kutipan tulisan orang// ga ada seni untaian kata//jurnal kehidupan//selfreminder//new insight
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Sebab sejatinya hidup adalah tentang memilih lelah, maka pastikan lelahmu bernilai ibadah; yang membuat Allah rida, yang melapangkan jiwa dan yang balasannya surga, bukan lelah yang sia-sia apalagi terhitung dosa; yang membuat Allah murka, yang menyempitkan jiwa dan balasannya neraka.
“Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya, merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syam: 7-10).
©Fajar Sidiq Bahari (@fajarsbahh)
290 notes
·
View notes
Text
Kita bisa membagi kebahagiaan ke banyak orang, tapi kita hanya akan membagi kesedihan ke orang yang kita percaya.
Berbahagialah untuk orang-orang yang dipercaya sebagai rumah atas kesedihannya.
171 notes
·
View notes
Text

Semoga Allah bantu hatimu untuk ikhlas. Meski kamu tahu berat rasanya untuk rela dan menerima.
Semoga Allah ganti dengan kemudahan dan keberhasilan untuk setiap pengorbananmu dalam merelakan apa-apa yang kamu inginkan.
Meski pada akhirnya kamu harus mengalah, kamu tak sepenuhnya kalah. Sebab, kamu sebenarnya telah menang atas egomu sendiri.
Saat kamu belajar berdamai atas setiap yang terjadi, saat-saat itu adalah saat-saat kamu belajar memupuk percaya bahwa Allah adalah pemilik skenario indah yang sebenarnya.
- repost kangihsan
70 notes
·
View notes
Text
doa untukmu
jika ada, semoga Allah mengangkat semua rasa sedih, marah, kecewa, takut, curiga, dendam, dan khawatir dari dadamu. semoga Allah menggantinya dengan kelapangan dan kesabaran. semoga Allah menghapus dosa-dosamu dari datangnya perasaan-perasaan itu.
semoga Allah memberimu petunjuk hidup yang terang benderang. semoga hidayah selalu turun kepadamu. semoga kamu mendapatkan undangan dari Allah untuk senantiasa bertaubat.
semoga kamu bisa menerima kenyataan, memperoleh kemenangan. semoga kamu bisa memeluk dirimu sendiri dengan kejujuran---dan menjadi lebih kuat setiap harinya. semoga Allah menyembuhkan semua luka.
semoga kamu bisa memaafkan orang-orang yang menurutmu jahat, yang menurutmu telah merebut kebahagiaanmu. orang-orang yang melukaimu. orang-orang yang kamu tertawakan, kasihani, benci. tolong maafkan (kami) ya.
semoga kamu segera dipertemukan Allah dengan seseorang yang baik, yang menyayangi segalamu dengan segenap jiwa dan raganya, dengan ketaatan dan keimanan yang semestinya. yang menghargaimu dan selalu cenderung kepadamu, hanya kepadamu. yang janjinya selalu ditepati. yang membawamu ke tempat-tempat jauh itu.
semoga semua mimpimu terwujud satu per satu. semoga kamu mencapai semua garis finish. semoga kamu menaklukkan semua puncak. semoga yang kamu cintai tumbuh dan mekar dengan hebat.
semoga kamu menemukan ketenangan dan kebahagiaan. di dunia. di akhirat. selamanya.
711 notes
·
View notes
Text
Doaku ketika merasa khawatir
Ya Allah, aku menitipkan rasa khawatir ini kepadamu sebagaimana Engkau memberiku rasa bahagia.
Aku percaya atas segala ketidakpastian di hadapanku ini, Engkau menjaganya.
Bahkan di dalam perasaan yang tersesat ini, yang tak tau arah dan tidak mengerti harus bagaimana.
Engkaulah yang sebetulnya membolak-balikan keraguanku.
Yang kemudian membuat kakiku berani melangkah, mulutku berani mengutarakan sepakat.
Hanya Engkaulah mata angin yang menunjukan arah di dalam hati dan sanubari.
