Photo

Nak, sekedar menandai nyatanya itu perlu.. (: . Di jatah usiamu yang semakin berkurang tiap harinya di dunia ini, Allah Ar-Rahiim begitu sayangnya kepadamu memberikan segala bentuk kebahagiaan yang tak terkira. Terlebih kepada ayah dan bunda. . . Kehadiranmu saat ini menandai kembali perjalanan kami yang masih seumur jagung, bahwa kami harus terus belajar untuk selalu memperbaiki diri dan mengupgrade iman kami dalam upaya mendidikmu untuk taat padaNya. . . Mungkin tak seperti lainnya, bukan mainan mahal atau pakaian baru dan lucu yang dapat kami berikan untuk selalu membahagiakanmu. Karena tujuan akhir kita masih sangat butuh perbekalan penting selain itu. . . Bersenang-senanglah, Nak. Seperti aktivitas kesukaanmu berlari mengejar kucing atau ayam di luar sana. . . Berbahagialah, Nak. Karena kamu memiliki pahlawan yang senantiasa berusaha menjaga dan mendidikmu, dan juga bunda. . . Pesan bunda hanya satu, bersabarlah dalam berbagi. Karena sepertinya kita sama-sama jatuh hati pada lelaki yang sama. . . Laki-laki ini ternyata terlalu tangguh untuk disepelekan. Karena untuk 3 keluarga yang masih ia bahagiakan, ia selalu berjuang melawan lelahnya beribadah di siang dan malam. . . Berdoalah selalu untuknya, Nak. Karena sejatinya, tidak ada sesuatu yang lebih menyejukkan mata seorang mukmin selain melihat istri dan juga keturunannya taat pada Allah ‘azza wa jalla. . . Sesuai dengan namamu, moga Marzia tumbuh menjadi hamba yang selalu diridhai oleh Allah, yang kelak kebaikan-kebaikannya dikenal oleh seluruh penghuni langit & bumi. Aamiin.. (at Baiti Jannati) https://www.instagram.com/p/Byqa7beB8B_TQuBJ3qN_GACa6AfdMfNeqEqpf00/?igshid=aokiibwlsdxh
6 notes
·
View notes
Text
Alhamdulillah
Salah satu nikmaaaaaat di penghujung malam ini yang harus disyukuri dan diselebrasii adalah bisa makan nasi goreng ati ampela dengan nikmat dan hikmat, disponsori oleh anak bayik yang sudah lelap tertidur, dibersamai oleh hujan yang syahduuu 😋
0 notes
Text
Jejak Yang Berbeda

Hari yang dijanjikan nampaknya semakin mendekat.
Tak henti-hentinya seluruh elemen semesta bergemuruh berdzikir padaNya.
Seraya berbisik meminta izin untuk meluluh-lantahkan kerusakan yang ada.
Namun rupanya, masih ada kebaikan yang terus ditebar sedikit insan itu pada semesta.
Yang selalu mengalir tiap siang karena kelelahannya.
Yang selalu terbangun tiap malam karena keimanannya.
Yang selalu berdzikir tak kenal siang ataupun malam pada penciptanya.
Barangkali itulah yang membedakan..
Diantara mereka, ada insan yang bersungguh-sungguh mengejar kebahagiaan yang sementara.
Pun ada pula yang bersungguh-sungguh mengejar kebahagiaan yang hakiki.
Ya, disana. Bukan disini.
Barangkali itulah yang membedakan.
Apa yang bisa kita lakukan dan apa yang akan kita tinggalkan?
Sebagaimana Nabi Ibrahim as berdoa kepada Tuhannya:
رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shalih,
وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ
dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian..“
-Surah Ash-Shu'ara: 83-84
Sedikit dari yang bisa kita lakukan mungkin hanyalah mengingatkan.
Namun tentang ruang perubahan, hanya doa dan ikhtiar yang mampu menembusnya.
Tujuan kita pastilah menuju kebaikan, namun sudut pandang kitalah yang mungkin membedakan jalannya.
Jejakku dan jejakmu barangkali berbeda..
Namun diantara jejak yang kita tinggalkan, adakah terselip keridhaanNya?
0 notes
Text
A beginning of a new chapter (Review BWCC Bintaro)
Alhamdulillaahil-ladzii bini’matihi tatimmush-saalihaat. Maa syaa Allah, gak berasa udh 2 bulan enjoying being a new mom.
