#manusia kucing
Explore tagged Tumblr posts
Text
Cookies
Satu gigitan, atau sisa cokelat di tepi bungkus, sisa nasi di piring tumpeng, akan tampak amat sangat berharga untuk sebagian orang yang berjuang demi mencapai rasa cukup.
Sebungkus nasi kucing adalah nasi yang mungkin paling sedikit dan murah di desa itu, namun keberadaanya membawa berkah untuk para pencari garis murah, atau manusia dengan visi "hanya kenyang". Semuanya, berfaedah.
Kadang kala saat peluang itu di depan mata, engkau bersikap angkuh. Ya, seseorang tengah menyadari itu. Penyesalan selalu ada dibelakang. Bagaimana selanjutnya?
Bagai cookie yang terbagi dua, cookies. Pilihannya adalah, satu untuk dirimu sendiri dan membuatmu lebih kenyang, atau bagi dua dan berbagi senyum kepada belahan yang membawa cookies kamu. Pikirkanlah manfaatnya. Ya, manfaatnya.
#dinaandme#no regret#cookie#cookies#gigit#cokelat#coklat#berharga#orang#berjuang#cukup#hikmah#nasi kucing#kucing#berkah#garis#murah#manusia#visi#kenyang#faedah#kehidupan
0 notes
Text

pict by pinterest
Terbiasa menjadi manusia yang peka dan engga apatis, tiba-tiba dihadapkan realita untuk menjadi seorang yang engga peduli, itu rasanya ga enak banget ya?. Berusaha mengabaikan hal yang rasanya kita punya kapasitas untuk membantu, nyatanya engga mudah.
"YaaAllah, ini aku jahat ga sih?", bertanya-tanya hingga mencari validasi, apakah langkah yang diambil sudah benar? Akankah ada orang-orang yang akan menggantikan peran atau amanah yang kita tolak untuk ambil?
Kalau lihat orang lain yang seringkali bilang "udahlah bukan urusanku juga" "aku gak mau ngurusin, bukan tugasku" sepertinya mudah sekali terucap. Terkadang aku yang mendengarnya, hanya meringis sambil beristighfar, semoga aku engga merasa jadi orang yang lebih baik hanya karena termasuk orang yang bersedia "direpotkan".
Kalau ditanya kenapa bersedia repot untuk banyak urusan, repot untuk sekedar menjadi pendengar cerita teman berjam-jam, repot untuk sekedar mengerjakan pekerjaan yang orang lain engga mau mengerjakan, jawabanku "semoga itu jadi ladang pahala untuk aku yang mengambil kesempatan".
Tiap detiknya, aku selalu menempatkan diri sebagai seorang hamba yang banyak dosanya, sebagai seorang hamba yang butuh segala kesempatan berbuat baik yang Allah berikan, yang semoga dengan kesempatan sekecil apapun, kebaikan itu bisa menjadi penggugur dosa-dosa yang entah seberapa banyak.
Seperti kisah Nabi Musa yang merasa berdosa karena tak sengaja membunuh tentara Firaun. Menjadi buronan, tak memiliki rumah dan pekerjaan, serta terusir dari tanah kelahirannya. Dengan rasa letih yang tak terkira, masih mau membantu dua putri "Syaikhun Kabir" dari kota Madyan. Setiap kesempatan yang datang, Ia anggap sebagai cara mengundang ridho Allah atasnya.
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan padaku" (QS. Al-Qashash : 24)
Walaupun mungkin banyak orang yang engga setuju dengan pemikiran ini. Tapi, gimana mau menolak kesempatan berbuat baik kalau yang terlintas di pikiran adalah ayat yang tiap hari ku panjatkan, kuucapkan dan kuminta lebih dari lima kali dalam sehari? :")
=====
Ya gimana, ngeliat kucing sendirian aja mikir "dia kesepian ga ya" 😭
20 notes
·
View notes
Text

Berkenankah aku duduk disini??
Teman datang tanpa disangka, kadang bukan manusia yang membawa hangat, melainkan seekor kucing yang diam-diam duduk di hadapanmu.
Seolah berkata:
"Aku tahu kau lelah. Boleh aku duduk di sini?"
Tak ada basa-basi, tak ada tanya, hanya mata bening dan tatapan lembut yang terasa seperti pelukan yang tak pernah kau minta tapi ternyata kau butuhkan.
Dia tak butuh kata-kata, cukup hadir, cukup diam, cukup dekat, dan tiba-tiba, sepi itu punya teman.
Meski hanya seekor kucing, tapi rasanya seperti pulang.
16 notes
·
View notes
Text
Sebab aku telah letih mencari dada yang paling lapang soal memaklumi ketidaksempurnaan dan ketidakberdayaanku, aku memeluk segala sesuatu selain tubuh manusia. Ialah, pepohonan dan bunga-bunga, kucing dan serangga, aksara dan segara, bumi dan angkasa.
114 notes
·
View notes
Text
Menikmati hari ini adalah kau berbuat baik; tidak menyakiti orang lain, menolong siapapun baik manusia ataupun kucing yang sedang kedinginan, membantu ibu di rumah, belajar dengan sungguh-sungguh, beribadah kepada Allah dengan ikhlas, dan memaafkan orang lain dengan lapang. Lalu kau akan menikmati hasil dengan catatan yang abadi di akhirat nanti.
Prosa #12
27 notes
·
View notes
Text
aku ingin menjadi rumah
aku ingin menjadi rumah. bagi diriku yang tidak sempurna (sebagaimana manusia lainnya) ini. aku ingin menjadi rumah, bagi baiknya diri yang sedang kuusahakan. aku ingin menjadi rumah, bagi buruknya diri yang sedang kuupayakan untuk tersisihkan. aku ingin menjadi rumah yang aman dan nyaman untuk diriku sendiri.
di rumahku, aku bisa memeluk segala yang ada pada diriku. berhasil-berhasilnya, juga gagal-gagalnya. di rumahku, aku bisa duduk dengan tenang dan tidak terburu-buru ke sana kemari. di rumahku, meskipun aku tahu tidak selalu aku punya waktu, aku bisa berbaring dengan ringan.
rumahku tidak akan besar. ukurannya kecil saja, perabotannya pun belum lengkap. pelan-pelan jumlahnya akan bertambah, tapi kalau hilang suatu saat nanti pun tidak masalah. ada tanaman-tanaman yang tanahnya rajin kusirami dengan air. ada sayur-sayuran yang butuh tenaga untuk merawatnya, tapi menjadi asupan harian yang sehat. tidak harus ada kucing karena aku tidak begitu suka hewan itu.
di rumahku, tenangnya menjelma hangat. di rumahku, riuhnya menjelma gembira. di rumahku, semua perasaan dirayakan. bahagia disambut dengan tangan terbuka, begitu pula sedih yang terkadang datang meminta secangkir teh tanpa gula. kecewa juga sesekali tiba, setelahnya giliran penerimaan yang berkeliling ruang keluarga.
aku ingin menjadi rumah.
suatu saat nanti, mungkin ada rumah lain yang bersedia kudatangi. makin lama, rumah itu mungkin berkenan kutambahi dekorasinya. pemilik rumah lain itu mungkin bersedia juga bila aku sering berkunjung dan memasakkannya sup makaroni jamur. sebaliknya, suatu saat nanti, mungkin rumahku bersedia didatangi pemilik rumah lain. makin lama, rumahku bertambah satu set alat makan dan alat mandinya. aku mungkin berkenan pula pemilik rumah itu sering bermain dan membaca di teras rumahku.
mungkin waktu itu akan tiba. tapi, selagi penghuni rumahku masih satu-satunya adalah aku, aku mau menikmati setiap inci rumahku. mengenali setiap sudutnya. menjaga dan merawat setiap permukaannya dengan hati.
aku ingin menjadi rumah untuk diriku sendiri. yang aman, nyaman, walau harus repot setiap saat kurawat dengan hati.
senantiyasa, 2024.
43 notes
·
View notes
Text
Di Perut Lalat yang Mengaji
Tepat jam dua belas siang, kota meleleh. Asap knalpot menjelma kuntilanak yang sedang makan bakso. Kupesan secangkir kecemasan tanpa gula di sebuah warung kopi, sebab manis sudah menjadi komoditas langka sejak cinta dijual eceran di pasar loak.
