat sama-sama belajar semuanyaa! ;)
*Halal Class adalah program kajian rutin mingguan gratis yang membahas seputar halal-haram makanan, minuman, obat, dan kosmetika dengan narasumber para ahli dari Pusat Kajian Halal Fakultas Peternakan UGM
376 notes · View notes
yunikadepri · 6 years
Text
Cantik itu ngga relatif
Sejak gadis, saya ngga setuju-setuju amat dengan anggapan bahwa ukuran cantik itu relatif. Pada porsi bahwa standar cantik itu relatif berbeda-beda di setiap negara/kebudayaan, ya saya setuju. Setiap budaya membangun standarnya sendiri berdasarkan keunikan masyarakatnya sendiri. Tapi dalam satu standar budaya yang sama, saya ngga sepakat dengan anggapan bahwa kecantikan itu relatif.
Di telinga saya, kata-kata “Cantik itu relatif kok,” terdengar sebagai sebatas bentuk penghiburan orang-orang pada wanita-wanita yang ngga cantik kayak saya. Seolah-olah dibuat untuk menenangkan ego perempuan supaya tetap percaya diri meski berada di antara perempuan-perempuan yang cantik beneran.
Cantik yang saya maksud di sini cantik dalam segi bentuk dan fisik yaa. Obviously. Sesuai definisi kamus besar bahasa Indonesia aja.
Dan saya ngga sedih atau malu mengakui bahwa saya ngga cantik. Karena ya memang dalam standar yang berlaku di budaya saya, saya ngga punya karakteristik yang memadai untuk jadi cantik. Seperti: wajah yang proposional (ukuran mata, hidung, bibir, pipi, rahang, alis yang berkeadilan satu sama lain). Mata saya kecil dan sayu, alis segaris, hidung pesek, bibir tebal, pipi chubby, muka bulat.
Jangan kasih saran saya untuk pake make up yang metodenya memanipulasi hidung supaya mancung, pipi supaya tirus, mata supaya tajam, dst. Karena itu justru memvalidasi bahwa muka saya memang ngga sesuai standar sehingga harus dimanipulasi. Saya lebih senang begini. Sunblock, bedak tipis, lipstik selapis sudah cukup bagi saya.
Saya sudah menerima kalau-kalau dianggap kurang cantik. Proses menerima ini, jujur saja, ngga makan waktu yang sebentar. Di saat saya sedang membangun konsep diri ketika masih gadis dulu, saya sering dapat testimoni yang memvalidasi ketidakcantikan saya. Saya masih ingat semuanya.
Pertama, saat saya SMP dulu. Jadi saya pernah mengikuti pesantren Ramadhan yang pesertanya juga ada yang dari sekolah lain yang berbeda dengan sekolah saya. Kami pun dikelompokkan. Saat sesi terakhir, guru meminta kami saling memberi testimoni atau semacam kesan kepada masing-masing teman di satu kelompok. Masing-masing orang mengeluarkan kertas untuk diedarkan pada semua teman satu kelompoknya. Nantinya teman-teman mengisi kertas itu. Saya pun sama. Kertas saya berputar dan diisi oleh semua teman.
Saat kertas itu kembali ke tangan saya, saya pun membaca semua kesan yang ditulis teman satu kelompok. Di kolom kedua atau ketiga, saya membaca testimoni yang cukup mampu untuk mengguncang dunia seorang gadis SMP yang baru puber. Testimoni itu berbunyi, “Kamu kurang cantik.”
Saya ngga nangis, apalagi ujug-ujug datang ke sekolah orang lain untuk ngelabrak anak perempuan yang ngasih testimoni itu. Tapi memang agak kaget sih dan ngga bisa dilupain sampai sekarang. Cuma waktu itu saya langsung tersadarkan oleh satu realita: Oh, di dunia ini kita dinilai dari fisik kita ya. Oh, muka itu penting yah ((Anaknya polos banget)).
Padahal kalau diingat-ingat, waktu SMP itu saya rada-rada pinter lho, juara kelas terus ((pamer)). Tapi yang orang tangkap mungkin bukan itu. Ya takpapa.
Itu pengalaman pertama.
Kemudian pengalaman kedua dan ketiga. Keduanya saya alami saat saya SMA. Kalau sebelumnya yang bilang saya kurang cantik adalah sesama perempuan, kali ini yang bilang adalah dua orang laki-laki yang ceritanya dulu naksir sama saya ((pamer #2)). Btw dua orang ini ada di ruang dan waktu yang berbeda yaa. Tapi karena ceritanya mirip, saya ceritainnya bareng aja.
Terus terang, saya juga ngga ngerti ceritanya. Jadi.. dua laki ini suka sama saya ((e aneh juga, gini-gini ada dong yang demen. Wek)). Terus, yang satu, bilang gini kurang lebih, “Hm, iya sih, kamu itu ngga cantik seperti si Bunga (nama temen sekelas yg cakepnya jelas dan mutlak, bukan nama sebenarnya), tapi aku sukanya sama kamu.”
Dalam hati, pas baca surat itu (iya, ceritanya ini lagi surat-suratan), “Wadul (bohong) kamu ngga suka sama Bunga.”
Sedangkan laki-laki yang kedua kurang lebih bilang gini, “Cantikan Ibu kamu daripada kamunya. Tapi kamu cantik kok kalau senyum.”
Dalem hati, “Jadi maksudnya kamu mau nikahin Ibu aku? Wooyy…”
Saya ngga ngerti maksud mereka ngomong (secara tersirat maupun tersurat) bahwa saya kurang cantik teh apa. Apakah maksudnya memuji? Kenapa harus bawa-bawa kecantikan fisik untuk menyatakan perasaan ya.. Sungguh ku tak mengerti jalan pikirannya ~
Tapi saya sih husnudzan kalau maksudnya ya memuji gitu. Berarti saya pernah menarik buat mereka meskipun saya ngga cantik. Toh mereka naksir juga khaaan. Mereka ngaku kalo cewek cantik banyak tapi mereka demennya sama yang beginih. Wkwk. Yang jelas, laki-laki yang menikahi saya bukan salah satu dari mereka. ((‘Laku’ juga ya Bu)) Ehehe.