Sejak awal hamil, for me, as a private person-yang suka kebanyakan mikirnya, langsung khawatir sendiri: nanti lahiran dimana ya? Bisa lahiran pervaginam gak ya? Sakit gak ya? Padahal deket due date juga belum. (Calon mamak muda kebanyakan drama 😂).
So after research habis2an, baca ini baca ituu, nonton ini dan ituu, ikhtiarlah pengeen banget gentle birth dan lahiran sama dokter perempuan yang pro normal & IMD, yang akhirnya Allah pertemukan dengan Bintaro Women & Children Clinic (@bwcc_clinic) & Dr Riyana Kadarsari SpOG (@budokriyana , @riyanakadarsari)
Dokter mungil yang kurindu wejangan2 nya ini informatif bangeeet. Dokter nya gak pelit ilmu, gak nakut2in pasien, apalagi nyuruh2 caesar (tapii emang agak galak dikit yaa dok wkwk, tak apaaa ku suka ku suka 😂)

L to R : Hubbie, Mom, @budokriyana, Me (pardon my sleepy face, new mom though😏)
Well, mungkin itu kali yaaa yang bikin antrian dokter ini puanjaang bener. Gabisa berhenti curhat kl lg kontrol hamil (kasian aja sama bidan yang asistensi sampe pegel nungguin 😂) Si ayah sampe ikut kesindir karna dokternya bawel mulu supaya mau ikut berdayain diri buat jd bapak siaga (well but yaa alhamdulillah wejangan dokter bikin suamiku jd suami berdaya dan siaga sampai saat ini 😍😄).
Btw, disini juga ada prenatal class tiap minggu nya & juga prenatal yoga lhoo, instrukturnya mbak Dyah Pratitasari (@dyah_pratitasari , @temanlahiran)

Prenatal Yoga with @dyah_pratitasari @temanlahiran at @bwcc_clinic

Prenatal Class at @bwcc_clinic (Kelas Persiapan Kehamilan: Teknik Melancarkan dan Menyamankan Persalinan)
Tons of love to my life partner, yang udah mau ikut baca2 buku, ikut kelas kehamilan, ikut pijit2, nemenin olahraga, beliin makanan kesukaan, dan yang paling pentiiing mendoakan diriku dan kaka bayii yang di peruut. Yg sekarang udh resmi jadi ayah, yang dari awal kontraksi-bukaan lengkap, bareng sama mama nemenin & selalu ngingetin atur nafas sambil senyuuuuum maksimal wkwk (makasih ilmunya yaa mba @dyah_pratitasari) even rada drama dikitlahh 🤣. Well bahkan setelah DCC (Delayed Cord Clamping/penundaan pemotongan tali pusar), dia yang potong tali pusar anaknya sendiri, padahal sebelumnya takut, ga berani wkwk 😂

After DCC (Penundaan Pemotongan Tali Pusar)
Alhamdulillah, terima kasih @bwcc_clinic, @budokriyana, bidan-bidan superb & all of family and friends yang udah ikut bantu mendoakan.
So pertanyaan2 atas kekhawatiran diatas langsung sirna begitu denger suara dan gendong anak sendiri... jahit2an setelahnya pun jadi lupa aja gitu. Allah Maha Baiiik 😣
Pulang dari BWCC (@bwcc_clinic), ternyata gak sampe situ aja doong service nya. Ada home care visit juga dari bidan nya. As a newbie, ini teh manfaaat pisaan, diajarin cara mandiin baby, cara nyusuin yang bener, dan banyaak lagi. Kebetulan aku kedatengan bidan Chitra & Bidan Anggun yang masih muda2 bangeeet imut yaampun hahaha berasa ketemu temen seangkatan (yakaliii 😂). So, yang tadinya agak kewalahan karna baru transisi ngerasain 'begadang', langsung semangat lagi buat terus belajar, belajar lagiii ihiyy.
Selamat ulang tahun, @bwcc_clinic & selamat ulang bulan, permata hati Bunda & Ayah, Marzia Nafeesa Humaira 💎
Being a mom is so much moreee than I've imagined, and I can't get enough #langsungkangenhamil 🤣
*created on 2018, July of 13th
0 notes
Text
Dua raka'at yang emosional
Little yet intimate.. :)
Sesungguhnya setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan..
Kuatkanlah pundaknya yaa Rabb.. mampukan ia untuk bisa melewati semua perjalanan yg lurus maupun berliku ini dengan penuh keridhaan dan keberkahanMu.
Dan mampukan aku agar istiqomah membersamainya dalam tiap jalan perjuangannya dgn penuh senyum serta doa yang selalu melangitkan nama serta harapnya.
