Akan Ku Ceritakan Padamu Awal Mula Permulaan itu dimulai ♡
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Kalau ada 1 orang nyebelin menurut kamu, oh barangkali benar orang itu nyebelin. Kalau ada 2 orang nyebelin menurut kamu, oh barangkali benar 2 orang itu memang nyebelin. Tapi kalau menurutmu semua orang nyebelin, barangkali ternyata kamu yang nyebelin. #kata dr. Andreamon yang ku iyakan dengan keras. #benerjuga
0 notes
Text
Sering ku bertanya, "dia yang solatnya masih teka-teki, masih pacaran bahkan main mata dengan lainnya, tak se alim lainnya, tak pernah menjaga makannya, kenapa diberi mudah dalam hidupnya, diberi sehat dalam tiap langkahnya" Tanpa sadar aku sudah kufur pada nikmat allah, barangkali dalam kotornya mataku melihat, ada kuatnya doa-doa yang terus mensucikan hidupnya. Barangkali kotor yang terlihat dimataku adalah bukan hidupnya, melainkan aku sendiri yang teramat kotor hingga apapun yang kulihat terasa lebih buruk daripada lakuku. Padahal nyatanya, yang buruk adalah aku, namun kucari-cari alasan lain seolah aku lebih baik daripada lainnya
1 note
·
View note
Text
Bertarung dengan Waktu
Waktu cepat berlalu, sedang kaki tidak cukup cakap untuk melaju.
Akhir-akhir ini, sering kepikiran sampai sulit tidur kembali. Insomnia yang bertahun-tahun lalu aku pelihara, kubiarkan, tanpa kutreatment apapun. Lepas akhir-akhir ini, akhirnya memunculkan segala macam efek samping. Aku sakit, tentu sakit, tubuh mana pula yang bisa bertahan kurang istirahat hingga bertahun-tahun lamanya. Sekali ku istirahatkan, ia akan kudiamkan lama. Alih-alih akan kembali produktif, mesinku justru semakin bingung bagaimana harus beraktifitas, diajak insomnia iya, diajak berhenti lama tanpa dipanasi juga iya. Aku sakit, tentu aku ingin sembuh, aku masih semangat. Namun saat ini yang sedang kuperbaiki bukan atas kendaliku. Yang sedang kuperbaiki adalah takdir yang bahkan aku belum tahu sampai batas mana allah akan akhirnya memperbaikinya. Aku sakit, aku sudah kesana kemari, berharap badan ini normal kembali. Tapi aku paham, hal yang bertahun-tahun ku rusak perlahan tidak mungkin baik-baik saja dalam sekejap. Bagaimana bisa yang bertahun-tahun dibiasakan buruknya akan kembali baik hanya dalam beberapa saja. Aku sakit, entah tubuhnya entah jiwanya atau bahkan pikirannya, namun bukan lagi hanya sembuh yang aku mau, kupikir dari setiap upaya-upaya yang sedang kulakukan, aku berharap allah turunkan sabar di setiap waktunya. Karena pikiranku terlalu futur dan menganggap semua upaya yang seharusnya lama ini ingin segera kuketahui hasil, kucapai tujuannya. Aku sakit, entah sembuh entah tidak, namun semoga allah memberi setiap sabar dan syukur pada tiap perjalanan menyembuhkannya. Aku tidak apa-apa. Masih terus kuupayakan,
0 notes
Text
Ya Allah, Yaa Hayyu Yaa Qoyyum. By Your Mercy i call on you to set right all my affairs, Dont leave me to my self, even for the blink of an eye. Anas Bin Malik.
0 notes
Text
Awal November 2024, di lorong bangsal, di ruang tunggu rumah sakit. ingin menangiiiiiiis😭
0 notes
Text
Banyak sekali hal yang menurut kita bagus, menurut orang lain biasa saja. Begitu sebaliknya. Begitu juga allah, banyak yang kita kira baik menurut Allah belum. Sesederhana itu. Bagaimana diajarkan ikhlas atas banyak hal, bahwasanya mata kita tak pernah sama dengan orang lain.
1 note
·
View note
Text
Apakah Ini Prioritas?
