Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Jelmaan Uji
“Maybe that’s what happens when a tornado meets a volcano. All I know is I love you too much to walk away” — Eminem
Aku menganggap diriku sebagai manusia yang Allah pertemukan dengan banyak manusia lain sebagai jelmaan uji; ujian kesabaran terutama.
Aku sering membayangkan bagaimana jika aku bertemu dengan diriku yang lain — yang persis sama sepertiku. Yang terlalu perasa, yang ingin menang sendiri, yang sulit mengaku salah, yang berubah-ubah setiap hari — dan daftar panjang yang jika kuteruskan bisa sampai dua hari. Sepertinya aku dengan sosok itu akan sama-sama enggan duduk berdua menghabiskan waktu.
Dari sekian banyak manusia yang kutemui, beruntungnya aku; ada sedikit manusia yang hingga kini sudi membersamai. Mengajakku bicara walau dalam topik yang mengada-ada. Mengajakku bertemu walau setelah itu bingung ingin melakukan apa. Mendengarkan ceritaku yang sama yang tanpa sadar kerap kuulang-ulang hingga bisa langsung diambil alih tanpa perlu jeda.
Maka yang paling kutakutkan adalah manusia lain mengenalku lebih dalam. Aku takut alasan mereka untuk meninggalkanku akan semakin banyak dan masuk akal. Aku takut seperti banyak yang telah lalu, mereka juga memilih untuk menyerah padaku.
Sebab aku adalah jelmaan ujian kesabaran.
Hari ini aku melakukan hal yang paling kubenci kepada manusia lain. Yaitu membuatnya kecewa dan sakit hati. Tiada pembelaan yang cukup untuk membenarkan apa yang kulakukan, terus terang aku telah bersiap-siap jika dia ingin menutup diri. Tapi hari ini, sekali lagi walau alasan untuk meninggalkan bertambah-tambah setiap kali, dia masih memilih bertahan.
Maka dengan derai air mata tulisan ini sampai kepada pembaca yang akan langsung sadar tanpa perlu diberi tanda; alih-alih karena penyesalan, namun lebih sebagai syukur sebab ia tidak meninggalkan.
Sebab sekali lagi, aku adalah jelmaan ujian kesabaran.
— those apologies were cold and flat, and you deserve more than that.
3 notes
·
View notes
Text
Kepada N: Sepuluh Tahun Dari Sekarang
Sepuluh tahun dari sekarang, kuharap kau tak lagi sering menghubungiku.
Kuharap duniamu berputar dalam roda damai dan kebahagiaan. Dihiasi kecukupan dan kelapangan. Kuharap hari-harimu diisi dengan sibuk-sibuk yang bermanfaat. Tahun demi tahunmu terisi dengan daftar kemenangan kecil yang kau rayakan; bukan sekadar berlalu seperti lipatan kain yang sepanjang apapun ujung dan ujungnya selalu mudah untuk disatukan — tanpa makna, tergilas rutinitas.
Kuharap keluh kesahmu selalu didengar, juga lelucon payahmu selalu berjumpa dengan tawa manusia itu; si beruntung yang dengan satu kalimat saja akan selamanya membersamaimu pada setiap rasa dan nuansa.
Kuharap hidupmu berjalan sesuai yang kau harap, dalam segala peran yang terus bertambah seiring kau dekap. Sehingga tiada ruang di pikiranmu yang tersisa untuk kuderap.
Sebab serupa payung, kelak aku hanya akan membersamaimu di kala terik dan hujan. Sementara selainnya, kuharap hidupmu telah sempurna dengan segala yang berjalan.
Kau tak perlu menghubungiku berkala untuk sekadar memastikan rasa; sebab selamanya, untukmu; aku akan selalu ada. Aku bahagia selagi kau juga. Doaku akan terus melangit untukmu melampaui segala jarak, waktu juga suasana.
Kau tak perlu sering menghubungiku, sungguh. Sebab sepuluh tahun dari sekarang, kuharap di setiap masanya kau bisa merayakan hidupmu dengan penuh; utuh — seluruh.
— saudarimu, yang walau tak ranggi berkata tapi selamanya takkan kehilangan cinta.
10 notes
·
View notes
Text
Apakah melakukan ibadah sunnah itu baik? Sangat baik! Tapi bagaimana kalau justru ia mengalahkan hal-hal yang wajib?
