admherlambang
admherlambang
My Sanctuary
323 posts
Enjoy the silence
Don't wanna be here? Send us removal request.
admherlambang · 3 years ago
Text
Standarisasi Ulama
Berikut pandangannya tentang standar seorang bisa dinamakan ulama. Apa standarnya? Yaitu menguasai 12 cabang ilmu, memahaminya, mengaplikasikannya serta mengetahui dan menghapal seluruh dalilnya. Kemudian mempertahankan dalilnya dari kritikan (an-nudhar). Saat tahap itu telah dicapai maka mereka akan diberi gelar al-'allamah oleh ulama yang telah mencapai tahap itu terlebih dahulu. Sedangkan bagi yang baru mencapai tahap menghapal dan menguasai 12 cabang ilmu, namun hanya satu cabang ilmu saja yang dikuasai dan dihapal setiap detail dalilnya, serta bisa mempertahankannya dari kritikan (an-nudhar), maka mereka dijuluki 'alim saja. Seperti sebutan faqih (dalam fiqih), ushuly (dalam ushul fiqh), adib (bahasa arab), muarikh (dalam sejarah dan sirah), mutakalim (dalam aqidah dan mantiq), muhadis (dalam hadis), mufasir (dalam tafsir), dan qura (dalam ilmu qiraat). Level di bawah itu dinamakan al-ustadz, yakni mereka yang berhasil menguasai dan menghafal 12 cabang ilmu dan mengaplikasikannya tapi tidak mengapal seluruh dalil dan istinbatnya dengan detail. Intinya belum mencapai tahap an-nudhar. Tapi untuk mencapai level ini saja butuh waktu belasan tahun. Di bawah itu dinamakan thalib (santri), sedangkan yang belajar satu cabang ilmu secara mendasar disebut mustaqaf (mempunyai wawasan), sedangkan orang biasa disebut awam. Inilah standar ulama dahulu, makanya Syaikh Hasan Habannakeh ketika ada orang memuji terlalu berlebihan jika ada murid yang cerdas dengan kata "Masyaallah dia seorang alim," beliau menyela "Cukup katakan; thalib yang berbakat," bukan karena tidak mau memuji, tapi beliau sedang mengajari kita untuk menaruh sesuatu pada tempatnya, karena semua gelar itu sudah jelas standarnya. Gelar-gelar ini tidak hanya milik ulama Damaskus, tapi ada dimana-mana, seperti di Al-Azhar, madrasah Hijaz, dan lain-lain. Sayangnya sejak gelar ini mulai dikikis dengan munculnya gelar baru seperti profesor, doktor, master, license, dan semacamnya, standarisasi keilmuan semakin tidak jelas.
-----
Klasifikasi ilmu secara umum:
Klasifikasi ilmu Syari’at, ada 3: 1. ilmu fiqh; 2. ilmu tafsir; dan 3. ilmu hadits.
Klasifikasi ilmu Adab, ada 14: 1. Ilmu Lughoh; 2. Ilmu Etymology; 3. Ilmu tashrif; 4. Ilmu Nahwu; 5. Ilmu Ma’any; 6. Ilmu Bayan; 7. Ilmu badi’; 8. Ilmu 'arudh/ untuk mengetahui benar tidaknya pola puisi arab; 9. Ilmu Puisi / Rhymes; 10. Ilmu Syi’ir/ poetry; 11. Ilmu Insya’ dan Natsr; 12. Ilmu Kitabah /tulis menulis huruf arab; 13. Ilmu Qiro’at/ Cara membaca; 14. Ilmu Muhadhorot/ mengajar, pidato, berbicara di depan umum. Masing-masing ilmu tersebut ada penjelasan sejarahnya.
Klasifikasi ilmu Olah Spiritual dan Fisik (spiritual and physical exercise) ada 10: 1. Ilmu Tashawuf; 2. Ilmu Teknik (Engineering; Geometries; Geometry); 3. Pendidikan Jasmani; 4. Ilmu Pengajaran (didaktik); 5. Ilmu Hisab/hitung (Arithmetic); 6. Ilmu Al-Jabar (mathematics); 7. Ilmu Musik; 8. Ilmu Politik; 9. Ilmu Akhlaq; 10. Ilmu kerumahtanggaan (Domestic science).