Bismillah semangat sayangku. Imamku. Abu Marzia. We love you, infinity and beyond. And some more after that. Always 🌟
0 notes
Text

Semoga Allah senantiasa menjaga, menyayangi dan memberkahi keluarga ini hingga kembali berkumpul di jannahMu. In syaa Allah. Aamiin 🤗
0 notes
Text
☺
Mempersilakan Dunia Mengetahui
Terbukalah pada dunia tentang dirimu. Saat kau cemas, jangan tutup kecemasanmu. Saat kau terluka, jangan berpura-pura bahagia. Saat kau sedang hancur, tidak perlu menutupinya seolah-olah segalanya baik-baik saja.
Dunia ini sudah cukup penuh oleh orang-orang yang sibuk memanipulasi dirinya. Menampilkan diri yang tidak sebenarnya, berbohong tidak hanya kepada diri sendiri, melainkan juga alam semesta.
Barangkali, inilah bagian terberatnya. Menerima keadaan diri, jujur pada orang lain, bagian itu adalah bagian yang seringkali mengusik dirimu. Sesudah keadaanmu selama ini. Tapi justru, disitulah kamu akan menemukan orang-orang yang tulus menerimamu, mendampinginmu sebisa mereka, juga menjadi orang-orang pertama yang hadir untukmu.
Tidak perlu berpura-pura bahwa segala baik-baik saja, masalah tidak akan pernah selesai dengan kepura-puraan. Jika tak mampu menghadapinya sendiri, mintalah bantuan.
Dari sana, kita akan belajar untuk berempati. Belajar untuk menerima kekurangan orang lain, bersedia membantu masalah mereka, memahami kekurangan-kekurangannya, meredakan kecemasannya, sampai pada bersedia menemaninya membangun dirinya yang hancur.
Sudah cukup rasanya untuk sibuk memikirkan diri sendiri, sudah cukup rasanya untuk merasa diri ini selalu hebat. Sudah cukup juga untuk berpura-pura bahagia. Biarkan dunia tahu keadaanmu :)
©kurniawangunadi
2K notes
·
View notes
Text
To: My ❤
Alhamdulillah wa syukurillah.. 60 hari lamanya aku telah menghabiskan hampir seluruh waktuku bersamamu. Masih basah ingatanku saat pertama kali kamu menggenggam tanganku. Setelah kau buatku haru akan pemberian Ar-Rahman mu, bahagia, gugup, dan ragu semuanya bercampur aduk menjadi satu. Melebur jadi rasa syukur yang tak terbendung dari memoriku. Perlahan ku kecup kedua tanganmu dan kau membisikkan doa di atas ubun-ubunku. The greatest memory that made me feel officially in love with you. Even until now, that feeling become more greater 😊 Jadi, seperti ini rasanya ketika yang ditunggu telah datang kepadamu. Maa syaa Allah, how grateful I am to finally meet you ☺ Aku tau, perjalanan ini takkan mudah, pun selalu akan ada bahagia jika selalu mensyukurinya bersama.. Aku tau, tugasmu berat and it's not going to be easy all the way.. But, in syaa Allah, I'll stand by your side to accompany you, aku akan terus membersamaimu, memegang tanganmu erat ketika melalui suka duka ini. In syaa Allah. Karena yakinlah suamiku, nahkoda yang hebat takkan lahir dari lautan yang tenang. Dan semua ini pada hakikatnya adalah bentuk ibadah kita kepada yang Maha Cinta.
Terima kasih atas semua kesediaanmu menerimaku, atas semua kekuranganku, kelebihanku, kejahilanku, kemanjaanku, ke-moody-an-ku yang super drastis.. 😂 Maafkan aku yaa, semoga kamu tidak pernah bosan membersamaiku yang masih berproses menjadi istri yang baik untukmu ☺ Last but not least..
Happy 2nd monthsary 😘 Semoga kita dapat mencintai Allah lebih baik lagi, beribadah lebih khusyu’ lagi, menjalankan Sunnah rasul-Nya lebih giat lagi, agar Allah kekalkan cinta dan kasih sayang diantara kita berdua, not only in dunya, but hopefully until jannah. Moga Allah senantiasa berkahi tiap sudut bahtera rumah tangga kita. Aamiin allahumma aamiin..