Kekeliruan cara berfikir kita saat ini adalah karena kita melupakan atau belum tahu, manakah ibadah yang fardhu; kemudian pembagiaanya yang 'ain dan kifayah, bagi kita
Inilah problematika ilmu yang implikasinya berpengaruh pada cara kita hidup
Sholat tarawih itu sunnah, dan baik tapi mendahulukan tarawih di saat jam jaga malam, ada pasien gawat darurat yang perlu segera ditolong keselamatannya adalah hal yang keliru
Sholat dhuha itu sunnah, dan baik, tapi mendahulukannya di saat jam kerja, hingga mengganggu pelayanan kepada masyarakat itu juga hal yang keliru
Mungkin kemudian saya akan dicap lebih mementingkan dunia daripada akhirat, biarlah
Tapi izinkan saya bertanya, apakah saat kita bekerja di kantor, meneliti di lab, melayani masyarakat, mengobati pasien; kita niatkan hanya utk dunia saja? Sehingga seolah-olah saat kita profesional dan maksimal bekerja kita dianggap cinta dunia?
Silakan jawab sendiri
Padahal ahwal kita, kondisi kita itu Allah yang menetapkan, maka apakah kemudian Allah sengaja menetapkan kita hanya untuk mencintai dunia saja? Tentu tidak!
Inilah penting untuk mengetahui, mengilmui, memaknai, apa itu ibadah, bukan sekadar yang sifatnya ritual 5 kali sehari, puasa, zakat, juga haji; tapi menurut Ibnu Abbas saat menafsirkan ayat penciptaan dengan tujuan beribadah, adalah untuk mengenal Allah
Kita diciptakan untuk mengenal Allah, dan berhutang kepada Allah karena telah diciptakan. Kita tidak akan pernah mengenal Allah jika tidak diciptakan; maka sejatinya ibadah kita dalam rangka mengenal Allah
Kita sudah lama terjebak dalam dualisme berfikir dunia dan akhirat, bekerja atau ibadah, belajar atau berjihad; seolah-olah hanya boleh memilih, padahal dalam islam ia bagian yang satu (tawhidi)
Maka mari, jujurlah dalam berilmu, adil juga dalam menilai, tempatkan sesuatu pada tempatnya, tidak berlebihan, juga tidak menggampangkan, jangan serampangan, tapi tidak perlu juga memberatkan atau dipaksakan
Semoga tidak ada lagi yang bertanya "bagaimana cara menyeimbangkan belajar dan beribadah" atau berlaku tidak profesional dalam bekerja dengan alasan "itu cuma dunia"; ya pantas saja, umat islam lemah, karena kita memang sudah lemah dalam berfikir
Kemenangan itu dekat, sangat dekat, tapi menujunya sangat jauh, berat, dan sukar; bersiaplah selalu!
107 notes
·
View notes
Text
Ramadhan Insight: 11. "8 PM"
Bahwa sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu), bahwa sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis, bahwa sesungguhnya Dialah yang mematikan dan menghidupkan
Dia tidak bersalah, aku saja yang terlalu lemah.
Jika bisa ku katakan beberapa bulan ini adalah bulan kehilangan.
Mungkin tak benar-benar hilang, lebih tepatnya aku yang merasa banyak sesuatu yang pergi.
Aku pernah berpikir, aku tak akan merasa se-kehilangan ini jika pikiranku tak pernah menganggap ada yang datang.
Kedatanganlah yang membuat aku patah ketika ia bahkan mereka beranjak untuk pergi.
Dulu, aku tak mudah bahkan hampir tak bisa menerima kedatangan karena aku tau banyak konsekuensi yang harus ku teguk nantinya.
Aku sangat menyadari, bahwa berekspektasi kepada manusia adalah seni tersederhana menyakiti diriku sendiri.
Namun, bubur tak bisa menjadi nasi kembali.
Aku hanya mampu menikmati sisa-sisa yang ada, entah itu pahit ataupun luka.
Yang aku tahu, tidak ada satu orangpun yang ingin saling menyakiti.
Akupun setiap harinya berusaha mendamaikan diri dengan keadaan.
Aku berusaha untuk rutin menanyakan kabarnya itu setidaknya di setiap jam delapan.
Karena tanpa mengetahuinya hari sesak nan melelahkan itu akan bercampur dengan perasaan tambahan—ku sebut ia perasaan khawatir.
Aku tau semua yang ku lakukan tak akan berdampak signifikan.