Di depanku, seorang lelaki berkepala radio membacakan berita kematian terakhir, “seorang perempuan jatuh cinta lalu ditinggal, dan tidak ada yang peduli karena itu bukan berita baru.”
Kucing-kucing berpolitik di bawah meja. Berkampanye tentang revolusi tidur siang dan pemusnahan tikus-tikus kapitalis. Aku akan ikut tepuk tangan, lalu sadar kalau tanganku hilang sejak minggu lalu. Kemungkinan dipinjam mantan pacar untuk menampar dirinya sendiri.
Malam harinya, aku memandangi cermin dan melihat seekor kecoa menangis. Ia mengaku sebagai manusia yang terkutuk karena terlalu sering menyangkal bahwa ia kesepian.
"Jangan bawa pulang yang sudah pergi," kata suara dari dalam rak buku, tapi aku keras kepala dan memang sejak kecil terlalu sayang pada hal-hal yang menolak tumbuh.
Maka kuletakkan diriku di atas kompor, berharap bisa menguap bersama alasan-alasan yang tak pernah selesai dikunyah.
14 notes
·
View notes
Text
Ied Mubarak! 💌✨️

Taqabbalallāhu minnā wa minkum, shiyāmanā wa shiyāmakum, kullu 'āmin wa antum bikhair.
Mengucapkan selamat Hari Raya Idulfitri 1446 H untuk seluruh warga tumblr; minal āidin wal fāizin, mohon maaf lahir dan batin 🙏🏻
Lebaran tahun ini, melegakan. Sungguh, melapangkan.
Setelah melalui dua puluh satu momen lebaran, akhirnya bisa lebih santai untuk membuka obrolan dan bersalaman. Mengingat aku yang dari dulu cukup menahan diri sebagai manusia pemalu :)
Hari pertama, perjalanan mudik Solo-Kediri melewati rute menjemput adik di Trenggalek. Mengantuk karena semalam begadang dan pagi tadi telat terburu-buru. Menikmati perjalanan santai dan tertidur, bangun saat melewati jembatan –yang ada monyet– sebelum masuk daerah rumah mbahkung.
Siang hari sampai rumah mbahkung dan sudah ada budhe pakdhe yang sampai tidak lama sebelum kami. Bersalaman dengan bulik yang tinggal di sana, menanyakan kabar anaknya yang dua bulan lalu patah.
Melihat bed mbahkung kembali di rumahnya dan bukan di rumahku lagi, kursi roda dari budhe, juga kruk menggantung, mengingatkan seluruh momen sepanjang empat tahun lalu. Sudah tutup cerita, semua melihatku sudah bahagia seperti biasa.
Sore hari menyantap hidangan di meja makan. Budhe membuka obrolan sedikit berat yang cukup lama berlangsung, kurang lama sebenarnya. Sayang sekali harus terjeda, sedang masih ada segudang cerita. Budhe, aku sudah tidak seperti dulu lagi yang menangis di hadapan semua.
Obrolan berlanjut dan bahasan berganti. Membuka wawasan dan meluaskan pandangan. Belum tentu terlihat sama, yang baik menurut kita. Menerima kritik pada sanjungan yang bahkan bukan aku, bukan milikku. Hanya sering kuceritakan saja, baiknya. Lalu tentang kemandirian saat mendewasa. Budhe dan segenap teladannya.
Malam hari memulai tradisi 'nglencer' sekitar rumah, keluarga mbahuti. Sudah lamaa sekali rasanya, semenjak terakhir ikut serta. Ah iya, sudah dimulai sejak sore ke rumah depan dan rumah mak e.
Pada satu rumah, seorang bapak bercerita. Mengkhawatirkan anak gadisnya yang belum kromo, sedang usia sudah tak lagi muda. Sudah berusaha, hanya belum bertemu jodohnya.
Melihat respon budhe bulik, teringat ramai sosial media akan pertanyaan menyebalkan saat lebaran, lalu terdiam. Sungguh, daripada menyebalkan, seluruh perhatian ini lebih terlihat sebagai kasih sayang. Kepedulian keluarga, kadang sebatas itu tanpa muatan buruk untuk menyakiti. Meski setiap keluarga berbeda, mari kita santai saja menghadapi pertanyaan sebagai doa.
Lanjut ke rumah sebelah masih satu pagar. Sedang duduk menikmati suguhan, budhe menunjuk arah pintu dalam, "lihat tuh, foto cewe cantik ditempel di pintu masuk" hahaha aku hanya tertawa, "belum nikah ini orangnya" tertuju pada tuan rumah yang sudah sepuh. Hah? shock dikit karena rupanya ini alasan budhe terfokus pada beberapa pajangan foto.
"Makanya besok kalo udah ada yang dateng sebelum tiga puluh langsung aja" wejangan sakti budhe keluar. Wah bisa saling terhubung ya pesan antar rumah. Sebelum dua rumah ini pun, saat diperkenalkan pada seorang nenek, beliau bertanya, "mpun kromo?" yasudah, memang bukan anak-anak lagi seperti dulu.
Rumah terakhir sebelum pulang, tadinya ragu mau berkunjung. Pintu pun tertutup, budhe turun hanya untuk melihat kucing dan kebetulan pemilik rumah baru datang dari nglencer. Semua ikut turun dan masuk ke ruang tamu. Budhe mengambil kesempatan untuk bawa pulang kucing haha, "Di rumah sudah ada sembilan, kurang satu." Niat hati adopsi satu eh bawa pulang tiga :) 2 anak 1 induk.
Pulang dan beristirahat. Paklik membuat kandang kucing darurat. Tidur persiapan esok hari untuk nglencer jauh, agenda utama pulang kampung.
Hari kedua, seperti biasa. Memulai pagi dengan grasa grusu antri mandi. Eh tapi sudah lebih santai daripada saat dulu masih kecil, oh atau saat dulu mbahkung masih ada. Memang setelah orang tua tiada, hampir semua berubah begitu saja. Mau pulang kemana?
Saudara lain mulai berkumpul, rombongan tiga mobil berangkat dari rumah, nanti menyusul lainnya. Dulu, selalu sewa elf untuk sekeluarga besar. Saat belum ada yang punya mobil dan kami persepupuan masih kecil.
Nglencer tahun ini lelah sekali, molor waktu dari biasanya. Padahal rumah-rumah yang dikunjungi sudah tak sebanyak sebelumnya. Entah karena sudah tak jalan bersama atau hal lainnya, mungkin ya lelah saja.
Lalu yang melegakan dari tahun ini adalah aku, yang sudah lebih biasa. Tak terlalu banyak menahan rasa, apa adanya. Sudah ringan hati saja untuk saling sapa antar saudara.
Cerita nglencer hari kedua dipersingkat saja, kejar tayang setelah sebulan puasa. Puasa nulis maksudnya :)
Seharian penuh keliling sampai Blitar–Wates–Kandat dll menyerap habis tenaga. Sampai rumah mbahkung maunya langsung rehat saja. Antre kamar mandi untuk bebersih dan makan sate langganan sepulang dari nenek.
Kukira semua akan menetap malam ini dan ramai bergemuruh seperti dulu lagi. Ternyata pulang, kembali ke rumah masing-masing meski sudah larut. Tempat pulangnya sudah berpisah semua, kembali berteman sepi.
Menikmati sate di teras depan demi melihat sampai ujung yang lain pulang. Tak mau terlewat berpamitan, tambah seorang yang salaman setelah bertahun lamanya berjauhan haha. Menyusul mba sepupu dan terlarut obrolan sampai jam satu malam.
Obrolan yang tak pernah ada sebelum malam ini. Di tengah makan, "Setelah lihat itu, kamu gimana?" wkwkw udah saling tahu arah pertanyaannya. Jadi masuk ke pembahasan tentang persepupuan, sambung dulur, masa kecil, masa depan, kehidupan. Sebenarnya, kunci obrolan lepas memanglah terbuka. Mesti berani terbuka untuk bercerita ataupun bertanya. Melapangkan.
Setelah obrolan panjang sampai pintu depan ditutup dan semua tertidur, kita masuk dan bebersih lalu menyusul tidur bersisian.
Hari ketiga, bersiap pulang. Sat set mandi sarapan lalu jalan. Belum sempat pamitan langsung sama semuanya karena ada yang di belakang.