Lantas mengapa aku harus meragukanmu? Untuk apalagi aku mempertanyakan hidup yang telah Engkau anugerahi.
Jika semua yang aku jalani ini, adalah juga ketetapanMu.
Terima kasih telah menitipkan rasa khawatir, sebagaimana Engkau menegurku untuk kembali mengingatMu.
—ibnufir
438 notes
·
View notes
Text
Lagi nyesel aja si skrg, makanya jadi gini, tapi ya mau gmn lagi sksk
Kamu Baik-baik Saja?
Hei, kamu baik-baik aja?
Iya, kamu yang lagi baca post ini sambil diam aja. Yang senyumnya enggak selebar dulu, yang matanya udah enggak secerah biasanya. Yang akhir-akhir ini sering melamun di pojokan kamar, berpura-pura sibuk padahal hatinya hampa.
Kamu pasti capek, ya? Udah berapa lama kamu berpura-pura kuat di depan semua orang? Udah berapa banyak luka yang selama ini kamu tutupi pakai tawa? Jiwa kamu cuma pengin dengar satu kata, kan?
“Enggak apa-apa, kamu enggak harus kuat terus, kok.”
Enggak semua orang mengerti rasanya jadi kamu. Enggak semua orang tahu seberapa besar badai yang sedang kamu hadapi, tapi aku yakin, hujan deras pun suatu saat reda. Langit kelabu pasti berganti warna. Dan ya, kamu... akan menemukan cahaya meskipun sekarang masih gelap gulita.
Kalau hari ini kamu cuma bisa nangis, it's okay, enggak apa-apa. Kalau hari ini kamu enggak pengin cerita ke siapa pun, enggak apa-apa. Kalau hari ini kamu cuma bisa tidur sambil peluk bantal guling dan merapal doa, juga enggak apa-apa.
Semua orang punya cara tersendiri untuk bertahan, dan kamu lagi hebat-hebatnya menjaga kepala tetap tegak meskipun hati hampir retak.
Tapi janji, jangan nyerah, ya. Simpan sedikit harapan, walau cuma sebesar debu. Karena dari situ nanti cahaya bisa muncul.
Ingat, kamu berharga. Kamu berarti. Kamu pantas bahagia.
Jadi, sekali lagi aku tanya, "kamu... baik-baik aja?" Kalau belum, ayo pelan-pelan, kita pulih sama-sama.
128 notes
·
View notes
Text
Tiba-tiba masalah datang? Mau lari? Baca ini dulu yuk!.
Kadang, rasanya masalah yang hadir dalam hidup kita terasa berat, dan kadang rasanya ingin lari dari masalah itu ya?
Aku juga pernah ngerasa gitu, tapi pelan-pelan aku menyadari, bahwa lari dari masalah bukanlah solusi yang tepat, lari dari masalah tidak akan menyelesaikannya, dan lari dari masalah tidak akan memberikan ketenangan hati ataupun pikiran.
Pelan-pelan aku belajar bahwa setiap masalah harus dihadapi dengan lapang dada. Menyelesaikan masalah memang perlu waktu, tapi percayalah ini bagian dari proses pendewasaan diri. Dengan kita berani menghadapinya, menandakan bahwa kita belajar menjadi orang yang bijak.
Yakinlah setiap masalah ada solusinya, kita punya Allah Yang Maha Pemberi Petunjuk. Kita bisa berdoa, berusaha untuk menghadapinya dengan lapang dada, pasti kita bisa menyelesaikannya dan Allah akan membantu kita menemukan jalan keluarnya.
28 notes
·
View notes
Text
Tidak Lagi Disukai
Mungkin dulu kita pernah begitu dekat dengan seseorang kemudian saat ini tidak sedekat itu lagi.
Mungkin dulu kita pernah begitu dikagumi atau disukai oleh satu, dua atau bahkan banyak orang, namun kemudian saat ini orang-orang tersebut tak lagi mengagumi kita.