Klasifikasi ilmu Mentalitas (mentality) ada 20: 1. Ilmu Mantiq (logika/ Logic); 2. Ilmu Dilektika; 3. Ilmu Ushul Fiqh; 4. Ilmu Ushuluddin; 5. Ilmu Theology dan Ilmu Alam (natural and Theological); 6. Ilmu Kedokteran; 7. Ilmu Miqat; 8. Ilmu Nawamis (istilah kedokteran dan biologi dekat dengan bionomy, histonomy, anthroponomy, Nomology); 9. Ilmu Filsafat; 10. Ilmu Kimia; 11. Ilmu Aritmatika; 12. Ilmu Agrikultur; 13. Ilmu hewan/binatang; 14. Ilmu Pertanian/ cocok tanam; 15. Ilmu magic; 16. Ilmu Thilasmat (perjimatan/Talisman); 17. Ilmu Firasat; 18. Ilmu Ahkamun Nujum.
Klasifikasi ilmu Agama Islam:
Ilmu Tauhid: Ilmu agama islam yang mempelajari iman dan taqwa kepada Allah, menyerupai keesaan Allah, nama-nama yang baik Yang Mahakuasa (Asma'ul Husna), Sifat wajib dan tidak mungkin Yang Mahakuasa dan segala  sesuatu yang bekerjasama dengan ibadah kepada Allah.
Ilmu Aqidah: Ilmu agama islam yang mempelajari perihal keimanan secara lengkap yaitu 6 rukun iman, lebih lengkapnya lagi keyakinan serta kepercayaan seorang muslim serta bagaimana menyikapinya dalam perbuatannya.
Ilmu Fiqih: Ilmu agama islam yang mempelajari tata cara beribadah kepada Yang Mahakuasa terutama menjalankan 5 rukun islam, menyerupai Sholat dan tata cara sholat yang benar, baik memenuhi rukun dan syarat sah sholat serta yang membatalkannya dan sudah masuk rukun dan tata cara penyembelihan hewan dan banyak sekali tata cara yang lainnya sesuai syariah islam dalam menjalankan ibadah.
Ilmu Akhlaq: Ilmu yang mempelajari tingkah laris insan dan cara berperilaku yang baik dan benar sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW, membahas segala aspek kehidupan untuk budpekerti dan sopan santun menyerupai yang diajarkan Rasulullah menyerupai adab makan minum, budpekerti tidur, budpekerti berperilaku terhadap orang renta dan tetangga serta kaum muslim yang lainnya.
Ilmu Tajwid: Ilmu yang mempelajari bagaimana membaca Al Qur'an yang baik dan benar, menyerupai bentuk makhraj dan sifat abjad AlQuran yaitu izh-haar, idghaam, iqlaab, ikhfaa, qalqalah, waqaf dan madd.
Ilmu Faraidh: Ilmu yang mempelajari aturan waris baik ketentuan maupun pembagian, menyerupai ketentuan dan pembagian warisan keluarga.
Ilmu Mushtalahul Hadits: Ilmu dalam agama islam yang membahas derajat hadits yaitu apakah sebuah hadits shahih, hasan, dhaif atau mutawatir.
Ilmu Alat: Ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah bahasa Arab, menyerupai membaca kitab gundul tanpa harakat. Cabang ilmu alat : Shorfun, Nahwu, Khottun, 'Arudl, Bayanun, Ma'ani, Qofiyatun, Syi'run, Isytiqoqun, Insyaau, Munadhoroh, Lughot.
Ilmu Al-Quran / Ulumul Quran: Ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang bekerjasama dengan Al Alquran menyerupai segi keberadaan Al Alquran sebagai Firman Yang Mahakuasa yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk seluruh alam semesta, dan juga dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung dalam Al Quran. Cabang dari Ilmu Al Alquran yakni  ilmu tafsir, ilmu qira’at, ilmu rasmil Qur’an, ilmu I’jazil Qur’an, ilmu asbabun nuzul, dan ilmu-ilmu yang bekerjasama dengan mempelajari Al-Qur’an.
-----
Klasifikasi Pakar Syariat Islam:
Al Hafidh adalah ahli hadits yg sudah hafal 100 ribu hadits dgn sanad dan hukum matannya.
Al Hujjah adalah ahli hadits yg sudah hafal 300.000 hadits dgn sanad dan matannya,
Al Hakim adalah yg lebih dari itu dan menguasai kedalaman ilmu hadits
Al Musnid adalah orang yg banyak menyimpan sanad hadits dari diri beliau hingga Rasul saw, misalnya, dariku, dari guruku fulan, dari ayahnya, dari gurunya…., sampai pada Imam Bukhari misalnya, lalu diteruskan sampai Rasul saw. almusnid adalah yg memiliki sanad hadits seperti ini
Al Imam adalah guru guru dari para pakar hadits di zamannya, sebagaimana Imam berarti pemimpin, maka ia adalah pemuka/pemimpin ulama di masanya.