Perjalanan kali ini berbeda. Bosan dengan rute utama setiap menjemput dan mengantar adik melewati Trenggalek – Ponorogo – Wonogiri – Sukoharjo. Mengambil rute lain melewati kaki gunung, Magetan – Tawangmangu. Sepanjang jalan kenangan.
Berniat mampir telaga sarangan tapi urung saat melihat panjang antrian mobil masuk dari ruas jalan. Aku mengantuk dan terbangun tepat di daerah dulu mengajar. Sebelum jatuh kecelakaan, 2021. Akhirnya kesampaian lewat lagi setelah 4 tahun berlalu.
Begitulah kembali mengantuk hingga sampai depan rumah. Alhamdulillah.
——————————————————
legaaaa banget setelah nulis panjang lagi wkwk meski duhh banyak bgt motong cerita :) enjoy the story, guys! entah masih mengalir atau engga ceritanya setelah lama ga nulis hiks (haha).
special thanks 💐 buat yang baca sampai kalimat ini dan buat yang menanti tulisan ini (kalo ada haha)
(( 08.48 // Ahad, 6 April 2025 )) Rumah. Boyolali. Sebelum kembali ke rantauan siang nanti.
8 notes
·
View notes
Text
List Kegagalanku di Tahun 2023
Di luar arus umumnya, aku ingin berbagi kegagalan apa saja yang ditakdirkan di tahun 2023. Hehe. Panjang.
Januari
Tentunya skenario mengawali tahun baru dengan sakit.. tidak pernah ada dalam bayanganku.
Bukan. Bukan karena harus dirawat inap selama 6 hari dengan 3 dokter spesialis, sampai harus izin ganti jaga IGD karena masih berstatus dokter internsip. Bukan karena diagnosisnya cukup langka jadi ragam tes harus dilakukan. Bukan.
Agaknya aku lebih ingin menggarisbawahi bahwa 6 hari itu mengubah persepsiku tentang 24 tahun hidupku.
Dan kegagalan pertamaku adalah sempat menyalahkan diri, bahkan.. sempat mempertanyakan Allah: kenapa aku?
Sikap kontraproduktif.
Ternyata manusia memang tempatnya mengeluh, tempatnya ketidaktahuan ya.
Siapa sangka, sakitku itu justru membawa banyak keberkahan di kemudian hari. Membuka pintu-pintu unik yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Februari
Kegagalan keduaku adalah gagal mengkomunikasikan dengan baik terkait pekerjaanku sebagai asisten penelitian.
Akhirnya aku memutuskan resign dari pekerjaan sampinganku untuk fokus ke internsip dan pemulihan sakit. Di momen ini aku malu, karena rasanya gagal membina hubungan baik dengan dosen. Gagal pula manajemen diri dan waktu dengan baik. Sampai bertanya-tanya, kok bisa ya saat S1 dan koass kuat? Apa tidak pernah diuji sedemikian fisikku dan mentalku?
Tapi justru di titik ini aku belajar, suatu pelajaran penting. Ingatkah kisah tentang contoh mastatha’tum seorang syaikh, yang berlari sampai pingsan?
Di sini Allah sedang mengingatkan pertanyaanku ke seorang ustadz 2018 silam: bagaimana kita mengetahui batas kita dalam mastatha’tum ustadz?
Maret
Aku gagal menyelesaikan amanahku di komunitas yang kuikuti dengan baik. Adabku nampaknya perlu ditilik kembali.
Aku tidak bisa ikut rihlah dan menyelesaikan tugas akhirku di kelas tersebut. Pasalnya, setelah ke beberapa dokter di Indonesia, akhirnya orang tua membawaku ke Singapura untuk check up. Dan seperti cerita-cerita yang sering viral di sosial media, dokter di sana berbeda pendapat dengan dokter di Indonesia.
Aku dinyatakan berstatus “saat ini Anda sehat, tapi perlu pengawasan.” Suatu diagnosis abu-abu. Tidak dapat tegak, tapi juga tidak dapat dieksklusi. Menarik.
Siapa sangka, sebagai dokter aku justru jadi pelaku health tourism sebagai pasien? Ayah dan ibu berkata: kelak perjalanan ini pasti akan bermanfaat bagi kamu. Aamiin.
Oh ya di sisi lain, aku merasa gagal juga membuat orang tuaku bangga. Jadi sedih karena merepotkan. Terharu karena melihat sedemikian khawatirnya mereka.
April
Ternyata dalam bab ber-Qur’an pun, aku gagal mencapai target. Aku tertinggal jauh.
Kebanyakan alasan. Kebanyakan bermalas-malasan. Jaga lah, capek lah, badan sakit lah.
Tapi Allah kasih rezeki berupa Ramadhan. Dan Allah karuniakan rasa di hati: bagaimana kalau ini Ramadhan terakhirku? Itikaf terakhirku?
Rasa yang membuat bulan mulia itu begitu sulit dilepas. Alhamdulillah. Semoga kita tidak termasuk dari mereka yang mahjura terhadap Al-Qur’an.
Di kegagalan ini aku belajar tentang adab izin ke Allah: bahwa keikhlasan pun perlu diminta, keistiqomahan pun perlu diminta.. dan ternyata Qur’an memang jadi obat terbaik untuk sakitku.
Mungkin memang sebenarnya jiwaku ini yang banyak penyakitnya, ya.
Mei
Laju hidupku berubah ketika internsip periode rumah sakit selesai dan beralih ke puskesmas. Layaknya testimoni teman-teman, periode puskesmas akan lebih luang dan tidak melelahkan (dan membuat naik berat badan).
Tapi aku gagal menaikkan berat badan. Haha (naik sih, tapi turun lagi)
Memang tiga hari setelah pindah stase dari RS aku tidak nafsu makan. Aku hanya banyak menangis dan mencoba alihkan pikiran dengan game kucing. Haha.
Kenapa? Aku merasa gagal manajemen code blue dengan baik, di jaga malam terakhirku. Aku kehilangan seorang pasienku. Innalillahi wa inna ilaihi raajiun. Kepergiannya, kelak menjadi kebaikan bagiku (dan untuk almarhum lah, aku dedikasikan sertifikat ACLS-ku). Terima kasih Pak, semoga Allah lapangkan kuburmu. Al fatihah.
Juni
Lagi-lagi gagal untuk mengelola stress. Haha. Di bulan Juni aku mendaftar tes TOEFL iBT. Setelah memantapkan hati mendaftar LPDP. Tentunya belajarnya H-10 karena mepet. Akhirnya gejala sakit kemarin muncul lagi. Duh, Hab.
Sedih juga, karena gagal mendapat nilai yang kutargetkan, kurang 4 poin.
Tapi alhamdulillah, memenuhi syarat. Walau ujian sambil merasakan macam-macam gejala efek samping obat.
Juli
Gagal mengumpulkan berkas LPDP sebelum deadline.
Terbukti benar kata Ibu, perjalanan sakitku dari Januari membawa hikmah. Itulah yang menjadi kisah latar belakang di esai kontribusi, yang seakan Allah tunjukkan: ini nih my calling.
Tapi aku mengulur waktu, dan akhirnya baru mengumpulkan berkas di beberapa jam sebelum tenggat. Di mobil. Saat aku perjalanan dari Jakarta ke Jogja. Haha. Terbayang betapa tingginya adrenalin malam itu.
Agustus
Gagal juara 1 di lomba yang kuikuti.
Sakitku.. selain menghantarkanku untuk daftar S2 (ketimbang langsung PPDS/ kerja), juga menghantarkanku untuk mencoba banyak hal untuk menambah pengalaman di CV untuk persyaratan S2.
Termasuk ingin ikut berbagai mentorship dan lomba. Aku gagal daftar mentorship dan training Cochrane. Tapi aku akhirnya memberanikan diri mengikuti MIT Hacking Medicine di Bali.
Alhamdulillah, walau gagal juara 1, mendapat juara 3 dan mendapat pengalaman yang jauh lebih berharga dari piala itu sendiri. Oh ya dan mendapat teman-teman internasional juga.
September
Gagal rasanya ketika sempat ditegur konsulen karena scientific poster ku perlu berulang kali revisi.
Pengalaman pertama mengirimkan case report
Lalu kelelahan setelah lomba. Dan akhirnya September penuh dengan bolak-balik check up kembali.
