Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Unexpected
by norenbliss
"Renjun, sudah jam 8 malam. Kamu harus pulang." Seorang pria dengan jas navy menyapanya.
Itu adalah Jeno. Seorang direktur di kantornya.
Sebuah keajaiban bagi Renjun, namanya dikenali oleh si bos!
Renjun pikir si bos sudah lama pulang, tapi ternyata beliau juga masih disini. "Eh iya hehe. Bapak juga... belum pulang ya ternyata."
Lihatlah cara pria tampan itu menyeduh kopinya, terlihat sangat berwibawa dan elegan.
"Saya akan pulang setelah ini." Katanya sambil mematikan keran air panas.
Ingin sekali ia meminta si bos untuk menemaninya sebentar lagi, lalu mengantarnya nanti. Sebenarnya ia takut sendirian, dan temannya – Ryan —
Lagipula kebetulan rumah mereka searah. Tapi Renjun sadar diri, siapa dirinya? Jauh terbanting dengan status Jeno saat ini. Dirinya hanyalah seorang karyawan biasa, sedangkan Jeno seorang atasan elit.
Bertemu dengannya di kantor seperti ini saja sudah seperti keajaiban, mengingat betapa sibuknya Jeno. Dengan jabatannya ini, Jeno lebih sering bepergian ke luar kota atau luar negeri daripada menetap di kantor.
.
.
.
Jeno membereskan file-file fisik yg tadi ia bawa, lalu beranjak naik ke lantai atas menuju ruangannya sendiri.
'Mungkin kunci mobilnya disana', pikir Renjun.
Ia mengakhiri halu-nya dan melanjutkan pekerjaannya. Ia ingin ini cepat selesai agar bisa segera bercinta dengan kasur kesayangannya di kost.
.
.
.
Detik berubah menit, menit berubah jam. Tidak ia sadari satu setengah jam telah berlalu dan sekarang jarum jam telah berada di angka 21.30.
Renjun panik dan buru-buru membereskan barang-barangnya. Ia harus segera pulang atau tidak akan bisa masuk ke kostnya. Ya, pemilik kost menetapkan jam malam dengan batas hingga jam 10 malam.
Semenit kemudian terdengar langkah kaki dari lantai atas.
Itu si bos.
Renjun kira atasannya itu sudah pulang sejak lama?
"Mau pulang bersama?" Jeno menawarkan.
"E— emang boleh pak?" Renjun bertanya ragu-ragu.
"Sure, why not? Memang kamu mau pulang pakai apa?"
"Sa-saya sih bawa motor tadi"
"Angin musim ini lagi dingin-dinginnya. Dan, kamu liat berita ga? Akhir-akhir ini banyak kasus pembegalan. Saya khawatir dengan keselamatanmu."
"Hehe iya.. terimakasih.."
"Ayo pulang sama saya saja, motornya bisa diambil besok. Disini kan sudah ada yg jaga."
Renjun tidak menyangka ternyata Pak Jeno bisa secerewet dan sepeduli ini. Hatinya bergetar di bagian Jeno mengatakan khawatir pada dirinya.
Tidak ada alasan untuk Renjun menolak ajakan dari Jeno. Selain karena alasan keselamatan tadi, Renjun memang diam-diam menaruh rasa pada atasannya itu.
Yaaa hanya sekedar rasa suka dan kagum sih. Tidak berharap lebih, karena sekali lagi, Renjun sadar diri.
.
.
.
.
.
Oh ini gila.
Interaksi intens pertamanya dengan si bos tampan ini malah berakhir jauh di luar dugaannya.
Renjun sama sekali tidak menyangka ia akan berakhir berduaan di tempat sunyi dan berbagi peluh dengan si bos tampan ini.
Ya ini gila. Bagaimana Jeno dengan perkasa menyetubuhinya, memenuhi dirinya.
Kenapa tiba-tiba begini? Renjun juga tidak begitu ingat. Pikirannya sekarang hanya penuh dengan Jeno Jeno dan Jeno.