-----
Urutan: Al-'allamah, 'Alim, Al-ustadz, Thalib, Mustaqaf, Awam. 
Al-'allamah: menghafal dan menguasai 12 cabang ilmu secara detil [memahaminya, mengaplikasikannya serta mengetahui dan menghapal seluruh dalilnya (istinbath), dan mempertahankan dalilnya dari kritikan (an-nudhar)].
'Alim:  menghafal dan menguasai 12 cabang ilmu, tetapi hanya 1 cabang ilmu yang detil penguasaannya [memahaminya, mengaplikasikannya serta mengetahui dan menghapal seluruh dalilnya (istinbath), dan mempertahankan dalilnya dari kritikan (an-nudhar)].
Al-ustadz:  menghafal dan menguasai 12 cabang ilmu tetapi tidak ada yang detil penguasaanya [memahaminya, mengaplikasikannya, tetapi tidak lengkap dalam pengetahuan dan penghafalan seluruh dalilnya/ instinbath] dan tidak sampai pada tingkat an-nudhar. 
Thalib: santri/ murid.
Mustaqaf: belajar satu cabang ilmu secara mendasar.
Awam: orang biasa.
Level Al-allamah (ulama besar) berhak memakai 'surban putih dan ikat pinggang' [bukan level sembarangan].
-----
Sumber: 
https://www.ngopibareng.id/read/begitu-mudahkan-seseorang-disebut-ulama-ini-standarnya-2563824
http://www.piss-ktb.com/2017/06/5159-macam-dan-cabang-ilmu-menurut-islam.html
http://belajarislamnow.blogspot.com/2017/09/macam-macam-pembagian-cabang-ilmu-agama.html
4 notes · View notes
admherlambang · 3 years ago
Text
Improve Researching Skills
Here are a few research practices and tips to help you hone your research and writing skills:
Start broad, then dive into the specifics. Researching is a big task, so it can be overwhelming to know where to start—there’s nothing wrong with a basic internet search to get you started. Online resources like Google and Wikipedia, while not always accurate, are a great way to orient yourself in a topic, since they usually give a basic overview with a brief history and any key points.
Learn how to recognize a quality source. Not every source is reliable, so it’s crucial that you can recognize the good sources from the not-so-good ones. To determine a reliable source, you’ll need to use your analytical skills and critical thinking, and ask yourself the following questions: Does this source agree with other sources I have found? Is the author an expert in the field? Does the author’s point of view have a conflict of interest regarding this topic?
Verify information from several sources. The internet is a big place, and, for the most part, anyone can say whatever they want online—many websites don’t evaluate their content for factual accuracy. This means that there are plenty of unreliable resources out there, and even many that are outright incorrect. The best way to combat this is to make sure that whatever you find in your research, several different sources can verify that it is true. Rather than going off of one webpage, make sure that at least two other places say something similar.
Be open to surprising answers. Good research is all about finding answers to your research questions—not necessarily as a way to verify what you already think you know. Solely looking for confirmation is a very limiting research strategy, since it involves picking and choosing what information to collect and prevents you from developing the most accurate understanding of the topic. When you conduct research, make sure to keep an open mind so that you can learn as deeply as possible.
Stay organized. During the data collection process, you’ll be seeing a huge amount of information, from webpages to PDFs to videos. It’s vital that you keep all of this information organized in some way to prevent yourself from losing something or not being able to cite something properly. There are plenty of ways to keep your research project organized, but here are a few common ones: Bookmarks in your Internet browser, index cards, and an annotated bibliography that you keep updated as you go.
Take advantage of library resources. If you still have questions about researching, don’t worry—there are plenty of places out there to help you out, even if you’re not a student doing academic or course-related research. In fact, many high school and university libraries offer resources not only for faculty members’ and students’ research but for the larger community. Be sure to check out library websites for research guides or access to specific databases.