Diujung usia kepala dua, beberapa bulan ini selalu berfikir. Allah kasih kesempatan hidup begitu lama sudah ngapain aja sih badan ini digunakan. Akhir-akhir ini sering melihat, orang kok tinggi-tinggi amat pencapaiannya, kok bisa sih, setiap hari ngapain aja sih, padahal kita sama-sama dikasih 24 jam sehari untuk hidup. Aku sendiri, jadi sering berfikir, apakah selama ini apa-apa yang aku perjuangankan sebenarnya terlalu lama? apakah pemakluman ku dalam menunggu sesuatu terlalu mudah? Apakah sebetulnya selama ini aku hanya bertahan hidup saja ? tidak berkeinginan apa-apa. Aku menjadi bingung sendiri, ketika hal-hal yang kita perjuangkan buahnya adalah apa-apa yang tidak bisa kita kendalikan. Kita memperjuangkan hal yang sepenuhnya akan terjadi apabila hak prerogatif allah berkata "iya silahkan" kepada aku. Aku sering menerka-nerka, apa aku bisa bermimpi hal lain selagi memperjuangkan mimpi yang ini? apa aku mampu berjuang pada banyak hal dalam satu waktu?
Sedangkan kepala ku sendiri terlalu penuh pada banyak hal-hal yang tidak bisa kupegang dan kendalikan. Pada akhirnya, aku menjadi bingung mana dulu yang harus kuperjuangkan, mana dulu yang harus kukerjakan, dan apa bisa aku melakukan semuanya. Semoga allah selalu memudahkan segala tali bundet dalam kepala ini menjadi jalan lurus yang mudah. Yakin pasti bisa melewatinya. #prioritas #perjuangan #mimpu #quoteoftheday
0 notes
Text
aku kalau semua dipikirin bisa stress, yaudah ngalir aja. Mau orang berfikiran aku tidak peka, tidak membantu, tidak guna. itu bukan masalah, toh aku tidak bisa mengendalikan pemikiran mereka. yang penting-penting aja. kalau beneran kejadian, yaudah let it flow as my identity.
0 notes
Text
Aku beruntung sekali, selepas aku banyak berbuat tidak baik pada Allah. Allah masih kasih hadiah hal-hal baik untukku. Circle yang apik, banyak reminder-reminder yang muncul di sosmed. Semoga ini tanda allah masing sayang ya. Allah masih kasih kesempatan memperbaiki hidup dengan sebaik-baiknya, dengan banyak hal baik dan dengan kehidupan yang baik
0 notes
Text
Mencari Mimpi
Akhir-akhir ini agak bingung memprioritaskan diri. Mau kemana dlu, mau apa dulu dan ngapain dulu. Rasanya semua ngga ada yang selesai, dan semua kelonggaran-kelonggaran sudah jarang terlihat. Entahlah, masih dalam tahap bengong dikit "ini ngapain dulu ya"
0 notes
Text
Memiliki Syukur
Seringkali kita terjebak pada frasa “rumput tetangga lebih hijau” ketika kita kehilangan kepercayaan diri. Atau sesederhana kita lupa bersyukur dalam menjalani kehidupan berumah tangga sendiri.
Ada momen dimana kita merasa bahwa kondisi dan situasi yang kita alami saat ini tidak cukup ideal, tidak cukup baik, tidak seperti kebanyakan orang.
Kita lupa ‘menengok diri kita’, kita sedang terlalu banyak melihat ‘rumah orang lain’. Menerka-nerka bagaimana enaknya kehidupan mereka, nyamannya fasilitas yang tersedia untuk menunjang segala hajat hidupnya.
Padahal, kalau kita berbalik kondisi, belum tentu kita sanggup atau mau ada diposisi mereka. Sebab yang kita lihat, hanya sekian persennya saja. Unggahan mereka di media sosial hanya menggambarkan apa-apa yang sudah mereka kurasi—sebagaimana kita juga melakukannya bukan?
Segala yang buruk, menyedihkan, suram, mereka tentu akan sembunyikan. Buat apa membagi-bagi noda dan cacat pada khalayak ramai? Kita juga tidak ingin bukan kalau orang-orang memperhatikan apa-apa yang ingin kita simpan sendiri saja?
Kalau kita tahu 100% kehidupannya, belum tentu kita mau jadi mereka kan? Malah, barangkali kehidupan kita saat ini jauh lebih baik dari mereka. Hanya saja kita tidak menyadarinya.
Kita terlalu sibuk menelisik keluar sampai lupa untuk meng-highlight banyak hal menarik dalam hidup kita.