Mungkin dulu ada yang pernah berkata bahwa ia begitu bersyukur telah mengenal kita, namun saat ini ia berubah menjadi pihak yang suka menjatuhkan kita.
Mungkin, kita menyesal, merasa kehilangan, merasa tak lagi berharga hanya karena ditinggalkan oleh mereka,
Manusia.
Mungkin memang benar, mereka pergi karena kesalahan kita, karena perilaku kita yang menyakiti mereka, karena perbuatan kita yang membuat mereka lelah untuk terus berhubungan dengan kita,
Lalu, bagaimana?
Apakah kita akan berusaha mengejar mereka? Apakah kita akan berusaha agar mereka kembali menyukai kita? Apakah kita akan berusaha agar mereka tidak meninggalkan kita?
Lalu, sampai kapan?
Sampai kapan kita akan terus berharap mereka kembali? Sampai kapan kita akan terus menunggu mereka datang lagi? Sampai kapan kita akan terus berharap perasaan mereka terhadap kita akan sama seperti dulu lagi?
Bagaimana jika kita berhenti?
Apakah kita akan mati jika mereka berhenti mencintai?
Apakah kita akan mati jika mereka berhenti menyukai?
Apakah kita akan mati jika mereka berhenti menemani?
Apakah Allah tidak ada?
Apakah Allah tidak mencintai hamba yang menemuiNya 5x dalam sehari?
Apakah Allah tidak menyukai hamba yang menahan untuk tidak makan dan minum selama satu bulan?
Apakah Allah tidak mempedulikan hamba yang menyisihkan sebahagiaan hartanya untuk orang lain?
Apakah kita diciptakan untuk dicintai manusia?
Apakah kita diciptakan untuk disukai manusia?
Apakah kita diciptakan untuk menjadi teman manusia?
Tidak.
Kita tidak diciptakan untuk dunia ini. Kita diciptakan untuk menyembah Allah, bukan manusia.
Kalaulah ternyata manusia meninggalkan kita karena kesalahan kita, selama kita sudah berusaha untuk meminta maaf sewajarnya, dan kita yakin kita berada di atas jalan yang benar, maka jalan saja.
Kenyataan bahwa mereka tidak lagi menerima kita karena kekurangan atau kesalahan kita adalah sebuah jawaban bahwa mereka memang bukan lagi bagian dari hidup kita. Mereka tidak menerima kita, dan alangkah indahnya untuk tidak memaksa agar diterima oleh siapapun.
Allah adalah Tuhan yang memberikan seluruh hal terbaik di dalam hidup kita, jika seseorang itu pergi atau hilang maka itulah hal terbaik untuk hidup kita.
Allah adalah Tuhan yang paling menyayangi kita dan paling tahu apa yang paling kita butuhkan, jika seseorang tidak lagi menyukai kita maka itulah hal terbaik untuk hidup kita.
Jadi, diterima saja. Hidup ini sebentar saja. Sebentar lagi kita pulang, kita akan mati, dibangkitkan, dihisab dan diputuskan masuk surga/neraka sendirian.
31 notes
·
View notes
Text
Not Everyone Needs the Whole Story
Kadang ya, hidup itu lucu. Kita ketemu orang yang vibes-nya klik banget. Rasanya mereka ngerti kita, perhatian, dan kayak safe space yang selama ini kita cari. Terus, apa? Kita mulai buka semuanya, kayak buka diary yang penuh coretan rahasia. Mungkin awalnya lega, kayak beban di dada hilang gitu. Tapi sebenernya, should you really spill everything?
The thing is, nggak semua orang yang kelihatan baik itu benar-benar baik. Some people are nice, but only for the moment. They listen, but not because they care. Kadang mereka cuma cari celah, bahan gosip, atau bahkan nunggu momen buat bikin kamu jatuh. Serem, kan?
Kamu harus sadar kalau cerita tentang hidupmu itu berharga banget. Itu bukan barang diskon yang bisa kamu kasih ke semua orang. It’s premium content, and not everyone deserves access. Kalau kamu kasih semua halaman cerita ke orang yang salah, kamu nggak cuma bikin diri sendiri rawan terluka, tapi juga kasih mereka senjata untuk nyerang kamu kapan aja mereka mau.