Source: https://www.masterclass.com/articles/how-to-improve-your-research-skills#6-tips-for-improving-your-researching-skills
0 notes
admherlambang · 3 years ago
Text
Letak dari tujuan untuk mencapai sesuatu memang berada di akhir, tetapi penentuan tujuan tersebut ada di awal. Artinya, tujuan tersebut berperan sebagai pondasi atas kegiatan-keguatan yang kita lakukan untuk mencapainya. Semakin kuat tekat kita untuk tetal fokus pada pencapaian tersebut, bisa jadi kita semakin menjadi cuek atas perihnya kesulitan atau gangguan yang kita temui selama menajalani kegiatan untuk mencapainya. Sepertinya egois, tetapi mau bagaimana lagi, ini adalah sudut pandang yang menurut saya paling logis dari sekian kata-kata mutiara yang sering diucapkan oleh motivator-motivator yang belum tentu bisa sungguh-sungguh menaruh empati kepada keadaan kita melalui nasehat-nasehat singkatnya. Saya contohkan, saya dulu di usia 17 tahun ketika awal kuliah, tidak terlalu tertarik dengan bahasa pemrograman komputer. Kebiasaan saya hanya membaca beberapa special topic yang saat itu berseliweran di bidang teknologi informasi, salah satunya adalah tentang media sosial. Saya penasaran, memgapa orang bisa meluangkan banyak waktu untuk "menghidupi" beberapa media sosialnya sekaligus, misal, Facebook, Twitter, belum lagi email dan layanan-layanan elekfronik lainnya. Bagaimana mereka mengingat password untuk berbagai akun media sosial yang mereka miliki tersebut? Saya pun penasaran sehingga ingin tahu sebenarnya seperti apa password orang-orang tersebut. Saya tidak mungkin bisa tanya langsung tentang password kepada para pemilik akun tersebut. Akhirnya, saya memutuskan untuk bisa membuat halaman login palsu mirip halaman login media sosial atau layanan email lainnya. Konsepnya sederhana: orang mengira halaman palsu tersebut adalah asli, mereka login dengan akun mereka seperti biasa, lalu username dan password mereka tercatat di log yang sudah saya tanamkan di halaman palsu tersebut, dan akhirnya mereka tetap bisa bermedsos ria di web aslinya tanpa menyadarinya. Konsepnya sederhama, tetapi teknis yang dibutuhkan cukup banyak. Mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus belajar HTML, PHP, Javascript, CSS, konsep Http, layanan server, social engineering, dan banyak lagi selama berminggu minggu secara otodidak sampai jarang tidur dan mandi. Sampai pada akhirnya, pada suatu hari saya berhasil menerapkan konsep tadi, dan saya bisa panen puluhan akun username dan password dalam satu hari bermodalkan belajar otodidak tadi. Saya biarkan saja akun-akun tersebut karena saya hanya ingin tahu model passwordnya, tidak saya pakai aneh-aneh, dan saya puas. Anehnya, saya merasa mental saya tidak terbebani sama sekali selama belajar otodidak, mungkin karena saya fokus di tujuannya, bukan di proses belajarnya, akhirnya merasa senang saja yang dirasakan. Padahal seandainya konsep-konsep tadi harus dipelajari di bangku perkuliahan secara bersamaan sekaligus dalam satu semester, kayaknya saya akan mual karen beban kognitifnya berat. Hal ini lumrah kalau saya tidak mampu, karena saya bisa ukur kemampuan saya sendiri seperti apa dan IQ saya tidak akan mampu menopangnya. Akhirnya pun saya mengulang-ulang sudut pandang tadi di banyak hal, yaitu cukup fokus di tujuannya dan abaikan gangguan/beban proses yang harus dilalui untuk mencapainya. Kalau kata motivator: nikmati prosesnya. Tetapi, motivator tersebut tidak tahu bagaimana teknis penerapan nasehat tersebut sehingga hanya seperti kata mutiara saja. Pada tulisan ini, saya sampaikam bagaimana teknisnya secara gamblang. Dampaknya akan lebih hebat lagi kalau kita menyukai atau memcintai apa yg jadi tujuan kita. Kita akan semakin mati rasa dalam menjalani perihnya berproses karena perih tersebut akan terbayar lunas oleh hasil capaian atas tujuan kita.
0 notes
admherlambang · 4 years ago
Text
Letak niat adalah tertanam di dalam hati. Orang tidak bisa saling tebak seperti apa niat orang lain hanya melalui asumsi-asumsi. Asumsi yang salah bisa menjauhkan seseorang dari orang yang berniat baik kepadanya, bahkan bisa mendekatkan seseorang kepada orang yang justru belum berniat baik. Bagi saja 24 jam dalam sehari menjadi 1/3 bagian waktu masing-masing 8 jam. Sulit rasanya menyimpul-nyimpulkan kondisi orang lain dengan benar kalau di tiap 1/3 waktu tersebut tidak saling berinteraksi "dengan serius". Hanya pertolongan dari Allah saja yg bisa mengarahkan supaya tidak salah asumsi.
0 notes
admherlambang · 4 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Management and Organization Theory (Jeffery A. Miles, 2012)
0 notes
admherlambang · 4 years ago
Text
Defining ‘theory’, therefore, has to take into account the ‘why?’ question, but a theory is deeper than that.  The points below go some way to helping with a definition.