Aku pun gagal manajemen emosi ketika harus sulit mengurus rujukan ke RS dan mengorbankan banyak hal.. lalu ketika di sana.. diperlakukan kurang sesuai ekspektasi oleh dokter.
Ternyata kekecewaan itu menjadi pengingat terbaik: oh ya, kalau jadi dokter, jangan seperti ini ke pasien.
Oktober
Gagal pakai software asli non-bajakan untuk mini project di Puskesmas. Huhu.
Ketika mini project, aku berkali-kali gagal menganalisis data. Bahkan beberapa jam menjelang presentasi, aku baru menyadari kesalahan krusial yang membuatku mengulang seluruh pekerjaanku haha. Panik.
Akhirnya aku refleksi dan istighfar, mungkin ini akibat SPSS bajakan. Jadi tidak berkah. Teringat peristiwa serupa saat skripsi, akhirnya menggunakan free trial (yang legal) baru berhasil.
November
Gagal menulis rutin di Tumblr. Gagal mengajar Quranic Arabic sampai tuntas.
Nampaknya bulan November merupakan bulan yang butuh ruhiyah yang lebih kuat. Segala persiapan S2, perpisahan, pindah kembali ke Jakarta setelah internsip, adaptasi hidup bersama orang tua lagi..
Dan aku rasa futur iman-ku, terbukti dari writer’s block yang cukup lama. Pun semangat mengajar juga redup. Meng-sedihkan diri ini.
Oh ya tapi ternyata tentang kegagalanku di Maret.. Allah masih menurunkan rahmat-Nya dan mengizinkan aku ikut kembali komunitas tersebut kembali. Menebus kesalahanku yang lalu. Ya Allah. Alhamdulillah. Semoga diridhai Allah dan guru-guru kami.
Desember
Dan kurasa kegagalan terbesarku adalah sempat merasa kehilangan arah. Kehilangan diri yang dulu.
Aku ingat ketika pertama kali dengar diagnosisku, duniaku seperti dalam kondisi pause. Aku takut bercita-cita. Aku takut menulis mimpiku lagi. Aku takut membuat rencana.
Di akhir tahun ini, akhirnya aku beranikan diri menulis kembali: cita-cita, rencana, dan mimpi. Dan yang utama, cita-cita bersama Al-Qur’an.
Guru kami berkata: untuk Al-Qur’an, jangan pernah takut bermimpi
Maka aku coba kembali, tertatih-tatih sekali pun. Dan ternyata dengan memberanikan diri merapikan rencana ziyadah, murajaah, tilawah, tadabbur.. menghidupkan kembali semangat diri untuk cita-cita yang lain.
Allahummarhamna bil Qur’an..
..Sepertinya masih banyak. Kegagalan-kegagalanku.
Tapi dengan segala kegagalan, aku bersyukur Ditipkan pelajaran bersamanya.
Dan bukankah itu kesuksesan? Ketika segala tinggi dan rendahmu, menghantar kepada syukur dan sabar ke Allah.
Semoga dimampukan ya, Hab.
Selamat mensyukuri “kegagalan”, semoga Allah takdirkan setelah dosa ada taubat, setelah kegagalan ada pelajaran.
-h.a.
Kalau kamu juga berbagi kegagalanmu, sertakan #perjalanankegagalan ya, siapa tau kita saling menemukan bahwa kita semua memang hanya manusia biasa
83 notes
·
View notes
Text
Seumur hidup aku merantau, belum pernah sama sekali bawa baju kotor ke rumah. Baru kemarin ini aja. Saking penuhnya hidup ga sempat tenggo buat nyuci, entah tiba-tiba dinas, ada acara divisi, dan kemarin karena pulang lama jadi rasanya tolol aja gitu kalau ninggal baju kotor sebanyak itu. Mana seragam baju senin belum dicuci pula.
Tapi daridulu Ibuk selalu ngegampangin, malah lebih cenderung kalau emang ada baju kotor bawa aja ke rumah. Mungkin, Ibuk udah sampai di fase kangen nyuci baju anak-anaknya. Bisa jadi, sih. Aku aja kalau bisa pengen loh dianter ke kantor sama Ibuk seperti dulu lagi.
Pertama kalinya juga, aku pulang pake kereta eksekutif. Saking udah habisnya dan rindu banget sama Ibuk, yaudalah trabas PP sejuta aowkaokwoa.
Enak sih dapet selimut, tapi pas tak ambu kok mampu penguk, akhirnya aku gapake deh berhubung sweaterku uda cukup hangat meski tak cukup untuk menghangatkan suasana politik di negara ini.

Aku memperhatikan, kalau naik dari Gambir itu slot atas rapi penuh dengan koper-koper gagah dan mahal. Kalau dari Pasar Senen, itu bisa kardus indomie, kresek, tas belanja pasar, keranjang ayam, kotak-kotak kayu, kotak suara pemilu, kertas suara yang uda dicoblos, telur untuk serangan fajar, dan lain lain.
Yaa walaupun diriku terlihat sebagai menungso paling ndeso di kereta itu, tapi seengganya pernah mencicipi Bima Suites aowkaokwoakwoak.

Ini dibayarin perusahaan kok ~
Dah aku mah apa atuh cuma manusia biasa yang tak sempurna dan kadang salah.
Hal yang paling aku tunggu di rumah adalah melihat sofa baruku, nggak mahal sih, tapi cukup lah buat beli 2 ultraboost. Berhubung sofa rumah uda jelek dan berdebu, jadi kayanya oke-oke aja kalo diganti.
Pas kemarin uda liat sofa di depan mata, sumpah ya Jatuh Cinta Seperti Di Film-film itu nyata banget gaes. Untuk merasakan bahagia setelah orang yang kita sayangi pergi tuh agak aneh, bukan merasa berdosa, lebih ke sedih. Kaya “seandainya Bapak masih ada di sini ngerasain sofa baruku” dan kurang lebih demikian. Sedih, bahkan saking sedihnya seketika pengen kuganti sofanya jadi sofa latjuba. Duh.
Aku bawa banyak kalender dari kantor dan beberapa mitra, perlu diakui kalender KB Bukopin lucu banget waaakkk. Sewaktu masang kalender 2024 di tempat lain, aku liat di belakang kalender 2024 dekat kulkas masih ada kalender PLN 2023, satu lembar, bulan April, dan tanggal 23-nya dilingkari pake spidol merah.
Kayanya aku juga ngerasanya demikian, ketika ada orang yang kita sayang pergi, pengennya waktu tuh nggak berjalan terus, diem di tempat, freeze. Semakin jauh rasanya semakin sedih. Bahkan ketika tau udah mau April lagi aja kaya bawaannya sendu-sendu konyol gitu.
Mungkin Ibuk pengennya 23 April 2023 selalu terkenang di rumah itu. Mungkin ya, akusih sok tau yes.
Untungnya, kemarin Ibuk malah kedatangan teman baru.

Kayanya sih kucing tetangga, tapi emang sejak dulu kucing-kucing komplek seneng banget nongkinya di teras rumah, bahkan nelek dan pipisnya sekalian. Mungkin karena menghadap selatan, jadinya silir dan isis.
Filosofi Bapak dalam membeli rumah: harus menghadap selatan dan jemuran gaboleh ada di luar.
Yah, semoga si uching ini seengganya jadi teman Ibuk waktu lagi sendirian di rumah. Sama Ibuk sih ga dibolehin masuk, takut nyakar-nyakar sofa, hahayyy.

Uching bersama Ibyuk ~
Hadehh, pokoknya banyak cerita yang mestinya kau saksikan lah, Pak.
Yang jelas, aku bener-bener belum siap kalau harus melanjutkan hidup tanpa Ibuk juga.
43 notes
·
View notes
Text
Dari Segala Apa yang Bisa Hidup Berikan, cuma Sepucuk Surat Ini yang Bisa Kutuliskan
Aku kira ada yang salah dengan caraku mencintaimu. Setiap hari, yang kulakukan adalah mengirimimu ucapan selamat pagi kemudian memberondingimu bermacam-macam pertanyaan: bagaimana keadaanmu? Apakah hari ini kamu bekerja? Bagaimana suasana hatimu? Apa makanan yang sedang ingin kamu makan? Apa rencanamu sepulang bekerja? Bagaimana kabar kucing lucu kesayanganmu? Dan peryanyaan-pertanyaan lain tentang semua yang meliputimu.