Tapi ini adalah tugasku, demi kewarasanku yang tak tergantikan.
Sampai detik ini, malamku bahkan hariku terisi dengan pertanyaan pertanyaan serupa.
Apakah aku masih ada yang mempedulikan?
Apakah masih ada yang dengan tulus juga mendoakan?
Dan banyak hal-hal penenang yang kubuat agar terasa "mendingan".
1 note
·
View note
Text
Ramadhan Insight : 9. Lebih tingginya, tergantung kita lihatnya dari mana.
"Sepertinya aku harus tetapin kriteria yang lebih tinggi"
Seperti layaknya salah satu materi Bahasa Inggris saat kita di bangku Sekolah Menengah Pertama dulu.
Comparison Degree: dimana di bentuk comparative suatu perbandingan dapat dikatakan lebih jika terdapat objek pembanding.
Maka, makna "lebih tinggi", "lebih baik", "lebih berguna" dan sebagainya perlu kalimat lanjutan dan tergantung parameter memandangnya.
Sebagai seorang muslim kita tidak diminta untuk lebih baik dari orang lain, pun jika memang ia sekalipun (misalnya) yang memiliki otoritas menilai tentu bukanlah seorang makhluk seperti kita. Kita hanya dikatakan beruntung apabila menjadi lebih baik dari hari kemarin, seperti yang disampaikan dalam salah satu Hadist Nabi Muhammad SAW.
"Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, (dan) barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan bahkan, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka."
Untuk itu juga, dalam mengatakan suatu hal "lebih tinggi" atau "lebih baik" dan seterusnya, kita juga memiliki parameter jelas ialah penerang dan pertunjuk bagi semua makhluk, bukan hanya nilai-nilai kemasyarakatan umum yang telah tercemar dan tercampur aduk.
1 note
·
View note
Text
Ramadhan Insight: 5. Semoga kita ingat dan berusaha menepati janji-janji kita.
"Penuhilah janji-janji, yaitu janji-janji antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan dirinya sendiri, selama janji-janji itu tidak mengharamkan yang halal dan tidak menghalalkan yang haram"
Menunaikannya, bukan hanya tentang urusan kita dengan Allah saja.
Bukan pemenuhan agar tidak dicap sebagai "si munafik"; lebih dari itu, ada suatu entitas yang memiliki hati nurani yang kita berikan harapan padanya melalui janji-janji itu.
Maka jikalau hari ini kita tengah diputari untuk mencintai diri sendiri, dan memilih untuk mengabaikan apapun yang menurut kita membuat mengurangnya cinta itu.
Maka kembalilah lihat janji yang pernah terlontarkan; apakah sudah dijalankan atau malah sebaliknya ia berubah haluan.
2 notes
·
View notes
Text
🌱
Semoga akan datang hari di mana kamu tidak perlu lagi berusaha sekeras itu hanya untuk dicintai. Hanya untuk dipedulikan. Kamu tidak perlu lagi mengemis dan memohon agar seseorang melihat dan menyayangi dirimu. Kamu tidak perlu mengubah apa pun dari fisikmu hanya karena merasa bahwa menjadi berbeda adalah sebuah syarat untuk bisa dicintai. Semoga akan datang hari di mana, kamu akan merasa baik-baik saja dengan cintamu ke diri sendiri.
235 notes
·
View notes
Text
Oge
Sometimes you need to sleep, sleep a lot. Not to escape, but to rest your soul from your feelings. Because everything, absolutely everything devours you. Completely.
—Brain
33K notes
·
View notes
Text
Ramadhan Insight: 2. Sejauh apapun, ikhtiar kita adalah mencari-Nya
"Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya"
Ramadhan pertama, dengan segala riuhnya perihal dunia.
Aku memutuskan untuk berdiam sejenak kembali pada rumah, sedikit tak sebanding dengan perjuangan safarnya, karena hanya beberapa jam saja di sana.
Namun Allah telah memberikan kesempatanku untuk meluaskan ikhtiar.
Bukankah hal demikian juga telah dilakukan oleh Baginda Rasul di peradaban yang jauh sekali dari kita sekarang?
Di Bulan Ramadhan ketiga kala itu, Rasulullah berkontemplasi dan berdo'a menyendiri memikirkan keadaan manusia dan fenomenanya kala itu di Gua Hira, Jabal Nur.
