blogradiosemut-blog
blogradiosemut-blog
RADIO SEMUT
7 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
blogradiosemut-blog · 9 years ago
Text
Band Hutan Tropis: Kami Ingin Ikut Andil untuk Keselamatan Lingkungan dan Masyarakat Melalui Musik
Indriani Widiastuti
Tumblr media
(foto oleh Hutan Tropis)
Penggunaan karya seni atau seniman untuk mengkampanyekan pesan lingkungan hidup bukan hal yang asing dewasa ini. Phish, Thom Yorke, Alanis Morissette dan Bono adalah beberapa musisi luar negeri yang aktif menyuarakan pesan lingkungan. Di Indonesia, bukan hanya Navicula saja yang terus menyuarakan kepeduliannya terhadap lingkungan. Ada band Hutan Tropis dari Palembang yang dalam 5 tahun terakhir ini selain aktif bermusik, juga bekerja sama dengan WALHI dan organisasi pemerhati lingkungan lainnya, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, serta pelajar dalam misi melestarikan lingkungan Indonesia. Pada 5 Mei 2016, mereka baru meluncurkan video klip terbaru untuk lagu Selamatkan Kami. 
Beberapa saat lalu, Radio Semut berkesempatan mewawancarai Jemi Delvian. Berikut cuplikan wawancaranya, here we go!
Halo Hutan Tropis, apa kabarnya? Sedang sibuk apa akhir-akhir ini?
Kabar baik, Alhamdulillah. Saat ini kegiatan Hutan Tropis masih pentas, dagang kopi, tapi lebih banyak di studio dalam rangka mempersiapkan album.
Sebelum kita mulai, mungkin ini pertanyaan yang paling banyak ditanyakan orang, mengapa memilih nama Hutan Tropis? Kapan Hutan Tropis terbentuk?
Benar sekali, pertanyaan ini sangat sering ditanyakan kepada kami. Yang terpikir saat itu sih (tahun 2011) ingin punya nama band yang tegas, berbahasa Indonesia dan berarti juga buat orang lain, kebetulan lintasan pikir saat itu sedang miris dengan kondisi dusun kami Desa Bintuhan, Kabupaten Lahat, Sumsel yang semakin habis hutannya. Saat itu, saya ingat masa kecil dulu ada sebatang pohon di tengah perjalanan menuju dusun kami yang selalu dipenuhi oleh siamang. Di siang hari, mereka terlihat nyaman berada disana. pohon itu besar sekali, lebih besar dibanding pohon-pohon lain di sekitarnya. Sekarang, pohon itu sudah tidak ada lagi, termasuk siamang dan pohon lain disekitarnya. Maka tercetuslah "Hutan Tropis".
Siapa saja personel Hutan Tropis? Apakah ada pergantian personel sepanjang perjalanan karir Hutan Tropis?
[Hutan Tropis beranggotakan Jemi Delvian (Vocal - Gitar), David (Bass - Backing Vocal) Herwin Meidison (Gitar - Backing Vocal) dan Iftah Auladi (Drum)- ed.]
Hutan Tropis awal terbentuk lebih memilih untuk tidak posesif terhadap personil yang semuanya adalah teman, karena sebagai band kantong kempes yang lebih banyak tampil di acara sosial, saya menyadari dan tidak menghalangi jika diantara kami harus fokus di bidang lain demi berjuang hidup. Sampai saat ini teman-teman yang sempat tergabung di Hutan Tropis sudah 12 orang.
Sepengetahuan kami, belum banyak band Indonesia yang mengusung tema-tema lingkungan, apakah dari awal terbentuknya band Hutan Tropis sudah dikonsepkan sebagai band yang peduli dengan isu lingkungan hidup?
Di awal berdiri, Hutan Tropis tampil tidak membawakan lagu-lagu sendiri, karena memang belum punya..hahaha.. Tapi kebanyakan lagu yang dibawakan adalah lagu dengan tema lingkungan dan sosial. Jenuh juga, Hutan Tropis sempat vakum selama kurang lebih 2 tahun hingga akhirnya pada Desember 2014 Hutan Tropis masuk studio rekaman untuk merekam 12 lagu yang semuanya bertema lingkungan. Saat ini lagu-lagu tersebut bisa didengar dan diunduh GRATIS di soundcloud kami.
youtube
Mengapa Hutan Tropis memilih tema-tema lingkungan pada karyanya? Apakah ada misi jangka panjang di balik itu?
Hutan Tropis memang ingin sekali dapat konsisten menciptakan karya musik dengan tema tersebut, kami rindu dengan masa lalu dimana keseimbangan lingkungannya masih terjaga. Kami juga khawatir, mata air di hulu dusun kami tidak mengalirkan air lagi. Kami ingin ikut andil untuk keselamatan lingkungan dan masyarakat semampu kami. Bernyanyi.
Apakah Hutan Tropis sudah memiliki album atau video klip?