Jeno yg tampan
Jeno yg keren
Jeno yg mengajaknya pulang
Jeno yg memberinya senyuman
Jeno yg ia dambakan
Jeno yg kuat
Jeno yg berkeringat
Jeno yg menguasai dirinya
Jeno yg memberinya surga dunia
Jeno yg memberinya kepuasan
Sedikit yg ia ingat hanyalah, Jeno mengajaknya pulang bersama dengan mobil melewati jalanan kota yg ramai.
Tapi lihatlah mereka sekarang, bercinta layaknya pasangan di dalam mobil yg diparkirkan di bawah pepohonan dekat semak belukar.
Renjun tidak tahu ini di daerah mana. Tidak peduli juga.
.
.
.
Penis Jeno yg begitu keras dan besar memenuhi bagian selatan tubuh Renjun, membuatnya diliputi rasa sesak, geli, sekaligus perih, namun memabukkan. Sensasi gila yg dia dambakan.
Udara di dalam mobil hanya dipenuhi deru nafas berat mereka.
Kaca jendela dibuka, memberikan mereka sedikit kesejukan dari aktivitas panas yg sedari tadi dan masih mereka lakukan.
Mobil bergoyang hebat, namun Jeno meyakinkan Renjun bahwa tidak ada yg akan memergoki mereka disini.
'Ah, sudah lama tidak merasakan ini. Apakah aku bermimpi?'
'Aku tidak menyangka, setelah setahun tidak berpacaran, malah berakhir berhubungan badan dengan si bos idaman haha.'
"Ini gila ini gila, aahh!" Renjun berteriak frustasi di tengah kegiatan penuh nafsu mereka.
Jeno yg sedang menciumi dada Renjun pun mendongak dan tersenyum sensual.
"Gila? Apanya yg gila, hm?" Ia beralih menjilati telinga si submisif membuatnya kegelian.
"Aahh, ahh, bapak... Pak Jeno bikin saya gila, hhh..." Tubuh mungilnya menggeliat atas segala afeksi yg Jeno berikan. Renjun mencengkeram jas navy yg masih menempel di tubuh si bos.
"Gemas sekali kamu. Bagaimana bisa orang sedang bercinta jadi se-menggemaskan ini?" Kalimat itu Jeno lontarkan dengan penuh senyum, dengan tangan kanannya mencubit hidung renjun.
"Tapi ini tidak adil, hhh. Bagaimana bisa bapak masih berpakaian lengkap sedangkan aku bugil sendiri?" Memang benar, sedari tadi Jeno menyetubuhinya tanpa benar-benar melepaskan pakaian. Hanya menurunkan celana dan membuka kancing kemejanya. Berbeda dengan Renjun yg sejak awal permainan sudah dilucuti tanpa sisa sehelai kain pun.
"Hahaha. Yg penting bisa masuk, sayang." Satu kecupan mendarat si pelipis si manis.
Dengan di detik berikutnya gempuran di anal sempit itu semakin kencang dan dalam.
Lagi-lagi Renjun merasa terbang, jiwanya bagai melayang ke nirwana.
Terlebih lagi saat akan mencapai puncaknya, Jeno menggenggam pinggang Renjun erat dan melontarkan kalimat-kalimat pujian.
Sungguh bosnya ini seorang pemain yg hebat.
.
.
.
.
"Cantik."
Adalah kata terakhir yg Jeno ucapkan sebelum dirinya jatuh tertidur memeluk tubuh basah Renjun.
Bagi Renjun, sebenarnya sangat tidak nyaman tidur di kursi mobil dengan dipeluk begini (walaupun mereka sejak tadi sudah berpindah ke kursi tengah).
Apalagi dari analnya kini cairan sperma sisa klimaks tadi masih keluar sedikit demi sedikit.
Tapi biarlah, Renjun juga sudah terlalu lelah dan mengantuk. Mereka sudah melakukan sex lebih dari 1 jam.
'Paling sejam dua jam nanti bangun', pikirnya.