Ini semua tentang pilihan dan ikhtiar untuk melarikan diri sejenak, bukan untuk meninggalkan tanggung jawab namun untuk menatanya dalam titik tenang yang membawa kita pada alur pemikiran yang lebih baik.
Semua tentang mengusahakan dan memperoleh apa yang tengah diusahakan. Hal terpenting jangan pernah mundur namun cukup diam sejenak dan kembali kita atur.
2 notes
·
View notes
Text
Ramadhan Insight : 1. Jalan yang Jauh, tapi Dia Selalu Dekat
"Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Dalam perjalanan kehidupan dunia yang sebenarnya singkat setelah menyadari ada kehidupan setelahnya, kita telah atau akan menjalani perjalanan yang jauh. Jauh secara bahasa maupun jauh secara perspektif masing-masing.
Di sudut sana, ada kenangan masa kecil bersama ayah bunda, teman sepermainan yang tak pernah bertemu sejak belasan tahun lalu bahkan hingga senyuman tulus untuk menjalani hari-hari kala itu.
Di sudut lainnya, jauh di sana kita dapat melihat sebagian luka yang walau begitu jauh namun sangat mudah untuk dirasa. Luka itu berupa penyesalan tak meletakkan usaha lebih untuk berbakti, tak bisa menjadi yang terbaik versi orang-orang yang kita sayangi, serta semua goresan dari luar yang tak pernah kita ungkapkan; selalu merasakan dengan sembunyi-sembunyi.
Namun ternyata, di balik jauhnya diri kita berjalan dari banyak sudut-sudut itu, ternyata Allah begitu dekat.
Allah akan dengan mudah mengabulkan untaian kalimat cinta kepada-Nya, hati yang selalu takut dan tertaut kepada-Nya dan semua aktivitas yang tertuju satu, meraih ridho dari-Nya.
Maka hari ini, mendekatlah semua kita dengan-Nya—menunjukkan cinta abadi kepada Allah dengan mengikuti perintah-perintah melalui kalam-Nya dan ajaran manusia termulia yang selalu kita rindukan hadirnya.
"Sebab sejauh apapun kita berjalan, Dia selalu dekat"
1 note
·
View note
Text
[Pengalaman Pertama ku]
Maaf untuk hal yang selalu menyebalkan dan mengganggumu selama ini.
Maaf tak pernah bisa biasa saja seperti pendahulu-pendahuluku.
Maaf untuk semua waktu yang ku sita yang bahkan bisa kau alihkan dengan aktivitas-aktivitas manfaatmu.
Anehnya, aku menyukai angka 1 namun aku tak begitu menyukai pengalaman pertama yang beberapa kali berhasil melukaiku di hidup ini.
Ini pengalaman pertama ku, setelah aku menyakiti diriku sendiri menjadi kakak yang tak boleh menangis di 23 tahun terakhir.
Hari itu, (yang bahkan kau pun belum tau kapan itu) menjadi hari paling berbedaku di tahun itu.
"Ternyata, cukup menyenangkan ya, dipedulikan dan diperhatikan"
Berlalu lah ia terus dengan hari-hari yang cukup berwarna.
Untuk pertama kalinya aku yang tak bisa mengungkapkan rasa akhirnya berani berbicara.
Dan banyak lagi hal-hal pertama yang ku temukan karenanya.
Tahu kah engkau, bahwa "menanyakan keadaanmu" di setiap hari termasuk dalam agenda wajib harianku; aku ingin semua yang ku sayang telah dipastikan baik kabarnya.
Duhai kakakku.
Bolehkah kau tak mengulanginya padaku?
Aku akan pergi jika memang sudah waktunya, tanpa harus disuruh.
"Kau boleh saja kapanpun pergi kalo memang dirasa tidak cocok"
Sebuah kalimat yang bahkan akan merasuk di alam bawah sadarku.
Kau tau, tiada hubungan panjang apapun di dunia ini yang harus sepenuhnya ideal dan merasakan semua intensitas komponen apapun sama dan cocok.
Namun, kalau memang kata itu dari hatimu, lagi-lagi maaf "ini hanyalah kesalahan di pengalaman pertamaku"
Ditulis di pagi hari, di hujan yang menutupi air mata.
dari nama tersingkat yang kau buat.
n.
0 notes
Text
"The Art of ..."
Ada beberapa hal dasar, yang dapat menjadi hal besar di dalam relasi yang berdasar pada kasih sayang dalam hubungan apapun.