1. A theory is an attempt to explain why and so to provide understanding.
2. A theory is not just ‘any’ explanation - a theory comes into being when a series of ideas come to be held and accepted by a wider community of people. 
3. A theory is not necessarily factually based – how we understand and provide explanations arises from our cultural background and how we view the world.
The components of theory are concepts (ideally well defined) and principles.
A concept is a symbolic representation of an actual thing - tree, chair, table, computer, distance, etc.
Construct is the word for concepts with no physical referent - democracy, learning, freedom, etc. Language enables conceptualization.
A principle expresses the relationship between two or more concepts or constructs.
https://www.skillsyouneed.com/learn/theory.html
http://faculty.jou.ufl.edu/mleslie/spring96/theory.html
0 notes
admherlambang · 4 years ago
Text
Tumblr media
Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan
0 notes
admherlambang · 4 years ago
Text
Tujuan riset sosial dibagi menjadi 3 jenis, yaitu eksploratori, deskriptif, dan eksplanatori. Eksploratori bertujuan mencari tahu tentang obyek yang belum banyak diketahui sehingga petunjuknya terbatas, cenderung bersifat kualitatif, dan desain risetnya kurang terstruktur jika dibandingkan dengan deskriptif dan eksplanatori. Deskriptif bertujuan menjelaskan temuan fakta dengan dimensi obyek yang diteliti lebih jelas daripada eksploratif, dan bisa bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Eksplanasi bertujuan mendeskripsikan sekaligus mengkaji serta menguji antar unsur/variabel dari dimensi permasalahan, dan cenderung bersifat kuantitatif.
Di sisi lain, pada penelitian desain dan pengembangan berdasarkan tahapannya juga dibagi menjadi 3 jenis, yaitu pengembangan model, pengembangan produk, dan pengujian lapangan. Apabila dihubungkan dengan tujuan penelitian sosial, maka pengembangan model lebih bersifat kualitatif, pengembangan produk sifatnya gabungan antara kualitatif dan kualitatif, serta pengujian lapangan lebih bersifat kuantitatif.
Referensi:
Richey, R.T. & Klein, J.D. 2007. Design and Development Research. New York: Routledge
Singleton, R.A., Jr. & Straits, B.C. 2017. Approaches to Social Research. New York: Oxford University Press.
0 notes
admherlambang · 4 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Donna M. Mertens (Research and Evaluation in Education and Psychology, 2010)
0 notes
admherlambang · 4 years ago
Quote
Postpositivists still hold beliefs about the importance of objectivity and  generalizability (in social science and human behavior research), but they suggest that researchers modify their claims to understandings  of truth based on probability, rather than certainty
Donna M. Mertens (Research and Evaluation in Education and Psychology, 2010)
0 notes
admherlambang · 4 years ago
Text
Ontology, Epistemology, and Axiology
Ontology (ontologi)
On/Ontos = ada (objek); logos = ilmu. Ontologi adalah studi tentang makna dari suatu objek, property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu domain pengetahuan. Sederhananya, ontologi adalah teori tentang hakikat sesuatu yang ada.
Pertanyaan ontologi:
1. Apa obyek ilmu yang akan ditelaah?
2. Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek?
3. Bagaimana hubungan antara obyek dengan daya tangkap manuasia yang membuahkan pengetahuan (daya tangkap: berpikir, merasa, atau mengindera).
Contoh ontologi tentang meja. Ontologi tentang meja menggunakan realitas tentang meja. Realitasnya adalah terdapat gambaran atau ide yang membuat orang mengenali sebuah meja.Tidak peduli berapa banyak model meja yang ada, tidak peduli berapapun ukurannya, warnanya, dan fisiknya yang berbeda, benda tersebut tetaplah sebuah meja. Inilah yang menjadi realitas, ide, dan gambaran yang ada. 
Epistemology (epistemologi)
Episteme = pengetahuan; logos = ilmu. Epsitemologi adalah studi tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya, yang berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah/berlakunya pengetahuan tersebut.  Sederhananya, epistemologi adalah teori tentang hakikat terjadinya/diperolehnya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan keshahihan pengetahuan.
Pertanyaan tentang epistenologi:
1. Mengapa sesuatu disebut pengetahuan?
2. Apa saja lintas batas pengetahuan?
3. Bagaimana prosedur ataupun kesahihan pemerolehan pengetahuan?
Contoh epistemologi tentang kursi. Pertanyaannya epistomologinya adalah, bagaimana kita bisa tahu bahwa benda tersebut adalah kursi? Dengan dan berdasarkan hal apa kita bisa memiliki pemikiran dan anggapan bahwa itu benar-benar sebuah kursi? Awal mula tentu kita memiliki pengetahuan dan menangkap keberadaan tentang kursi melalui pancaindra kita setelah itu mulai dilakukan analisis yang dilakukan akal kita. Akal kemudian mengkategorikannya menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang membahas tentang kursi.
