#sumringah
Explore tagged Tumblr posts
kbanews · 2 years ago
Text
Usai Pertemuan Cikeas, Anies Sumringah KPP Semakin Solid
CIKEAS | KBA – Bakal calon presiden (Bacapres) Anies Baswedan baru saja selesai melakukan pertemuan dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat malam, 25 Agustus 2023. Dari pantauan KBA News di lokasi, Anies Baswedan bersama rombongan anggota Tim 8 keluar dari ruangan bersejarah SBY pukul 22.16 WIB. Mereka keluar didampingi…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
nonaabuabu · 11 months ago
Text
Surat Untukmu
Mas!
Ini surat pertamaku untukmu, dan mungkin akan menjadi satu-satunya.
Aku sudah tahu siapa kamu, seseorang yang kunanti hadirnya bertahun-tahun sudah. Yang belum aku tahu adalah, apakah kelak Tuhan berbaik hati menali kita dalam kisah yang kuinginkan.
Saat pertama kali kau hadir di hidupku, aku begitu terganggu. Kau terlalu banyak bicara, berkomentar dan hal-hal tidak menyenangkan lainnya. Tapi mungkin karena itu aku jadi memperhatikan, sambil gusar dalam dada “siapa sih dia?”
Kesalahanku, seharusnya tak mencari tahu. Seharusnya aku tetap tak melihat pada kedalaman hidupmu. Tidak butuh waktu lama untuk membuatku terpesona dengan bagaimana kau berpikir, bicara, bersikap juga tertawa. Meski aku tahu seberapa biasa bagimu menjadi demikian, dan aku tahu pula ada yang harus aku hentikan sebab tahu kemana muaranya.
Tapi Mas, kenapa kau tetap menyapa dengan senyum sumringah? Tak bisakah kau menduga bahwa ada jiwa kesepian yang kesenangan dengan apa yang kau lakukan? Tak bisakah kau menganggap aku tiada seperti ribuan jiwa lainnya?
Aku tak ingin menjadikanmu tokoh dalam sajak yang berisi makian. Aku tak mau Mas.
Kamu biarlah kata yang selalu aku baca, biarlah gambar yang selalu kulihat, biarlah suara yang selalu kudengar. Itu kenapa aku bentangkan ribuan jarak, menutup semua kemungkinan, agar aku tak mati dalam angan.
Namun jika aku boleh meminta, Mas, berhentilah menjadi laki-laki yang kuinginkan. Aku lelah mempertanyakan bagaimana engkau yang begitu jauh dari defenisiku soal cinta hadir sebagai manfestasi cinta itu sendiri.
Sudah kulihat hidupmu yang jauh dari hingar bingar hidupku. Sudah aku tahu ketidakmungkinan itu. Bisakah kita untuk tak pernah bersinggungan lagi, Mas?
Bahkan jika di kehidupan selanjutnya, mari untuk tak bertemu di kebetulan mana saja. Aku tak ingin meminta kemustahilan kepada Tuhan. Sebab aku tahu, bukan perempuan seperti aku yang kau inginkan.
97 notes · View notes
writerslullabies · 5 months ago
Text
Kamu, Kematian Kecilku.
Tumblr media
Sejujurnya, aku tidak tahu harus menulis apa.
Aku tidak tahu ingin menulis apa. Kisah kita sudah selesai bertahun-tahun yang lalu, dan seharusnya saat ini, aku sudah berhasil melupakanmu. Seharusnya saat ini, aku sudah berhasil melepaskanmu. Aku tidak tahu apa yang membuatku masih belum berhasil melupakanmu, namun aku tahu bahwa kamu sudah tidak seharusnya menjadi bayangan yang aku gambarkan ketika aku sedang berpikir tentang cinta–bahagia–selamanya. Sebab, mengapa kamu masih menjadi orangnya? Kamu sudah menghancurkanku, dan aku pun sudah menghancurkanmu. Kisah kita memang singkat, namun kita telah melalui badai yang cukup hebat. Mengapa aku tak kunjung mampu melupakanmu?
Di hari-hari di mana aku mengingat wajahmu, aku juga mengingat sentuhan-sentuhan kecil kita. Aku mengingat ucapan-ucapan kecilmu yang manis, yang masih dengan sadar aku beri senyuman kala ia mendatangi malam-malamku yang sepi. Sungguh begitu bodoh, bukan? Ucapku di dalam hati penuh penyesalan. Namun aku tahu, aku akan mengulanginya lagi ketika wajahmu kembali mendatangiku. Sampai aku bosan. Sampai mataku memerah sebab ternyata air mataku tengah diam-diam menyeberangi pipiku. Mengapa aku tak kunjung mampu melupakanmu?
Di manakah letak memori-memori tentangmu mengendap? Adakah ia bersembunyi di balik ketiak gaun bunga-bunga merah muda yang pernah kau hadiahkan kepadaku—ataukah ia sebenarnya masih ingin bertengger di langit-langit kamarku layaknya hantu penghuni kamar yang tidak mau diusir? Ada banyak hantu di dalam hidupku, biasanya mereka bersembunyi di balik kepalaku. Beberapa tahun ke belakangan, aku menyadari kalau kamu telah menjadi salah satu dari mereka.
Sumpah demi Tuhan, dan demi mimpi-mimpi kita yang telah hancur, aku sungguh lelah. Aku sungguh amat lelah. Aku telah mencari-cari tangan-tangan baru. Aku telah mencari kehangatan-kehangatan baru. Belum ada satu pun dari mereka yang mampu memberiku kehangatan, sebagaimana kedua tanganmu pernah menyentuhku. Belum ada satu pun dari mereka yang mampu membasuh luka-lukaku, sebagaimana bibirmu mencium tangisan-tangisanku. Kamu memang berakhir menjadi lukaku yang lain, namun tak bisa kupungkiri bahwa kamu juga pernah menjadi tempat yang aman di mana aku memulangkan kesedihan-kesedihanku. Atau setidaknya, begitulah yang aku rasakan ketika aku masih bisa mendekap harum hoodie favoritmu.
Entah sudah berapa ember air mata yang kutumpahkan. Di titik ini, mereka seperti saksi-saksi hidupku yang memalukan, yang membuatku terus bertanya-tanya, sampai kapan aku harus mengemban berat wajahmu yang pudar. Aku seperti manusia yang tidak punya kendali atas dirinya sendiri, dan bagiku, itu sungguh lucu. Bagi teman-temanku, itu juga sungguh lucu. Sebab, aku dan teman-temanku selalu berpikir bahwa aku adalah seorang wonder woman. Bahkan, beberapa teman laki-lakiku mengira aku adalah perempuan yang tidak pernah menangis. Aku adalah teman perempuan mereka yang tangguh, yang selalu tahu bagaimana caranya menghadapi hari dengan senyum sumringah, dan candaan-candaanku yang gila. Sungguh lucu, bukan? Bagaimana bisa seorang perempuan tangguh menangis berember-ember hanya karena sebuah kisah cinta yang bodoh.