Soal suami, nah saya suka ngga terima kalau disebut cantik sama suami
“Kamu itu cantik…”
“Ah, bohong…”
Karena sesungguhnya bagi saya itu gombal belaka, jendral. Hehe. Bukan deng. Karena saya terlanjur punya citra diri bahwa saya ngga cantik kali ya. Udah nerima dan pasrah. Maaf yah, suami.
Pengalaman keempat, saya dikatain sama dosen sendiri doong T.T
Waktu itu saya mau ngasih undangan pernikahan buat beliau. Waktu saya ngasih, beliau ngomen gini, “Oh ada juga ya yang mau sama kamu (lalu mendeskripsikan bentuk muka saya seperti yang saya sebut di atas).”
Lalu saya hening sejenak….
Eh.. itu dosennya bermaksud bercanda kali ya? (tapi ngga lucu sih Pak, sejujurnya, kalau Bapak bilangnya dengan ekspresi yang kayak dulu itu).
Yah anggap saja itu pujian buat suami saya yang bisa melihat hal lain selain muka saya ketika memutuskan mau nikah sama saya.
Empat pengalaman itu masih lekat dalam ingatan. Waktu belum bisa menerima seperti sekarang, tentu aja saya sedih kalo inget tentang itu.
Dulu sih kalau ngaca terus ngeliat muka sendiri yang seadanya ini suka minder. Emang ngga gampang buat perempuan untuk memiliki body image yang positif di tengah gempuran visual muka-muka sebening kristal dan bodi setipis papan. Tapi lama-lama ya saya menerima juga dengan lapang dada bahwa saya memang ngga cantik.
Lama-lama saya makin ngga merasa perlu untuk membela diri apalagi bikin klaim pribadi bahwa saya cantik dengan standar yang berbeda dari orang kebanyakan. Capek kayaknya kalau gitu. Iya, dasarnya sih adalah anggapan bahwa cantik itu relatif. But, c'mon…seriously? Cantik mah ya cantik aja. Ngga cantik? Ya sudah kita nerima nasib aja kayak saya. Hehe.
Kalau cantik itu relatif, ngapain iklan-iklan, acara olahraga, dan film-film masih pake perempuan semampai, rambut panjang, kulit putih, badan langsing n singset, hidung mancung, bibir penuh, buat jadi bintang mereka. Ya coba aja atuh diganti pemerannya dengan perempuan yang muka bulet, badan gemuk, hidung pesek, dan kulit sawo matang. Kan ngga bakal mau produsernya. Karena standar cantik dalam benak orang (apalagi pada pria kali ya) ya udah ketebak. Ada karakteristik-karakteristik umum mengenai kecantikan yang disepakati orang tanpa sadar.
Kesel karena kita terkekang dalam standar yang ‘ngga adil’ dan patriarkis? Hohoho.. Cem feminis aja yaa eike nyebut-nyebut patriarki :p
Tapi poin saya adalah, saya nerima bahwa diri saya ngga cantik bukan berarti menjadikan diri saya worthless. Bukan berarti saya merendahkan diri saya. Saya mah aseli biasa aja kalau disebut kurang cantik, kurang modis, kurang molek. Karena bagi saya kecantikan bukan satu-satunya hal yang dimiliki perempuan, sehingga seolah-olah kalau seorang perempuan ngga cantik jadi ngga punya apa-apa untuk dibanggakan, bukan itu.
Saya menerima bahwa diri saya ngga cantik karena saya sadar cantik itu bukan segalanya. Jadi saya tetap akan baik-baik saja kala dibilang ngga cantik karena saya tetap rada-rada pinter ((pamer #3)).
Cantik itu bukan prestasi terbesar yang bisa perempuan miliki. Cantik itu bukan satu-satunya ukuran kehebatan, kebermanfaatan, dan kesalehan seorang perempuan.
Ini tuh sesimpel gini: saya sadar saya ngga dikasih kelebihan dalam hal kemolekan wajah, tapi saya juga tahu bahwa kelebihan saya ada di aspek lainnya.
Jadi kalau sama saya mah, ngga usah merasa butuh menghibur saya dengan bilang, “Kamu cantik, cantik, dari hatimu.” Otherwise, bilang aja aku baik hati. Aku woles kok.
Jadi please deh, kalau ada yang masih menganggap bahwa perempuan hanya bisa diapresiasi dengan predikat cantik saja, mungkin beliau butuh baca kamus lagi. Ehehehe. Ada banyak sekali predikat yang bisa kita gunakan untuk memuji seorang perempuan yang ngga melulu berkaitan dengan fisiknya. Ada banyak sekali alasan lain yang membuat perempuan patut bersyukur dan percaya diri, selain karena wajah yang bertumpu pada SNI (Standar Ncantik Indonesia).
Kamu pasti sudah tahu kan contohnya ;)
1K notes · View notes
yunikadepri · 6 years
Text
Bicara Cinta
Nabi juga pernah ditanya, “Apa amal yang paling utama?” Maka Nabi menjawab, “Redha kepada Allah dan cinta kepada-Nya.“
Tentu kita adalah orang yang waras. Yang selalu menggunakan akal dan hati untuk melihat kurnia dan cinta Allah yang begitu besar bagi kita. Demi cinta dan cinta-Nya, Allah menciptakan kita. Setiap helaan dan hembusan nafas dan apa saja yang kita nikmati setiap saat dan sisi adalah simbol cinta-Nya.
Dia Maha Pencemburu ketika melihat kekasihnya pindah ke lain hati, atau lebih mencintai dunia semua daripada Tuhannya sendiri. Awas dengan cemburu-Nya Allah, mungkin saja kita derita kerananya.
Ibrahim bin Khawwas mengatakan, “Cinta adalah terhapusnya keinginan dan terbakarnya sifat-sifatmu dan perbuatan.”