Kita suka lupa, bahwa orang yang kelihatan “baik” hari ini, bisa berubah. It’s not that they’re fake, tapi orang itu dinamis. People can outgrow you, misunderstand you, or simply stop liking you. Dan pas itu terjadi, kamu nggak akan tahu gimana mereka pakai cerita yang udah kamu kasih.
Nggak harus selalu dramatis sih. Tapi ini real talk, ya. Kalau kamu terlalu gampang terbuka, kamu jadi gampang banget di-manipulasi. Orang tahu apa yang kamu suka, apa yang bikin kamu down, apa yang bisa nge-trigger emosi kamu. That’s dangerous. Karena, let’s be honest, nggak semua orang di dunia ini pengen yang terbaik buat kamu. Ada aja yang cuma pengen numpang tahu, atau lebih parah, pengen ngejatuhin kamu pelan-pelan.
Jadi apa solusinya? Set boundaries. Kamu nggak harus jadi orang yang super tertutup, tapi kasih limit. Share a little, hold a lot. Buat orang yang pantas, cerita itu akan mengalir dengan sendirinya. Tapi kalau orang itu nggak sabar nunggu, atau mereka nge-push kamu buat cerita lebih, itu red flag banget.
Kamu juga harus ingat, nggak ada yang salah dengan jadi “misterius.” Keep some things to yourself. Kamu nggak lagi ngelakuin kejahatan kalau nggak cerita semuanya ke orang lain. It’s self-preservation, bukan egois. Kadang, justru dengan nggak gampang terbuka, kamu menjaga dirimu tetap utuh.
At the end of the day, hidup ini bukan open house yang semua orang bisa masuk tanpa diundang. Protect your energy, protect your stories. Karena dunia ini penuh distraksi dan intrik, dan kamu nggak punya waktu buat drama yang nggak perlu.
Jadi, kalau ada yang tanya, “Kenapa sih kamu nggak cerita semuanya ke aku?” Jawab aja simple: “Karena nggak semua orang perlu tahu semua hal.” Your peace of mind is worth way more than temporary comfort. Stay guarded, but still be kind.
85 notes
·
View notes
Text
Wajar Kalau Kamu Lelah
Capeknya hidup yang gak kelihatan dari luar, tapi bikin segala hal di kepala beratnya serasa ngangkat dunia sendirian. Yang kalau terus-terusan ditahan, lama-lama membentuk pola—cara bertahan hidup yang gak disadari.
Siapa pun bakal ngerasa lambat, tumpul, kehilangan arah, dan lelah… kalau terus-terusan hidup dalam survival mode.
Kamu bilang dulu kamu gak pernah ngerasa kayak gitu? Ya karena dulu kamu belum dilanda luka sebanyak ini. Belum harus bangun tiap hari sambil bawa beban yang gak kelihatan. Belum ngalamin hubungan yang bikin kamu meragukan instingmu sendiri.
Hidup dalam survival mode itu bukan cuma soal bertahan. Tapi juga soal kehilangan banyak hal di tengah jalan—dari rasa aman, arah, sampai kemampuan buat percaya sama diri sendiri.
Jadi wajar kalau sekarang kamu ngerasa semuanya berat. Dan setelah semua luka itu, mana mungkin kamu langsung sigap kaya dulu. Kamu perlu waktu buat belajar jalan lagi, pakai kaki yang baru sembuh dari luka panjang.
Terus kamu mau paksa kedua kaki itu buat langsung sprint? Ya goyah lah.
Tapi bukan berarti kamu gak bisa lari lagi nanti.
96 notes
·
View notes
Text
Pernah ngerasa udah terlalu jauh dari Allah? Kayak dosa numpuk, ibadah berantakan, terus muncul pikiran, "Aku masih pantes gak sih balik ke Allah?"
Nah, Allah sendiri yang jawab lewat ayat ini:
قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53)﴾ [الزمر: 53].