Akhir-akhir ini aku jadi menyadari kalau mungkin sebenarnya, akulah yang bodoh. Bukan kisah cinta kita, bukan juga dirimu yang pernah membuatku mengumpat-umpat sebab aku tidak percaya telah jatuh cinta pada seorang laki-laki sepertimu. Kamu yang jauh dari nilai standarku. Kamu yang jauh dari laki-laki impianku. Kalau aku bertanya pada mereka yang membaca tulisan ini, mereka pasti akan mengamini kalau akulah Si Bodoh itu. Namun, persetanlah dengan diriku yang bodoh. Sebab ibuku bilang, tidak ada perasaan yang salah. Ibuku bilang, perasaan tidak bisa disalahkan, meski kita menganggap keberadaannya terlalu hina untuk kita akui. Ibuku bilang, ia mengerti dan memaklumi kalau anak perempuannya pernah menaruh hati pada seseorang yang jauh dari bayangannya.
Ibuku memang halus dan sungguh menyayangiku. Kamu pun tahu itu. Kamu pun dulu sangat menyukai ibuku. Nah, sekarang, bagaimana aku harus mengakhiri tulisan ini? Aku menahan malu ketika menulis ini. Meskipun aku tahu, kemungkinan kecil kamu akan membaca tulisanku. Meskipun aku tahu, kemungkinan kecil orang-orang akan tahu, sosok siapa yang sedang aku tangisi. Ya, kamu. Sosok yang pernah amat aku sayangi. Lihat, sayang, betapa aku masih bertingkah sangat bodoh dan memalukan di depan banyak orang. Aku sudah berubah, namun juga tidak terlalu banyak berubah. Aku masih sering membuat orang-orang di sekitarku merasa kesulitan saat menghadapiku. Sebagaimana dulu kamu pernah bilang, kalau aku adalah kekasih yang terlalu overwhelming buatmu. Ya, kamu. Kematian kecilku.
Bagaimana aku harus mengakhiri tulisan ini? Bagaimana aku harus mengakhiri penderitaanku ini? Aku tidak pernah membayangkan kalau aku akan dibuat sebegitu menderitanya hanya karena seseorang. Kalau kamu mengira ini adalah sebuah pencapaian, maka kamu telah salah besar. Sebab, sampai hari ini, kamu tetaplah kematian kecilku. Kematian kecilku yang pernah membuatku susah payah mencari gairah hidupku kembali. Kematian kecilku yang pernah membuatku kehilangan kepercayaan pada semua laki-laki di sekitarku. Kematian kecilku yang pernah membuatku berpikir kalau sebaiknya, aku tidak usah merasakan indahnya jatuh cinta lagi.
Kamu, kematian kecilku. Aku masih bisa merasakan sentuhan-sentuhan kecilmu di setiap sudut tubuhku. Aku masih bisa mendengarkan bisikan-bisikan manismu di balik bantal, gulingku. Aku masih bisa mencecap kebohongan-kebohongan pahitmu merayap di dinding-dinding rumahku. Kamu, kematian kecilku, yang ingin kukubur dalam-dalam di pusaran kegelapanku. Yang ingin kulempar jauh-jauh ke jurang kehampaanku, dan yang—sumpah demi Tuhan—ingin kumusnahkan selamanya, sampai waktuku telah habis sepenuhnya.
━ Zalfaa Daughtervy
30 notes · View notes
by-u · 5 months ago
Text
Ini kisah hidup anak manusia yang dihidupkan tapi merasa dirinya tiada, yang rautnya sumringah bahagia tapi hatinya luka berdarah-darah, yang hidupnya utuh tapi terbelah pilu hingga binasa.
Ini bukan tentang patah hati perihal cinta, tapi hal-hal yang ia percaya ternyata tak sesempurna yang terlihat oleh matanya. Sekali lagi ini bukan patah perihal cinta, tapi perihal kisah hidup anak manusia yang hidup dalam belenggu kepalsuan dan kebahagiaan yang tak terasa sebagaimana mestinya terlihat maupun dirasa.
la hidup begitu nyata, nelangsa masuk hingga jiwa. Ia tak butuh maaf hanya peluk yang sedari dulu ia dambakan kala. Rumah yang seharusnya untuknya kini tiada. Entah kemana ia harus pulang. Anak manusia yang baru saja tumbuh dewasa itu, dipaksa bangkit menghadapi kenyataan bahwa rumah tak selalu harus menjadi tempat berpulang dan ia harus belajar untuk terbiasa dengan sepi maupun.
Dibentangkan oleh @hallosalma sedikit di acak-acak oleh @by-u
22-02-2025.
35 notes · View notes
bersuara · 3 months ago
Text
Aku membiarkan diriku untuk berbahagia, meskipun hanya sesaat. Biar saja, biar hati yang mendamba bahagia, aku kasihi meskipun porsinya tidak pernah penuh.
Biar saja, biar sumringah yang lenyap aku tampilkan kembali. Biar saja, biar binar yang redup, aku nyalakan kembali.
- 24 April 2025 #24haridari30
22 notes · View notes
payungbercerita · 1 year ago
Text
Jatuh dengan Berani
Aku sudah memperkenalkanmu pada duniaku dengan hangat dan sumringah. Bukan lagi dengan ketakutan, bukan juga dengan rasa keinginan untuk memiliki. Sebab takdir pertemuan ini saja sudah terasa cukup dan membuatku bersyukur berkali-kali.
Aku tidak ingin lagi bersembunyi pada kata-kata yang menyedihkan. Pada harapan yang menyiksa. Pada penolakan akan kebahagiaan yang seolah tak layak untuk aku miliki.
Kali ini, aku lebih suka menikmatinya sebagai pertemanan yang harus saling mendukung. Pada kerja sama yang membuat kita berkembang. Pada kepercayaan yang membuat tirai ketidakmungkinan akan mimpi itu dengan sendirinya runtuh.
Entah mengapa aku bisa seberani ini menghadapi resikonya. Apa karena cerita lalu sudah membuatku sadar bahwa penyiksaan itu benar adanya. Ia tersimpan pada rasa keinginan untuk memiliki padahal kita hanyalah manusia yang hatinya ada dalam genggaman yang Maha Besar. Tidak bisa bergerak kecuali atas kehedak-Nya. Tidak pernah memiliki seutuhnya.
Doaku kini tak lagi berpaku pada lirih pinta dipersatukan, tapi berubah pada kemudahan jika memang kami diridhai oleh-Nya.
Tidak lagi meminta untuk dijauhkan, tapi meminta untuk diredakan segala deras perasaan, jika memang bukan takdir-Nya.
Dewasa ini, menutup diri dari pembelajaran yang hendak Ia beri adalah diskusi yang akan menjadi panjang. Aku menyadarinya saat ujian pada hal yang sama menjadi topik panjang yang entah sampai kapan aku dapat dikatakan benar-benar "selesai".