Abu Yazid berkata, “Seorang pecinta tidak mencintai dunia maupun akhirat. Yang dia cintai hanyalah Yang Menguasai dunia dan akhirat(Allah).”
Sedangkan Asy-Syibli mengatakan, “Cinta adalah ketakjuban terhadap kenikmatan-Nya dan kehairanan dalam mengagungkan-Nya.
Suatu saat Sahal At-Tustari ditanya tentang cinta, beliau menjawab, “Cinta adalah kasih sayang hamba-Nya kerana musyahadahnya setelah dia memahami apa yang dikehendaki Allah.”
Semoga kita benar-benar mencintai Allah, menjadi kekasih-Nya, serta siap menerima limpahan cahaya cinta-Nya yang masuk ke relung hati kita dengan terbukanya Kaabah Sirri.
–Dikutip dari Al-Mahabbah karya Imam Al-Ghazali
Sumber : Ustaz Iqbal Zain Al-Jauhari
23 notes · View notes
yunikadepri · 7 years
Text
sekolah!
"ngapain sih sekolah?" "baal lo sekolah kok jauh2 amat?" "kok sekolah sih baal? pelajarannya juga ga akan kepake nanti" itu pertanyaan2 yang sering dilontarkan ke gw. pertanyaan terakhir menurut gw menarik karena itu misconception terbesar tentang sekolah. coba ya gw berusaha jawab menurut point of view gw kenapa sekolah itu penting no matter what.
technically betul. bukan pelajarannya yang akan kepake tapi koneksi, wawasan, cara berfikir, terbiasa on time, terbiasa dengan deadline, dapat menyampaikan pendapat, menyampaikan ide di depan umum, public speaking, dll yang akan kepake! dan semua didapat setidaknya basicnya dari sekolah. ngumpulin pr pada waktunya, presentasi, tugas kelompok, berorganisasi, dan banyak hal lainnya yang secara gak disadari ngebentuk mindset untuk siap bersaing di real world nanti. jadi kalau mulai males sekolah, inget jangan salahin sekolahnya, tapi mindsetnya yg harus dibenahi ;)
passion juga sangat penting. harus tau apa yg kalian suka. cobain semua. capek-in diri dengan segala aktifitas. passion gada yg salah kok. kalau suka bola, tekunin bola. "ah nanti gada masa depannya!" ronaldo gajinya lebih gede dri orang kantoran yg dulunya mungkin juara kelas terus kan? apapun yg kalian suka, tekunin! jalanin dengan semangat. mumpung masih muda. gamau kan tuanya malah kerja keras karena masa mudanya kebanyakan clubbing sama flexing mobil bmw hasil duit kerja keras bokap?
be active guys. jangan banyak alasan. lakuin aja dulu. done is better than perfect - selesai lebih baik daripada sempurna. mau mulai sesuatu tapi takut jelek? emng pasti jelek dulu baru bagus!
also personal reason buat gw, gw gapernah tau kapan karir gw di dunia industri akan "jatuh". buat gw, investasi terbesar dan terbaik bukan tanah, emas, apartment atau apapun itu tapi otak. duit bisa abis, tapi kreatifitas? hell no. InshaAllah minimal tau harus apa dengan segala kemampuan, wawasan dan pengalaman yg kita punya. ;)
well sekian untuk kali ini. oh ngomong2, ini foto gw kmrn sebagai perwakilan Tanah Air tercinta di sini. ayo, lo lo pada semangat ya mumpung masih muda! berkarya dan belajar terus! mau tau lebih jauh?
Sumber : iqbaal ramadhan
0 notes
yunikadepri · 7 years
Text
Ketika sholat wajib menjadi tidak wajib...
Di sela-sela kesibukan misalkan rapat, meeting, event, seminar, pameran, atau agenda-agenda padat lainnya adalah kesempatan saya untuk mengamati (sese)orang di sekeliling saya, apakah mereka masih menyempatkan waktu untuk sholat wajib atau tidak. Tak perlu “ke masjid”-nya atau “tepat waktu”-nya yang menjadi pengamatan utama, tapi apakah ia masih “menyempatkan waktu” untuk Sang Pencipta atau tidak.
Ternyata ada teman laki-laki saya yang hanya gara-gara rapat tapi sampai meninggalkan sholat jumat dan sholat wajib. Ada juga teman-teman perempuan saya yang rela meninggalkan sholat wajib gara-gara ngantri untuk foto studio dan gak mau make up-nya luntur kena air wudhu. Dan yang paling sering saya temui adalah orang-orang yang rela meninggalkan sholat wajib atau kadang menjamak sholat gara-gara bersiap-siap untuk acara resepsi pernikahan. Padahal untuk menjamak sholat fardhu ada syarat-syaratnya. Dan menurut pemahaman yang saya yakini, bersiap-siap untuk acara resepsi pernikahan bukanlah termasuk syarat diperbolehkannya menjamak sholat fardhu. Hehe.
Saat KKN dulu juga kesempatan saya untuk mengamati teman-teman sekelompok saya, apakah mereka sholat wajib 5 waktu atau tidak. Dan ternyata… wow… fantastis… banyak yang tidak sholat wajib. Seusai KKN pun ada beberapa teman sejurusan saya yang saling bertukar cerita pengalaman KKN mereka. Ternyata banyak juga teman-teman dalam kelompok KKN mereka yang gak mau disuruh sholat wajib meskipun sudah diingatkan berkali-kali.
Seorang teman pernah bertanya, “Itu kalo kaya artis-artis gimana ya ngapus makeup-nya? Yang wajahnya selalu full makeup, yang jadwal manggungnya padat, on air melulu? Kira-kira sholat gak ya tuh artis-artis? Apalagi kek Sy*hr*n* yang makeup-nya tebel gitu?” Ya udah, dikira-kira sendiri aja apa yang akan dilakukan si artis. You know lah, nge-makeup satu wajah itu gak simpel, pun menghapusnya juga gak simpel, apalagi kosmetik-kosmetik sekarang hampir semuanya water proof, yang tentunya menghalangi meresapnya air wudhu ke dalam anggota wudhu.