Jangan pernah putus asa dari rahmat Allah! Semua dosa bisa diampuni, asal kamu mau balik. Gak peduli seberapa parah kesalahanmu, Allah selalu buka pintu maaf selebar-lebarnya.
Dan sekarang, kita lagi ada di 10 hari terakhir Ramadan—epic moment buat reset diri! Ini bukan sekadar waktu biasa, tapi kesempatan emas buat bersihin hati, taubat total, dan kejar ampunan Allah. Bahkan ada Lailatul Qadr, malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Masa mau ngelewatin kesempatan ini gitu aja?
Jangan nunggu ‘feel-nya dapet’ baru ibadah. Mulai aja dulu. Tarawih, tahajud, dzikir, nangis minta ampun di sepertiga malam. Allah gak butuh kamu jadi sempurna dulu buat diterima, yang penting ada usaha buat balik ke Dia.
Ramadan gak selamanya ada. Bisa jadi ini Ramadan terakhir kita. Jadi, gaspol sekarang atau nyesel belakangan?
1 note
·
View note
Text
Relate💯
It's called time management
Salah satu hal yang aku pelajari saat semakin dewasa adalah: Dunia tidak pernah peduli dengan perasaan kita.
bagaimana pun perasaan yang kita rasakan kini, dunia akan terus berjalan. seburuk apa pun perasaan yang kita miliki, dunia akan baik-baik saja. orang-orang akan tetap sibuk dengan kehidupannya masing-masing. dunia tidak akan pernah berbaik hati untuk menjeda waktu hanya untuk menemani kita yang sedang berduka.
melalui pemahaman itu, aku semakin sering berlatih untuk menetapkan waktu yang secukupnya atas berbagai perasaan yang sedang kurasakan.
aku boleh bersedih, tapi tanggungjawab harus tetap dijalankan.
aku boleh menangis, tetapi jangan lama-lama, karena ada cicilan yang harus aku bayarkan. air mataku tak akan pernah berubah menjadi mutiara yang bisa aku jual untuk menyambung hidup.
aku boleh patah hati, tetapi aku tahu cinta bukan sumber makanan manusia, jadi sudah seharusnya aku tak berlarut-larut meratapinya. lagian, manusia bukan cuman dia saja.
semakin tua aku semakin berlatih untuk tak membiarkan perasaanku mengontrolku lebih dalam. ini mungkin terdengar sangat jahat karena aku seperti tak membiarkan diriku untuk menjadi manusia seutuhnya yang bisa terluka, menangis, ataupun bersedih. tapi dunia memang sejahat ini, jika kita tak belajar keras ke diri sendiri, dunia akan lebih keras ke kita. either we be tough, or the world be tough to us.
karena yang lemah selalu kalah.
ada waktu untuk segala hal.
ada batas waktu untuk semua perasaan.
sebab hidup harus terus berjalan. kita tidak bisa menetap pada sebuah perasaan terlalu lama.
mari beranjak.
281 notes
·
View notes
Text
Dari kisah Julaibib, teringat pesan guru—hafizahullāhu ta‘ālā.
"Jadilah mulia dengan persaksian penduduk langit walau dianggap debu oleh penduduk bumi"
Baca:
1 note
·
View note
Text
Pernah ngebaca sebuah kalimat yang isinya kurang lebih gini,
"Kalau kamu salah belok, maps nggak akan bilang 'kamu salah jalan', tapi dia bakal nyesuaiin rute dan kasih tau kamu belokan berikutnya yang harus kamu ambil."
It's such a meaningful quote. Aku memahaminya kayak... Hidup itu nggak selalu bilang, “kamu salah, harus balik lagi dari awal”, tapi lebih ke ngasih kita petunjuk dan kesempatan lagi buat ngebenerin arah. Jadi, meskipun kita salah, selalu ada cara buat tetep lanjut, walaupun mungkin jalannya lebih jauh, asal kita mau buat perubahan dan ngikutin petunjuk yang ada.