Mari melapangkan dada untuk menerima bahwa setiap kali Tuhan menitipkan rasa padamu terhadap seseorang, itu merupakan bentuk keinginan-Nya agar kamu belajar banyak hal darinya untuk mengenali dirimu sendiri.
132 notes · View notes
irmodayo · 1 year ago
Text
Ternyata, bahagia bukanlah sebuah tujuan. Ia adalah serangkaian perjalanan.
Sore tadi aku —sebagai penggemar jalan kaki, melakukan perjalanan kecil menuju Indomaret yang hanya 850 meter jauhnya dari tempat tinggalku. Pergi membeli sebotol jus jambu yang tak pernah tergantikan posisinya dalam jajaran kandidat jus yang kukehendaki. Bagian menariknya bukan soal perjalanan kecilku, tapi tentang seorang kakek dengan kulit legam dan rambut ikal tak terawatnya yang berpapasan denganku di dekat meja kasir. Kakek itu hanya membeli sebotol air mineral. Tetapi kilau matanya sama bersinarnya seperti kilau mata yang akan aku pancarkan ketika aku berhasil membeli satu pesawat pribadi. Sengaja aku menyapanya yang duduk di bangku sambil meneguk air dari botol yang mulai berembun. Berceritalah ia begitu senangnya bisa memasuki tempat ini, baginya semua terlihat mahal dan ia tak berani untuk sekedar menjajakan ibu jarinya. Maka membeli sebotol air mineral dari Indomaret terasa seperti berada pada level baru kehidupannya.
Oh, ternyata ada ya orang yang begitu sumringah hanya karena dapat membeli sebotol air mineral di Indomaret. Bagiku berlalu-lalang di pintu Indomaret sudah tak dapat kuhitung lagi jumlahnya, teramat sering dilakukan hingga terasa biasa saja. Tapi, bagi beberapa orang yang beruntung, satu langkah melewati pintu itu terasa seperti sebuah perayaan yang istimewa yang dipenuhi binaran pada matanya.
Waduh, lagi-lagi aku lupa. Terlalu banyak hal berkecamuk dalam kepalaku beberapa hari terakhir, perihal syukur dan ragu, juga perihal yakin dan takut. Aku paham betul tak seharusnya aku membiarkan mereka berngiang dalam kepalaku. Namun aku dengan segala kesombonganku berpikir bahwa semuanya harus kuatur sedemikian rupa agar aku merasa lebih baik. Padahal punya kuasa untuk mengintip nasib saja tidak, tapi aku bertindak seolah semua akan berjalan dengan benar jika aku yang memimpin diriku sendiri. Hingga aku menempatkan semua ambisi dalam daftar prioritas dengan berjubel, membuatku cukup khawatir dan tak tenang, serta sedikit lupa untuk berbahagia.
Untungnya, sore ini aku kembali diingatkan bahwa bahagia itu sendiri berasal dari tenangku terhadap hal yang sederhana. Menjadi bahagia kadang memang terasa tak semudah seperti menekan tombol 'menjadi bahagia' lalu seisi dunia akan berjalan mengikuti ritmeku begitu saja. Sejatinya menjadi bahagia memang sesederhana menekan tombol 'menjadi bahagia' itu saja. Sebab semuanya berasal dari pilihan dan kemauan, sebagai dua hal paling sederhana yang terasa rumit dalam pertimbangannya —apalagi ketika tengah melalui masa yang tidak mudah. Tetapi untuk terus merasa beruntung adalah sebuah pilihan dan kemauan. Sebab merasa beruntung dengan hal-hal sederhana terurai sebagai bentuk manusia mengakui nikmat kehidupan.
Whenever I feel life is uneasy, Tuhan selalu mengingatkan dengan membawaku kembali membumi. Tentang bagaimana benda-benda luar angkasa yang berukuran raksaksa itu dibentuk dari debu-debu asteroid yang ukurannya berbanding jutaan kali lebih kecil. Tentang bagaimana pohon ek yang berlingkar lebih dari satu depa dalam sinema juga berasal dari sebuah biji yang ukurannya hanya sebesar genggaman tanganku. Tentang bagaimana aku sebagai sapiens yang juga tersusun dari komponen atom-atom dalton yang bahkan mata telanjangku saja tak dapat melihatnya.
Maka dari itu kukatakan, bahagia bukanlah tujuan sebab ia adalah serangkaian perjalanan. Tak datang dalam bentuk yang tiba-tiba besar, namun dimulai dari ukuran 'sederhana'. Terus dilipatgandakan hinga ukurannya bisa bermilyar kali lipat dari 'sederhana'. Namun ketika bahagianya sudah lebih besar, janganlah lupa dengan rasa tenang dalam kesederhanaan-kesederhanaan yang kecil ukurannya. Tuhan maha baik, aku seharusnya memperbanyak syukur dan menguatkan yakin.
25 notes · View notes
menemukanrasa · 1 year ago
Text
Memutuskan untuk menikah adalah keputusan yang paling berat yang harus aku ambil.
Tidak seperti kebanyak teman2 perempuanku lainnya, yang justru menyambut pernikahan dengan sumringah. Bagiku, menikah adalah hal yang kompleks yang didalamnya pastinya akan lebih banyak ujian2nya. Mengingat menikah merupakan ibadah terlama yang didalamnya bisa diraup se banyak2nya pahala, yang pastinya se-paket dengan ujian2 didalamnya.
Menikah…
Bahkan di ujung tanduk keputusan-pun masih ada ragu yang terbersit disepotong hatiku. Masih ada banyak pertanyaan2 yang tidak berdasar yang entah sampai kapanpun tidak akan bisa aku dapatkan jawabannya kecuali dengan menjalaninya (menikah).
Satu2nya hal yang bisa aku lakukan sekarang hanya berpasrah dan berikhtiar melalui doa2 dan istikhoroh kepadaNya. Serta memantapkan hati bahwa sebaik2 pilihan adalah pilihanNya.
Dan sebagaimana yang dikutip
“Apa2 yang menjadi takdirku tidak akan melewatkanku, dan apa2 yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku”
Kata2 ini bagai pamungkas disetiap kebingungan2 yang aku alami, aku yakin jika pilihan saat ini sampai pada bahtera rumah tangga maka pasti itulah yang terbaik. Pun jika memang bukan, pasti ada pelajaran yang dapat dipetik didalam tiap kisahnya.
H-…..