Saya tidak begitu paham apakah link diatas masuk dalam kategori album atau tidak, jika iya maka itu adalah album pertama Hutan Tropis. Kami juga pernah memperbanyak lagu-lagu itu dalam bentuk CD dan dibagi gratis ditempat-tempat yang kami kunjungi. Seingat saya sudah kurang lebih 3000 CD yang kami bagikan. Untuk produksi yang sedang di lakukan saat ini, kami ingin mengemasnya seperti album-album kelompok musik lain. Akan ada penjualan album nantinya. Semoga bisa mengumpulkan dana untuk membuat video klip.
Waktu itu Adi (penyiar & pendiri Radio Semut -ed.) pernah memutarkan lagu-lagu Hutan Tropis di Radio Semut, kami tertarik dengan yang berjudul Jelaga. Apakah lagu ini khusus dibuat bertepatan dengan bencana kabut asap yang melanda Sumatera Selatan waktu itu? Bisa diceritakan tentang lagu ini, apa yang menginspirasinya?
Lagu itu (Jelaga) tercipta dan direkam 19 Oktober 2015 lalu, pekat sekali kabut asap saat itu. Orang-orang memakai masker, wabah ISPA di mana-mana. Pada saat bersamaan sebuah website pemantau kualitas udara (www.aqicn.org) melansir berita dimana saat itu kualitas udara terburuk telah terjadi di Palembang dengan kadar polutan yang tidak mampu lagi dideteksi oleh mereka. 999 adalah nilai maksimum yang mampu ditulis, berapa angka diatasnya..hanya Tuhan yang tahu. Marah, sedih sekaligus tidak mengerti harus melakukan apa. Ya, "Jelaga" adalah respon thd keadaan itu.
Dari sumber yang kami baca (National Geographic), Hutan Tropis memberikan workshop musik untuk pelajar sebagai aksi peduli lingkungan. Kami jadi penasaran, bisa diceritakan lebih lanjut mengenai hal ini?
Idenya ingin mengajak pelajar yang memiliki ketertarikan yang sama dengan kami, untuk juga bisa berkarya musik dengan tema lingkungan. Harapannya sederhana, minimal pada saat workshop, peserta dapat serius bicara dan berdiskusi tentang lingkungan. Selain di SMA 17 Palembang yang juga diliput oleh National Geographic, ada beberapa sekolah lagi yang kami datangi untuk kegiatan ini. Ada keinginan Hutan Tropis untuk kembali berkomunikasi dengan pelajar tidak hanya melalui pentas musik. Mungkin melalui workshop serupa, mungkin juga melalui kegiatan lain.
Kami juga membaca mengenai apresiasi Alex Noerdin dan pemerintah Sumatera Selatan terhadap Hutan Tropis dalam rangka kampanye penanggulangan kebakaran lahan gambut. Bagaimana tanggapan Hutan Tropis mengenai ini? Bagaimana juga tanggapan dari masyarakat? Kemudian apakah proyek ini masih berlanjut?
Ya, saat itu difasilitasi oleh salah satu media lingkungan, Hutan Tropis sempat beberapa kali berkomunikasi dengan Gubernur Sumsel. Kehadiran kami saat itu disambut baik oleh Pemerintah Daerah sebagai salah satu komunitas pendukung kampanye pencegahan KARHUTLAH. Tanggapan dari masyarakat tentang hal ini beragam, beberapa mendukung komunikasi kami dengan Pemerintah, beberapa tidak. Menurut kami, sejatinya Negara memang harus hadir dalam upaya kelestarian lingkungan, meskipun tidak dipungkiri orang-orang brengsek juga banyak berada didalamya. Ini hanya salah satu upaya yang Hutan Tropis lakukan.
Pertanyaan terakhir, apa rencana Hutan Tropis ke depan? Ada harapan yang ingin disampaikan?
Ke depan, Hutan Tropis berencana untuk tetap konsisten menyanyikan tema lingkungan dalam karya-karyanya. Di sanalah pesan dan harapan kami sampaikan.
----  
Dengarkan musik-musik Hutan Tropis di Soundcloud dan simak update berita mengenai Hutan Tropis Hutan Tropis di Facebook dan Twitter
1 note · View note
blogradiosemut-blog · 9 years ago
Text
PUSAKA BEATNIKA-001
Tumblr media
Tanggal Tayang: 2 Maret 2016 Host: Dindie, Bessy & Ervin
Klik tautan untuk dengarkan rekaman bagian 1 | bagian 2 | bagian 3
[Di hari yang sama saat siaran ini ditayangkan, terjadi gempa bumi di Malang dan Mentawai (7,8 SR), sehingga kami memutuskan untuk membicarakan perihal traveling, apokalips dan peristiwa poetik di perjalanan]
Apokalips bisa dengan mudah menghancurkan heritage dan susunan masyarakat, namun di saat yang sama dapat melahirkan kultur baru, seperti beat generation di Amerika Serikat pasca Perang Dunia II. Jika dikaitkan dengan konteks Indonesia, sebetulnya hal ini juga relevan, karena banyak daerah tujuan wisata di Indonesia terletak di daerah rawan bencana. Akan menjadi sangat menarik jika para traveller dapat menjadikan beat generation sebagai inspirasi gerakan sastra baru di Indonesia, karena mereka berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat, artefak budaya dan adat-istiadat setempat.