Setelah semua itu pun aku merasa belum cukup. Aku masih ingin mendatangi tempat tinggalmu. Membelai rambut-rambut halus di kepalamu. Mengecup kedua mata kemudian keningmu. Mengajakmu berjalan-jalan, meski tak banyak tempat yang bisa kita datangi di kota ngehek seperti Bekasi. Kota ini seperti memaksa siapa pun di dalamnya untuk menjadi pemalas dan tak sabaran di saat bersamaan. Bagaimana tidak, untuk sampai ke tempat-tempat yang kamu ingin jaraknya terlalu jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki. Belum lagi, kamu mesti mempertaruhkan keselamatan karena setiap saat, pengendara stres seolah-olah menjadikanmu sasaran dari kejauhan.
Aku cuma ingin mengajakmu berjalan kaki barang lima atau sepuluh menit, lalu duduk atau tidur-tiduran di rumput taman, kemudian menikmati minuman dingin yang kita bawa sambil mengerjakan urusan masing-masing. Sepulangnya dari sana, kalau kamu mau, kita bisa bergandengan tangan sepanjang jalan. Lalu memerhatikan apa pun yang tampak menarik. Misalnya sebuah pohon tua penuh foto orang-orang yang tak sedikit pun tampak ketulusan di matanya.
Setelah kupikir-pikir, memang betul demikian. Sorot-sorot mata itu mengandung rencana-rencana ganjil penuh kebusukan. Barangkali kamu akan kebingungan keganjilan seperti apa yang kumaksud. Kumpulkan hasrat-hasrat terburuk manusia dalam dirimu. Lupakan tentang hukum, aturan, agama, juga belas kasih. Kemudian berkaca dan perhatikan matamu. Seperti itulah sorot-sorot mata penuh rencana ganjil penuh kebusukan yang kusebut sebelumnya.
Aku kira ada yang salah dengan caraku mencintaimu. Aku tak bisa mengabaikan apa pun tentangmu yang berada dalam jarak pandangku.
Aku ingat betul, setiap kali kamu membaca nama mereka, kamu menambahkan kata "bajingan" sebagai nama belakang: Gusur Batusatar Bajingan, S.H., H. Moko Hadi Junior Bajingan, I Gusti Putu Lokomotif Bajingan, S.E., dan seterusnya. Belakangan kurasakan kalau nama tambahan itu memang sangat tepat.
Aku kira ada yang salah dengan caraku mencintaimu. Misalnya saja ketika kupikir hubungan kita masih bisa lancar berjalan, ternyata itu angan-angan dan aku terlambat, kemudian hilang semua kesempatan sampai-sampai tak ada lagi tentang kita yang bisa diselamatkan.
15 notes
·
View notes
Text
Adarusa : orang yg meminjam sesuatu (uang atau barang) tapi ga ada kemauan buat ngembaliinin.
Adikara : Berkuasa, berwibawa
Adiwarna : Indah sekali, Bagus sekali
Adiwidia : pengetahuan yang paling tinggi.
Afsun : pesona
Akaid : kepercayaan yang telah pasti dan tidak boleh dipersoalkan lagi; ilmu tentang kepercayaan.
Aklimatisasi : penyesuaian (diri) dengan iklim, lingkungan, kondisi, atau suasana baru.
Aksa : jauh.
Alimun : golongan pekerja yang sudah tidak produktif.
Amarta : kehidupan
Ambivalen : bercabang dua yang saling bertentangan (seperti mencintai dan membenci sekaligus terhadap orang yang sama).
Amerta : tidak dapat mati, abadi.
Anca : rintangan, kerugian
Ancala : gunung
Anindita : sempurna
Anindya : cantik jelita
Arca : patung dari batu
Arumi : harum, wangi
Arunika : cahaya matahari pagi sesudah terbit.
Asa : harapan.
Asmaradana : cinta yg menyala- nyala.
Asmaraloka : memiliki arti dunia (alam) cinta kasih.
Asrar : rahasia
Bagaskara : matahari
Baka : abadi, kekal, langgeng
Baskara : matahari
Baswara : bercahaya.
Bena : ombak; banjir.
Bentala : bumi
Bestari : berpendidikan.
Bianglala : pelangi
Binar : sinar.
Buana : dunia
Bumantara : angkasa.
Cakrawala : horizon, kaki langit.
Candala : rendah diri
Candramawa : hitam bercampur putih (tentang bulu kucing).
Cengkerama : senda gurau
Cerpelai : musang, yang suka sekali memakan ular.
Chandra : rembulan
Dahriah : orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan, ateis.
Dekap : peluk, lekap, rangkul
Derana : tidak lekas patah hati, tahan dan tabah menderita sesuatu.
Dersik : Desir angin
Dewana : tergila-gila
Dikara : indah, mulia.
Diranda : pemberani
Dirgantara : ruang angkasa
Dwilogi : dua hal yang bertaut
Ejawantah : menjelma; menjadi berwujud.
Ekskursi : perjalanan untuk bersenang-senang; piknik; darmawisata.
Elegi : syair ratapan dukacita
Embara : berkelana
Esa : satu; tunggal.
Eunoia : pemikiran yang indah, pikiran yang baik.
Fadihat : kejelekan; keaiban; kenistaan.
Gahara : keturunan raja yang tulen (ayah ibunya anak raja-raja).
Gamang : takut, khawatir
Gandrung : sangat rindu.
Gemintang : rasi bintang.
Gempita : meriah
Genta : lonceng besar.
Gulita : gelap, pekat
Gurindam : sajak petuah
Hanca : pekerjaan yang tertunda.
Harsa : kegembiraan
Ina : matahari pagi
Insinuasi : tuduhan tersembunyi, tidak terang-terangan/tidak langsung; sindiran.
Jatmika : sopan
Jatukrama : sepasang kekasih
Jenggala : hutan.
Jentera : alat yang berputar
Jumantara : langit, udara.
Kalis : suci, bersih, murni.
Kama : cinta, asmara.
Kanagara : bunga matahari
Kanaya : bahagia, sempurna
Kanigara : bermakna bunga matahari.
Karsa : kehendak, niat.
Kartika : bintang
Katastrofe : bencana yang datang tiba-tiba.
Kelindan : benang yang berpilin, penggulung benang.
Kidung : nyanyian, puisi.
Kirana : sinar, cantik
Kirmizi : warna merah keunguan.
Klandestin : Kegiatan yang dilakukan secara rahasia / diam diam
Kulacino : bekas air di meja akibat gelas dingin atau basah.
Lazuardi : permata berwarna biru kemerahan, warna biru muda langit.
Lembayung : Warna merah bercampur ungu
Lengkara : mustahil, beduk, tabuh, nekara.
Lindap : redup, mendung, teduh.
Litani : doa yang diucapkan bersama-sama.
Lokananta : gamelan di kayangan yang bisa berbunyi sendiri.
Maharani : permaisuri.
Mahligai : tempat / kediaman keluarga raja.
Mangata : bayangan bulan di air yang terbentuk seperti jalan.
Maya : semu, sementara
Mayapada : bumi, dunia
Mega : awan
Menjura : membungkuk dengan menangkupkan kedua tangan (dengan maksud menghormat).
Meraki : Melakukan sesuatu dengan Jiwa, Kreativitas, dan Cinta
Mudita : Perasaan bahagia melihat kebahagiaan dan kesuksesan orang lain
Nabastala : langit
Nata : raja, baginda
Nayanika : mata yang indah.
Nelangsa : sedih
Neraca : timbangan
Nestapa : sedih sekali, susah hati.
Netra : mata, penglihatan
Nirmala : Suci / tidak berdosa
Nirwana : ketentraman
Niskala : abstrak. kokoh dalam bahasa Sansekerta dan bermakna kemenangan manusia dalam bahasa Yunani.
Nuraga : rasa simpati pada sesama.
Pancaroba : pergantian musim.
Pancarona : bermacam macam warna
Payoda : awan (yang menghasilkan air)
Petrikor : Aroma harum tanah kering terkena air hujan
Pitarah : nenek moyang.
Puspas : campur aduk.
Rahara : gadis yang sudah dewasa.
Rahsa : rasa terdalam
Ranum : matang.
Renjana : rindu yang dalam
Rinai : gerimis, hujan rintik-rintik
Risak : mengusik atau mengganggu.
Sabana : padang rumput
Sabitah : bintang yang posisinya tetap berada di langit.