I do love Allah, so I decide to love you forever, dear my boss, my leader, my teacher, my qawwamah, my lovely hubbie, Mr. Indra Permana 😘
2 notes
·
View notes
Text
From Allah to Allah: Rezeki Itu Milik Allah
by Leila Hana
"Saya nggak mau jadi ibu rumah tangga saja. Kalau suami meninggal atau kita bercerai, gimana? Siapa yang kasih makan saya dan anak-anak? Istri itu harus mandiri finansial supaya bisa punya uang untuk jaga-jaga kalau ada apa-apa dengan suami."
Seketika, kalimat itu buyar kala saya berhadapan dengan seorang wanita berusia 47 tahun yang datang ke rumah saya untuk mengisi pengajian. Wanita bersahaja itu datang jauh-jauh, cukup jauh dari komplek perumahan tempat tinggal saya, untuk memberi pengajian secara gratis. Ingat, gratis lho.... Nggak ada bayaran sepeser pun kecuali sajian makan siang yang saya berikan. Dia datang untuk menggantikan guru ngaji saya yang berhalangan. Sambil menunggu teman-teman lain, kami ngobrol-ngobrol.
"Coba tebak, anak saya berapa, Bu?" tanyanya, ketika kami sedang ngobrol soal anak-anak. Saya sedikit mengeluhkan kondisi rumah yang berantakan karena anak-anak nggak bisa diam, lalu dia memaklumkan. Namanya juga anak-anak. Dia sudah berpengalaman karena anaknya lebih banyak dari saya. "Ehm... empat?" (pikir saya, paling-paling cuma selisih satu). "Masih jauh...." "Tujuh...." "Kurang... yang benar, delapan." Mata saya membelalak. Masya Allah! DELAPAN?! "Itu masih kurang, Bu. Ustazah Yoyoh (almarhumah Yoyoh Yusroh, mantan anggota DPR) saja anaknya 13. Jadi, saya ini belum ada apa-apanya," katanya, merendah.
Setelah itu, mengalirlah cerita-ceritanya mengenai anak-anaknya sampai teman-teman saya datang dan acara mengaji pun dimulai. Di sela pengajian, wanita itu bercerita mengenai keluarganya. Dari situ saya baru tahu kalau suaminya sudah meninggal dunia! Meninggal karena kecelakaan motor, meninggalkan istri dan delapan anak, yang terkecil berusia 2,5 tahun dan sang istri, ya... wanita itu... seorang IBU RUMAH TANGGA.
Ibu rumah tangga di sini maksudnya nggak kerja kantoran, tapi juga bukan pengangguran. Beliau aktif mengisi pengajian. Lalu, bagaimana kehidupannya setelah suaminya meninggal? Beliau nggak punya gaji, nggak kerja kantoran. Coba, gimana? Apa beliau lalu sengsara dan anak-anaknya putus sekolah? No. no, no....
Kalau saya mengingat kalimat pembuka di atas kok kayaknya mustahil ya seorang ibu yang nggak bekerja dan suaminya meninggal dunia, bisa bertahan hidup dengan delapan anak dan anak-anaknya bisa tetap kuliah. Mustahil itu... NGGAK MUNGKIN!
"Bagi Allah, nggak ada yang nggak mungkin, Bu. Asal kita percaya sama Allah. Allah yang kasih rezeki, kan? Percaya saja sama Allah. Saya cuma yakin bahwa semua yang saya dapatkan selama ini adalah karena kebaikan-kebaikan saya dan suami semasa hidup. Saya cuma berbagi pengalaman ya, Bu, bukan mau riya. Memang, suami saya dulu itu orangnya pemurah. Kalau ada yang minta bantuan, dia akan kasih walaupun dia uangnya pas-pasan. Alhamdulillah, Allah kasih ganti. Sewaktu suami masih hidup, kami hidup sederhana. Rezeki suami itu dibagi ke orang-orang juga, padahal anak kami ada delapan. Suami nggak takut kekurangan....."
Kami menahan napas.....
"Hingga suami saya meninggal dunia... uang duka yang kami dapatkan itu... Masya Allah... jumlahnya 100 juta. Padahal, suami saya itu biasa-biasa saja, bukan orang penting. Uang itu langsung dibuat biaya pemakaman, tabungan pendidikan anak, dan sisanya renovasi rumah yang mau ambruk."
Dengar uang 100 juta dari uang duka saja, saya sudah kagum.
"Saat renovasi rumah, saya serahkan saja ke tukangnya. Dia bilang, uangnya kurang. Saya lillahi ta'ala saja. Yang penting atap rumah nggak ambruk, karena memang kondisinya sudah memprihatinkan. Khawatirnya anak-anak ketimpa atap....."