Ya kadang kita perlu penyadaran lagi, perlu dibangunkan berkali-kali. Apa yang kita miliki saat ini sudah yang terbaik yang Allah berikan.
Kalaulah ternyata kita masih menganggap bahwa ‘ini bukan hidup versi terbaik yang kuinginkan’, masih berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ideal serta menurut standar kita masing-masing, tidak apa-apa.
Rasa syukur tetap perlu dihadirkan. Supaya kita tidak lupa dengan nikmat-nikmat sederhana yang sudah Allah berikan.
Kalau kita tidak bisa mensyukuri nikmat yang sedikit, bagaimana kita akan mampu mensyukuri nikmatNya yang melimpah nanti? :’)
Tangerang, 10 Juni 2024 | 21.33 WIB
45 notes
·
View notes
Text
Aku : Kak apa kabar? Kelasnya udah mulai lagi loh, seru yuk ikutan lagi, sama-sama belajar lagi . Ikutan yuk. Seorang : Alhamdulillah sehat. (Udah gitu aja)
Sebuah jawaban sederhana, namun ke-NYES-an nya terasa sampai di hati. Diabaikan. Sudah berulang kali. Bahkan ada yang udah bilang. "Perhatianmu sudah sampai 3 kali, kamu sadar ngga sih kalau dia ngga mau berteman sama kamu. Sudah hentikan".
Oh iya, aku ternyata yang terlalu mencoba berpikir positif, kenapa aku ngga kepikiran dia ngga mau temenan lagi. Sudah dicukupi. Segala positif thinking, pun juga segala pertanyaan kenapa. Cukup disudahi. Tanpa intensi apapun. Nggak semua orang -berlembut hati untuk sekadar basa- basi.
0 notes
Text
Suka Kepikiran
Pikiran manusia atau orang lain kita ngga bisa baca, bahkan kadang jalan pikiran kita sendiripun tidak bisa kita tebak. Maka itulah perlunya komunikasi. Seringkali, kita sebagai makhluk sosial lebih mengandalkan insting untuk menginterpretasikan segala hal.
Misal, "oh dia matanya sembab, mungkin habis nangis, mungkin sedang banyak pikiran, mungkin habis putus cinta dan sebagainya" padahal bisa jadi sembab matanya dia karena lelah bersimpuh mengadukan semuanya pada sang pencipta sambil berurai air mata. Kaya gitu nggapapa banget, artinya naluri perhatian kita terhadap orang lain tuh ada, kita prihatin kita memperhatikan kita perhatian. Tapi entah yang sering aku temui, naluri perhatian justru menjadi keliru ketika persepsi-persepsi yang kita buat atas kondisi orang lain kita sampaikan kepada orang-orang banyak diluar sana bahwa persepsi kita itu benar. Kita ceritakan pada lainnya bahwa teman kita yang bermata sembab itu sedang bersedih hati, patah hati atau lainnya. Yang tanpa kita sadar ternyata kita sedang membumbui masakan di panci orang lain. Bumbu-bumbu yang justru menjadi yang namanya "fitnah". Ini baru soal sembab, coba kalau soal cerita lain. Kita sering ga sadar, padahal sederhana, kita bisa komunikasikan ke yang bersangkutan ada apa, alihkan perhatian kita pada sebuah pertanyaan kepeduliaan, pada sebuah perhatian dengan saling support. Tanpa perlu berniat ada intensi untuk membawa cerita - cerita ini pada orang lain. Agaknya masa ini, orang lebih memilih menjadi pembawa berita dibandingkan menjadi bahu bagi lainnya.
2 notes
·
View notes
Text
Masih Ingat
Pernah ngga sih, kita kecewa atas perlakuan orang lain di suatu masa terhadap kita. Kita sedih , kecewa, dan menyesalkan kenapa ya mereka gitu.