1 note
·
View note
Text
Unexpected
by norenbliss
"Renjun, sudah jam 8 malam. Kamu harus pulang." Seorang pria dengan jas navy menyapanya.
Itu adalah Jeno. Seorang direktur di kantornya.
Sebuah keajaiban bagi Renjun, namanya dikenali oleh si bos!
Renjun pikir si bos sudah lama pulang, tapi ternyata beliau juga masih disini. "Eh iya hehe. Bapak juga... belum pulang ya ternyata."
Lihatlah cara pria tampan itu menyeduh kopinya, terlihat sangat berwibawa dan elegan.
"Saya akan pulang setelah ini." Katanya sambil mematikan keran air panas.
Ingin sekali ia meminta si bos untuk menemaninya sebentar lagi, lalu mengantarnya nanti. Karena kebetulan rumah mereka searah. Dan Renjun tidak suka sendiri. Tapi Renjun sadar diri, siapa dirinya? Jauh terbanting dengan status Jeno saat ini. Dirinya hanyalah seorang karyawan tingkat rendah, sedangkan Jeno seorang atasan elit.
Bertemu dengannya di kantor seperti ini saja sudah seperti keajaiban, mengingat betapa sibuknya Jeno. Dengan jabatannya ini, Jeno lebih sering bepergian ke luar kota atau luar negeri daripada menetap di kantor.
.
.
.
Jeno membereskan file-file fisik yg tadi ia bawa, lalu beranjak naik ke lantai atas menuju ruangannya sendiri.
'Mungkin kunci mobilnya disana', pikir Renjun.
Ia mengakhiri halu-nya dan melanjutkan pekerjaannya. Ia ingin ini cepat selesai agar bisa segera bercinta dengan kasur kesayangannya di kost.
.
.
.
Detik berubah menit, menit berubah jam. Tidak ia sadari satu setengah jam telah berlalu dan sekarang jarum jam telah berada di angka 21.30.
Renjun panik dan buru-buru membereskan barang-barangnya. Ia harus segera pulang atau tidak akan bisa masuk ke kostnya. Ya, pemilik kost menetapkan jam malam dengan batas hingga jam 10 malam.
Semenit kemudian terdengar langkah kaki dari lantai atas.
Itu si bos.
Renjun kira atasannya itu sudah pulang sejak lama?
"Mau pulang bersama?" Jeno menawarkan.
"E— emang boleh pak?" Renjun bertanya ragu-ragu.
"Sure, why not? Memang kamu mau pulang pakai apa?"
"Sa-saya sih bawa motor tadi"
"Angin musim ini lagi dingin-dinginnya. Dan, kamu liat berita ga? Akhir-akhir ini banyak kasus pembegalan. Saya khawatir dengan keselamatanmu."
"Hehe iya.. terimakasih.."
"Ayo pulang sama saya saja, motornya bisa diambil besok. Disini kan sudah ada yg jaga."
Renjun tidak menyangka ternyata Pak Jeno bisa secerewet dan sepeduli ini. Hatinya bergetar di bagian Jeno mengatakan khawatir pada dirinya.
Tidak ada alasan untuk Renjun menolak ajakan dari Jeno. Selain karena alasan keselamatan tadi, Renjun memang diam-diam menaruh rasa pada atasannya itu.
Yaaa hanya sekedar rasa suka dan kagum sih. Tidak berharap lebih, karena sekali lagi, Renjun sadar diri.
.
.
.
.
.
Oh ini gila.
Interaksi intens pertamanya dengan si bos tampan ini malah berakhir jauh di luar dugaannya.
Renjun sama sekali tidak menyangka ia akan berakhir berduaan di tempat sunyi dan berbagi peluh dengan si bos tampan ini.
Ya ini gila. Bagaimana Jeno dengan perkasa menyetubuhinya, memenuhi dirinya.
Kenapa tiba-tiba begini? Renjun juga tidak begitu ingat. Pikirannya sekarang hanya penuh dengan Jeno Jeno dan Jeno.