Saya membayangkan, keajaiban apa lagi yang didapatkan oleh wanita itu?
"Nggak disangka. Begitu orang-orang tau kalau saya sedang renovasi rumah, mereka menyumbang. Bukan ratusan ribu, tapi puluhan juta! Sampai terkumpul 100 juta lagi dan rumah saya seperti bisa dilihat sekarang.... Sampai hari ini, saya masih dapat transferan uang dari mana-mana, Bu-Ibu. Saya nggak tau dari siapa aja karena mereka nggak bilang. Saya juga udah nggak pernah beli beras lagi sejak suami meninggal. Selalu ada yang kasih beras."
Duh, nggak bisa nahan airmata deh jadinya.... Apa rahasianya?
"Berbuat baik kepada siapa saja, sekecil apa pun. Insya Allah ada balasannya. Rezeki itu milik Allah. Kalau Allah berkehendak, Dia akan kasih dari mana pun asalnya...." tutupnya.
Rezeki itu milik Allah, siapa pun tidak boleh takabur. Bekerja bukanlah sarana menyombongkan diri bahwa hidup kita bakal terjamin karena bekerja. Yang menjamin hidup kita adalah Allah. Bekerja diniatkan untuk ibadah. Pembuka rezeki bisa datang dari mana saja, salah satunya dari berbuat kebaikan sekecil apa pun.
Ucapan, "Kalau suami meninggal atau bercerai, siapa yang kasih makan saya dan anak-anak?" itu sama saja dengan sirik, atau menduakan Allah.
Menganggap diri kita super, dengan kita bekerja, maka rezeki terjamin. Padahal, Allah yang kasih rezeki. Jika dulu Allah kasih rezeki melalui suami, besok Allah kasih lewat jalan lain. From Allah to Allah.
0 notes
Photo

When you ask for His answer and He really mean it. How can you not be grateful.....? 33. Dan apabila manusia ditimpa oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali (bertobat) kepada-Nya, kemudian apabila Dia memberikan sedikit rahmat-Nya kepada mereka, tiba-tiba mereka menyekutukan Allah. 34. Biarkan mereka mengingkari rahmat yang telah Kami berikan. Dan bersenang-senanglah kamu, maka kamu kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu). 35. Atau pernahkah Kami menurunkan kepada mereka keterangan, yang menjelaskan (membenarkan) apa yang (selalu) mereka persekutukan dengan Tuhan? 36. Dan apabila Kami berikan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan (rahmat) itu. Tetapi apabila mereka ditimpa sesuatu musibah (bahaya) karena kesalahan mereka sendiri, seketika mereka itu berputus asa. 37. Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan Dia (pula) yang membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang beriman. 38. Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridaan Allah. Dan mereka itulah orang-orang yabg beruntung.
0 notes
Text
🌸 Parenting : Fitrah Sexualitas anak...🌸 (Euis Kurniawati)
Masih terngiang2 kata bapak baik hati yg mengantar kami ke stasiun tawang tempo hari... _"Mumpung anak masih kecil, jangan sampai salah seperti saya ya. Anak pertama saya usia 22 thn hafal 18 juz. Anak kedua dan ketiga semua hafidz dan hafidzah. Tuntas 30 juz._ ......Tapi ...... _saya sedih karena untuk sholat saja mereka masih diingatkan dan disuruh_. Saya menangis saat saya baru sadar bahwa *ada fase pendidikan anak yg terlewat kala itu*."
***
Fitrah keimanan (dibahas saat workshop) yg harusnya ditanam di 7 tahun pertama hidupnya ternyata lupa saya kawal lebih ketat dan belum tuntas. Dan sekarang kami harus "restart" dari awal untuk mengulang proses yg terlewat".
Hmm,,,Jazakumullah khairan katsira nasehat berharganya pak,,,
Satu hal lagi yg saya dapat saat mengikuti worshop _home education based fitrah and tallent_ di semarang bbrp waktu lalu bersama ust harry : *Didiklah anak sesuai fitrah.*
Fitrah apa?
Ada bbrp fitrah. Diantaranya fitrah iman, fitrah belajar, fitrah bakat dan fitrah seksualitas.
Fitrah seksualitas?
Wow..... gimana itu?
***
_Mendidik anak sesuai *fitrah seksualitas* artinya mengenalkan anak bagaimana bersikap, berpikir, dan merasa seperti gendernya._
Jika ia anak perempuan, maka kita bangkitkan fitrah seksulitasnya sbg perempuan. Jika ia laki2, maka kita bangunkan fitrah seksualitasnya sebagai laki2.