Lima Tipe Backpacker
Bepergian menjadi sangat mudah dalam sepuluh tahun terakhir, tentu saja dengan motivasi pribadi yang berbeda-beda. Dari pengalamannya, Ervin mengkategorikan backpacker ke dalam 5 tipe yaitu:1) traditional backpacker, biasanya para peziarah dan tidak membawa ransel; 2) spiritual backpacker, yang dicari bukan tempat, melainkan perjalanan itu sendiri, biasanya menyelami betul perjalanannya; 3) professional backpacker, backpacking sebagai profesi, menerima bayaran untuk melakukan perjalanannya; 4) seasonal backpacker, yang berjalan tergantung musim, biasanya pekerja kantor dan dilakukan pada musim liburan; 5) artificial backpacker, yang "berpura-pura" melakukan perjalanan, tetapi sebetulnya hanya karena terlanjur beli tiket murah dan untuk ambil foto dan dipamerkan ke orang-orang lewat media sosial.
Spiritual backpacker ini yang paling sering mengalami peristiwa poetik di perjalanan, seperti bertemu dengan teman atau orang baru di kehidupannya. Perjalanannya cenderung tidak dibuat-buat, jika ada uang untuk naik bus ya naik bus, kalau tidak ada uang sama sekali menumpang truk adalah pilihan terbaik. Perjalanan seperti inilah yang sering dilakukan oleh para intelektual beat generation seperti Jack Kerouac, Allan Ginsberg dan Lucien Carr.
Perjalanan dan Karya Sastra
Hasrat melakukan perjalanan bisa lahir dari peristiwa penting dalam sejarah. Misalnya pada pasca Perang Dunia II di tahun 1950-an, Amerika Serikat sedang mencapai zaman keemasan ekonomi, yang salah satunya ditandai dengan pembangunan infrastruktur jalan yang menghubungkan negara-negara bagian dan pesatnya pertumbuhan industri otomotif.
Di saat yang sama muncul kegelisahan dari beat generation atas kondisi masyarakat yang kian materialistik. Laju pertumbuhan ekonomi ini dinilai dapat menghilangkan spiritualitas manusia. Oleh karena itu para sastrawan beat ini, yang rata-rata berpendidikan tinggi dan lahir dari keluarga kelas menengah, melakukan "perjalanan spiritual" untuk melepaskan diri dari struktur konvensional masyarakat pada saat itu *.
Seperti yang dialami oleh sastrawan beat literature, seringkali para spiritual backpacker mengalami peristiwa poetik. Perjumpaan dengan orang-orang yang tidak diduga dan ketidaksengajaan menemukan jalur-jalur yang jarang dilalui orang adalah beberapa contoh dari peristiwa poetik. Peristiwa semacam inilah yang seringkali mengilhami karya mereka. Karya ini bisa berbentuk puisi atau narasi, bukan seperti tulisan feature atau panduan perjalanan pada umumnya. Salah satu contoh yang ikonik adalah Jack Kerouac dan karyanya On The Road.
"More so than any other literary movement, the Beats have influenced the world of travel and have helped shape our perceptions of the world around us. From obvious influences on hitch-hiking to more serious questions relating to the environment, Beat Generation literature and history has played a major role influencing people over the past fifty years." 
-David S. Wills, "The Beat Generation and Travels", Beatdom #6-2010, www.beatdom.com **
Mengutip tulisan Wills di atas, melakukan perjalanan adalah salah satu cara untuk mempertajam persepsi kita akan dunia. Membuka persepsi kita akan suatu hal bisa dimulai dari perjalanan menuju tempat yang akan kita datangi. Mulai dari jalur yang kita pilih, akan ditempuh dengan cara apa, juga bagaimana indramu menangkap semua pengalaman tersebut, bertukar pengalaman dan pengetahuan dengan teman seperjalanan, dan akhirnya menerjemahkan pengalaman tersebut ke dalam sebuah karya.
Meskipun era beat ini cepat berganti dengan masuknya flower generation era di tahun 1960-1970-an, tetapi efeknya terus berlangsung hingga 50 tahun setelahnya. Salah satunya dengan menjadikan wacana ekologi dan kerusakan lingkungan sebagai dampak industrialisasi sebagai wacana mainstream dan bisa dibicarakan seperti yang sering kita lakukan sekarang. 