31 notes · View notes
tomyluna · 7 months ago
Text
grow and listen
sambil mendengarkan musik dengan headphone ku, aku menulis rencana dan masa depanku di buku pada halaman baru 31 desember 2024; apa yang aku inginkan, apa yang ingin aku lakukan dan ingin ku capai, mimpi mimpiku untuk di tahun 2025. membayangkan dan mengkhayal bagaimana ya jika hal yang aku impikan benar benar tercapai? aku sudah senyum senyum sendiri saja dan sangat senang hati membayangkannya. lalu diriku berkata, aku ingin semua yang aku inginkan tercapai.
tidak apa! dimulai dari berkhayal membayangkan apa yang kita inginkan, lalu perlahan mewujudkannya. kalaupun mimpi itu terdengar tidak mungkin, setidaknya kamu punya mimpi. mempunyai mimpi atau cita-cita sebenarnya tidak sulit tapi mungkin bagi sebagian orang itu sulit dan tidak dapat ditentukan. tidak semua orang jika ditanya “apa mimpi mu? apa cita-citamu? apa yang akan kamu lakukan untuk kedepannya? apa rencana mu selanjutnya?” akan menjawab, karena untuk menjawab pertanyaan itu perlu waktu yang lama untuk menemukan apa yang benar-benar kita inginkan. mungkin untuk mereka yang benar benar sudah terencana akan yakin dan semangat saat menjawabnya.
teringat saat aku duduk di sekolah dasar, aku sudah mulai menjadi orang pemimpi, dimulai dari ingin menjadi dokter, lebih spesifiknya dokter bedah! ah seketika rasa semangat ingin benar benar menjadi dokter bedah saat itu terbangun lagi. lalu saat kelulusan sekolah dasar waktu nama aku dipanggil untuk maju ke panggung dan menerima mendali, nama ku disebutkan dengan lantang, “shofiyyah azzahro, dengan cita-cita dokter bedah—” wah disitu benar benar deh sudah seperti selesai kuliah wisuda gitu wkwkwk.
lalu lanjut saat mts, pertama ingin menjadi fotografer, dan jadilah fotografer untuk teman temanku, senang banget kalau sudah dipanggil ”fotografer kita” langsung senyum sumringah. lalu saat karantina selama covid, aku kepikiran untuk menjadi penulis aja! melanjutkan hobi saat sekolah dasar (jadi waktu sekolah dasar aku punya buku khusus yang isinya adalah cerita cerita karangan aku, yang aku tulis disekolah kalau lagi bosan) selama covid aku sempat menulis cerita di internet.
sampai sekarang mimpiku pun masih sempat berubah-ubah, aku terus memutar balikkan waktu atau mempercepat waktu ke depan dan berkhayal, padahal sudah memasuki jenjang yang lebih serius. aku masih terus berkhayal, bagaimana ya jika aku menjadi ini, bagaimana ya kalau dulu milih ipa atau ips aja, bagaimana ya kedepannya saat aku masuk smk ini. ingin menjadi seorang psikologi, translator bahasa korea (karena sudah lumayan juga kenapa tidak diteruskan saja) atau lanjut di IT aja ya? tapi akhir-akhir ini aku malah kepikiran untuk jadi dokter gigi wkwkwk, haduh aku pun capek dengan diriku sendiri yang seorang pemimpi.
mencoba untuk menjadi lebih serius untuk masa depan sendiri. menjadi dewasa untuk merencanakan hidup sendiri. sedikit ku singkirkan dan fokus pada satu hal untuk saat ini. melihat kedepan, meraih apa yang aku cari dan inginkan. tidak peduli apa kata orang, tidak peduli apa yang mereka pikirkan.
sudah memasuki ke jenjang yang lebih serius, aku, di umur 18 ini, akan terus ku usahakan agar rencana ku tetap pada jalannya.
aku akan terus menjadi seorang pemimpi, orang yang memiliki banyak mimpi dan imajinasi. aku ingin tetap bermimpi sampai setidaknya salah satu mimpiku menjadi nyata. aku ingin membanggakan diriku sendiri, bukan untuk dilihat orang lain.
memulai halaman baru dengan rencana dan mimpi baru yang ku tulis pada malam ini.
masih dengan headphone yang memutar musik dari playlist ku “this is kaworu nagisa”
dengan bahagia diiringi musik dari playlist favoritku, aku akhiri semua masalah, perasaan yang tertinggal, serta hal yang tidak diinginkan, kekecewaan, penyesalan, kesedihan, tangisan pada hari itu, pada tahun 2024 akan tetap di tahun 2024 dan tidak akan ku ungkit kembali. mengakhiri 2024 dan memulai hari pertama di 2025.
aku menantikan keajaiban apa saja yang akan terjadi di hidupku, dan mimpi mimpi baru dilahirkan.
selamat membuka halaman baru dan bermimpi.
lampung, 1 januari 2025.
—shofi
6 notes · View notes
depeu · 3 months ago
Text
Sampai Tujuan.
Saat kami masih di Malang, setiap tlp-videocall, ibuk minta kami cepat pulang. Katanya, “..nyai kangen zahira”. Waktu itu rasanya kami belum puas di Malang, masih mau lama-lama. Tapi kami harus pulang. Memang saat kami meninggalkan Ibuk, Ibuk baru saja selesai operasi. Ada benjolan/kelenjar di kantung mata sebelah kanan. Kelenjar yg sudah ada sejak lama dengan berbagai macam diagnosa. Dan saat itu masih dalam tahap observasi lanjutan.
16 Oktober 2024-kami kembali dari Malang. Kembali menyesuaikan rutinitas disini. Waktu itu, kedatangan kami disambut angin kencang. Disambut kabar yg tak terduga, ternyata hasil observasi dokter menyatakan bahwa terdapat sel kanker pada kelenjar yg sudah dikeluarkan. Dan mulai menjalar di kantung mata sebelah kiri. Sel kanker tersebut harus dimusnahkan dengan kemoterapi. ((KEMOTERAPI)) satu jenis pengobatan yang tak pernah terlintas dibayanganku akan dilalui oleh orang tercintaku selama 6 kali terapi, sekitar 6 bulan kedepan. Ternyata Ibuk & Ayah simpan rapat soal ini, baru memberi tahu kami saat kami sudah di rumah. Hatiku hancur, tapi airmataku tertahan menatap wajah Ibuk yang lebih hancur dariku. Kami sepakat, bahwa kabar ini tak boleh siapapun tahu. Termasuk keluarga, kerabat, tetangga. Ini jadi rahasia kami saja.
Ternyata dari sakit ini, baru ketahuan juga kalau di ginjal kiri Ibuk ada batu yang mengendap, dan harus dikeluarkan sebelum proses kemoterapi di mulai. Saat pengobatan ini di mulai, badan Ibuk harus dalam keadaan sehat. 23 Oktober 2024, operasi berlangsung dari jam 3 sore sampai jam 9 malam, ibuk baru di pindah ke kamar inap. Selama proses operasi berlangsung, kami sudah menyiapkan kalau nggak salah, 5 kantong darah AB+. Persiapan yang diminta RS, kalau kemungkinan Ibuk kurang darah saat operasi berlangsung.
Alhamdulillah semua berjalan lancar, selamat & Ibuk kembali sehat. 28 Oktober 2025, kami sudah kembali menemani Ibuk istirahat & proses pemulihan di Rumah Nusa Bakti.
16 November 2024, kami menjemput Dara yang selesai opname di RS. Di hari yang sama Muthi sampai dari Jogja. Meninggalkan pekerjaan, mimpi & rutinitasnya. Semoga ini sementara. Kami bahagia berkumpul lagi, tentu yang paling bahagia adalah Ibuk.
