aii18
aii18
Aaiii
6 posts
AU TIME !!
Don't wanna be here? Send us removal request.
aii18 · 4 years ago
Text
38
Seminggu sudah Clarisa menjadi seperi mahasiswa kupu-kupu, yang biasanya menemani Harsa latihan atau setelah ngampus dia akan bertemu dengan kun , tapi Clarisa memilih untuk pulang dan tidur.
Hari ini, hari dimana event kampus dilaksanakan, Clarisa memilih pakaian simpek untuk digunakan karena proposal yang dibaca tertulis acara akan sampai malam.
Proposa untuk apa? Iya clarisa yang mensponsori acara kampus dan setengah anggaran acara.
Clarisa memilih menggunakan pakaian simpel, kaos putih dengan jeans hitam serta jaket coklat dan sepatu boots hitam untuk melengkapi pakaiannya. Setelah siap Clarisa keluar dari kamar dan turun kebawah untuk sarapan, Ngga tau masih bisa dibilang sarapan atau tidak karena jarum pendek sudah menunjukan pukul 11. Setelah selesai dengan “sarapannya” Clarisa berjalan menuju garasi mobil rumahnya untuk mengganti mobilnya dengan buggati hitamnya. 
Buggati hitam melaju membelah jalan raya, Clarisa membawa mobil dengan kecepatan standar. Hanya membutuhkan 30 menit untuk sampai kampusnya kemudian memarkirkan mobilnya disamping tesla hitam yang sudah dihapal milik mantan boss nya. Setelah memastikan semua tidak ada yang tertinggal, Clarisa keluar dari mobil dan berjalan menuju cafetaria kampus untuk memasan kopi sembari menunggu kedua sahabatnya,
“Selamat datang” ucap barista di caffe shop.
Kemudian Clarisa berjalan dan langsung memesan satu gelas Americano. Selesai membayar dan menerima kopi nya, ia mencari meja dekat jendela agar kedua sahabatnya dapat melihatnya. Sembari menunggu Clarisa membuka akun sosial medianya dan membaca beberapa berita.
Pintu caffe tersebut terbuka menarik perhatian Clarisa untuk melihat dan kemudian menyesal untuk melihatnya karena yang datang ialah mantan boss nya. Harsa. Orang yang seminggu tidak ada kabarm hanya jika bertemu sekedar sapa. Clarisa melihat pergerakan Harsa dari yang memesan minuman hingga berjalan menuju mejanya.
“Hai” sapanya
“Hai” balas clarisa.
“Apa kabar?” tanya harsa.
“baik, lo sendiri ka?” tanya balik clarisa.]
“Not bad hehe, karena lo ada disini gue mau nanya?”
“tanya apa?”
“Renjun saudara lo?”
Kok dibahas lagi sih - batik clarisa
“m-mmh itu, emang lo tau nya gue siapa renjun?
“pacar? ngga yakin sih” ucap ragu harsa sambil menatap kedua mata clarisa,
“renjun sepupu gue, emang kenapa?”
Raut wajah yang tadinya gelap kembali cerah seperti biasa.”Beneran?” tanyanya sekali lagi.
“iya, emang kenapa si?”
“gapapa, kalau gitu gue duluan mau nyusul anak-anak. Bye thanks buat kepastiannya” ucapnya sebelum keluar dari caffe shop
Setelah pertemuan tidak sengaja tadi, tidak berlangsung lama kedua sahabatnya datang dan segera memesan minumannya. Berbincang sebentar sebelum menuju tempat event nya. Sebelum berangkat Clarisa bertemu dengan ketua pelaksanaan event untuk menanyakan anggaran yang di berikan cukup. Begitu selesai memastikan kemudian berjalan menuju parkiran untuk mengambil mobil dan menuju event. Dua Buggati hitam dan satu buggati putih keluar dari perkarangan kampus. Ketiga mobil tersebut menarik perhatian orang yang masuk atau keluar kampus sampai di jalan raya pun ketiga mobil yang berbaris memanjang sepanjang jalan menarik atensi penggguna jalan yang lain.
Satu jam lebih perjalanan yang ditempuh untuk sampai di event kampus. Setelah sampai, ketiga mobil tersebut mencari parkiran yang cukup untuk mobilnya. Selesai sudah memarkirkan mobilnya mereka bertiga keluar dengan menggunakan jaket yang sama. Tapi tenang ini tidak janjian memang kebetulan.