*) Rahn, Josh. "The Beat Generation". 2011. http://www.online-literature.com/periods/beat.php
**) Wills,David S. "The Beat Generation and Travels", Beatdom #6-2010, http://www.beatdom.com/the-beat-generation-and-travel-2/
0 notes
blogradiosemut-blog · 10 years ago
Text
Menggambar Komik a la Peter van Dongen*
Indriani Widiastuti
Tumblr media Tumblr media
Hari minggu 25 Oktober kemarin, adalah hari yang sangat menyenangkan. Selain berkunjung ke stasiun angkasa, apa lagi yang bisa membuat hati berdebar? Bertemu komikus idola! Seorang teman memberitahukan tentang Lokakarya Grafis Novel atau Komik di Bienal Sastra, Salihara, Jakarta ini sejak sebulan lalu, tanpa pikir panjang saya langsung mendaftar.. Nah, kebetulan juga di hari yang sama ada workshop membuat drama audio oleh Monica Canteini. Sikat!**
Dalam lokakarya ini, Peter van Dongen banyak bercerita mengenai bukunya Rampokan Jawa & Selebes yang sudah dialihbahasakan dan diterbitkan Gramedia tahun 2014. Kemudian ia berbagi cerita tentang nspirasi terbesarnya dan 9 tips bagaimana membuat komik a la van Dongen!
Tentu saja, di dalam lokakarya ini peserta diperbolehkan bertanya, tetapi kemarin sepertinya hanya 3 bapak yang mendominasi pertanyaan. Saya hanya dua kali tek-tokan, karena van Dongen ingin mendengar insight lain dari pembuat komik selain dirinya.
Rampokan Jawa, apa sih?
Komik Rampokan Jawa (1998) adalah komik keduanya setelah komik debutnya Muizentheater (1990), kemudian komik Rampokan Selebes diterbitkan enam tahun kemudian di tahun 2004. Rampokan atau Rampok Macan adalah sebuah acara yang diadakan di alun-alun kerajaan Jawa dari abad XVII hingga awal abad XX, menggunakan harimau sebagai atraksi utama yang dipajang di tengah lingkaran pria-pria bersenjatakan tombak. Harimau itu tidak pernah lepas, kalaupun berusaha keluar dari kerumunan, sudah keburu ditombak oleh pria-pria dalam lingkaran. Van Dongen menyebutkan beberapa interpretasi terhadap Rampokan, di antaranya melambangkan perjuangan masyarakat Jawa melawanan VOC.
Terlepas dari garis keturunan keluarganya yang separuh Makassar & Ternate, ia merasa tertarik untuk menuliskan tentang sejarah Indonesia, karena menurutnya pada saat itu tidak banyak cerita tentang bangsa-bangsa di Asia Tenggara pasca Perang Dunia I & II. Banyak orang menuliskan tentang sejarah dunia, terutama Eropa, pasca Perang Dunia, tetapi hanya 2 halaman saja yang menceritakan tentang Indonesia di era yang sama. Ia memilih Indonesia, dengan alasan klise bangsa barat: eksotisme. Seperti halnya Hergé dan serial Tintin, yang sangat diidolakan van Dongen, terutama Lotus Biru (Le Lotus Bleu, 1931).
"I choose Indonesia, the memory of Ternate, white beach, because it's exotic and it's a story of my grandma"
-Peter Van Dongen
Jadi, Bagaimana Memulai Sebuah Komik a la van Dongen?
1) Riset, Riset, Riset
Van Dongen muda, yang saat itu berusia 23 tahun, memulai risetnya dari literatur yang ia dapat dan sepuluh juta kenangan dan foto-foto yang ia dapat dari keluarga ibunya. Kakeknya yang orang Makassar, Henri John Kneefel, meninggal dipenggal Jepang di tahun 1930-an. Selain dari literatur yang ia dapat di Belanda, tak segan dia mengunjungi kantor berita dan arsip nasional, termasuk mendatangi keluarganya di Ternate pada tahun 1992. Beberapa gedung, rumah dan tokoh-tokoh dalam komik ini, berasal dari foto-foto keluarganya.
Tumblr media
Bioskop Rex dalam Rampokan Jawa & Selebes (hlm.19, 2014, Gramedia: Jakarta)
Tumblr media
Referensi Bioskop Rex dari Grand Theater di wilayah Senen, Jakarta.
Tumblr media
Rumah adik ibu van Dongen di Ternate dalam Rampokan Jawa & Selebes (hlm.82, 2014, Gramedia: Jakarta)
Tumblr media
Gedung Sociëteit De Harmonie te Makassar dalam Rampokan Jawa & Selebes (hlm.110, 2014, Gramedia: Jakarta)
Tumblr media
Gedung Sociëteit De Harmonie te Makassar, 1930
Untuk komik Rampokan, ia melakukan riset selamat kurang lebih 3,5 tahun. Seperti halnya penulis, ada beberapa hal yang luput dalam riset dan terlanjur dimasukkan ke dalam karyanya, terpaksa dia betulkan saat cetak ulang. Misalnya pada gambar halaman 19 (terbitan Gramedia) Rampokan Jawa di atas, tampak gambar serdadu Gurkha. Dari referensi yang diperoleh van Dongen, serdadu Gurkha tampak seperti Syeikh, mengenakan sorban dan berjenggot, tetapi di literatur lain sebetulnya prajurit Gurkha berasal dari Nepal dan hanya mengenakan topi. Untuk menyiasati hal tersebut, pada cetakan berikutnya, ia total mengubah tokoh prajurit Gurkha, menjadi syeikh saja, dengan menambahkan jenggot. Hal ini tidak terlalu berpengaruh juga kepada jalan cerita.