Tapi di masa ini, kalau dipikir-pikir mungkin perlakuan kita sendiri yang menyebabkan mereka berlaku sedemikian. Mungkin kita engga sefrekuensi dengan mereka sehingga bisa sedemikian. Mungkin pula kelakuan kita yang menurut mereka di luar nalar. Saat ini, frekuensi kita mungkin sudah sama, sudah berdamai, sudah sama-sama bertumbuh dan memperbaiki diri. Sudah bisa berteman dengan biasa aja gitulah. Atau mungkin intensitas dan jarak yang membuat kita setidaknya sefrekuensi. Ada perasaan, _kumaafkan, aku berdamai bahkan aku berterimakasih atas keikutsertaan mereka menemani segala proses bertumbuh_ namun perasaan sudah kumaafkan tapi belum bisa dilupakan itu tetap ada. Rasanya masih nyes ketika nostalgia mengingat-ingat kembali. Apalagi bilamana tahu mereka tidak pernah merasa dan teringat segala perandai-andaianku tentang dulu. Ya allah, hati ini mohon diluruskan dan dibersihkan agar tidak menyakiti orang-orang lain.
10 notes
·
View notes
Text
Ini Beratnya Masih di Bawah Garis
^-^ : semangat naikin lagi beratnya adik ya bu, paling tidak susunya ditambah sekian gram setiap hari (ucap pada seorang ibu dengan anak bayi 5 bulan yang full Susu Formula) *-* : gimana ya, 200 gram 1,5 hari saja sudah terlalu berat rasanya, ini kalau nambah lagi apa bisa ya bu. ^_^ : semangat ya bu, suaminya didoakan agar dimudahkan mencari nafkah supaya bisa beli susu lagi.
Rasa hati langsung terperanjat, betapa syukurku masih harus lebih luas lagi. Ya allah, alhamdulillah kami masih diberi kemudahan , kecukupan. Tidak apa sedikit, asal saat kami butuh, allah sediakan entah bagaimana caranya.
Mrambang mrebes mili rasanya, harusnya lebih banyak syukurku. Jangan banyak-banyak lihat lebih-lebihnya orang, banyak kesulitan yang saat ini kita rasakan sebagai sebuah kesyukuran atas segala hal-hal baik yang masih allah simpan.
0 notes
Text
Mencintai yang tidak Layak.
Dalam dunia kerja dewasa ini, kehidupan manusia yang sudah mendewasa tentu disibukkan dengan bekerja. Bila kita ibaratkan, 6 jam kita untuk tidur, 9 jam untuk bekerja, 2 jam untuk makan, 2 jam untuk perjalanan menuju tempat kerja, 1 jam ibadah persiapannya, dan 1 jam untuk mandi dan bersih-bersih diri dan segalanya, sisanya 2 jam untuk mengisi hidup seperti menunggu orang, menunggu jadwal beristirahat kadang habis untuk sekadar mengobrol di parkiran, ke warung belanja atau lainnya. Padat sekali agenda kita ya. Senin hingga jumat , tak jarang ada pula yang sampai sabtu. Waktu akhir pekan digunakan untuk istirahat, kadang juga kita habiskan untuk mengisi kenangan dengan orang2 yang kita abaikan pada awal hingga akhir pekan menjelang atas kesibukan kita, lepas akhir pekan berakhir? ya masih capek. Kadang dalam perjalanan aku bertanya, dimana jalan ibadahku kenapa aku disibukkan sekali dengan dunia?
Dunia ngasih apa sih sampai sebegitunya bekerja, kadang kesibukan-kesibukan kerja, tuntutan-tuntutan kantor bikin kita lupa pada tuntutan-tuntutan ibadah kita. Sejujurnya, aku jadikan ibadah adalah sebuah tuntutan, bila tidak maka ibadah tidak akan pernah terkontrol, seadanya sebisanya. Sudah dibuat seperti itupun, acapkali dunia lebih kita utamakan. Ah baru adzan inih, ah bentar lagi baru selonjorkan boyok dan banyak ah ah ah yang lain yang mengabaikan tuntutan ibadah itu.
Kadang di pagi hari saat sambil menyetir, suka berfikir slow living kayanya enak ya, kerja seadanya, tuntutan seadanya semua serba santai, kelihatan enak banget. Tapi, ngga semua dapat privilege buat slow living, ada banyak yang harus kerja cuma sekadar makan. Jadi, kadang jangan terlalu cinta sama dunia, kita coba urai kembali waktu yang serba terbatas dan nggak mungkin bisa diulang lagi dengan hal-hal yang baik, dengan tuntutan-tuntutan yang baik. Dunia ga layak dicintai sebegitunya, dia ngga bawa kita ke akhirat kalau dunia kita disibukkan dengan yang engga-engga. Mari coba urai kembali, akan dikemanakan waktu-waktu ini yang tidak bisa kita ulang.
0 notes