Axiology (Aksiologi)
Axios = nilai, sesuai, wajar; logos = ilmu. Aksiologi adalah studi tentang nilai atau, lebih tepatnya, teori tentang hakikat nilai. Sederhananya, aksiologi adalah apa yang baik (atau buruk) dalam hidup dan apa yang menurut kita layak. Aksiologi menggabungkan etika (teori tentang moralitas) dan estetika (teori tentang rasa dan keindahan), serta bentuk nilai lainnya. Menanyakan apa yang 'seharusnya' merupakan kegiatan aksiologis. Misalnya, apa yang membuat seorang termasuk peneliti yang baik/ layak (misalnya, tidak memihak, ingin tahu; peduli; rajin, dll); dan apa yang membuat sains menjadi berharga/ layak (misalnya, korelasional, kausal, berpusat pada masalah, berpusat pada hipotesis, eksperimental, terapan, privat, publik, dll).
Contoh aksiologi tentang meja. Pertanyaan aksiologinya adalah, apakah meja memiliki manfaat atau berbahaya bagi kehidupan manusia apabila didasarkan pada pengetahuan yang ada tentang meja saat ini?
0 notes
admherlambang · 4 years ago
Text
Encyclopedia, Handbook, and Dictionary
Encyclopedias and handbooks will provide:
A broad overview of your topic
Sub-topics and related issues
Controversies and criticism
Key thinkers or researchers in the area
References, recommended articles, and links to further reading
Dictionaries will offer a definition of your term and related terms that will be important as you develop your search strategy.
0 notes
admherlambang · 4 years ago
Text
Kidung Rumekso ing Wengi
"Ana kidung rumekso ing wengi"
Ada kidung rumekso ing wengi
"Teguh hayu luputa ing lara"
Yang menjadikan kuat selamat terbebas dari semua penyakit
"luputa bilahi kabeh"
Terbebas dari segala petaka
"jim setan datan purun"
jin dan setanpun tidak mau
"paneluhan tan ana wani"
Segala jenis sihir tidak berani
"niwah panggawe ala"
Apalagi perbuatan jahat
"gunaning wong luput"
guna-guna tersingkir
"geni atemahan tirta"
Api menjadi air "
"maling adoh tan ana ngarah ing mami"
Pencuripun menjauh dariku
"guna duduk pan sirno"
 Segala bahaya akan lenyap
"Sakehing lara pan samya bali"
Semua penyakit pulang ketempat asalnya
 "Sakeh ngama pan sami mirudo Welas asih pandulune"
Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih
"Sakehing braja luput Kadi kapuk tibaning wesi"
Semua senjata tidak mengena. Bagaikan kapuk jatuh dibesi
"Sakehing wisa tawa"
Segenap racun menjadi tawar
 "Sato galak tutut"
Binatang buas menjadi jinak
"Kayu aeng lemah sangar"
Pohon ajaib, tanah angker
 "Songing landhak guwaning  Wong lemah miring"
lubang landak, gua orang, tanah miring"
"Myang pakiponing merak"
Dan sarang merak
 "Pagupakaning warak sakalir"
Kandangnya semua badak
 "Nadyan arca myang segara asat"
Meski batu dan laut mengering
"Temahan rahayu kabeh"
Pada akhirnya semua slamat
 "Apan sarira ayu Ingideran kang widadari"
Sebab badannya selamat dikelilingi oleh bidadari
 "Rineksa malaekat Lan sagung pra rasul Pinayungan ing Hyang Suksma"
yang dijaga oleh malaikat, dan semua rasul dalam lindungan Tuhan
 "Ati Adam utekku baginda Esis"
Hatiku Adam dan otakku nabi Sis"
"Pangucapku ya Musa"
Ucapanku adalah nabi Musa
"Napasku nabi Ngisa linuwih"
Nafasku nabi Isa yang teramat mulia
"Nabi Yakup pamiryarsaningwang"
Nabi Yakup pendenganranku
"Dawud suwaraku"
Nabi Daud menjadi suaraku
"mangke Nabi brahim nyawaku"
Nabi Ibrahim sebagai nyawaku
"Nabi Sleman kasekten mami"
Nabi sulaiman menjadi kesaktianku
"Nabi Yusuf rupeng wang"
Nabi Yusuf menjadi rupaku
 "Edris ing rambotku"
Nabi Idris menjadi rambutku
 "Baginda Ngali kuliting wang"
Ali sebagai kulitku
"Abu bakar getih"
Abubakar darahku
"daging Ngumar singgih"
dan Umar dagingku
"Balung baginda ngusman"
Sedangkan Usman sebagai tulangku
"Sumsumingsun Patimah linuwih"
Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia
 "Siti aminah bayuning angga"
Siti aminah sebagai kekuatan badanku
"Ayup ing ususku mangke"
Nanti nabi Ayub ada didalam ususku
"Nabi Nuh ing jejantung"
Nabi Nuh didalam jantungku
"Nabi Yunus ing otot mami"
Nabi Yunus didalam otakku
"Netraku ya Muhamad"
Mataku ialah Nabi Muhamad
"Pamuluku Rasul Pinayungan Adam Kawa"
Air mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa
"Sampun pepak sakathahe para nabi"
Maka lengkaplah semua para rasul
"Dadya sarira tunggal"
yang menjadi satu badan
0 notes
admherlambang · 5 years ago
Text
Technology infusion and diffusion
Technology diffusion is a measure of how widely technology is spread throughout an organization.