Samsara : terlahir kembali
Sandyakala : cahaya merah saat senja.
Sanubari : hati, nurani, perasaan.
Saujana : sejauh mata memandang
Segara : laut
Selia : rapi, elok.
Seloka : larik puisi
Semenjana : tengah, sedang.
Senandika : firasat, konflik batin yang paling dalam, wacana dengan diri sendiri dalam drama untuk mengungkapkan perasaan.
Singgasana : kursi raja / penguasa
Sorai : teriakan kebahagiaan
Sporadis : kadang-kadang, tidak tentu
Suaka : tempat berlindung
Sumarah : keadaan pasrah
Suryakanta : kaca pembesar.
Swafoto : potret diri sendiri, selfie
Swasmita : Pemandangan indah saat matahari terbenam
Swastamita : pemandangan indah saat matahari terbenam.
Syahda : elok, cantik.
Taklif : penyerahan beban (pekerjaan, tugas, dan sebagainya) yang berat (kepada seseorang).
Taksa : ambigu, memiliki dua atau lebih arti.
Telaga : danau di pegunungan
Temaram : remang-remang
Terambau : terjatuh
Trengginas : lincah dan terampil.
Tuna : kehilangan
Ugahari : sederhana.
Undagi : tenaga ahli.
Wanodya : gadis remaja.
Widya : pengetahuan
Wira : pahlawan, laki-laki
Wiyata : pelajaran / pengajaran
6 agustus 2024
19 notes
·
View notes
Text

High in Low Places
"Would you kiss me first, Sayang?"
Mendengar suara Juan yang seperti suara bisikan membuat bulu kuduk Kania merinding seketika. Apalagi saat kedua lelaki itu sudah bergerak menyentuh dua sisi pinggangnya. Kania mendadak dibuat kikuk dengan tatapan Juan yang berbeda dari biasanya, dia seperti hendak memangsanya, tapi Kania tidak bisa menolak rasanya. Aura lelaki itu semakin menguar dengan ketampanannya yang berkali lipat bertambah seiring dengan senyuman tipis yang dilayangkan. Belum lagi soal rambut hitamnya yang terbelah tengah dan menampilkan dahi mulusnya. Juan bukan manusia, pikir Kania. Apalagi panggilan sayang yang baru didengarnya semakin membuat gadis itu terbuai. Kupu-kupu seperti menari di sekitaran perutnya sekarang.
Kania memberanikan dirinya untuk memulai lebih dulu, perlahan ia melangkah lebih dekat seraya mendongak dan menatap pria 185cm itu di atasnya. Juan sedikit menunduk di tempatnya, dan saat Kania mencoba lebih dulu menempelkan bibirnya. Kemudian saat mata keduanya telah terpejam, Kania memberanikan diri melumat habis bibir tebal pria itu. Erangan Juan membuatnya ingin terus melakukan itu, dengan gairah yang semakin memburu, Kania terus memberi lumatan, cecapan, dan isapan pada ranum merah sang pria. Juan menikmati itu semua dan semakin tak bisa mengontrol tangannya untuk tidak menyentuh tubuh Kania. Dia merengkuh tubuh perempuan itu dengan jemari yang mulai bergerilya meremas pinggang sang gadis dan beralih turun setelah Kania mengizinkannya. Kania menatapnya dengan mata kucing saat pagutan mereka terlepas, seperti berharap Juan melakukan hal yang lebih dan Juan tidak bisa banyak bicara sebab dia pun sudah tidak tahan.
Ia angkat tubuh perempuan itu dalam gendongannya, ini terlalu intim, bahkan bibir sang gadis sudah kembali dicumbu oleh Juan. Dia memegang kepala Kania saat dia mulai membali memberikan kecupan-kecupan di bibir wanita itu, sampai akhirnya lidahnya kembali bermain dengan milik sang Dewi. Juan melangkah dengan Kania yang masih dalam gendongannya tanpa sama sekali merasa keberatan. Dia mendudukkan perempuan itu di atas meja bar, setelah menggeser beberapa alat makan di atas sana dengan lengannya.
Oh shit. Juan benar-benar sangat seksi di mata Kania. Suara desahan Kania yang untuk pertama kalinya dia dengar begitu melengking di kupingnya, sangat menggairahkan sampai ia menarik perempuan itu mendekat dan melingkarkan kakinya di pinggan sang lelaki. Juan mengusap bibir Kania yang lembab karenanya, mereka sejenak saling melempar senyuman sebelum akhirnya leher jenjang sang wanita menjadi sasaran ciuman pria yang memeluk pinggangnya erat. Juan terus memberikan ciuman yang perlahan menjadi isapan kecil di sana, namun Kania memegang bahunya erat dan menahan dadanya sehingga Juan seketika terhenti.
"Don't left marks there, please..."
Dengan ranumnya yang lebam, Juan terkekeh pelan lalu ia mengangguk dan kembali menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Kania. Ia hanya memberikan ciuman-ciuman dengan sesekali lidahnya akan menari di atas sana, membuat Kania terus mengerang kuat.
“Sure, Kania,” ucap Juan. “Where should I left my marks?”
Kania berupaya menelan ludahnya susah payah, saat Juan menatapnya memburu. Perempuan itu sudah terlampau hanyut dengan sentuhan Juan yang semakin agresif. Apalagi dia mulai merasakan tangan lelaki itu kini menelusup ke dalam rok yang ia kenakan dan sepertinya kesalahan terbesar Kania sekarang ialah menyerahkan dirinya dengan mudah pada lelaki itu.
“Juan, I think… we should move to my room,” cicit Kania.
“Nggak sabar banget?” Juan terkekeh, tangannya masih terus meremat paha perempuan itu. “Kalo ga nyaman di sini, kita pindah sekarang.”
“Juan, emm… you’re too rush.” Gumam Kania saat tubuhnya kembali diangkat oleh lelaki yang kembali mencium bibirnya lagi. “Zeus, I love you…”
Kania pikir Juan akan menggendongnya ke kamarnya, ternyata ia salah besar. Sekarang lelaki itu duduk di sofa dan membiarkan Kania ada dalam pangkuannya, ini bahkan lebih intim dari sebelumnya dan kepala Kania rasanya pening. Apalagi saat Juan melepas atasannya dan membiarkan Kania dengan bebas menyentuh badan lelaki itu. Dan Kania betul-betul reflek memainkan jemarinya di sekitaran perut berbentuk sang pria yang mulai berkeringat itu. Juan menggeram saat Kania mencium lehernya dan semakin merapatkan tubuh keduanya hingga bertubrukan. Membuat Juan menengadah agar Kania lebih leluasa memberi kecupan-kecupan di sana.
“Oh, shit…” geram Juan kala ciuman sang perempuan mulai menuruni tubuhnya dengan lidah panas yang bermain di atas sana. Semakin turun hingga berhenti dan berputar-putar di perut bagian bawahnya, sampai Juan tidak sadar bahwa Kania sudah berlutut di hadapannya. Juan mengusap rambut panjang perempuan itu. “You need to stop now, Sayang.”
“Why?”
“Cause we don’t have condom,” lirih Juan.
“Just cum outside…”
Sisi bibir Juan tertarik tipis. Dia memandang Kania di bawah sana seraya memegang bibir perempuan itu. Ia terkejut saat melihat Kania melepaskan gespernya, Juan langsung menggigit bibirnya demi menahan hawa nafsu yang sudah semakin membuncah. Juan menggeleng samar dan kembali menahan pergerakan Kania. “No, just don’t do that, aku nggak bisa tahan Kania.”
“Sini,” Juan meraih tangan Kania dan mengangkat wanita itu lagi ke pangkuannya, “One day, I will give you chance, but not tonight, Aphrodite. You’re too… argh. Can I?”
Juan mencoba menyentuh kancing kaos putih berleher v-neck yang dikenakan Kania, tanpa melepaskan tangannya yang sudah tenggelam di dalam rok perempuan itu. Sentuhan Juan di bawah sana membuatnya tak bisa mengelak bahwa ia menginginkan lebih. Sampai akhirnya perlahan lelaki itu melepaskan tiga kancing kaosnya dan menanggalkan kaos itu dari tubuhnya. Bibir lelaki itu terbuka dan matanya sudah semakin menggelap terutama tatkala melihat untuk pertama kalinya bentuk tubuh indah kekasihnya. Juan benar-benar tak bisa lagi menahan diri untuk mengagumi lekukan tubuh cantik Kania.