Kalo saya menjumpai orang-orang seperti di atas, saya gak bisa berbuat banyak, cukup mengingatkan saat itu juga dan mendoakan. Dalam hati saya cuma bisa berkata, “Ya udah, berarti mereka belum paham. Ya udah, berarti mereka masih belum dapat hidayah sampe nganggap sholat wajib itu gak penting.” Dari situ saya menyadari bahwa memang terkadang dakwah itu gak perlu muluk-muluk dulu, apalagi sampai nyodorin atau nyogokin dalil-dalil. Lihat saja, banyak orang-orang di sekitar kita yang masih enggan sholat wajib 5 waktu, belum menutup aurat, belum baca Qur'an, dll. Teruntuk kita yang imannya (mungkin) sudah teguh dan kuat, harus banyak-banyak bersyukur dan teruslah minta hidayah ke Allah. Sebab hidayah itu SANGAT MAHAL, gak bisa ditukar sama rumah seharga 1000000000 milyar (wkwk), dan Allah hanya memberikannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki.
86 notes · View notes
yunikadepri · 7 years
Text
Curhat : Kehormatan Diri di Zona Instagram
Akhir-akhir ini saya jadi resah sendiri sama judul di atas wkwkwkwkwk. Mungkin yang baca bakal menggumam: ih whyyyyyyy so serious? Ya namanya juga Apik. Tapi saya mending serius daripada terlena dalam beragama :D
Rasanya diingatkan berkali-kali baik dari buku, quran, maupun kajian. Tentang pentingnya seorang perempuan menjaga kehormatannya, pun kehormatan suaminya, kehormatan keluarganya. Perempuan bisa punya kunci surga kalau menjaga itu. Dan bisa ekspress punya kunci ke neraka kalau sudah hilang rasa malunya, sudah hilang upaya penjagaan kehormatannya.
Apalagi di era-era seperti ini. Yang tingal post atau share bisa cepat sekali informasi/konten itu menyebar. Wussssss. Sangat visual, dan banyak orang yang justru pengen ‘terlihat’. Terlihat sebenernya nggak papa ya, asal koridornya positif. Kalau nyerempet menggadaikan kehormatan? Kita harus hati-hati :)
Fenomena beli followers juga bisa berkaitan kalau ditelaah lebih lanjut. Ada motif biar terlihat, jadi selebgram, dipuji dan dapat endorse. Ladang bisnis baru untuk cari uang. Karena hari gini tarif endorse juga lumayan XD. Fenomena beli followers untuk personal juga bisa jadi investasi buat balik modal kalo udah diendorse dan paidpromote. Plusnya, jadi hits juga. Sesuatu yang cukup penting jaman now 😄😄😄😄.
Padahal hadistnya jelas : “Peliharalah untuk menjaga diri kamu dengan harta kamu.” (HR Ad Dailami). Kehormatan diri jauuuh lebih berharga daripada harta. Kalo bisa pake harta buat jaga diri, lakukan. Bukan sebaliknya, kehormatan diri dikurangi buat harta :D. Eh kok malah bahas itu hihi, berhubung nggak lagi menyoroti tentang itu. Skip dikit dulu :D
Menjaga kehormatan yang dimaksud yang seperti apa? Dalam Islam kita mengenal kata Iffah. Iffah disini adalah upaya penjagaan diri dari hal-hal yang tercela. Memelihara rasa malu termasuk salah satunya :)
Di negri bebas berekspresi alias sosial media, khususnya di Instagram yang sangat visual, penjagaan kehormatan nggak bisa serta merta menjadi bawaan kita darisononya. Penjagaan kehormatan perlu dipupuk dengan bijak dan selalu diupdate, diasah kembali pemahamannya.
Lucunya, instagram sekarang cenderung mentrigger penggunanya untuk makin membuka tabir kehormatan supaya makin asyik. Apalagi sejak kelahiran IGstory. Filter makin sip, makin unyu dan banyak pilihan. Makanya mungkin sering ya berseliweran di timeline stories kita; posenya sebagai muslimah nggak semestinya–yang manyun manyunlah, gaya duck face, gaya fish gape yang mulutnya agak mbuka biar menggodah, kedip-kediplah, cerita manjah, dsb dsb wkwkwkwkwk. Kadang juga upload tentang kelucuan plus keromantisan dia sama pasangan halalnya, tapi kadang salah kamar, yg terlalu romatis ikutan kesebar juga haha, malah kadang ada juga yang merendahkan suaminya, bisa yang suaminya didandani sedemikian rupa, yang diisengin, kadang juga upload aib-aib kecil (yang kadang lucu sih, tapi itu aibnya suaminya gitu. Tapi ini subjektif sekali ya. Kembali ke kebijakan privasi masing-masing. Heu.) Karena ya memang fiturnya menggoda bangettt, bisa banget bikin lucu, bikin kita cantik, bikin lebih menarik. Bikin kita juga diapresiasi temen-temen. Bikin keasyikan dapet respon komentar-komentar yang masuk.
Tentu, kalau kita bijak, gimanapun asyiknya filter-filter–kita nggak akan tergoda.
Tapi saya ini labilnya tumpeh-tumpeh…kadang masih banyak tergodanya. Kadang juga pengen euy lucu lucuan begituuu. Perlu banyak diingatkan hahaaaaa.
Jadi seringkali, saya berusaha mati-matian untuk nggak mempublish foto selfie kekinian penuh filter genit atau pose-pose lucu suami saya yang pengen saya abadikan (padahal IG story nggak abadi. Cuma 24 jam. Catatan amal kita abadi. Pft). Seberusaha itu :“”“”) Sampe kadang melobi, “mas boleh nggak aku upload ini? Lucu banget.”