1 Desember 2024, Hari Ibuk tiba. Genap sudah usianya 54 Th. Wajahnya masih tetap cantik awet muda, disayang suami & anak cucu tercinta. Seperti biasa, kami rayakan dengan sederhana. Di usianya yang baru ini, kami memulai semuanya. Kemo pertama Ibuk dilaksanakan 6-7 Desember 2024. Ternyata efek setelahnya, Ibuk mual tak selera makan 2-3 hari. Biasanya minum susu, atau makan buah kesukaannya. Kemo yg pertama ini aku belum bisa menemani.
Lanjut kemo yg kedua, saat akhir tahun. 30-31 Desember 2024. Kali ini, aku bisa menemani. Perasaanku tak karuan saat pertama kali masuk ruang kemoterapi yang berisi pasien2 lemah secara fisik. Tapi kulihat di ujung sana, ada satu pasien yg sumringah dengan senyumnya menyambutku datang. Dialah Ibukku, cintakku. Buk, saat itu aku menangis dalam diam. Badanku gemetar. Tapi aku harus kuat, melihatmu yg lebih kuat.
Kemo yg ketiga kalinya dilakukan pada 29-30 Januari 2025. Siklus kemo ini sekitar 21 hari-satu bulan, saat itu Ibuk mendapat kamar kemoterapi khusus, nggak lagi bareng2 dengan pasien lain. Walaupun sepi, tapi Ibuk lebih tenang. Karena kalau bareng pasien lain rasanya campur aduk. Kasian, takut, sedih jadi satu. Sejauh ini nggak ada efek kemo yg menakutkan seperti kata orang & yg dialami banyak pasien lain. Seperti rambuk rontok, kulit menghitam. Alhamdulillah efek dibadan Ibuk hanya mual & tak selera makan beberapa hari. Itu pasti terjadi setiap selesai kemoterapi.
Perjalanan kami ternyata sudah setengah jalan, sudah tiga kali kemoterapi. Semoga tiga kali lagi, kami sampai tujuan. Kenapa kami? karena Ibuk nggak sendirian melewati ini. Ada kerjasama kami sekeluarga yang saling menemani, mensupport, mendoakan, membantu satu sama lain. Perjalanan ini panjang, tapi kalau bersama-sama mungkin terasa lebih ringan.
Selanjutnya kemo yg keempat, dilakukan sebelum Ramadhan tiba. 25-26 Februari 2025. Seperti biasa, Muthi—perawat pribadi Ibuk yg selalu menemani. Sore pulang dari RS, malamnya kami langsung ke RU menonton pentas seni Dara, yg harus ditonton karena dialah Ketua Pensinya. Haha.
Kemo yg kelima, saat Bulan Ramadhan. 25-26 Maret 2025. Setelah kemo yg kelima, Ibuk kembali di periksa ulang secara menyeluruh. Apakah obat yg selama ini dimasukkan berhasil atau tidak. Juga penetuan kemo sekali lagi, atau berlanjut. Kalau selama ini, setiap mau kemo, cek lab darah dulu, setelah kemo, kontrol lagi. Pokoknya ke RS bisa dua minggu sekali. Belum lagi diantara Ibuk kemo, ada Ayah juga yang setiap bulan harus kontrol ke Dokter Jantung. Dan sekarang rutin kontrol ke Dokter Orthopedi juga karena ada cidera ligamen di sendi kaki kanannya. Memang panjang sekali perjalanan ini, tapi banyak memberikan pelajaran juga, belajar sabar, ikhlas, menerima & menjalani. Nggak lupa juga untuk bersyukur. Walaupun sedang dalam ujian, tapi masih berkumpul dengan orang-orang tersayang.
Menuju kemo yg keenam, selalu berdoa semoga ini yg terakhir. 23-24 April 2025. Ya, dua minggu yg lalu Ibuk menjalani kemoterapi yg keenam. Sama seperti sebelumnya, prosesnya dua hari, ditemani Muthi. Semua lancar & kata dokter semua bagus. Tapi masih perlu beberapa tahapan pemeriksaan lagi untuk memastikan everything oke. Satu minggu setelah kemo, kami kembali ke RS menemani Ibuk menjalani CT-Scan, cek lab darah (lagi). Bertemu dokter lagi, ke poli mata, kembali ke poli hematologi & onkologi. Banyak perjalanan yg di lalui. Alhamdulillah, buah ikhlas & sabar kami, hasil seluruh pemeriksaan dinyatakan baik. Perjalanan kami sampai pada tujuan. Sel-sel kanker yang harus dimusnahkan tadi, kini telah musnah. Ibuk kami, kesayangan kami, sehat kembali.
Alhamdulillah, terimakasih Ya Allah. Allah yang memberi sakit, Allah juga yang menyembuhkan. Perjalanan yang panjang ini, berakhir pada tujuan yg diinginkan yaitu: Kesembuhan. Ternyata proses pengobatan kemoterapi tak semenakutkan yg kubayangkan, kemoterapi adalah proses pemberian obat melalui jalan infus di RS. Ada yang rawat inap, ada juga yang rawat jalan. Kalau Allah takdirkan sembuh, maka kesembuhan itu akan datang.
Hari ini, kami berjauhan lagi. Ayah & Ibuk di Rumah Nusa Bakti, Muthi kembali menyusun mimpi di Jogja, Dara masih ujian di Pesantren. Kami bertiga di Indralaya. Kehidupan kami kembali ke rutinitas sebelumnya. Ayah & Ibuk kembali berduaan saja dirumah.
Teruntuk Adekku Muthi, rasanya dia adalah yang paling lelah diantara kami. Dia yang harus bisa jadi supir, kadang2 jadi perawat, kadang jd tukang masak, kadang membantuku mengurus zahira. Muthi serba bisa, selalu ada. Makasih ya, sudah mengesampingkan mimpimu. Memilih pulang meninggalkan Jogja demi Ayah & Ibuk. Semoga Allah memberkahi perjalananmu selanjutnya. Terimakasih sudah menjadi yang paling diandalkan diantara kami.
Kalau diresapi, mungkin perjalanan ini adalah bagian dari jawaban atas kapan & kenapa yang selalu ada di kepala. Allah adalah sebaik-baik perencana. Allah lah yang mengatur segalanya. Ternyata dengan menjadi Ibu Rumah Tangga, aku punya waktu sehari 24 jam yang sangat fleksible. Bisa kapan saja pergi. Kalau tiba2 Ibuk di tlp RS untuk masuk kamar, aku bisa langsung ikut menemani. Dengan jadi Ibu Rumah Tangga, aku bisa menjalankan peranku sebagai seorang istri, ibu & anak secara bersamaan walau kadang belum maksimal. Pokoknya banyak hal lain yg aku syukuri dari peranku saat ini. Terimakasih ya anakku zahira, atas kerjasamanya & thanks to my lovely husband, Muhammad Zaid. Dari Ayah & Ibuk jg aku belajar bahwa kita akan selalu ada & harus selalu saling menemani satu sama lain dalam segala kondisi. Saat sehat maupun sakit, saat senang ataupun sedih.