Mereka bertiga berjalan menuju lapangan luas yang teradapat panggung di tengahnya. Sekeliling teradapat berbagai macam jajan.
---
Acara dimulai pukul tiga sore dan berjalan lancar, hingga tiba waktunya harsa dan yang lainnya tampil saat senja menampakan diri. Mereka membawakan lagu Kangen - Dewa 19.
Clarisa bersama Jelita dan Lamira serta teman kampusnya yang lain berdiri tidak jauh dari pagar pembatas antara panggung dengan penonton. Setidaknya Harsa masih bisa melihatnya berdiri. Kebetulan orang sekeliling Clarisa kakak ataupun saudaranya. Ka Tama dengan Ka Jayen yang dipastikan bolos ngampus buat dateng ke event, Jevano dengan Renjun nungkin abis project bareng, dan yang lainnya. 
Selesai sudah lagu yang dibawakan oleh band kampusnya, menyapa penonton sampai akhirnya satu lampu tersorot ke arah Clarisa. Ia sedikit membungkuk karena silaunya cahaya setelah merasa bisa menyamakan cahayanya, Clarisa kembali menatap kedepan dan semua orang menatapnya. Clarisa melihat harsa sedang memegang mic dan..
“Hai, apa kabar? Udah seminggu ngga ada kabar, udah seminggu juga lo ngga nemenin gue latihan, rasanya beda biasanya bakal ada satu kata yang selalu lo ucapin kalau gue lagi latihan. Ca, pertama kali gue dateng ke rumah lo dengan niatan jemput lo gue udah pede banget lo bakal jadi milik gue tapi pas om jae bilang lo punya pacar disitu harapan gue pupus. Ngga ada harapan buat milikin lo, tapi karena gue ngga nyerah gue tanya ka jevan jawabannya ngga seratus persen gue yakin sampai tadi siang gue ketemu lo, gue memberanikan diri buat langsung nanya ke lo dan jawaban lo ngebuat harapan gue balik. Lo tau ngga pertama kali lo jadi asisten gue, gue udah jatuh ke pesona lo. I like you presonality. Clarisa Thatiana bukan maksud gue Clarisa Jung will you be my girlfriend?”
“TERIMA! TERIMA! TERIMA! TERIMA!” 
Sorakan demi sorakan terdengar sangat jelas, sahabatnya serta kakaknya sendiri hanya melihatnya sambil tersenyum. Clarisa menatap Jayendra untuk mengkodekan agar diizinkan memilik pasangan begitupun clarisa menatap Tama. Mereka berdua hanya tersenyum dengan anggukan kecil.
“Yes i will”
The end......
---
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
“CLARAA BANGUNNNNN!!!!!!!!!!!”
“CLARRR BANGUNNN! KERJA BEGOOOO!!!!!!!”
“YES I WILL!” 
“BANGUNN BEGOO KERJAAA!!!!”
0 notes
aii18 · 4 years ago
Text
𝑱𝒖𝒎'𝒂𝒕 — 𝑫𝒆𝒏𝒂𝒏𝒅𝒓𝒂 𝑩𝒊𝒓𝒕𝒉𝒅𝒂𝒚
Siang ini Ai memiliki kelas hingga pukul 3 sore setelah itu ia bakalan langsung pergi ke studio untuk melakukan siaran. Hanya seperti kelas hari biasanya tidak ada yang special, mungkin hari ini akan flat untuk ai.
Kelas selesai dan ai keluar dari kelasnya berjalan menuju gedung kesenian yang cukup jauh tapi ia memilih untuk berjalan kaki ditemani dengan earphone berwarna putihnya. Berguman untuk menemani kesunyian jalan. Setelah sampai di gedung kesenian, ai memilih untuk pergi ke caffe di lobby sejenak dan memesan satu gelas ice americano. Setelah selesai ai melanjutkan perjalanannya menuju lantai empat menggunakan lift.
'Ting'
Begitu lift terbuka ai melangkah kan kakinya menuju studio siaran, sesekali menyeruput minumannya.
"Soreeee" sapa ai begitu membuka pintu studio.
"Sore!" sapa ale.