2) Tentukan pokok pikiran dan jangan lupakan itu!
"Storytelling is the main thing (in making comics), start with main sentence and always get back to it" - Peter van Dongen
Sangatlah mudah untuk terbawa arus cerita, apalagi ketika kita juga menggambarkannya. Jadi, dari awal tentukan apa yang hendak kita sampaikan dalam komik tersebut, dan jangan lupa untuk mengulangnya di tengah-tengah cerita. Misalnya dalam cerita Rampokan Jawa, serdadu Belanda Johan Kneevel datang kembali ke Indonesia untuk mencari babu masa kecilnya dulu. Sepanjang komik itu, van Dongen berulang kali menyatakannya di beberapa panel. Misalnya ketika Kneevel pergi ke pasar, ia teringat akan babu Ninih yang suka mengajaknya ke pasar saat ia kecil dulu.
Jika kita tidak mengulang pokok pikiran/pokok cerita yang hendak kita sampaikan, maka pembacapun akan sulit mengerti apa yang hendak kita ceritakan.
3) Mulailah menggambar dengan membuat thumbnails
Ambil selembar kertas A4, mulailah buat kotak-kotak kecil, yang menggambarkan keseluruhan layout dari komik yang kita gambar. Gambaran aksara saja, untuk dialog dapat diletakkan di samping thumbnailnya. Tentu saja, thumbnails ini tidak dibuat untuk dimengerti oleh orang lain selain kita, jadi kita bisa bebas coret-coret.
(gambar di bawah ini saya buat ulang, sesuai yang digambarkan van Dongen pada saat lokakarya lalu)
Tumblr media
Membuat gambaran secara menyeluruh ini penting, karena biasanya kalau kita langsung memulai dengan detail panel, waktu dan tenaga kita habis hanya untuk panel kecil dan jadi malas untuk pindah atau mengontrol keseluruhan cerita. Akibatnya, karya tinggal WIP atau work in progress abadi.
4) Sketsa kasar di lembar kertas A4
Setelah selesai membuat thumbnail, langkah berikutnya adalah "memperbesar" thumbnail itu menjadi sketsa kasar. Di sini kita sudah bisa melihat adegan-adegan, meskipun dari segi gambar belum detail sempurna.
(gambar di bawah ini saya buat ulang, sesuai yang digambarkan van Dongen pada saat lokakarya lalu)
Tumblr media
Kita juga bisa dengan lebih serius membagi panel untuk mengejar efek-efek tertentu. Misalnya untuk efek sinematik bisa dibuat satu panel penuh (seperti panel 1 hlm. 19 di atas) atau 3-4 panel kecil-kecil. Pembagian panel dapat memberikan penekanan juga pada seberapa penting adegan tersebut.
Tumblr media
Rampokan Jawa & Selebes, hlm. 39, 2014, Gramedia: Jakarta
Kita tidak perlu risau mengenai alur baca atau menambahkan tanda panah penanda alur gambar, karena dengan otomatis mata akan terarah dari kiri ke kanan. Kecuali pada komik Jepang yang dibaca dari kanan ke kiri. Maka dari itu di sinilah pentingnya membuat thumbnail sebelum memulai sketsa kasar.
5) Sketsa pensil (yang serius)
Peter van Dongen terbiasa menggunakan kertas berukuran 30x40 cm atau kira-kira sebesar A3 untuk sketsa seriusnya. Di tahap ini gambarnya sudah harus detail dan siap untuk proses pewarnaan. Ukuran kertas gambar yang besar memungkinkannya untuk menggambar detail dengan lebih leluasa.
6) Inking/pewarnaan dengan tinta
Tahap ini sungguh krusial, karena di sini kita "mematenkan" gambar yang akan jadi bagian dari komik kita. Banyak penulis komik seperti Katsuhiro Otomo, yang memilih menggunakan pena karena sentuhannya lebih modern, garis yang dihasilkan lebih konsisten. Namun van Dongen memilih menggunakan kuas dan tinta cina. Amboi, seperti Yuko Shimizu rupanya! Kuas yang digunakan oleh van Dongen adalah berukuran 0/00, ideal untuk menggaris dan menggambar detail.
Saya sendiri penggemar kuas bulu mata (alias kuas di bawah ukuran 1) karena alasan yang sama.