Pertanyaan berikutnya yg muncul : bagaimana tekhnis membangkitkan fitrah seksualitas ini ?
_Ada beberapa tahap yg perlu kita kawal di tiap fasenya._
***
Usia 0 - 2 tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan bundanya. Pendidikan tauhid pertama adalah menyusui anak sampai 2 tahun. Menyusui, bukan memberi asi. Langsung disusui tanpa pumping dan tanpa disambi pegang hp.
***
Usia 3 - 6 tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan kedua orang tuanya. Dekat dengan bundanya, juga dekat dengan ayahnya. Perbanyak aktivitas bersama.
***
Usia 7 - 10 tahun
Pada usia ini dekatkan anak sesuai gendernya.
Jika anak laki2, maka dekatkan dengan ayahnya. Ajak anak beraktifitas yg menonjolkan sisi ke-maskulin-annya. Nyuci motor, akrab dg alat2 pertukangan, dsb.
Jika anak perempuan, maka dekatkan dengan bundanya. Libatkan anak dalam aktifitas yg menonjolkan ke-feminin-annya. Stop katering dan perbanyaklah aktivitas utak atik di dapur bersama anak perempuannya, melibatkannya saat bersih2 rumah, mengajaknya menjahit dsb.
*** Usia 11 - 14 tahun
Usia ini sudah masuk tahap pre aqil baligh akhir dan pada usia ini mulailah switch/menukar kedekatan. Lintas gender. Jika anak laki2, maka dekatkan pada bundanya. Jika anak perempuan, maka dekatkan pada ayahnya.
******
Ada sebuah riset yg menunjukkan jika seorang anak perempuan tidak dekat dengan ayahnya pada fase ini maka data menunjukkan anak tsb 6x lebih rentan akan ditiduri oleh laki2 lain.
Di sebuah artikel parenting, dulu saya juga menemukan hal senada. Jika tdk dekat dg ayahnya, maka anak perempuan akan mudah terpikat dengan laki2 yg menawarkan perhatian dan cinta meski hanya untuk kepuasan dan mengambil keuntungan semata.
Logis juga sih. Saat ada laki2 yg memuji kecantikannya, mungkin ananda gak gampang silau krn ada ayahnya yg lebih sering memujinya. Kalau ada laki2 yg memberikan hadiah, ananda tak akan gampang klepek2 krn ada ayahnya yg lbh dulu mencurahkan perhatian dan memberi hadiah.
Pada fase ini jika anak perempuan harus dekat dg ayahnya, maka sebaliknya, anak laki2 harus dekat dengan bundanya. Efek yg sangat mungkin muncul jika tahap ini terlewat, maka anak laki2 punya potensi lebih besar untuk jadi suami yg kasar, playboy, dan tidak memahami perempuan.
Ada yang tanya, lho kalau ortunya bercerai atau LDR bagaimana? >> Hadirkan sosok lain sesuai gender yg dibutuhkan. Misal saat ia tak punya ayah, maka cari laki2 lain yg bs menjadi sosok ayah pengganti. Bisa kakek, atau paman. Sama dengan rasulullah. Meskipun tak punya ayah dan ibu, tapi rasulullah tak pernah kehilangan sosok ayah dan ibu. Ada kakek dan pamannya. Ada nenek, bibi dan ibu susunya.
*** Fase berikutnya setelah 14 thn bagaimana? Sudah tuntas. Krn jumhur ulama sepakat usia 15 thn adalah usia aqil baligh. Artinya anak kita sudah "bukan" anak kita lagi. Ia telah menjelma menjadi orang lain yg sepadan dengan kita. Maka fokus dan bersabarlah mendampingi anak2, karna kita hanya punya waktu 14thn saja.
❤💛💚���💜💖 Saling mengingatkan, saling menguatkan, saling mendoakan ya teman2. Moga Allah SWT mampukan dan bisa mempertanggungjawabkan amanah ini kelak di hari penghitungan..
Selamat berkumpul dan merajut cinta bersama keluarga.
Apapun keadaannya, jangan lupa bersyukur dan bahagia ya..
Semoga bermanfaat..