Ayah, Ibuk.. perjalanan kita sudah sampai tujuan. Semoga Ayah & Ibuk selalu dalam keadaan sehat. Bersama saling menemani & menjaga selamanya sampai maut yang memisahkan kita.
Indralaya, 10 Mei 2025.
4 notes · View notes
theprincesslullabyy · 4 days ago
Text
How to Survive Your Unexpected Married
Part 1: Reserved Parking, Reserved Fate
Tumblr media
Vanessa Penelope menurunkan kacamata hitamnya sedikit saat melihat mobil hitam elegan di depannya dengan sok cool mengambil posisi parkir yang jelas-jelas sudah ia incar duluan. Ia mengerem mendadak, memutar matanya, lalu memundurkan mobilnya.
Tapi tentu saja, bukan Vanessa namanya kalau mengalah begitu saja.
Ia turun, mengetuk jendela mobil hitam itu sambil menyunggingkan senyum manis yang sama sekali tidak mencerminkan hatinya yang barusan mencak-mencak.
“Mas, ini saya duluan loh,” katanya lembut tapi menusuk, seperti pie apel yang keliatannya manis tapi ternyata panas banget waktu digigit.
Jendela mobil perlahan turun, menampilkan wajah cowok tinggi berjas gelap dengan ekspresi datar dan mata dingin. Erico Louis. Bukan tipe yang suka berdebat di tempat umum, tapi jelas kesal.
“Maaf. Saya lihat kosong, saya ambil,” katanya singkat.
Vanessa menyilangkan tangan. “Saya udah nyalain sein dari tadi. Kalau semua orang semaunya gitu, dunia bakal chaos, Mas.”
Erico menghela napas pelan. Ada jeda tegang sekitar dua detik sebelum dia akhirnya mundur pelan-pelan, membiarkan Vanessa mengambil lahan parkir itu. Ia tidak bilang apa-apa. Hanya menatap sekali—satu kali—ke arah Vanessa sebelum melajukan mobilnya ke spot kosong lain.
“Ha. Menang,” gumam Vanessa puas, sambil memperbaiki blouse-nya dan berjalan masuk ke dalam café dengan langkah ringan.
Tiga menit kemudian…
“Vaaaan, sini duduk~” seru suara nyaring dari arah dalam café. Seorang ibu paruh baya dengan tas branded dan senyum sumringah melambai ke arahnya. Vanessa menghampiri dengan senyum sopan.
Belum sempat duduk, langkah kaki lain mendekat ke meja itu.
“Mami, sorry, parkirnya penuh,” kata suara berat yang langsung membuat Vanessa menoleh…
Keduanya saling menatap. Dan…
“KAMU?!”
Suara mereka berbarengan. Vanessa setengah berdiri, Erico tampak setengah ingin balik ke mobilnya sekarang juga.
“Oh, kalian udah kenal? Wah, dunia memang sempit ya!” kata Mama Erico dengan tawa manis yang penuh arti.
Mama Vanessa ikut tertawa kecil. “Bagus dong. Jadi nggak perlu banyak perkenalan. Langsung cocok, ya, nak?”
Erico dan Vanessa saling melirik dengan penuh kecurigaan.
“Ada apa ini sebenernya, Bun?”
Dua ibu itu saling bertukar pandang, lalu mengeluarkan satu kalimat pamungkas yang membuat dua manusia muda itu terpaku di tempat:
“Kalian dijodohin. Minggu depan akad, ya. Udah disiapin semua.”
To be continue...
2 notes · View notes
nonaabuabu · 2 years ago
Text
Ternyata Egoku Terluka
Saat suatu hari seseorang menemukan hal baik dalam diriku, dia langsung berkomentar "wah ternyata kamu bisa baik ya, semoga tetap baik ya." Dan dia tersenyum sumringah seolah sudah memberikan pujian paling positif hari itu.
Dan untuk pertama kalinya setelah aku membiasakan diri untuk mengucapkan terimakasih kepada pujian hari itu aku tidak mengucapannya, aku justru bilang "duh jadinya nggak pengen baik lagi."
Setelah kejadian itu, aku diam berpikir, ada perasaan menyesal membiarkan dia tahu, ada keinginan ke depannya tidak melakukannya lagi, atau setidaknya tidak melakukannya di depan orang-orang seperti dia.
Tapi pertanyaan yang timbul akhirnya, kenapa aku harus peduli?
Aku akhirnya sadar, ternyata egoku terluka. Aku merasa yang dia lihat dariku hal buruk aja (barangkali juga orang lain), padahal untuk hal baik yang dia puji dariku adalah, hal yang biasa aku lakukan. Aku menangis sejenak, saat menyadari betapa buruk aku di mata orang.
Tapi apakah semua kebaikan layak dipertontonkan di depan umum? Apakah menurut orang-orang hanya karena tidak menunjukkan diri baik maka tak pernah melakukan kebaikan? Apa orang selalu mengukur orang lain dari apa yang mereka lihat saja?
Bukankah manusia memiliki kesadaran yang mampu berpikir dan memahami? Aku tahu barangkali baginya adalah dukungan moral, baginya tepat berlaku demikian. Itulah kenapa kadang sangat tidak perlu memberikan komentar apalagi pujian, tidak semua orang menerjemahkannya sebagaimana ia disampaikan.
Aku tak marah, sungguh tidak.
Hanya saja akhirnya aku menangis lebih lama, menyadari betapa hina aku di matanya. Sehingga kata ternyata dan doa semoga terdengar lebih melukai daripada hinaan.
Tapi tidak apa, aku belajar lebih banyak untuk diam. Untuk menyadari bahwa kata-kata yang bagiku terdengar dukungan bisa jadi bagi orang lain adalah luka.
Aku tahu aku tak sempurna, aku bahkan yakin luka ini akan menimbulkan rasa berhenti dalam diriku, tapi dia yang tidak paham kan? Aku hanya perlu lebih berhati-hati dalam tindakan dan pikiranku sendiri. Tapi aku tidak hidup untuk penilaian manusia kan?
Sekali lagi aku tahu aku tidak bisa mengendalikan pikiran manusia, tapi aku bisa memutuskan mana yang perlu kulakukan dan tidak. Meski sejujurnya mulutku sudah gatal ingin bilang 'itulah kalau terbiasa pamer kebaikan, kamu tidak tahu kebaikan apa saja yang dilakukan orang lain saat diam.'
Ah, semoga aku bisa lebih bijak dari diam tapi bergemuruh dalam dada. Memang, betapa sulit menahan diri.
61 notes · View notes
diksibising · 11 months ago
Text
Kemarin, tanganku masih bernanah, Rumahku berisi sampah. Tangisanku mendarah
Kini, tangan-tangan ini sudah bersih
Rumah-rumah ini sudah tak lagi bersampah
Wajah berseri sumringah
Namun, jika kamu adalah salah satu bagian lukaku aku rela menampungmu ditempat paling megah
7 notes · View notes
kphpdraisme · 8 months ago
Text
Hujan, warteg, kopi, dan
Zahra.