Dulu saya bete, masa gini-gitu aja enggak boleh. Tapi ternyata, beban kewajiban suami gede juga ya buat mendidik dan menjaga istri. Dulu juga pernah disidang sama ayah ibu pas pasang pose melet jaman facebookan. Hahaha. Ternyataaaa kewajiban menjaga anak perempuan itu lumayan berat. Pelan-pelan saya ngerti…
Ternyata, selektif mengupload juga upaya saya beribadah. Menjaga kehormatan saya dan menjaga kehormatan suami, kehormatan keluarga. Bagi yang belum nikah ini juga upaya penjagaan diri yaaa dari laki-laki. Hehe kita kan gabisa tuh memisahkan diri secara utuh dengan laki-laki dalam bergaul, tapi kita bisa membatasinya 😄.
Selepas nikah saya jadi lebih sadar soal ini, mungkin dulu pas single belum kerasa ya. Masih pose macem-macem. Pecicilan. Suara mendayu-dayu. Foto cantik biar menarik. Tapi sekarang, saya jadi lebih hati-hati. Jadii yang belum nikah dan udah berupaya sedemikian rupa menjaga kehormatan, masyaAllaaaahhhhhhh huhu. Karena saya nggak bisa ngulang jaman gadis, jadi ikhtiarnya nanti disalurkan ke mendidik anak-anak gadis kelak. Pemahamannya dipupuk dari sekarang wkwkwk.
Jadi sekarang saya ngewanti-wanti diri saya sendiri: kalau saya malu-maluin, kalau saya nggak menjaga diri saya sendiri, suami saya, ayah saya, dan adik laki-laki saya juga kena hisab. Kami semua kena. Cuma karena postingan-postingan saya. Oh. Ya Rabb. Mahalnya harga menjaga kehormatan. Semoga, kita senantiasa dimampukan yaaaa.
Hahaaa curhatnya panjang sekalii. Semoga jadi manfaat. Kalau ada salah persepsi, bolehlah di kolom komen. Semoga bisa saling belajar :D
*Disclaimer : sekali lagi, ini subjektif sekali. Kembali ke kebijakan privasi dan standar temen-temen sendiri. Semoga tulisan ini dihitung upaya untuk mengingatkan sesama muslimah, kan kita bersaudaraaaaa :)
2K notes · View notes
yunikadepri · 7 years
Text
Jika strata kehidupan yg menjadi alasan, lantas kapan yg biasa bisa bernafas lega?
Aku pernah mendengar beberapa gerombloan yang membahas bagaimana cara bertahan dengan kehidupan. Mereka berlomba-lomba menaikkan strata kehidupan.. Hanya demi dilihat baik oleh mata manusia.
Mereka lupa, hakikat manusia sebenarnya.
Mereka lupa bagaimana cara memanusiakan manusia.
Begini, jika kita hidup hanya untuk menilai sesuatu dari hal-hal yg berbau duniawi, mungkinkah kita bisa melihat surga seperti apa?
Cukup, cukup untuk membuat hati-hati orang biasa merasa terhina. Kalian tidak tahu apa yang sedang mereka usahakan untuk menyamai tingkah polah kalian dalam cara berkehidupan!
0 notes
yunikadepri · 7 years
Text
Lelah..
Ketika langit seperti memberi signal baik, memberi hujan dengan rasa dinginnya. Lalu ada sebuah pengharapan akan masa yang cerah setelahnya, yang lebih baik dari masa sebelum hujan tiba..
Namun ketika pengharapan-pengharapan itu muncul, yg dimaksud bukanlah apa yang telah diharapkan...
Bahkan hujan tak kunjung berhenti menjadi badai...
Lalu, hancur bersama lelahnya menunggu.
0 notes
yunikadepri · 7 years
Text
#UNSTOPPABLE 4 : Dekat Dengan Al-qur’an
Ketika berada di kursi pinggir taman surga
Sepasang sahabat sedang bersenda
Lalu mereka tertukar kisah tentang masa lalunya
“Alangkah meruginya jika dulu kita meninggalkan Al-qur’an”
Tumblr media
Semasa lulus SMP saya sudah merantau keluar kota, saya tinggal disebuah asrama SMA 10 Fajar Harapan Banda Aceh.  Di sekolah itu saya memiliki teman yang kampung halamannya dari berbagai bagian provinsi Aceh. Ada yang dari Kutacane, Tapak Tuan, Lhokseumawe, Takengon, Sigli, Sabang, dan dari Banda Aceh sendiri. Sehingga dari setiap mereka menawarkan kisah hidup yang berwarna, yang tak pernah bosan untuk didengar.
Adalah Hasna, yang kisahnya sangat saya ingat hingga sekarang. Kisah tentang bagaimana ia dan adik-adik kecilnya melewati bencana tsunami belasan tahun silam yang melanda kota Banda Aceh.
Minggu pagi itu, Hasna dan tiga adiknya menjalanankan rutinitas pagi seperti biasa. Membereskan tempat tidur, makan, mandi. Namun yang berbeda kali ini adalah saat itu ayah dan bundanya sedang keluar kota. Ayahnya di Jakarta dan Ibunya di Medan untuk menjalankan agenda dakwahnya. Hingga dijagalah ia dengan neneknya.
Pagi itu berjalan hening, hingga beberapa jam kemudian gempa bumi yang sangat kuat menguncang rumah mereka. Mereka yang sedang ribut-ribut menyambut pagi mendadak bisu ditelan keheningan. Sang nenek lalu mengajak mereka keluar rumah, satu persatu mereka keluar. Kemudian mereka saling berpegangan tangan.
“Astaghfirullah, belum pernah nenek merasakan gempa sekuat ini. Laa hawla walaquata ilabillah”.
Ketika gempa dirasa berhenti, nenek mengajak mereka masuk kedalam rumah lagi. yang belum makan disuruh makan dulu, yang belum mandi diminta segera mandi.
Tapi, tak lama. Diluar rumah, terdengar suara derap langkah kaki orang-orang yang berlarian. Suara mobil dan motor berderum keras.
Mereka berteriak-teriak…
“Air naik…air naik…air naik”
Nenek dan hasna kebingungan, apa maksud mereka berkata seperti itu. Lalu mereka berdua membuka pintu dan melihat orang-orang itu. Mereka berlarian, cepat sekali seperti orang yang sangat ketakutan.