The Art of Responding to Others
Responlah mereka dengan respon-respon terbaikmu, entah dengan mengulang pernyataan mereka, mendetailkan dengan pertanyaan terhadap apa yang tengah dibahas, atau dengan memberikan ekspresi paham, dan berusaha mengelaborasi topik sehingga menjadi bahasan yang tak terpotong tersebab tak begitu peduli dengan topik tersebut. Jika diperlukan, cari bagian tertentu di hidupmu yang dapat dikaitkan dengan cerita mereka (namun fokusmu bukan membandingkan) tapi mengaitkan dan hanya sebagai referensi saja.
The Art of Appreciating The Moment
Dalam kehidupan dewasa yang menyita waktu dan energi, tentu semua dari kita telah berjuang dan berkorban untuk menjaga stabilisasi rasa.
Hargailah setiap momen yang dicipta atau tak sengaja tertata.
Jika kau tak sengaja bertemu lalu ada kepingan situasi yang membuat kalian mampu berkomunikasi, tanyalah kabarnya dengan tulus terlebih dahulu, atau boleh kau basa basi men-foll-up bahasan chat terakhir kali kala itu. Dengan begitu, mereka merasa sedikit diberikan kepedulian atau sesederhana hanya diingat kehadiran.
Lalu, apabila kau bertemu karena sebuah perencanaan; kau tabung waktu sempitmu untuk mengutarakan beberapa terik dan badai yang telah kau temui selama sepekan. Maka, berusahalah semaksimal mungkin untuk tidak lagi memecah ruang dan waktu itu walaupun dengan medium yang berbeda sekalipun. Di beberapa hati, ada yang tak berani untuk mengutarakan dan memilih diam dan menabung ketidakidealan yang memicuh penjauhan.
The Art of Focusing...
Hindari beberapa bahasan yang pada dasarnya lawan bicaramu harus mencari referensi di luar kehidupan dia; ia tak pernah bisa terkorelasi dengan bahasan tersebut dan membuat tidak hidupnya komunikasi verbal pada saat itu.
Berusahalah untuk mengurangi kebiasaanmu melihat persegi panjang digital yang kapan saja dapat kau sentuh namun melewatkan beberapa jam yang sebenarnya telah disusun beberapa hari yang lalu.
Hindari juga bahasan yang padanya dapat mengingatkan ia terhadap sebuah rasa sakit, insecurities, trauma, atau sebuah penyesalan-penyesalan.
Namun di atas semua hal di atas, merawat dengan memahami dan memaklumi setiap hal yang terjadi menjadi pilihan dalam menghindari kerumunan kekecewaan.
Untukku, sebelum kamu.
1 note
·
View note
Text

The Golden of The Next 10 Years
Kala itu, pertemuan kita akan diawali dengan senyummu yang lebih ikhlas, hatimu yang lebih luas serta sikapmu yang semakin tegas.
Aku akan melihat sosokmu dalam kondisi terbaik; selesai dengan banyak hal, berdamai dengan banyak keadaan dan menghilangkan kebiasaan menghambur-hamburkan tangisan.
Kala itu, mungkin jarak dan frekuensi temu tak lagi menentu. Mungkin juga kita tak ada lagi waktu untuk sekedar bertanya "Adakah yang bisa dibantu?" atau sekedar mengingatkan untuk tidak telat makan dan tidur tidak lebih dari jam satu :v
Namun pintaku, mari tetap untuk saling ingat serta saling butuh.
Di masa itu, kamu telah menemukan sosok yang akan selalu mengisi hari-harimu yang dulu pernah sendu.
Ia akan percis sepertimu, lalu kalian akan menjadi dua tokoh utama yang saling memenangkan dalam cerita panjang yang menyenangkan.
Tak ada lagi pesimisme dan kekhawatiran abstrak di sela-sela malam yang dulu pernah menikam; yang hadir hanyalah tenang, senang dan menang.
Kabar gembiranya lagi, kau tak akan selamanya ada, namun keberhargaanmu akan selamanya dipinta.
Maka saat itu, hadirlah sosok kecil yang dulu sering kita khayalkan. Sosok yang telah mengenal tuhannya dengan baik sedari ia di ruang kecil terkuat milik ibunya yang istimewa.
Saat itu, ia mulai bertumbuh menjadi malaikat kecil yang mencintai pedoman hidupnya, bertutur dengan selembut-lembutnya, dan berfisik yang meneduhkan hingga semua dapat mencintainya.