Tumblr media
Definisi jumat berkah, ketika harimu dipenuhi suara merdu spek podcaster kelas dunia yang berulang mengatakan:
Fat, Allah itu..
Fat, Allah itu..
Fat, Allah itu...
Aku dan dia jarang berbincang, belakangan. sering bertemu, namun berakhir dengan hanya pandang-pandangan dengan mata berbinar. lalu dia memukulku—ya, anda tidak salah baca, tahu kan love language wanita terkadang memang physical attact?
Dulunya beliau mentorku, tapi tawadhunya luar biasa sekali, pertalian kami jadi lebih hangat dari sekadar mentor dan mentee. hingga kesimpulanku masih tak berubah, fase mentor bersama beliau, ialah yang terbaik sepanjang masa.
Bersamanya, definisi pertemuan berkah. Jarang, namun sekalinya iya, aku jadi paham makna orang yang melihatnya saja membuatmu ingat Dia—terimakasih sudah menjadi rekan yang tak canggung diajak banyak berbincang tentang-Nya, kak.
Kepadanya, sudah lama aku rindu. sudah bosan mendegar kabarnya hanya dari katanya, mengetahui hidupnya dari kacamata lainnya. sudah lama kupendam sendiri dan berkali-kali hanya melempar ucap,
Kakak, aku rindu. begitu saja sih. tapi juga tak ingin mengganggu waktumu. namun, semoga esok lusa Allah izinkan celengan rindu kita pecah ya.
Dia aminkan juga. Lalu sudah, benar begitu saja. berakhir dengan kami yang larut pada hidup sendiri lagi.
Semalam, rindunya sudah tak tertahan. Aku berkata tanpa angin-hujan seperti biasanya, bila esok ada niat ingin ke arah sini, kabarkan aku. nanti kusamperin kakak.
Hebatnya, semendadak itu, dan beliau menyanggupi untuk berkelana dari ujung jakarta ke area sini. Aku sampai melonjak. haha, beginikah pesona orang baru lengser? okegas okegas.
Kami bertemu akhirnya, tidak direncanakan matang namun formula pertemuan yang jadi memang begitu ya.
Kami makan siang di lunch break-nya para worker. meski ramai, tumpukan cerita tetap dibabat habis. meski dibersamai deru hujan, kami tetap loncat-loncat berkejaran dengan waktu. bahkan kami sengaja berpindah demi mencari nyaman, dan berakhir lagi-lagi pada masjid, rumah ternyaman.
Meski akhirnya, waktu berpisah datang juga.
Aku masih sangat rindu, tapi gimana ya, hari mulai sore, jadwal harus berlanjut, amanah uas harus ditunaikan. kita harus kembali hanya memeluk dari doa-doa saja.
Maka semoga kakak, dijaga Allah selalu. diliputi rahmat-Nya selalu. Atas pendeknya waktu temu kita tadi, singkatnya waktu bincang itu, semoga Allah tetap berkahi. Aku turut bahagia, sangat sangat sangat bahagia, mendengar kabar tadi.
Terimakasih sudah menjadi wasilah Allah mengingatkanku, betapa hebatnya Dia mengatur apa-apanya. Mendengar cerita kakak, sejujurnya sebuah harapan seperti datang padaku. Putus asa kemarin seperti menemukan jawabannya.
Kakak, tetap menjadi bunga ya, dimana-mana,
yang mekar, wangi, membuat siapa saja yang disekitarnya ikut sumringah.
Semoga Allah ampuni aku, kakak juga. Ucapan ini memang harus kita ulang ribuan kali. Sudah terlampau banyak langkah kita berserakan tanpa ilmu, tak maksimal, sia-sia dan perlu banyak evalusi. Semoga Dia benar-benar bimbing kita selalu saja.
Anw, ayo kak, waktu-waktu yang kemarin terlewat, maksimalkan lagi. Saudara diseberang tak boleh berjuang sendirian. Kita butuh mereka. Gerilyakan lagi ngadminnya, insyaAllah sebentar lagi selesai—ini kalimat yang ribuan kali diulang guru kami sejak 1 tahun lalu, beliau selalu berujar ini, dan kabar baiknya, belum kunjung Allah wujudkan.
Dan kalo kata guruku itu bila suatu waktu bertemu kami, fatimah-zahra ini sepaket banget sih everywhere-nya.
Kulanjutkan,
betul, bersamanya kita, mengguncang dunia!
-----------------
Ya, ini sepekan sebelum uas, kak. arent u remember?
dan aku sudah rindu lagi, haha. mari mengulang lagi kenangan ini, dan aku tak akan bosan meski ribuan kali.
4 notes · View notes
purpurskyetch · 4 months ago
Text
*[Robocar Poli x OC AU]*
*Chapter 1*
"Im back guys!" Jin membuka pintu HeadQuarters dengan sumringah, membawa 2 kompek besar belanjaan-nya. Keempat Robovehicle berbeda jenis hanya menatapnya tanpa berkedip. "Woah, tidak biasanya kau beli sebanyak ini, Jin," Ucap Amber -- Robovehicle Ambulance. Jin hanya tersenyum tipis sambil mengeluarkan isi dari kompek itu satu persatu. "Ini adalah alat alat baru yang mau kucoba, untuk kompek sebelahnya...Itu stok kulkas selama sebulan," Ucap Jin yang kemudian menatap Roy -- Robovehicle Firetruck. "Oh ya Roy, bisa kau tata ini dikulkas, aku mau uji coba semua alat ini," Jin menunjuk kompek besar disebelahnya, Roy hanya mengangguk dan mengambilnya kemudian berlalu kedapur.
*1 jam berlalu*
~Jin masih sibuk mencoba semua alat alat yang baru dia beli.
~Roy sudah selesai menata kulkas 30 menit lalu dan kemudian sahabatnya Poli--Robovehicle berjenis Mobile Cop mengajaknya balapan di "Training Track".
~Amber sedang menyiram bunga ditaman, sementara Helly -- Robovehicle berjenis Helicopter, menemaninya sambil bercerita.
Hari ini cerah dan belum ada panggilan darurat dari pagi, Broomstown Rescue Team, itu nama Tim mereka, sedang menikmati siang yang santai setelah patroli pagi.
◇◇◇
Sore telah tiba, panggilan darurat dari Posty -- Tukang Pos beroda tiga, segera dibalas. Sesosok siluet hijau terbang menuju tebing di 14 st. -- Karena bertengkar tentang pekerjaan masing masing, Posty dan Cap -- Mobil Taxi berpisah satu sama lain, ketika Cap menemukan mail yang jatuh dan mencari Posty, Posty tidak ditemukan dimanapun karena dia sedari tadi bersembunyi, melihat kesusahan Cap. Berujung Taxi kuning itu tergelincir dari bukit tinggi dan kemudian nyangkut ditebing. Nyangkut ditebing? Hal biasa mah itu.