Lalu ai mendudukan dirinya di sofa bersebelahan dengan ale yang sedang merapihkan materi untuk siaran nanti. Ai meletakan tasnya di meja dan menyenderkan kepalanya di kepala sofa sembari memejamkan matanya sejenak.
"Hari ini materinya apa le ?" tanya ai.
"Love? Appreciate? Gitu deh ngga jauh jauh dari kehidupan, tadi gue mau pilih tentang seksualitas tapi kayaknya nanti aja" jawab ale.
Setelah merapikan materi tersebut ale langsung meletakkan di depan ai dan menoleh,
"Wihh tumben rapih banget hari ini, mau kemana?" tanyanya.
"Huh? Ohh ada acara nanti"
"oohh"
"Btw karina sama renan belum dateng?" tanya ai. Karena di studio ini baru ada ai, ale dan ka senja.
"Sebentar lagi mun—
"SOREE!!!" ucapan ale terputus saat suara menggelar dari perempuan berambut panjang datang tiba-tiba.
"BERISIK INI BUKAN KEBUN BINATANG!" kata ale sambil melemparkan kertas yang sudah di bulatkan.
"hehe"
Sembari menunggu Renan dan Karina yang sedang menyiapkan studio, ai memilih untuk membaca materinya dan beberapa ucapan ulang tahun untuk ketua BEM mereka. Tepat pukul 03.45 renan datang dengan muka sedikit lesu nya, mungkin cape abis kelas pikir ai. Kemudian Ai dan Renan berjalan menuju studio dan meletakan coffe serta mater yang sudah disiapkan. Lalu menggunakan microphone serta mengatur beberapa tombol untuk melancarkan siarannya nanti.
"btw i, lo udah dapet untuk new opening siaran?" tanya renan.
"Udah si, gue mau nyoba di hari ini. Gapapa kan?"
"ohh, it's okey. Gue liatin lo dulu ya anggep aja gue anak baru hahaha"
"sip"
Sembari menunggu sesekali ai mengecek handphone nya untuk melihat jam. Begitu terus sampai Karina mengaba-aba untuk memulai siaran.
5
4
3
2
1
"97,5 Neo Radio. From you, with you and for you. Hai Neors! Selamat sore untuk Neors dimanapun kalian berada. Seperti biasa dijam dan hari yang sama Ai akan temani Neors semua di acara kesayangan kita! Semuanya bebas, dan lepas!"
"Seperti biasa di Siaran! Neors boleh request lagu, kirim salam, request lagu pake salam dan apapun disini bebas! Dan selama satu jam kedepan Ai ngga sendirian buat nemenin Neors di sore hari ini seperti biasa kita ditemani Ren hari ini!"
"Ai, sambil nunggu Neors kirim salam dan request lagu, mendingan kita puterin rekomendasi lagu dari kita berdua buat sore hari ini. Gimana setuju ngga?" sahut Ren sambil mulai menekan lagu yang sudah tersedia di daftar siar mereka.
"Setuju ajalah gue Ren! Oke deh, ini dia lagu rekomendasi dari kita berdua. Stay tuned." tambah Ai dan langsung mematikkan microphone miliknya dan juga Ren. Ren menaikkan volume lagu yang ada di playlist mereka dan terdengarlah lagu Pelukku Untuk Pelikmu karya Fiersa Besari mengalun indah memenuhi studio siaran itu.
"WAHH GOKIL!! INI KEK BUKAN NEO RADIO BANGET!!" ucap Renan setengah histeris.
"Hahahah... Btw tadi lo juga nyautnya bagus banget sih asli"
"Naluri anjir gue kek yaudah gue ikut alur lo aja"
"Habis ini kita bahas materi, terus jeda istirahat dan masuk ke ucapan abis itu masuk satu lagu lagi baru qna ya." ucap Ren.
"Okey"
---- 𝑂𝑡ℎ𝑒𝑟 𝑆𝑖𝑑𝑒
Denan dan Jevano sedang berada di ruangan BEM untuk merapihkan beberapa berkas serta berbincang sedikit untuk permasalahan event mereka nanti.
"Wihh udah jam empat lewat berarti radio harusnya udah mulai" ucap jevano setelah mengecek handphonenya.
Tanpa basa basi jevano kemudian menyambung ke saluran radio milik kampus dan mendengarkannya seksama.
"Tumben opening nya beda?" tanya denan.