Kadang mungkin kita suka ngerasa terjebak, merasa nggak di jalan yang seharusnya, atau kalau salah pilih langkah, rasanya kayak nggak bisa balik lagi. Tapi, seperti halnya si maps itu, hidup juga sebenarnya ngasih kesempatan kita buat balik, nyesuaiin rute, dan ngajarin kita cara baru untuk nyampe ke tujuan yang kita mau. Mungkin nggak langsung ketemu, tapi kita akan selalu punya kesempatan buat nemuin jalan yang lebih baik.
277 notes
·
View notes
Text
Tentang Cara Pandang yang Harus Kita Miliki
2025 ini baru berjalan 1,5 bulan sudah cukup menguras energi dan pikiran. Betapa tidak? Tahun ini Dewan Direksi memberikan misi khusus kepada saya untuk mengawal reformasi tata kelola perusahaan. "Ada 7 anak perusahaan, dengan industri yang beragam? Wow, seru juga!" batin saya.
Sabtu kemarin ketika presentasi overview rencana itu di hadapan para CEO dan manajemen, pada slide ke 2, seketika memori saya flashback ke tahun 2017, kala itu pada tahun kedua kuliah, saya dijadikan objek akselerasi kating untuk menjadi ketum di salah satu LDF di salah satu kampus negeri di Solo.
Saat itu, mungkin karena masih maba, belum banyak "tersibghah" budaya kerja lama, dalam rapat perdana formatur saya sontak berkata : "Tema saya tahun ini adalah reformasi tata kelola LDF ya mbak dan mas." Ide itu muncul atas kekecewaan saya akan jawaban seorang kating, yang menjawab intinya "LD tidak perlu seprofesional HIMA, BEM, dsj." saya lampirkan dialog itu pada slide pertama.
Anehnya kating-kating saya yang merupakan pimpinan formatur malah mendukung. "Loh kok gitu? Harusnya kan ditentang wkwk.". Alhamdulillah sekali kala itu saya ketemunya mba dan mas yang seperti itu, coba kalau mba dan mas saklek yang ngebet status quo, pokoknya kudu ini kudu itu :p
Setelah drafting, 2-3 pekan setelahnya saya presentasikan materi itu di hadapan mereka, isinya jabaran lengkap tentang ide, gagasan, detail yang ingin saya ubah, bahkan big picture kaderisasi beberapa tahun kedepan. Senangnya mereka langsung sepakat, mungkin semacam keresahan yang kian lama terpendam dan biidznillah, bersama kita tuai hasil luar biasa baik dari eksternal (syiar) ataupun internal (kaderisasi), kuantitatif pun kualitatifnya, beberapa tahun setelahnya, setidaknya sebelum pandemi.
Back to topic.
Saya sadar betul, misi melakukan reformasi itu bukan pekerjaan sederhana. Harus punya ekstra kesabaran dan pikiran yang luas, betapa tidak, menjadi creative minority menyadarkan saya untuk mau tidak mau membuktikan bahwa ide yang diusung bukan utopia semata.
Sering saya mendapati celetukan saat memaparkan gagasan, direspon ribet lah, muluk-muluk lah, dsb. Respon saya "BENARRR!". Sebab mengubah cara pandang, tradisi-tradisi buruk, dsb. memang pekerjaan yang nggak gampang. Namun hal itu tetap saya upayakan, sebab pikiran kolot dan naif saya kala itu sampai detik ini "Buat apa ngorbanin waktu, tenaga dan pikiran kalau nggak mau totalitas sekalian?".
Prinsip seorang yang beriman, atas takdir yang tidak ia ketahui, menurut saya cukup pada keyakinan "semua harus diikhtiarkan yang terbaik." Mengapa demikian? Sebab kita tidak tahu, apakah kesempatan itu akan datang kembali bukan? Toh dari sekian banyak kesempatan yang berbuah amal, kita juga tidak tahu amalan mana yang akan menjadi pemberat timbangan amal?