“Apa yang terjadi?” tanya nenek.
“Air naik laut nek, tinggi setinggi 2 pohon kelapa. Rumah-rumah udah pada hancur lagi. Ayo lariiiii!”
Beberapa saat nenek tidak percaya. Namun setelah nenek melihat air itu dari kejauhan dan bergerak semakin mendekat. Sekuat tenaga, nenek memanggil cucu-cucunya dan mengajak mereka untuk melahirikan diri.
Nenek bingung mau kemana mereka berlari. Dengan sudah lemahnya tenaga nenek, nenek tak bisa berlari jauh, lagipula nenek juga tak yakin cucu-cucu kecilnya mampu berlari. Sementara suara gemuruh air semakin mendekat.
Akhirnya nenek mengajak Hasna mengajak adiknya ke mesjid tanpa membawa apapun kecuali selembar pakaian yang melekat dibadan. Mereka sudah pasrah dengan segala ketetapan Allah. mereka menaiki tangga mesjid satu persatu. Ternyata ada beberapa ibu dan anaknya yang berkumpul disana.
Dari lantai atas mesjid mereka menyaksikan amukan dasyat tsunami. Semua rumah-rumah, gedung pertokoan, mobil-mobil yang dilewatinya lenyap seketika. Entah seberapa besar kekuatan yang ia memiliki sehingga semuanya habis terbawa.
Nenek dan Hasna berdoa terus menerus, mereka takut sungguh takut. Jika ini adalah hari terakhir mereka, tak apa, yang terpenting mereka bisa meninggal dalam keadaan mengingat Allah.
Akhirnya, air tsunami menghampiri mesjid itu. Suara dentuman dilantai bawah membuat bulu kuduk bergidik. Ngeri. Bagaimana jika mesjid ini roboh? Bagaimana jika kami meninggal sekarang? Ooh Allah, tolong ya Allah. Namun, Jika memang itu ketetapan Allah, apa lagi yang hendak dikata.
Mereka melihat banyak orang terbawa arus sambil melambaikan tangan meminta tolong. Pohon-pohon besarpun hanyut bersama mereka. Menjadi satu ditengah-tengah pusaran air tsunami yang menghitam.
Hingga menjelang sore. Tsunami mulai surut dan meninggalkan puing-puing sisa kedasyaratannya. Semua rumah hancur. Semua hancur. Orang-orang banyak yang meninggal dunia. Harta dunia hilang lenyap seketika. Semua orang berkabung.
Alhamdulillah. Mesjid yang tak terlalu besar tempat Hasna, nenek dan adik-adiknya berlindung, tidak roboh sama sekali. Hanya saja dilantai bawah ada kaca yang pecah. Sungguh besar keajaiban Allah. Allahlah yang menjaga rumah-Nya sendiri.
Sejauh mata memandang, yang ada hanya kosong, dan terdengar ratapan yang menyayat hati dimana-mana. Semuanya seperti mimpi.
Kemudian Hasna melihat ke arah rumahnya, aneh, rumah kecil itu masih berdiri tegak, tak hancur diterkam huru hara tsunami.
“Nek, rumah kita enggak kenapa-kenapa”, kata Hasna.
****
Rahasianya adalah karena didalam rumah tersebut setiap orang selalu melantunkan ayat suci Al-qur’an tanpa henti. Ayah, Ibu dan anak-anaknya senantiasa membaca dan menghafalkan Al-qur’an. Kakaknya Hasna, kak Ifah sudah menjadi Hafizah. Hasna  sudah hafal sekitar 20 Juz. Adiknya 10 juz, adik yang lebih kecil lagi 5 juz. Rumah itu adalah milik keluarga yang menjaga Al-qur’an dalam kesehariannya. Sungguh Allah tak ingin merusak bagian dari rumah-Nya.
Sungguh, orang-orang yang mencintai Al-qur’an dan dekat dengannya akan diberi syafaat. Mereka yang senantiasa menghabiskan waktu bersama Al-qur’an akan mendapatkan perlindungan Allah dari musibah-musibah. Tsunami itu bagaikan kiamat kecil dan syafaat Allah itu datang dengan nyata untuk menyelamatkan mereka yang cinta Al-qur’an.
“Bacalah Al-qur’an, sesungguhnya pada hari kiamat Ia akan memberi syafaat kepada pembacanya”–(HR. Muslim)
Dimana Al-qur’anmu? Yuk kita bersama-sama mendekatkan diri dengan Al-qur’an lagi…
Bandung, 30 Mei 2017
Foto oleh kak @zakyamirullah  di Gyongsan Lake, South of Korea
355 notes · View notes
yunikadepri · 7 years
Text
Kadang ada yang bilang, “Kerja itu ibadah”
Tapi solat mepet ke akhir, ngaji tidak sempat, belajar agama pun tak pernah.
itu kerja, ibadah untuk siapa?
749 notes · View notes
yunikadepri · 7 years
Photo
Tumblr media
HABIS ITU APA?
Jawab dengan jujur dalam hitungan detik, apa visi hidupmu?
Pengusaha? Seniman? Pejabat? Atlet?
Beberapa minggu lalu, saya baru saja memahami, tentang betapa pentingnya menentukan visi hidup.
Kamu tau, visi hidup saya apa awalnya? Saya ingin menjadi penulis buku.
Namun, muncul pertanyaan baru. Jika saya sudah bisa menulis buku, lantas, habis itu apa?
Jika bicara visi, maka itu adalah “purpose"hidup, yang jika tercapai, maka selesai sudah perjalanan tersebut. Jika sudah tercapai, dan kita belum mati, habis itu apa?
Saya sedang merenungi, jika hari ini, kita sudah menjadi pengusaha paling kaya sedunia,  menjadi musisi yang paling terkenal, menjadi atlet terbaik di dunia, menjadi paling top atas profesi yang anda inginkan, habis itu apa?