"gatau, mereka mau nyoba hal baru kali" kata jevan sambil membaca kertas putih penuh dengan deretan kata.
Denan cuek tapi telingannya tetap mendengarkan ucapan serta musik dari radio milik kampusnya.
-----
"Okey! Wah udah ngga kerasa ya waktu kita udah mau sesi qna nih, tapi hari ini special karena Ai hanya menjawab 2 pertanyaan sisanya ada kejutan. Apa tuh kira-kira? Ada yang bisa nebak ngga nihh? Apa ya kira-kira i? " ucap renan.
"Apa ya? Tepat banget gue bakalan bacain surat surat ulang tahun untuk ketua BEM kita nih. Surat siapa ya yang bakal beruntung untuk kita bacain? Oke kita mulai dari yang pertama ya." Sambung Ai.
Surat demi surat dibacakan hingga surat special dari sahabat Ketua BEM hingga masuk sesi menjawab pertanyaan dari para Neors.
" Wahh gimana nih? Dari siapaa aja ya surat yang gue baca tadi, dan buat Ka Denandra Happy Birthday wish you all the best and May you stay healthy always!! Okey udah ada dua pertanyaan nih yang bakal gue jawab, apa aja Ren? " tanya ai.
"Okey yang pertama," Ai menurut lo hubungan tuh kayak apa si?" wahh apa nih jawabannya" ucap renan.
"Hubungan? Hubungan percintaan? Menurut gue hubungan percintaan itu hubungan yang dimana kedua belah pihak setuju untuk membangun tali diantara mereka, dimana lo siap atas konsekuensi yang akan kalian terima. Di dalam hubungan itu ada beberapa hal yang perlu kalian utamakan demi kelancaran hubungan itu, yang pertama komunikasi ini rata-rata semua orang yang berpacaran pasti tau lah ya. Komunikasi ini penting banget karena tanpa komunikasi yang jelas itu akan mengakibatkan retaknya hubungan kalian bakal ada tuh yang namanya curiga sama pasangan sendiri. Kedua jangan over protective, karena ketika kalian sudah memutuskan untuk berpacaran bukan berarti 100% pacar kalian itu milik kalian, dibawa santai aja. Pasangan kalian yang memang ditakdirkan untuk kalian hatinya akan menjaga perasaan itu, memang ada kalanya terombang ambing tapi dengan komunikasi yang baik, perhatian yang cukup itu bisa mempertahankan hubungan kalin, okey?? Pertanyaan terakhir apa nih Ren?"
"Terakhir, "Ai, gimana cara lo tanggepin hinaan atau beberapa kata sindiran dari orang lain? Karena gue selalu dapet sindiran terus menerus" agak berat ya, gimana ai? "
"Ketika seseorang menghinamu, itu adalah pujian bahwa selama ini mereka menghabiskan banyak waktu untuk memikirkanmu, bahkan ketika kamu tidak memikirkan mereka." jawab Ai.
"Wahh, nah buat yang sering sindir menyindir mending udahan deh mending gunain waktu kaian buat tidur." ucap renan.
"Okey Neors! Ngga kerasa waktu kita udah habis untuk menemani hari kalian. Sebelum itu kita punya kabar baik bahwa Neo Radio akan ada tiga kali siaran tepatnya di jam 9 sampai 11 pagi dilanjut jam 2 sampai 4 sore dan jam 8 sampai 11 malam. Sampai jumpa di minggu selanjutnya, have a nice day dan sampai jumpa. Selamat menikmati lagu terakhir sebelum kita berpisah. 97,5 Neo Radio. From you, with you and for you."
Setelah ucapan perpisahan Ai dan Renan melepaskan microphone dan menyusun kembali kertas yang berserakan di meja. Setelah terasa rapih mereka berjalan keluar dari studios dengan muka yang sedikit melelahkan.
"Congrats! Wahh gokil tadi pembukaannya beda banget! " ucap ale.
"i like it, opening nya jadi lebih fresh" ucap seorang laki-laki dengan jaket hitam dengan kaos putih didalamnha serta jeans hitam dan sepatu kets putih.
Renan yang menyadari ada orang lain di dalan studionya lalu menolehkan dan mencari orang tersebut.
"Ka Nael?!"