“Oh, God, Aphrodite… you’re too perfect,” desah Juan.
Bersamaan dengan dekapan lelaki itu yang semakin erat, Kania terus mencengkram leher dan sesekali meremas rambutnya saat merasakan bibir dan lidah sang lelaki kini silih bergantian membelai tubuhnya. Bukan sekadar ciuman atau kecupan di beberapa bagian tubuhnya, kini isapan dapat ia rasakan. Kania mengakui kelihaian Juan untuk mempermainkannya, terlebih dengan lidahnya, membuat perempuan itu terus menggeliat dalam pangkuan sang lelaki. Dadanya yang masih terbungkus bra itu kini menjadi sasaran empuk sang pria. Juan tidak melepaskan itu dari sana, dia hanya mencium bagian atas dada dan Kania menahan napas dibuatnya.
“Perfect, Kania, you’re perfect.”
“Juan, please,” erang Kania.
“Please, what?”
“I want you…”
“No. I do really want you, Kania,” lirih Juan.
Mereka sudah sama-sama tak bisa menahan dirinya, terlebih lagi dengan Juan, Kania bisa merasakannya. Juan membaringkan tubuh perempuan itu di sofa sana, membiarkan tempat itu akan menjadi tempat yang paling panas bagi mereka. Sebab tidak ada AC di sana dan mereka sudah semakin berkeringat, Juan sudah semakin kacau, dia merangkak di atas tubuh Kania dan menahan malu melihat beberapa lekuk tubuh sang gadis terdapat bekasnya. Susah payah ia melepaskan gesper yang ia kenakan lalu menaruhnya asal, sama seperti atasannya yang kini tak tau ada di mana. Dia menarik tangan Kania untuk membantunya melepaskan celananya dan rupanya Kania begitu cekatan soal itu.
Mereka saling memandang sejenak sebelum Juan menarik badan perempuan itu agar semakin rapat dengannya. Ia mendekat lagi pada wajah cantik yang kini dibelainya dengan peluh yang mengalir di dahi mulus Kania. Satu tangannya mulai melepaskan underwear perempuan itu dan membuat dengan spontan wanitanya melebarkan kaki. Juan melenguh seraya menggigit bibirnya saat ia merasakan telah menyentuh sesuatu yang lembab di bawah sana.
“Kania, Oh God… yeah, it’s wet down there.”
“Juan, Oh my goodness…” Kania terus melenguh sembari mencengkram kuat lengan Juan, membuat lelaki itu segera mencium bibirnya dengan penuh gairah. “Please…”
“Would you be mine, now, Aphrodite?”
Senyuman Juan mengembang tipis saat ia mulai melepaskan celananya setelah menjauh dari Kania. Dia terus mengamati perempuan yang tampak sangat mendambakannya malam ini. Perempuan yang terus memegang lengannya dan meremas kuat.
Dan saat ia memulai penetrasinya, keduanya sama-sama tidak bisa menahan erangannya, itu terasa nikmat bagi mereka yang saling mendambakan semua ini. Kania merasa miliknya sudah penuh oleh kepunyaan lelaki di atasnya itu, yang terus bergumam menyebut namanya dengan mata terpejam dan mulut terbuka. Kania bisa melihat bagaimana Juan tidak sepenuhnya melepaskan celananya, dia hanya menurunkannya sebatas lutut. Oh itu benar-benar seksi di mata Kania. Dia tidak ingin banyak terpejam kalau saja dia sanggup menahan perasaan nikmat ini, dia ingin bisa melihat betapa tampannya pria yang tampak terus menggigit bibirnya tanpa berhenti bergerak di atasnya. Juan benar-benar tampan dan seksi.
“Kania, aku bener-bener nggak bisa berkata apapun, you love it Sayang?”
“Yeah. I do. So much. And um…” Gumam Kania. “Kiss me. Argh. This is so full.”
“Sorry, my size…”
“But it’s good, Zeus, yours are big—em,” Racau Kania.
“Yours are good. Feel like heaven, Aphrodite,” balas Kania.
Dan Juan kembali mencium bibir Kania sambil terus bergerak dengan tempo yang semakin cepat dan tak sabaran. Ia terus mendorong miliknya untuk semakin tenggelam dalam milik sang wanita yang begitu ketat. Juan melampiaskan kenikmatannya dengan terus meremat tubuh indah Kania yang kini tinggal menyisakan bra dan rok pendeknya. Ini semua seperti perasaan baru baginya, kenikmatan yang sempurna, sampai ia tak ada lelahnya meskipun Kania mulai tampak terengah-engah di bawahnya. Juan berupaya mengangkat tubuh perempuan itu dan mengganti posisi hingga Kania ada di atasnya.
Ia menyugar rambutnya yang semakin basah sembari terus meracau saat Kania menggerakan tubuhnya dengan liar di atasnya. Juan memegang kedua sisi pinggang perempuan itu untuk membantunya bergerak, semakin lama dia merasakan miliknya tenggelam sepenuhnya di dalam milik Kania. Dan dia juga bisa merasakan betapa lembabnya di bawah sana karena mereka tidak mengenakan pengaman sama sekali. Ini gila. Keduanya sudah kepalang nafsu.
“Kania, I almost— euh,”
“Juan, please, now… I want it too.”
“Really huh? Now?”
“Yeah…”
“Juan, it’s my first time having sex like this.”
“Like what …”
“Seliar ini, aku nggak pernah gak pake pengaman.”
“Aku juga, Kania.”
“Please… now.” Rengek Kania.
“Uh huh… almost, di mana kamu mau aku keluar?”
Juan sudah tidak bisa lagi menahan, apalagi saat mendengarkan desahan Kania di dekat telinganya yang begitu jelas. Belum lagi soal pergerakan Kania yang semakin liar di atasnya, sampai akhirnya Juan melepaskan miliknya dari dalam sana saat ia merasa sudah hendak mencapai pelepasannya. Ia kemudian memeluk tubuh Kania erat saat ia berhasil melepaskan cairan miliknya dengan beberapa lembar tissue yang diraihnya dari atas meja. Ia melenguh panjang setelah pelepasannya tanpa melepaskan pelukannya pada perempuan itu. Ini kali pertamanya, bisa merasakan semenggila ini saat bercinta. Ini pengalaman bercinta terbaik untuk Juan dan dia bisa pastikan itu.
“I’m so sorry, did I too rough? Ada yang sakit?”
Kania menggeleng ragu, sejujurnya dia lebih merasa gemetaran setelah melihat sisi lain lelaki itu yang sulit ia jelaskan. Juan menahan wajah malunya, namun mukanya merah padam kini, dia merapikan pakaiannya sebelum memberi kecupan singkat pada wajah perempuan yang tampak melamun itu.
“Ayo, pindah ke kamar kamu,” bisik Juan. “Do you want grab some coffee?” Juan terkekeh pelan. “Rileks, Aphrodite, it’s me, Zeus.”
Kania hanya memasang wajah cemberutnya pada Juan yang cengengesan. Dia membiarkan lelaki itu menggendongnya sembari membawa pakaian-pakaian mereka yang berserakan di bawah sana. Keduanya melirik ke arah jam dinding, rupanya sudah dua jam lebih waktu berlalu sejak permainan panas mereka yang seperti berlangsung singkat. Karena baik Kania maupun Juan sama-sama menikmati setiap alur permainan berlangsung, dan Kania setuju bahwa ini adalah pengalaman seks terbaiknya.
“I’m so in love with your body, indah banget.”
“Kamu juga, Juan.”
Juan mengangguk-ngangguk lalu tersenyum tipis. “That’s why you love to lick it?”
“Shut up!”
“It’s fine, gue suka banget Kania.”
4 notes
·
View notes
Text
Isi Kepalaku (22/01/2025)
0 dan 1
Di dunia komputer, ada istilah yang bernama bilangan biner. Dalam Bahasa Inggris, Binary Code. Bilangan biner itu adalah barisan angka nol dan satu yang membentuk sebuah simbol. Pada dasarnya, nol yang dimaksud adalah tidak adanya arus (listrik?), sementara itu, satu, ada.
Di dunia lain, istilah Bahasa Inggris 'from zero to one' mewakili sesuatu, atau seseorang, yang tadinya tidak ada menjadi ada. Dari yang bukan siapa-siapa, menjadi seseorang yang berharga.