Ps. This post is for punishment :v
3 notes
·
View notes
Text
Ajak Aku..
Aku hanya ingin melihat, jalan-jalan yang kau tapaki tatkala menahan buliran ekspresi kesedihan menuju ke sekolah karena sosok tercinta itu tengah tak berdaya.
Aku hanya ingin lebih paham, bagaimana senyum langit-langit rumahmu menyaksikan setiap malam ikhlasnya do'a-do'a yang terpanjat demi sebuah kepulihan.
Aku ingin jua mengerti, bagaimana setiap harinya pagi menerjangmu serta sore tak jarang mengecewakanmu.
Aku hanya ingin lebih tau "biasa-biasanya kamu dulu".
Yang menjadikan tatapmu yang teduh, sabarmu yang tak layu, dan ikhlasmu yang senantiasa bersatu.
ps. Ini hukuman karena melanggar kesepakatan🫠
1 note
·
View note
Text
"Labuhan Para Tokoh"
Maret nampaknya telah berlalu, namun aku masih di sini-sini saja; tak pernah selesai mengenali diri.
Tahun ke-23 mengenali diri serta menemui banyak entitas baru dalam hidup memang suatu hal yang masih terbilang relatif pendek waktunya.
Namun, aku sadar pada umur yang tak remaja lagi, tahun ini aku harus lebih ringan lagi untuk biasa-biasa saja terhadap hal yang tengah dan sudah hilang. Bukan masanya lagi untukku menempatkan banyak ekspektasi, tak terkecuali pada diri sendiri.
Banyak orang yang mengutip seperti ini "Kita tidak bisa mengandalkan siapapun, kecuali diri sendiri", namun itu tidak berlaku bagiku, karena tak jarang aku menjadi manusia yang tak bisa diandalkan😌
Berakhirnya Maret, menandakan kapal ke 23 akan berjalan ke angka berikutnya, ke angka yang tak pantas lagi diletakkan sebagai lilin ulang tahun hehe.
Bulan ini, mengajarkan aku bahwa beberapa tokoh utama di dalam hidupku tak pernah menjadi kekal, selalu ada yang pergi, entah itu dengan pamit atau tidak; entah itu dengan labuhan lain ataupun hanya tak ingin lagi hadir di cerita ini.
Selalu ada yang datang, entah itu dengan permisi, atau yang langsung masuk ke relung hati.
Bagaimanapun, aku berharap semua tokoh yang tengah berperan pada cerita orang lain yang mungkin lebih menarik itu, semoga Allah akan tetap hadirkan hatinya untuk penciptanya, tak terbuai akan cinta yang dicipta oleh-Nya.
See ya Maret berikutnya! (Jika Allah beri umur setidaknya 1 tahun lagi)
ent.

1 note
·
View note
Text
Perjalanan yang Panjang; Kuncinya Berusaha Jadi Serba Bisa
Semenjak itu, tak ada lagi do'a yang tak panjang, karena do'aku bukan lagi tentang diri, ayah, ibu ataupun keluarga lainnya.
Hari itu, terbinanya, terkaryanya, dan terekrutnya mereka, menjadi tanggung jawabku.
Bertahun-tahun, aku mengembannya sambil belajar di sepanjang perjalanan. Namun, belum cukup waktu itu untuk aku memahaminya sepenuhnya.
Sejak saat itu, air mataku jatuh bukan lagi sebatas karena tugas kuliah dan pekerjaan kantor yang menumpuk, namun air mata itu mengalir ketika tersadar, aku seringkali merasa sendiri. Aku merasa aku harus bisa melakukan semuanya dalam waktu yang singkat, bahkan kadang minim apresiasi, bahkan sebatas 'Terima Kasih' pun harus kudapat dari diri sendiri.
Aku yang menjadi penginisiasi, aku juga yang harus berkreasi, aku juga yang harus basa basi.
Orang sepertiku, katanya tak pantas berkeluh dan merasakan lelah dan peluh.
Amanah tidak pernah salah pundak, katanya.
Namun tahukah, bahwa pundak yang telah kalian limpahkan pemberat ini, jarang sekali ditanyakan kabarnya, kondisinya, atau sekedar inisiatif meringankan bebannya.
22 Maret 2023 M
12 Ramadhan 1445 H
23T9H
1 note
·
View note