Technology infusion, on the other hand, is the extent to which technology permeates an area or department. In other words, it is a measure of how deeply embedded technology is in an area of the organization.

0 notes
admherlambang · 5 years ago
Text
Tumblr media
Cloud Computing Service Types
0 notes
admherlambang · 5 years ago
Text
High-Stakes Test dan Low-Stakes Test
High-stakes test (tes dengan risiko/dampak tinggi) pada umumnya adalah tes yang digunakan untuk membuat keputusan penting tentang kondisi siswa, guru, sekolah, atau pemerintahan. Pada dasarnya untuk mengecek akuntabilitas tujuan-tujuan program pendidikan atau pemerintahan. Tes tersebut bisa mengungkap apakah program pemerintah dan instansi pendidikan benar-benar bisa menjamin bahwa siswa belajar di sekolah yang efektif dan juga diajar oleh guru yang efektif. Secara umum, "high-stakes" berarti nilai yang dihasilkan dari tes digunakan untuk menentukan hukuman (punishment), seperti sanksi, penalti, pengurangan dana, publisitas negatif; penghargaan (accoldes), seperti hadiah, perayaan publik, publikasi positif; peningkatan (advancement), seperti kenaikan pangkat atau kelulusan untuk siswa; atau kompensasi (compensation), seperti kenaikan gaji atau bonus untuk administrator dan guru. Pada konteks pembelajaran, high-stakes test menghasilkan skor yang digunakan untuk menentukan nilai akhir siswa.
Low-stakes test (tes dengan risiko/dampak rendah) dapat digunakan untuk mengukur prestasi akademik, mengidentifikasi masalah pembelajaran, atau menginformasikan penyesuaian pembelajaran. Yang membedakan antara high-stakes test dan low-stakes test  bukanlah bentuknya (bagaimana tes ini dirancang) tetapi fungsinya (bagaimana hasilnya digunakan). Misalnya, jika hasil tes digunakan untuk menentukan hasil yang penting, seperti apakah seorang siswa bisa dinyatakan lulus atau tidak, maka tes tersebut termasuk high-stakes test terlepas dari apakah bentuknya berupa ujian pilihan ganda, ujian lisan, atau ujian esai. Low-stakes test umumnya tidak membawa konsekuensi yang signifikan atau atau tidak mempengaruhi citra publik. Hasilnya hanya sebagai umpan balik atau informasi tambahan bagi  guru atau siswa di dalam sebuah proses/kegiatan pembelajaran. Nilai yang dihasilkan oleh low-stakes test tidak digunakan untuk mennentukan kelulusan siswa dalam menempuh suatu materi pelajaran ataupun penyelesaian suatu jenjang pendidikan dan tidak berpengaruh sama sekali terhadap citra publik guru, sekolah, ataupun pemerintah.  Pada konteks pembelajaran, high-stakes test menghasilkan skor yang tidak digunakan untuk menentukan nilai akhir siswa. Dua contoh low-stakes test, misalnya penggunaan Clickers di kelas, dan kuis dimana siswa dapat berulang kali mengambil kuis pada topik tertentu sampai mereka merasa menguasai materi. 
Sejumlah besar bukti dari riset dalam ilmu kognitif, psikologi, ekonomi, fisika, kimia, matematika, dan banyak disiplin ilmu lain membuktikan bahwa siswa belajar paling efektif ketika sering diberi kesempatan untuk mengingat (recall) dan berusaha menerapkan (apply) pengetahuan yang telah mereka peroleh. Roediger (2013) menyatakan secara ringkas bahwa proses belajar siswa semakin efektif bila siswa diberi banyak latihan terus menerus, bisa dalam bentuk penugasan maupun bentuk lain yang sifatnya bersambung (kontinu) dari awal hingga akhir proses pembelajaran.