Helikopter mungil itu menahan si Taxi dari belakang. "Tahan sebentar, Cap! Rescue Team akan segera datang!" Perkataan itu selalu benar, sedetik setelahnya, sirene dari mereka terdengar bergema dari kejauhan. Setelah Poli dan Amber 'transform' kewujud robot mereka, menyisakan Roy yang bertugas mengangkat bagian belakang Cap dengan cranenya, sementara Poli dan Amber mengangkat Cap dari samping.
◇◇◇
30 menit berlalu, misi penyelamatan telah selesai. Posty dan Cap kemudian berbaikan dan setelah Posty mengantarkan mail tersebut, mereka berdua kembali bertemu di Broomstown Square, bersama Spooky -- Cranetruck(?) dan Cleany -- Mobil pembersih beroda tiga, sama seperti Posty. Rescue Team? Mereka melapor ke HQ, kemudian patroli sore. Rutinitas berjalan seperti biasa. Anak anak kembali dari bermain, ibu memasak untuk makan malam, sementara ayah membereskan pekerjaan-nya, terkecuali jika lembur. Hari yang cukup normal di Broomstown, senja telah tiba, Rescue Team kembali untuk beristirahat, kemudian bersiap untuk patroli malam.
◇◇◇
Poli berjalan tegap dipinggir jalan yang sunyi, sensor mesinnya mendeteksi -- mendengar suara dari semak semak disampingnya. "Siapa itu?" Poli menengok kesemak semak yang bergoyang, dan sesosok makhluk mungil memunculkan kepalanya. "Ah, ternyata kau ya kucing kecil, boleh aku mengelusmu?" Poli menyodorkan tangan-nya tapi kucing itu kembali bersembunyi disemak semak. Belum sempat Poli berkata kata, sebuah ledakan besar terdengar dari belakang.
*"DUAAAR"*
Poli menatap hutan diselatan Broomstown, yang memancarkan cahaya oranye-kemerahan dari kejauhan. 5 menit setelahnya...Hening, Rescue Team kembali ke HQ, berdiskusi tentang apa yang baru saja terjadi.
◇◇◇
HQ sekarang penuh dengan rasa khawatir dan penasaran. Helly yang saat itu patroli malam disekitar sana dan melihat sesuatu, dan juga...Terkena efek ledakan-nya..Tangan kanan Helly sudah diperban oleh Amber, dan Jin sudah tak sabar. "Tanganmu sudah diperban Helly, sekarang ayo ceritakan apa yang kau lihat!" Helly hanya menatap Jin dengan sabar kemudian bercerita.
*[Flashback in Helly's POV]*
Aku berpatroli dipinggiran hutan diselatan Broomstown. "Tidak ada hal yang aneh disini, hanya saja...Anginnya lumayan kencang.." Ucapku dan kemudian menurunkan ketinggian diudara.
*wooooooshhssssDRRRRRRRRR*
Aku mendengar suara sesuatu yang jatuh kemudian seperti akan menghantam daratan dengan kecepatan tinggi. Aku mendongak keatas dan melihat siluet helikopter raksasa yang 2 x lebih besar dari Carie. Diriku sendiri awalnya mengira itu Carie, tapi ketika terlihat sedikit lebih jelas warna helikopter itu adalah putih, dengan terlihat garis biru dibeberapa bagian. Modelnya unik karena helikopter tersebut terlihat membawa sesuatu dibelakangnya, 2 persegi panjang yang masing masing berada dikiri dan kanan, yang terlihat rusak dan terbakar, tapi yang paling parah adalah, bagian depan helikopter itu hangus, dan terlihat seperti meteor yang siap menghantam siapapun berada dibawah dan sekitarnya. Dalam sekejap, ledakan besar terjadi dan angin besar yang tercipta menghantamku dan membawaku entah kemana.
...
"Uh, sakitnya, dimana ini?" Gumamku sambil meringis, bangkit dan mencoba menatap kebawah, hampir terpeleset. Diriku sekarang berada didahan pohon besar. Tidak tahu jelas dimana. Kulihat tangan kanan ku yang mengeluarkan oli hitam dari goresan yang tercipta karena ledakan itu. Setelah beberapa saat, aku berpikir apa kira kira bisa kembali ke HQ dan melapor...Tapi karena yang namanya Rescue Team tidak akan pernah menyerah, akhirnya aku mencoba mengumpulkan kembali kekuatanku, mencari info lokasi tempatku sekarang. Ketika waktunya tiba, aku terbang dengan cepat menuju HQ. Dan sesampainya disana, ternyata Roy dan Amber sudah datang duluan, dan setelah beberapa saat Poli datang.
*[Flashback Off]*
"Jadi itu sebabnya tanganmu terluka?" Tanya Poli dan dibalas Helly dengan tatapan kesal. "Iyalah, kan sudah kusebutin tadi, apa kau tak dengar?" Poli yang mendapat tatapan seperti itu hanya ketawa kecil. "Hehe, hanya bercanda, siapa tau bukan kan?" Helly mendelik. "Jadi kau percaya atau tidak?" Poli dengan muka 'mengajak bercanda' membalasnya dengan senyum tipis "Hanya mengetes saja, toh kau sudah pasti jujur," Helly semakin kesal karena merasa dikira tak jujur, sementara yang lain hanya tertawa kecil.
◇◇◇
Setelah diskusi yang panjang, akhirnya mereka memutuskan untuk menginspeksi hutan selatan diesok harinya. Tanpa mereka sadari, beberapa 'makhluk' dari dunia lain baru saja memasuki dunia ini dan memilih Broomstown sebagai tempat mendarat mereka, bukan hanya tempat MC "Robocar Poli", tapi juga tempat berlindung dari kejahatan yang mengikuti 'pendatang' itu dikejauhan.
Well, here it is :>, hope you like it hehe. //Lazy for the chapter 2 lol//
2 notes · View notes
salingsapa · 1 year ago
Text
Bahagia
Mungkin sering terpaan story-story bahagia di berbagai sosial media kita jadikan kaca pembatas bagi diri kita. Betapa bahagianya mereka, berapa sengsaranya diriku. Seakan tak cukup atap yang melindungi dari terik dan dingin. Seakan tak cukup perut yang selalu terpenuhi. Seakan tak cukup dengan keadaan yang aman, jauh dari darah dan dentuman bom.
Ini terjadi pada diriku. Sering sekali. Begitupun perasaan sumpek yang datang ketika mata melahap senyum sumringah tentang semua pencapaian dan kebahagiaan kalian-kalian.
"Kapan aku bahagia?" tanyaku pada diriku. Mungkin nanti, ketika saya sudah mampu bersyukur pada apa yang ada. Ketika saya sudah mampu menyukuri setitik iman yang masih bertahan ketika aku tenggelam dalam dosa. Ketika aku sudah bisa selalu berpasangka baik pada Tuhan. Mungkin pada saat itu aku akan bahagia. Mungkin.
8 notes · View notes