1 note
·
View note
Text
Share oleh Ustadz Harry Santosa :
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya susah bangun subuh. Padahal secara fitrah, setiap anak sejak bayi itu suka bangun dini hari sebelum subuh Orangtuanyalah dulu yang menyuruhnya tidur kembali karena hari masih gelap
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya mudah sakit dan obesitas karena buruknya pola makan Padahal secara fitrah, setiap anak sejak bayi suka makanan alami (natural) tanpa pemanis dsbnya Orangtuanyalah dulu yang malas memasak sehat dan mengenalkannya Junk Foood, menjejalkan makanan kemasan karena pola makan orang dewasa yang buruk
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya lumayan jorok atau tidak berhati hati pada najis Padahal secara fitrah, setiap anak sejak bayi suka kebersihan, mereka menangis jika bajunya basah terkena BAB atau BAK Orangtuanyalah dulu yang mengenalkannya pampers dan membiarkannya karena malas menggantinya
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya males gerak atau kecanduan game Padahal secara fitrah tiap anak sejak bayi sangat suka bergerak dengan antusias dengan tubuh yang luwes Orangtuanyalah dulu yang menyuruhnya banyak diam agar segera berstatus "shaleh" dan memberinya gadget agar diam
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya peragu, lambat mengambil keputusan, mudah dibully Padahal secara fitrah tiap anak sejak bayi sangat ego sentris dan percaya diri Orangtuanyalah dulu yang banyak melarangnya memilih sendiri bajunya, tidak memberinya kepercayaan untuk mencoba walau salah
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya malas sholat, harus disuruh suruh Padahal secara fitrah tiap anak sejak bayi sudah mengenal Robbnya dan menyukai kebaikan Orangtuanyalah dulu yang memaksanya untuk segera sholat dengan tertib sebelum usia 7 tahun dan sebelum gairah cintanya pada Allah tumbuh indah sehingga anak menjadi membenci kebaikan sepanjang hidupnya. Padahal Allah sendiri memerintahkan orangtua untuk menyuruh anaknya sholat sejak usia 7 tahun
Orangtua mengeluh anak gadis atau perjakanya malas belajar Padahal secara fitrah tiap anak sejak bayi adalah pembelajar yang tangguh, mereka terus belajar berjalan hingga berlari walau berkali kali terjatuh dan tidak pernah memutuskan untuk merangkak seumur hidup Orangtuanyalah dulu yang menggegasnya menguasai banyak hal, menjadikan belajar sesuatu yang menyebalkan dan liburan adalah hari terindah
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya bingung bakatnya, tak punya gairah pada aktifitas produktif Padahal secara fitrah tiap anak sejak bayi punya sifat unik yang khas yang kelak akan menjadi peran peradaban terbaiknya yang unik. Orangtuanyalah dulu yang mencubit anak cerewet (orator ulung), menghukum anak keras kepala( pemimpin masa depan), memaksa bicara anak pendiam (pemikir dan peneliti), menyuruh diam anak kepo (visioner), memaki anak yang sensitif dan cengeng (sastrawan), menyetop anak yang banyak akal (innovator) dstnya.
dstnya...
Ternyata begitu banyak keluhan ketika ananda menjelang Aqil Baligh bahkan sesudahnya, karena kita seringkali merasa lebih hebat dari Tuhan, merasa fitrah yang Allah instal itu kurang sehingga dilebaykan atau dilalaikan dan diabaikan atau diintervensi hingga cidera.
Jika sudah terlanjur maka bertaubatlah, banyak berdoalah agar Allah mengembalikan fitrah anak anak kita, mohonkanlah maaf pada ananda, dekaplah sebelum terlambat, ulangi prosesnya sebagaimana dahulu ananda masih kecil, gairahkan kembali cintanya pada Ilahi dstnya. Kemudian rileks dan optimislah dalam merawat dan menumbuhkan fitrah ananda.
Salam Pendidikan Peradaban
0 notes
Quote
Asa mau nyerah tapi teh gabisa berhenti mikir...
Dah malah kepikiran.. :'D
0 notes
Video
(via https://www.youtube.com/watch?v=tjMAWms3Y8Y)
Bohong kalau gak malu nonton ini mah.... :’‘‘
0 notes
Quote
I do love the rain but not with the cold...
1 note
·
View note
Text
(Tantangan) Perempuan Zaman Sekarang
Hal yang seringkali menjadi berat untuk saya lakukan adalah meeting soal pekerjaan di akhir pekan. Entahlah, mungkin karena biasanya akhir pekan adalah jadwal saya untuk hal-hal di luar pekerjaan. Tapi, sejauh yang saya alami, ketika saya ikhlas merelakan akhir pekan untuk datang ke kantor, selalu ada saja hikmah yang bisa diambil. Seperti sore ini, ketika saya bertemu dengan rekan kerja yang usianya beberapa tahun lebih muda daripada saya.