Di dunia yang lagi, simbol nol bukanlah sebuah angka, tetapi 'kosong'. Satu bukanlah sebuah angka, namun dia yang membuat kekosongan menjadi terisi. Makna kosong bergantung pada konteks, jika otak yang kosong, manusia mengisinya dengan pengetahuan. Jika hati yang kosong, mereka mengisinya dengan orang yang dapat memberikan cinta dan kasih sayang. Berkaca dari ujaran di atas, orang-orang yang berbahasa Inggris menyebut seseorang yang dapat mengisi kekosongan itu dengan 'The One'. Dengan egoisnya manusia yang tadinya berhati kosong, setelah 'menemukan', lekas-lekas menyatakan kalau mereka sedang terisi.
Tapi, seperti membeli kucing dalam karung, 'The One' yang datang mengisi terkadang bukanlah yang diharapkan, atau malah tidak sesuai ekspektasi.
Jika mereka menginginkan orang yang datang sesuai dengan yang diharapkan, artinya mereka tidak kosong sama sekali. Ada sosok atau kriteria yang diam di dalam hati mereka.
Jika mereka menginginkan orang yang sesuai dengan ekspektasi, maka, ada standar atau karakteristik yang mereka kehendaki.
Di saat memburu 'The One' itu, sebenarnya, manusia-manusia itu tidak kosong, tapi setengah...
5 notes
·
View notes
Text
30 Menit keberkahan
Aku pernah menghadirkan satu sesi khusus untuk membedah diri suatu hari. Membaca diriku dari dahulu demi menjawab soal, bagaimanakah cara seorang Fatimah dahulunya berteman?
Sebabnya awal masuk kampus, aku cultureshock, kenapa aku tidak punya teman dari kelas ya.
Sebenarnya banyak faktor pencetusnya, namun satu point akan kita garis bawahi bersama, ialah sebuah jawaban sohib rumah quran-ku saat dulu kutanya pendapatnya, 'kamu tuh Im, di kelas sama di rumah kita, beda banget loh. cobalah jajan dan nongkrong kalo istirahat, jangan di kursi terus!'
haha iya juga, tapi sulit sih nego di ranah itu. Maka aku memilih untuk mencukupi diri tetap batu pada idealismeku dan mengikhtiarkan teman dari aktivitas luar kelas saja.
Namun, Dia ternyata memang tahu resahku tak kunjung padam meski ditimbun berkali-kali. Hingga Dia Yang Maha Penyayang itu, hadiahkan aku satu solusi paripurna, si Mbak namanya!
Tiap pagi ia akan berdiri di samping warung madura pertigaan, dengan quran di tangannya atau buku hadits hijau, sekalian untuk kipas-kipas. Di sekelilingnya seperti biasa, bertengger banyak kucing lucu yang ia namai macam-macam.
Lalu, 30 menit menuju kampus yang akan menjadi sesi berkah itu, dimulai.
Lewat si Mbak, hari-hari kelasku mulai berwarna. Perjalanan pulang-pergi jadi ada aja ceritanya. Bahkan sesimpel mendengarnya ngoceh tentang 'serba-serbi halaqoh quran', "Maaf loh aku telat pagi ini, itu si muridku tuh ya,...."
Sesi berkah tak jarang isinya lebih bermartabat juga, bukan sekadar diskusi tentang, 'bapak tukang parkir di pertigaan shiftnya berapa kali ganti ya?' kadang, ia pula isinya serupa murojaah ayat, atau kejar target hapalan hadits, atau bahkan teriak-teriak mempersiapkan ujian (maklum lah, kami sama-sama masih magang dalam time management, haha). Untungnya, Allah menghadirkan Mbak dengan suara menggelegar, jalanan jakarta saja tak sanggup melawannya.
Sesi 30 menit ini, memanglah berkah.
si Mbak yang di kelas memang pentolan pwol, mulai menyenggolku untuk nimbrung tongkrongan miliknya. Bila dahulunya orang tak akan menyapa demi melihatku yang sibuk sendiri. Mbak, tanpa ragu akan berani mengganggu. Termasuk, menghimpun orang agar menjadi berani mengikuti langkahnya, "itu si Fatimah tepokin aja pundaknya, emang lagi pake hedset tuh orangnya!"
Satu hal yang paling menyamankan dari hubungan dengan si Mbak, ia tak pernah memaksa. Dia sangat tahu kapan harus tidak bertanya atas sesuatu. Dia pula tak akan memaksaku bercerita tentang akhir pekanku yang berbeda, atau juga tak banyak komentar bila melihat muka tak manusiawiku di pagi hari, paling ia hanya akan menyapa, "waduh, mata e, entar kita tidur di kelas saja ya nak hihi"
Hebatnya lagi si Mbak, baru beberapa bulan di sini dia sudah hapal semua pedagang. Setiap hari, ada saja review terbarunya tentang pedagang pecel di ujung jalan, atau bakso malang di gang sebelah. Oiya, berarti inilah one case Mbak berani memaksaku, "Mba Fat, aku maunya ditemenin makan bakso loh ya! Ga lama kok janji, deket kampus inii ajaa!"
Bacotan 'healthy' ku jadi tak bernilai dihadapannya. Bila pun kuprotes, ia hanya menyindir sambil tergelak, "nah, abisin aja dulu baksonya. abistu, kamu solat tobat aja ya," aku tertawa, dan makan, haha.
Alhamdulillah. Hari-hari bersama si Mbak, menarik sekali. Memiliki rekan perjalanan secocok ini, sungguh menyenangkan! Kenapa tak sejak awal ya aku mencari teman di perjalanan? Kenapa tak sedari dahulu aku menyadari ada anak kelas yang senyambung ini denganku?
Dan again, Dia memang paling elok menghadir solusi. Paling apik mempersatu manusia-manusia se-candaan, se-obrolan, sevisi. Tanpa perlu kita seleksi sendiri, alhamdulillah.
Mari menutup kisah si Mba yang masih sangat jauh dari titik, dengan ayat ini,
فَ��َا ظَنُّكُم بِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Maka apakah prasangkamu terhadap Tuhan semesta alam?
Fatimah, langkah-langkahmu itu, variabelnya memang tak bisa ditebak. Belum selesai kau hitung variabel internal, dihadapkan lagi variabel eksternal. Ditambah pula kemanusiaanmu, yang naik turunnya suka di luar nalar. Semakin dihitung-hitung, semua hasil yang tampak, semakin tak memuaskan.
Kamu pula kan, yang pada titik ini suka merenung, manusia di luar sana yang tak kenal Dia, bagaimana bisa tetap waras ya?
Maka sebelum kamu tak waras, tiba waktunya kamu sadar adanya ayat ini. Bahwa tugas kita, hanya mengupayakan percaya pada-Nya, saja. pada janji-Nya, saja. Bahwa, Dialah Yang Maha Kuasa dan Dialah Yang tiada pernah Zhalim pada hamba-Nya. Percayalah itu.
ya, pede aja si Fat, tetap kita kirimkan saja formula keras-kepala yang kita mau itu. Kalo memang ternyata baik, dan Dia ridho, pasti di acc kan? wkwk. percayalah pada-Nya, Fatimah.
Semoga Allah mampukan aku untuk selalu husnuzhon sama Dia <3
-----------------------------------
Ini ayat yang hari kamis lalu membuat mataku bengkak sejak pagi hari. Salahkan duktur, siapa suruh syarhnya sebagus itu. Anw, kapan-kapan kukisahkan khusus tentang ayat indah ini.
Oiya, si Mbak tadi berpisah dengan tangisan. Aku belum tahu kenapa. Sepanjang perjalanan si Mbak juga diam saja, merespon singkat dan matanya tak bersemangat. Kutawarkan cimol dan cilok, dia menggeleng. Memang pertanda buruk sih. Tapi, yasudahlah, kita tunggu saja.
Mari doakan bersama, besok senin, si Mbak sudah Allah tenangkan!
7 notes
·
View notes
Text
MENGAPA ?
...
Andai tuan tau, kucing yang ia belai itu punya trauma.
Bola matanya penuh dengan pancaran kesedihan yang di pendam.
Ia hanya tak berbicara layaknya manusia.
Kemudian apakah harus ia diabaikan?
6 notes
·
View notes