Abi dulu memberi pesan "Kalau kamu masih dikasih amanah, artinya, pertama orang tuh masih percaya sama kamu. Kedua, Allah sayang sama kamu, sebab dengannya kamu akan terjaga dari hal-hal yang menjauhkan dari bantuan Allah, maka maksimalkan usahamu. Jangan suka ngeluh."
Maka begitulah seharusnya cara pandang orang beriman dalam menyikapi kesempatan amal. Bahwa setiap peluang harus diawali dengan niat yang ikhlas, kemudian berupaya memberikan yang terbaik sebisa yang ia mampu, dan berupaya untuk tetap konsisten agar sampai pada hasil akhir yang terbaik. Sebab yang Allah lihat bukan hasil, melainkan proses, bagaimana hamba-Nya menyikapi peluang amal yang Ia berikan.
Wallahua'lam.
64 notes
·
View notes
Text
Penemuan jati diri adalah hadiah untuk orang-orang yang mengambil tindakan: mengambil pilihan, menerima tantangan, dan menciptakan pengalaman.
Kita ngga bisa menemukan jati diri kita hanya dengan merenung dan berpikir tanpa bertindak.
Kita bisa tau apa yang kita mau untuk karir setelah kita bekerja.
Kita bisa tau masterpiece apa yang mau kita buat dalam hidup setelah kita bantu banyak orang.
175 notes
·
View notes
Text

Belajar menjadi suami yang baik adalah topik utama dari pertemuan kedua Lingkar Bapak Nyari Sarapan ini. Alhamdulillah makin rame dari pertemuan sebelumnya, makin banyak yang gabung juga di pertemuan kedua ini. Vibes sarapan pagi di Yogyakarta emang syahdu ditambah sambil diskusi soal menjalani kehidupan rumah tangga. Meski masih banyak yang sifatnya jadi pendengar karena memang tidak mudah buat bercerita soal hiruk pikuk isi pikiran dalam berumah tangga. Ngebahas feedback para istri yang sebelumnya udah dikumpulin lewat quesioner, kami jadi tahu apa harapan para istri kepada kami, termasuk peran komunitas ini agar bisa menjadi katalis dari perubahan positif tersebut. Alhamdulillah, buat ngumpul dari jam 7 pagi sampai jam 11 siang ini pun berkat didukung para istri, bahkan ada bapak-bapak yang sengaja disuruh istrinya. Menjalani peran sebagai kepala rumah tangga, suami, dan bapak itu enggak mudah. Kadang, tidak mudah juga menjelaskan kegelisahan dan kebingungan menjalani peran ini kepada istri, sementara istri pengin kita cerita ke mereka tapi kami ga ingin membenani, kan muter-muter jadinya. Forum silaturahmi bapak-bapak sebaya ini bisa menjadi wadah bertukar pikiran gimana ngasuh anak, komunikasi sama istri, ngatasin konflik sama mertua, dan sebagainya agar para kepala rumah tangga ini bisa jadi decision maker yang bijaksana. Buat temen-temen tumblr di sini, sering saya nemuin tulisan soal kekhawatiran dalam pernikahan, baik itu saat mencari pasangan hidup, atau ketika dinamika menjalani berumah tangga. Dan dari ketemunya bapak-bapak ini, saya bisa nangkep bahwa banyak kok yang sangat berniat untuk jadi suami yang baik dan bapak yang baik, cuma bingung aja karena ini juga pertama kalinya bagi kami menjalani peran ini dalam hidup. Apalagi saat masuk fase dewasa dan berumah tangga, seringnya lingkaran pertemanan semakin kecil dan topik diskusi menjalani rumah tangga tidak banyak ruangnya karena mungkin udah beda fase sama teman yang lain, bahkan beda value. Seneng akhirnya bisa bikin komunitas ini hadir di tengah-tengah hiruk pikuk isi pikiran bapak-bapak muda ini. Mereka yang tengah berusaha buat jadi pasangan yang baik, sekaligus ayah yang baik. Alhamdulillah.
103 notes
·
View notes