Kita harus membedakan, yang mana keinginan, dan yang mana visi hidup.
Ketika kecil, saya ingin jadi astronot. Ketika SMP, saya ingin jadi musisi. Ketika SMA, saya ingin jadi Artis. Ketika kuliah, saya ingin menjadi pengusaha.
Kini, saya paham. Hal-hal yang saya inginkan, bukanlah visi hidup, melainkan hanya sebuah keinginan untuk menjawab rasa penasaran. Saya ingin merasakan ke bulan, saya ingin merasakan manggung, saya ingin merasakan punya banyak uang, itu semua, bukanlah visi hidup.
Maka, dari situ, saya memahami, bahwa sebetulnya, visi hidup itu sesungguhnya takkan pernah bisa dicapai disaat kita hidup. Bagi saya, visi hidup manusia itu, hanyalah mendapat ridha dari Tuhannya.
Kenapa begitu? Simple, ketika kita berhasil mendapat ridha Tuhan, habis itu apa? Habis itu, kita bisa menikmati Syurga-Nya. Apakah ada yang lebih baik dari balasan tersebut? Yang saya percaya, tidak ada, itu lah balasan terbaik atas visi hidup seseorang.
Menjadi pengusaha, atlet, musisi, pengajar, entertainer, tak lain, itu hanyalah cara untuk mencapai visi hidup, itu hanyalah misi kecil untuk mencapai "purpose” hidup kita sesungguhnya
Maka, jangan sampai, misi-misi kecil kita, melupakan kewajiban-kewajiban kita, sehingga kita justru malah melupakan visi hidup kita.
Sekarang, silahkan baca kembali pertanyaan saya di awal tulisan ini. Masihkah jawabannya sama?
HABIS ITU APA? Mataram, 27 september 2017 (at Selong Lombok timur NTB)
393 notes · View notes
yunikadepri · 7 years
Text
Menjadi Tidak Terkenal Adalah Kehidupan
Pekerjaan saya saat ini mengharuskan saya untuk punya kebiasaan memantau tren dan mode yang sedang berkembang. Mulai dari melihat artis – artis yang saat ini sedang di gandrungi, selebgram yang sedang diminati, youtuber yang subscribe nya gila gilaan. Semua itu mesti dilakukan supaya saya bisa mendefinisikan desain – desain baju yang cocok bareng teman teman. Membuat brand yang kuat. Serta menyusun strategi marketing yang tepat sesuai situasi dan kondisi pasar.
Kadang kala saat melihat kehidupan orang yang sedang saya pelajari lewat media sosialnya itu, membuat saya tertegun kok bisa ya punya follower ig sampe 18 juta orang (sambil geleng – geleng kepala). Saya menemukan mereka – mereka yang terkenal di media sosial umumnya memiliki kemampuan yang baik dalam menampilkan sebuah sisi kehidupan mereka. Sambil memperhatikan dan mempelajari itu semua, saya suka istighfar banyak – banyak karena seperti yang dipublikasikan oleh United Kingdom’s Royal Society for Public Health beberapa media sosial terutama instagram merupakan media sosial paling buruk bagi kesehatan mental. Bagaimana tidak home kita sering kali disajikan secara gratis kehidupan teman – teman kita yang menyenangkan (karena tentu sebagian besar orang lebih suka membagi sisi menyenangkan hidupnya). Melihat teman – teman kita jalan – jalan sementara kita terkurung di depan laptop ngerjain segudang kerjaan. Kita melihat banyak orang memiliki pencapaian di usia yang sama, sementara kita masih berjuang dengan mimpi – mimpi kecil kita. Kita sejenak dibuat lupa, bahwa yang kita lihat ibarat bagian depan purnama yang cemerlang, bagian gelapnya kita sama sekali tidak tahu. Kita terlanjur membanding – bandingkan diri kita mungkin hanya karena jumlah likers dan komen yang tidak sebanyak si anu. Kita melihat teman – teman kita melakukan banyak hal berarti, sementara kita karena sibuk membandingkan jadi lupa melakukan hal berarti. Sering kali saya istighfar saat mulai membandingkan diri dengan orang – orang terkenal itu, lebih sulit lagi kalau godaannya adalah keterkenalan teman yang kita kenal.
Sejak media sosial menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan kita, kita mungkin sedikit atau banyak terobsesi untuk menunjukkan diri kita. Menampilkan apa – apa yang kita punya. Menunjukkan kita telah melakukan ini itu. Tapi hal – hal seperti itu takkan memberikan kebahagiaan permanen, seperti permen yang terasa selama ia tak mencair sepenuhnya di mulut.
Saya jadi ingat perkataan abang di suatu hari, “biarlah abang hidup di dunia nyata”. Dan benar, sedikit sekali waktu yang abang habiskan untuk media sosial. Abang cuma punya facebook itupun jarang disentuhnya.  Kehidupan nyata yang membuat kita lupa untuk ingin terlihat, untuk ingin terkenal, untuk ingin diketahui eksistensinya. Kerjaan abang baca buku, belajar, melakukan kegiatan – kegiatan bermakna yang tak perlu diketahui orang lain. Tahu – tahu ngasi kabar kalau semua nilai – nilainya A+ mumtaz, dapet IPK di atas 4,9 dari skala 5,00. Sepertinya kehidupannya baik – baik saja tanpa keterkenalan, bahkan saya baru tahu bahwa di kalangan mahasiswa madinah dari berbagai negara abang terkenal sebagai  seorang cendekiawan. Dan yah, kehidupan abang baik – baik saja tanpa lampu sorot mengarah ke arahnya. Abang hanya melakukan hal biasa dengan cara terbaik, kualitasnya yang membuatnya bersinar dengan sendirinya tanpa perlu diminta. Karena menjadi tidak terkenal justru kehidupan yang sesungguhnya.