Jeno yg tampan
Jeno yg keren
Jeno yg mengajaknya pulang
Jeno yg memberinya senyuman
Jeno yg ia dambakan
Jeno yg kuat
Jeno yg berkeringat
Jeno yg menguasai dirinya
Jeno yg memberinya surga dunia
Jeno yg memberinya kepuasan
Sedikit yg ia ingat hanyalah, Jeno mengajaknya pulang bersama dengan mobil melewati jalanan kota yg ramai.
Tapi lihatlah mereka sekarang, bercinta layaknya pasangan di dalam mobil yg diparkirkan di bawah pepohonan dekat semak belukar.
Renjun tidak tahu ini di daerah mana. Tidak peduli juga.
.
.
.
Penis Jeno yg begitu keras dan besar memenuhi bagian selatan tubuh Renjun, membuatnya diliputi rasa sesak, geli, sekaligus perih, namun memabukkan. Sensasi gila yg dia dambakan.
Udara di dalam mobil hanya dipenuhi deru nafas berat mereka.
Kaca jendela dibuka, memberikan mereka sedikit kesejukan dari aktivitas panas yg sedari tadi dan masih mereka lakukan.
Mobil bergoyang hebat, namun Jeno meyakinkan Renjun bahwa tidak ada yg akan memergoki mereka disini.
'Ah, sudah lama tidak merasakan ini. Apakah aku bermimpi?'
'Aku tidak menyangka, setelah setahun tidak berpacaran, malah berakhir berhubungan badan dengan si bos idaman haha.'
"Ini gila ini gila, aahh!" Renjun berteriak ditengah kegiatan penuh nafsu mereka.
Jeno yg sedang menciumi dada Renjun pun mendongak dan tersenyum sensual.
"Gila? Apanya yg gila, hm?" Ia beralih menjilati telinga si submisif membuatnya kegelian.
"Aahh, ahh, bapak... Pak Jeno bikin saya gila, hhh..." Tubuh mungilnya menggeliat atas segala afeksi yg Jeno berikan. Renjun mencengkeram jas navy yg masih menempel di tubuh si bos.
"Gemas sekali kamu. Bagaimana bisa orang sedang bercinta jadi se-menggemaskan ini?" Kalimat itu Jeno lontarkan dengan penuh senyum, dengan tangan kanannya mencubit hidung renjun.
"Tapi ini tidak adil, hhh. Bagaimana bisa bapak masih berpakaian lengkap sedangkan aku bugil sendiri?" Memang benar, sedari tadi Jeno menyetubuhinya tanpa benar-benar melepaskan pakaian. Hanya menurunkan celana dan membuka kancing kemejanya. Berbeda dengan Renjun yg sejak awal permainan sudah dilucuti tanpa sisa sehelai kain pun.
"Hahaha. Yg penting bisa masuk, sayang." Satu kecupan mendarat si pelipis si manis.
Dengan di detik berikutnya gempuran di anal sempit itu semakin kencang dan dalam.
Lagi-lagi Renjun merasa terbang, jiwanya bagai melayang ke nirwana.
Terlebih lagi saat akan mencapai puncaknya, Jeno menggenggam pinggang Renjun erat dan melontarkan kalimat-kalimat pujian.
Sungguh bosnya ini seorang pemain yg hebat.
.
.
.
.
"Cantik."
Adalah kata terakhir yg Jeno ucapkan sebelum dirinya jatuh tertidur memeluk tubuh basah Renjun.
Bagi Renjun, sebenarnya sangat tidak nyaman tidur di kursi mobil dengan dipeluk begini. Apalagi dari analnya cairan sperma sisa klimaks tadi masih keluar sedikit demi sedikit.
Tapi biarlah, Renjun juga sudah terlalu lelah dan mengantuk. Mereka sudah melakukan sex lebih dari 1 jam.
'Paling sejam dua jam nanti bangun', pikirnya.
2 notes
·
View notes