Kiranya, tak perlulah saya menyebutkan nama, yang jelas kami sudah sering bekerja bersama sejak sekitar 5 tahun yang lalu. Sekarang, disamping mengurusi start up yang sedang dirintisnya, ia juga sedang sibuk mengerjakan tugas akhir demi mengejar wisuda dan gelar Sarjana Desain di tahun depan.
“Dek, gimana skripsimu? Lagi penelitian tentang apa?” “Hahaha, judulku agak berat teh. Aku lagi penasaran aja kenapa sih banyak brand iklan yang sekarang ini pakai perempuan berhijab sebagai modelnya. Soalnya, setahuku, perempuan diperintahkan untuk menjaga dirinya. Ini ternyata bukan soal perempuan yang dieksploitasi oleh si empunya brand. Sebaliknya, bagiku, sekarang perempuan terkesan mengeksploitasi dirinya sendiri dengan gemar memajang foto selfie, bangga jadi endorser dan bahkan bercita-cita ingin jadi model iklan.”
Sejujurnya, kalimat-kalimat yang mengalir dari mulutnya itu membuat saya berpikir panjang dan berkaca pada fenomena sekarang ini. Jika kita lihat, memang banyak sekali kejadian atau kondisi dimana kecantikan perempuan seolah menjadi modal utama branding dan marketing suatu produk. Satu hal yang benar-benar membuat saya tersentuh hatinya adalah kalimat rekan kerja saya itu ketika ia mengatakan, “Sekarang perempuan terkesan mengeksploitasi dirinya sendiri …” Astagfirullah. Semoga kita tidak termasuk di dalamnya.
Di era digital dengan perkembangan zaman yang terus semakin maju setiap harinya, tantangan perempuan dalam menjaga dirinya ternyata juga semakin berat. Ujiannya sekarang bukan lagi tentang bagaimana caranya agar diperbolehkan berjilbab di tempat umum, tapi lebih kepada bagaimana caranya tetap menjaga kehormatan diri dan jilbab yang digunakan di tengah gempuran zaman.
Sekarang, rasanya tidak mudah menahan diri untuk tetap tidak memperlihatkan kecantikan wajah diantara teman-teman seusia yang gemar memajang foto selfienya di media sosial. Tidak mudah untuk memilih ta'aruf ketika teman-teman sepermainan memamerkan pacarnya satu sama lain. Tidak mudah untuk tetap menjaga hati di tengah banyak orang yang mengumbar kisah soal romansa, cinta dan perasaan. Ah memang, tidak mudah menjadi perempuan di zaman sekarang, sebab kini kita hidup di tengah zaman dimana ada nilai moral yang bergeser, rasa malu yang entah bagaimana semakin hilang dan harga diri yang bisa dengan mudahnya dipertaruhkan. Mengerikan!
Bagaimanapun, semoga kita senantiasa menjadi perempuan yang sadar posisi dan peran di hadapan-Nya, agar kita tidak dengan mudahnya memperlihatkan perilaku-perilaku tak bernilai. Allah, semoga Engkau menjaga hatiku dan perempuan-perempuan di sekitarku, kembalikanlah kami selalu ke jalan-Mu.
483 notes
·
View notes
Text
Kadang, apa yang menurut kita hanya sebuah nasihat biasa, ternyata itu bisa jadi luar biasa untuk orang lain.
Tah... harus banyak bersyukur, Dells..
Orang-orang yang sedang berposes hijrah seperti kamu juga banyak diluar sana. Saling ngingetin. Mana tau kamu dapet berkahnya doa mereka. Sok jangan putus-putus doain orang lain, dengerin orang lain, bantuin orang lain..
Walaupun banyak yang bilang kamu gak ngapa-ngapain, Allah lebih tau kapasitas kamu. Sok, bermanfaat sebisamu. Lillah, lillah, jangan mau kalah sama yang suka bisik-bisik.
Kuliah itu ibadah. Belajar itu ibadah. Kerja itu ibadah. Bisnis itu ibadah. Doain orang lain juga ibadah. Ya, minimal jangan buat orang lain susah karena keegoisan kita lah ya..
Every soul shall taste death. Until come the day that He calls you right away, don’t ever stop, just do whatever you could do in your way, as long as it useful.
Luruskan niaaaat. Bismillah.
1 note
·
View note