7) Jangan lupakan cliffhanger
Salah satu kutipan Wilkie Colins yang terminal adalah "Make 'em cry, make 'em laugh, make 'em wait --exactly in that order". Hal-hal yang bikin kentang (atau kena tanggung alias penasaran) adalah salah satu kunci dari sebuah komik yang menarik. Cliffhanger pada akhir plot cerita dalam fiksi, biasanya meletakkan tokoh cerita dalam dilema atau semacam shocking revelation, dengan harapan para pembacanya akan terus mengikuti jalan cerita selanjutnya. Dalam komik, cliffhanger biasanya diletakkan di panel akhir, atau jika hendak diletakkan di panel pertama, semacam rekapitulasi dari episode/cerita sebelumnya.
Tumblr media
Di pikiran saya, cliffhanger ini semacam "pancingan", begitu lah kira-kira.
8) Don't explain everything
Jangan terlalu cerewet menjelaskan sesuatu, kecuali Marcel Proust atau Haruki Murakami. Dalam komik, kita juga berbicara melalui gambar. Tidak perlu menjelaskan latar tempat dan waktu dalam balon teks, jika pada gambar sudah tertera cukup rinci, ya meskipun hal ini tidak dilarang.
(Bagi saya pribadi sih jadi redundant, ya nggak?)
9) Sediakan stok kesabaran 10 hanggar
Membuat komik sebagian besarnya adalah soal sabar. Jangan pernah takut untuk mengulang lagi gambarmu kalau ternyata hasilnya tidak sesuai keinginan. Jangan pernah lelah mewarnai ulang, sekarang dengan adanya Photoshop, bisa mengakselerasi waktu kerja. (Kalau saya jujur saja, masih tertatih-tatih dengan proses pewarnaan digital)
Terbukalah dengan masukan-masukan dari pihak lain, misalnya diprotes oleh proofreader atau editor.
Ketika komik Rampokan Jawa & Selebes hendak diterbitkan di Indonesia, van Dongen melakukan beberapa penyesuaian atas permintaan penerbit. Misalnya pada gambar laki-laki telanjang, gambar penisnya digambar kecil saja atau tertutup celana. Juga di gambar wanitanya, yang banyak digambarkan tanpa atasan, beberapa di antaranya ditambahkan penutup dada. Menurutnya hal itu tidak mengubah keseluruhan cerita, jadi sah-sah saja dilakukan perubahan semacam ini.
Pada awalnya komik seri Rampokan dibuat dalam full color seperti komik Tintin, tetapi atas permintaan penerbit, cetakan awal harus di-tone down menjadi agak hijau. Hal ini dikarenakan penerbit di Belanda berasumsi Indonesia identik dengan hutan-hutan yang hijau dan asri. Juga jika dibuat dalam full color, pembaca pun tidak akan percaya bahwa ini terjadi di masa lampau. Van Dongen mengubahnya dengan menggunakan warna sepia, dengan alasan, bahwa yang ditulis adalah soal kota di Indonesia, bukan hutan. Juga, warna sepia menimbulkan efek atmosfer tempo doeloe.
Tumblr media Tumblr media
Hore, Dapat Tanda Tangan!
Aha! Ini Momen yang sangat saya tunggu-tunggu dari dulu, karena saya ketinggalan book signing (lebih tepatnya book doodling) di acara PopCon di SMESCO tahun lalu, jadi saya berharap bisa mendapatkannya di acara ini.
Bersama beberapa peserta lain saya tekun mengantri, akhirnya dapaaaat! Horeeeee…horeeee!!!
Tumblr media
Acara yang berlangsung lebih dari 2 jam ini sungguh membuat saya terkesan dan ingin segera pekerjaan komersil lain-lain ini lekas berakhir. Saya ingin memulai riset saya dan membuat komik panjang.
Lebih lanjut mengenai Peter Van Dongen, dapat mengunjungi situs www.petervdongen.nl (dalam bahasa Belanda).
*) Artikel ini adalah repost dari SloraSauna, 26 Oktober 2015.
**) Post mengenai lokakarya sandiwara audio akan ditulis terpisah. Nantikan ya!
0 notes
blogradiosemut-blog · 14 years ago
Text
Ulasan: Brian Eno - Another Green World (1975)
Tumblr media
Adi Restiadi
Brian Peter George St. John le Baptiste de la Salle Eno atau umumnya disingkat Brian Eno sebelumnya hanya Eno lahir pada 15 Mei 1948, adalah musisi, komposer, produser rekaman, teoritisi musik, penyanyi dan seniman visual, Eno dikenal juga sebagai salah satu tokoh utama penemu musik ambien. Karir musik profesional Brian Eno dimulai di London sebagai anggota dari sebuah grup band bernama Roxy Music (1971-1973), pada awalnya Eno tidak muncul bersama anggota band lainnya jika dalam sebuah konser melainkan mengoperasikan peralatan mixer untuk mencampur suara-suara dengan VCS3 synthesizer dan tape recorder, dan sebagai penyanyi pendukung.