Ken Bain (2004) menerangkan bahwa guru yang baik selalu mencari cara untuk membantu siswanya mengalami proses belajar, karena mereka percaya bahwa siswa-siswanya pasti memiliki kapabilitas untuk melakukan belajar. Guru selalu berusaha mencari cara untuk mendorong siswanya supaya mau berpikir kritis/ mendalam (critical thinking atau thinking aloud) dengan tetap mempertimbangkan iklim belajar yang menyenangkan bagi siswa-siswanya (tanpa ada ancaman secara psikologis, nonthreatening atmosphere). Guru yang baik selalu mencari cara agar siswa berkesempatan menggunakan kapabilitas berpikir siswa tanpa ada ke khawatiran pada diri siswa bahwa apa yang mereka lakukan dengan pikiran mereka itu dinilai salah bila hasil yang mereka tunjukkan kurang maksimal. Sehingga, siswa selalu dibuat nyaman dalam proses pembelajaran untuk mencoba,  membuat kesalahan, menerima umpan balik tentang upaya mereka, dan mencoba lagi sebelum menghadapi high-stakes test dalam bentuk apa pun.
Aspek dasar dari low-stakes test adalah selama proses pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk mencoba, membuat kesalahan, dan sebagai penguatan proses belajar guru boleh memberi hukuman kecil (little penalty) kepada siswa tanpa diniatkan untuk membuat siswa jera atau menurunkan motivasi belajarnya bila siswa membuat suatu kesalahan dalam proses belajarnya. Sebagai analogi, bisa dibayangkan bagaimana guru melatih keterampilan olahraga kepada siswanya. Guru dan siswa tidak menghabiskan  waktu hanya sekedar duduk di ruang kelas dan siswa hanya mendengarkan ceramah tentang cara  berolahraga. Namun, guru meminta siswa mempraktikkan keterampilan tertentu, siswa pun sangat boleh membuat kesalahan sebagai konsekuensi proses belajar, dan guru memberi  umpan balik ke siswa tentang bagaimana cara siswa untuk memperbaiki kesalahan tersebut sehingga siswa menjadi terampil berolahraga.
Referensi:
https://www.edglossary.org/high-stakes-testing/
https://www.oswego.edu/celt/low-stakes-testing
Bain, Ken (2004). What the Best College Professors Do. Cambridge: Harvard University Press.
Roediger III, Henry L. (2013). "Applying Cognitive Psychology to Education: Translational Educational Science" Psychological Science in the Public Interest. 14(1) 1-3
0 notes
admherlambang · 5 years ago
Text
Abstrak Artikel Ilmiah
Permintaan Abstrak dari penerbit Emerald bisa dijadikan contoh. Selain batas jumlah kata yang berkisar antara 200-300 kata (berbeda dengan 'Ringkasan' Disertasi), Emerald meminta ada poin-poin berikut tercantum pada Abstrak naskah Anda.
1. Purpose. Alias Tujuan. Simpelnya, tujuan Anda menulis naskah ini. Kalau penelitian, apa tujuan penelitian Anda itu? Untuk mengetahui apa? Panjang bagian ini cukup 1 kalimat. Kalaupun meluber, batasilah jadi 2 kalimat saja.
2. Desain studi/metodologi/pendekatan. Sampaikan 1-2 kalimat metode penelitian, sampel/informan, teknik pengambilan data yang perlu diketahui editor.
3. Temuan. Sampaikan hasil-hasil penting dari penelitian Anda. Berupa kalimat. Apakah hipotesis Anda didukung, atau tidak didukung? Sampaikan.
4. Orisinalitas/Nilai manfaat. Sampaikan nilai manfaat dari penelitian Anda ini kepada pembaca. Atau buktikan bahwa penelitian Anda bernilai orisinil dibanding penelitian lain bertema serupa.
Selain 4 di atas, Emerald juga menganjurkan untuk menambah dengan 3 poin berikut. Tapi tidak mewajibkan.
1. Batasan penelitian
2. Implikasi praktis, dari hasil penelitian Anda
3. Implikasi sosial, apakah penelitian Anda berpotensi mengubah suatu susunan kehidupan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu.
Memang, tidak semua jurnal meminta secara khusus susunan Abstrak sebagaimana standar Emerald. Tapi tak ada salahnya kita gunakan standar Emerald itu sebagai model.
1 note · View note