Seperti kehidupan yang dijalani oleh salah seorang ulama besar generasi tabiut tabi’in, Abdullah bin al-Mubarak. Beliau mengatakan tidak dikenal dan tidak disanjung adalah kehidupan. Menjadi biasa di mata manusia adalah harapan. Salah seorang murid beliau, Hasan bin Rabi’, bercerita, “Suatu hari, aku bersama Ibnul Mubarak menuju tempat minum umum. Orang-orang (mengantri) minum dari tempat tersebut. Lalu Ibnul Mubarak mendekat ke tempat peminuman umum itu, tidak ada orang yang mengenalinya. Mereka memepet-mepet bahkan mendorong-dorongnya.
Ketika keluar dari desak-desakan tersebut, Ibnul Mubarak berkata, ‘Yang seperti inilah baru namanya hidup. Ketika orang tidak mengenalmu dan tidak mengagung-agungkanmu’.” (Shifatu Shafwah, 4/135).
Terkenal ataupun tidak yang terpenting kita mestilah bahagia menjalani hidup yang hanya sekali ini, tak perlu membanding - bandingkan cukup bergerak dengan sekuat tenaga. Tak perlu merasa rendah diri disadari ataupun tidak eksistensinya sebagai manusia, sebab kita itu sama istimewanya dengan manusia manapun di muka bumi. Sebab, sama sama di perhatikan Allah sampai ditugaskan dua malaikat untuk memperhatikan kita raqib dan atid. :)
  ©Alizeti
1K notes · View notes
yunikadepri · 7 years
Text
MasyAllah!
AA Gym: Mengobati Futur
Kajian Ma'rifatullah
👳 K.H Abdullah Gymnastiar 🕌 Daarut Tauhiid 📅 Kamis, 28 September 2017
Jarang orang yang takut turun keimanannya kepada Allah, padahal yang paling bahaya dalam hidup ini adalah Futur. Kalau tidak di rem futur ini maka akan mati dalam keadaan Suul Khotimah.
Gejala-Gejala Futur
1. Malasnya Ibadah >>> Mungkin tidak meninggalkan yang fardhu tapi malas. Yang biasanya tepat waktu jadinya sering menunda-nunda sehingga mengakhirkannya.
2. Tidak ada lagi nikmatnya ibadah >>> Tidak ada lagi bergetarnya hati saat dibacakan ayat-ayat Al-Qur'an. Kalau futur sudah mulai maka salat itu tidak ada kenikmatan dan hanya jadi formalitas saja. Kuantitas ibadah berkurang dan kualitasnya pun jelek.
3. Hati yang makin keras & gersang >>> Karena kurangnya dzikir dan berinteraksi dengan Allah.
4. Semakin banyak melakukan hal yang sia-sia >>> Awalnya melakukan hal-hal yang kecil sehingga semakin terbiasa dengan kesia-siaan seperti hijab & pandangan yang terjaga akhirnya jadi ikhtilat.
5. Sibuk dengan penilaian orang >>> Sibuk memperbaiki casing daripada isi.
6. Tidak ada kecemburuaan lagi dalam agama (tidak ada ghirah) >>> Menjadi tidak memiliki rasa untuk membela agama, dan acuh dalam urusan dakwah.
7. Dominan memikirkan duniawi >>> Bergaul dengan orang-orang yang sama-sama memikirkan dunia dan memperbagus topeng saja.
Penyebab Futur
1. Maksiat >>> Hati menjadi gelap dan tidak bisa bercermin kepada diri sendiri karena sudah terbiasa dengan maksiat yang berawal dari maksiat kecil.
2. Salah bergaul >>> Orang yang bergaul dengan tukang minyak wangi maka ia akan kebawa wangi. Salah gaul akan membuat salah standar. Diri kita di ibaratkan hp yang perlu charger dan tidak selamanya juga hp terus di charger, jadi diri kita harus di cas dengan lingkungan yang baik dan bermanfaat untuk orang lain.
3. Kurang ilmu / Ilmu yang dipelajari kurang pas dengan tuntunan Rasul sehingga amalan kurang pas atau salah.
4. Beramal berlebihan sehingga menyebabkan tidak mau mengulanginya lagi >>> Fisik, ilmu, amal tidak bisa disamaratakan karena kondisi setiap orang berbeda. Yang bagus itu pertengahan tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih.
5. Makanan Haram >>> Jangan pernah ghasab juga.
Cara Mengobati Futur
1. Bertafakur >>> Harus punya waktu untuk bertafakur dan merasakan apa saja yang harus di tafakuri di setiap waktu, seperti salat yang susah khusyu maka tafakurilah salah satunya dengan dzikir. Harus berani sistematis dalam bertafakur, evaluasi setiap waktu yang sudah digunakan. Kalau lagi futur lebih banyak mempermasalahkan sesuatu yang tidak perlu dipermasalahkan dan memusuhi saudara sendiri.
2. Taubat >>> Minta ampun kepada Allah karena kita sudah mengkhianatinya dan Allah Maha Tahu atas semua perbuatan dan pikiran kita.
Mau apa kamu hidup? Siapa yang membuat kamu seperti sekarang?
>>> Allah yang memberikan semuanya untukmu dan Allah masih menutupi aib-aibmu.
Perbanyak istigfar dan memohon ampun kepada Allah dan sesali semua dosa yang sudah diperbuat.
Semua kerusakan keimanan kita berawal dari dosa sendiri.
Selain memohon ampun mintalah pertolongan juga kepada Allah >>> Yaa Muqollibal Qulub Tsabbit Qolbi ‘Ala diinik.
3. Dobrak dan paksakanlah diri agar terbebas dari gangguan syaithan.
Setan hanya bisa membisikan saja seperti triplek lapuk, ciri bisikan setan adalah sesuai dengan yang nafsu sukai. Semuanya pake judul Entar.
Buatlah TARGET harian dan sanksinya yang membuat kita takut gagal dalam kebaikan serta mintalah tolong dan bantuan kepada teman di sekitar.
QS Al-Ankabut: 69
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
Kurangilah interaksimu dengan HP
4. Cut >>> Ganti hobi dengan yang membawa kita lebih dekat dengan Allah.
Semangat Bertafakur.
1K notes · View notes