Seiring perjalanan band tersebut Eno mulai muncul ditiap pertunjukan dengan ciri khas kostumnya yang flamboyan. Brian Eno keluar dari Roxy Music setelah merampungkan promosi album kedua band tersebut yang bertajuk For Your Pleasure dengan alasan ia jenuh pada kehidupan seorang bintang rock selain ada masalah perbedaan pendapat dengan Bryan Ferry yang tidak lain adalah vokalis utama dari Roxy Music.
Setelah keluar dari Roxy Music, Eno segera memulai karir solonya dalam rentang waktu dari 1973 dan 1977 ia menghasilkan empat album pop yang terpengaruh pada musik elektronik yaitu Here Come the Warm Jets, Taking Tiger Mountain (By Strategy), Another Green World, Before and after Science. Dua album terakhir berisi lagu-lagu instrumental minimalis dalam gaya yang disebut ambien.
Another Green World adalah album ketiganya diproduseri oleh Rhett Davies dan Eno sendiri kemudian dirilis oleh Island Records pada tahun 1975. Album ini berisi lirik-lirik bernafaskan rock dan menekankan pada kekuatan instrumen yang menandai perubahan Eno dari album-album sebelumnya. Inilah awal eksperimen yang dilakukan Eno dengan menggunakan sounscape yang abstrak, hampir sebagian besar lagu dalam album ini adalah instrumental dengan lirik yang minimal serta menghadirkan bunyi-bunyian yang aneh karya Eno, beberapa musisi tamu unggul termasuk Robert Fripp, John Cale, Percy Jones, dan Phil Collins ikut serta membantu dalam proses pengerjaan album ini.
0 notes
blogradiosemut-blog · 14 years ago
Text
Ulasan: Clara Rockmore - The Art of the Theremin (1987)
Tumblr media
Adi Restiadi
Theremin, awalnya dikenal dengan nama Aetherphone/Etherophone, Thereminophone atau Termenvox/Thereminvox, adalah instrumen elektronik awal yang dimainkan tanpa kontak fisik dengan pemainnya.
Profesor Léon Theremin adalah penemu alat ini dan mempatenkannya pada tahun 1928, alat ini biasanya terdiri dari 2 antena kontrol satu antena berfungsi sebagai kontrol osilator untuk sensor frekuensi yang merasakan posisi tangan pemain dan satu antena berikutnya berfungsi sebagai kontrol amplitudo atau volume sehingga alat ini dapat dimainkan tanpa disentuh kemudian sinyal listrik dari theremin diamplifikasi dan dikirim ke pengeras suara.
Kinerja Theremin menyajikan dua tantangan yaitu : dimainkan tanpa ada kunci, katup, frets, atau finger-board dan meminimalisir portamento yang tidak diinginkan yang ada pada Theremin. Tantangan untuk mengendalikan tinggi atau rendahnya nada seperti pada biola atau trombone dikarenakan Theremin dapat menghasilkan nada dari seluruh rentang nada termasuk nada-nada yang sudah menjadi standar konvensional. Tidak seperti instrumen musik lainnya, Theremin tidak memiliki ketegangan seperti pada senar di finger-board atau penahan udara seperti fungsi katup pada instrumen musik tiup, pemain hanya mengandalkan pada apa yang didengar dan hanya bisa memperbaiki tinggi atau rendah nada pada titik nol beberapa Theremin profesional memiliki headphone tambahan untuk memantau volume sebelum volume tersebut berubah.
Clara Rockmore adalah salah satu pemain theremin yang handal, lahir di Lithuania pada tanggal 9 Maret 1911 dan meninggal pada 10 Mei 1998. Rockmore adalah seorang anak yang pandai bermain biola ia masuk di Imperial Conservatory of Saint Petersburg pada usia 5 tahun. Dia belajar biola dibawah asuhan seorang virtuoso yang bernama Leopold Auer dan sampai sekarang Rockmore masih tercatat sebagai mahasiswa termuda yang diterima di lembaga tersebut. Karena masalah tulang yang diakibatkan kekurangan gizi pada masa kanak-kanaknya Clara Rockmore terpaksa meninggalkan biola pada masa remajanya tetapi kemudian dalam perjalanannya ia akhirnya menemukan theremin ketika alat musik elektronik itu lahir dan tercatat sebagi pemain theremin  wanita yang terkenal.
Judul Lagu
1.  Vocalise - Rachmaninoff
2.  Song of Grusia
3.  The Swan - Saint-Saens
4.  Pantomime - De Falla
5.  Hebrew Melody - Achron
6.  Romance - Wienawski
7.  Berceuse - Stravinsky
8.   Piece en forme de Haban - Ravel
9.   Berceuse - Tchaikovsky
10. Valse Sentimentale - Tchaikovsky
11. Serenade Melancolique - Tchaikovsky
12. Chant du menestrel - Glazunov
Sebuah album yang unik, permainan theremin yang diiringi piano dengan repertoar musik klasik komposer-komposer Eropa. Aplikasi dari penjelasan singkat tentang bagaimana tantangan yang ada pada theremin dan bagaimana bunyi theremin dimainkan untuk jenis musik klasik ada di album ini
1 note · View note
blogradiosemut-blog · 14 years ago
Text
Ulasan: Jamaica - Mento 1951-1958 (2010)
Tumblr media
Adi Restiadi
Mento adalah gaya musik rakyat Jamaika yang mendahului musik ska ataupun reggae. Singkatnya mento adalah kakek moyang dari musik ska ataupun reggae yang sudah diketahui secara luas di luar Jamaika itu sendiri. Bagi penggemar ska atau reggae, musik mento bukan hal yang asing lagi karena bunyinya yang familiar dan eksotik. 
Instrumen-instrumen musik yang biasa digunakan untuk musik mento antara lain gitar akustik, banjo, drum tangan, dan sebuah mbira (salah satu instrumen dari afrika) yang berukuran besar berbentuk sebuah kotak yang dapat diduduki ketika sedang dimainkan atau disebut rhumba box. Rhumba box berfungsi sebagai seksi bas pada musik Mento.
Sejarah musik mento berawal di Jamaika pada abad ke-19, mento secara unik berpadu dengan musik tradisonal Afrika dan Eropa. Pada tahun 1920an para musisi jazz Karibia merekam beberapa lagu-lagu mento ke dalam bentuk vinyl kemudian pada tahun 1930an dan 1940an Slim dan sam, duo penampil musik mento melakukan pertunjukan di Kingstown yang akhirnya mereka dikenal dan diingat sampai sekarang.Masa keemasan musik mento adalah pada tahun 1950an ketika banyak artis-artis Jamaika melakukan rekaman musik mento dengan berbagai gaya dan irama, masa itu adalah puncak popularitas dan kreatifitas musik mento serta menjadi kelahiran industri rekaman di Jamaika. Beberapa gaya musik mento berkembang menjadi ska dan reggae. 
Jaman keemasan mento berakhir ketika musik R&B meledak di Jamaika, musik R&B lebih terdengar moderen, lebih bersifat urban, mudah menarik pendengar untuk menari, dan kemudian R&B menjadi musik favorit di negara itu yang akhirnya menggeser posisi mento sebagai musik yang sebelumnya populer, namun mento masih tetap dimainkan dan direkam. 
Para produser dan operator sound system menangkap peluang adanya kesempatan bagi Jamaika untuk menerima lagi ledakan musik yang baru selain R&B mereka mengkombinasikan unsur-unsur mento dan R&B yang mengasilkan lagu-lagu era pra-ska, seperti Prince Buster memproduksi "Oh Carolina".
Tak mau kalah Coxsone Dodd membentuk musisi-musisi jazz terbaik di Jamaika untuk meningkatkan ketrampilan mereka dalam mencampur musik-musik tersebut yang membuat ska meledak pada saat itu juga. Sebuah kemenangan karena musik baru telah dilahirkan di Jamaika persis dengan merdekanya negara tersebut pada tahun 1962 dan diikuti berakhirnya masa keemasan mento.
0 notes
blogradiosemut-blog · 14 years ago
Text
Ulasan: Kraftwerk - Computersinfonien (Live in Karlsruhe 18-10-97) (2 CD,bootleg)
Tumblr media
Adi Restiadi
Kraftwerk [kʀaftvɛʁk] (dalam bahasa Jerman artinya pusat pembangkit tenaga listrik) adalah kelompok musik elektronik asal Düsseldorf, Jerman. Kelompok ini dibentuk oleh Ralf Hutter dan Florian Schneider pada tahun 1970. Kraftwerk mempunyai ciri musik irama yang berulang-ulang, melodi yang catchy, mengacu pada gaya harmoni klasik musik barat dengan instrumentasi elektronik minimalis dan ketat. Mereka menyanyikan lirik-lirik melalui vocoder atau yang dihasilkan oleh perangkat lunak untuk berbicara dari komputer.
Kraftwerk adalah salah satu kelompok musik pertama yang mempupolerkan musik elektronik dan dianggap sebagai pelopor pada bidangnya. Pada tahun 1970an dan awal 1980an suara-suara yang dihasilkan oleh Kraftwerk adalah revolusioner dan berpengaruh lama pada banyak jenis  musik moderen sekarang ini.
Judul Lagu :
CD1
01. Intro
02. Nummern/Numbers
03. Computerwelt
04. It's more fun to compute/Heimcomputer
05. Die Mensch-Maschine/The Man-Machine
06. Tour de France
07. Autobahn
08. Atherwelle/Innovation 1
09. Radioaktivität
10. Innovation 2
CD2
01. Trans-Europa-Express/Abzug/Metall auf Metall
02. Taschenrechner
03. Die Roboter
04. The Robots
05. Innovation 3
06. Boing Boom Tschak/Techno Pop/Musique Non Stop
07. Radioactivity (William Orbit remix)
08. The Robots (Ultimix)
09. Tour de France (instr)
10. Trans Europe Express (single version)  
0 notes