"Oh, halo Ren. Apa kabar?" ucapnya sembari membalikan badannya menghadap Renan.
"Baik, tumben kesini tadi bukannya ka Senja ya?" bingung. Karena saat siaran dimulai yang koordinasi itu ka Senja bukan ka Nael
"Kenapa? Ngga seneng banget kamu kayak. Lagian minggu depan kamu bakal sering ketemu kakak."
"b aja si. Yaudah renan mau rapih rapih mau balik cape, dan oh Ai !" panggil renan.
Ai yang merasa namanya dipanggil lantas menoleh dan memberi gestur tubuh seolah berbicara "kenapa?"
"Ini kenalin namanya Ka Nael, ka ini Ai tandem Renan" ucap renan.
Ai lalu mengakihkan pandangan matanya menuju orang yang dipanggil Nael, kemudia tersenyum dan mengenalkan diri begitu juga sebaliknya. Setelah cukup ai kembali membereskan tas dan membuka handphonenya untuk memesan ojek online menuju caffe jayendra.
Setelah berpamitan ai turun ke bawah dan berjalan kedepan gerbang fakultas kesenian sambil menunggu ojek online pesanannya.
---
"Den ayo gece" ucap jevano sambil memasukan beberapa kertas kedalam tasnya.
"Sabar, lo buru-buru banget si jadi orang" jawab denan.
"Nanti yang lain udah nunggu, lo si segala ada rapat dadakan udah tau jumat kita free" dumel Jevano.
"Berisik"
Setelah membereskan berkas dan yang lainnya Denan dan Jevano keluar dari ruangan BEM jangan lupa untuk mengunci pintu tersebut, setekah sudah mereja berjalan menuju parkiran mobil. Tidak ada yang berbicara selama perjalanan, Denan yang memilih untuk memejamkan matanya sejenak dan Jevano yan fokus menyetir.
Sesampainya di caffe jayendra, penampakan yang mereka lihat pertama adalah ramai. Lalu mereka keluar dari mobil dan membuka pintu caffe yang terlihat tulisan open, semenjak mereka menginjakan kakinya di caffe itu banyak pasang mata yang memperhatikan mereka entah itu perempuan atau laki-laki. Mereka berjalan menuju meja kasir sekaligus tempat penyajian lalu memanggil salah satu karyawan tersebut dan..
"Permisi" ucap jevano.
"Seben—
Loh Ka jevan? Ada ka Dena juga. Halo ka" ucapnya.
"Lah Ai?! Lo ngapain disini kenapa ngga dimeja tempat janjian?" penasaran jevan.
"hehe kerja part time ka, kalian nyariin ka jayen?" tanya ai.
"sejak kapan lo part time gini ?" tanya denan.
"udah sebulan? Mungkin ngga terlalu inget si ka, bentar ya dipanggil dulu ka jayen nya" jawab ai, kemudia dia keluar dan berjalan menuju satu ruangan didekat dengan tempat pelayanan tadi, lalu mengetuk pintu berwarna coklat itu dan masuk kedalam. Tidak membutuhkan waktu lama sosok Jayendra keluar dan Ai yang berada dibelakang nya.
Jayendra berjalan menghampiri kedua sahabatnya dan mengajak untuk ke meja yang sudahh disiapkan untuk acara denan hari ini.
Tak berselang lama Harsa dan yang lainnya datang serta kedua sahabat Ai. Sama seperti Jevano dan Denandra, kedua sahabatnya serta Harsa kaget melihat Ai bekerja disini. Lalu ai mengarahkan mereka ke meja yang sudah diisi oleh Jayen, Denan dan Jevan. Kemudian kembali lagi untuk membuat beberapa menu sembari menemani acara mereka nanti.
Setelah semua sudah siap, Ai melepaskan apron berwarna hijau tua dengan tali coklat dan meletakan di laci nya, kemudian mengantarkan menu ke meja itu serta gabung bersama mereka.
Seperti biasa ngga afdol kalau mereka ngga heboh, kayak
"Wihh makanan gratis, gue boleh nambah lagi ngga?" tanya ajay.
"bego, tau diri lah dodol lo mah gratisan mulu yang dipikirin" jawab jamal.
"biarin si selagi ada yang gratis ya ga?" jawab ajay yang ngga mau kalah.
"ngga usah ribut si, nanti kalau kurang bisa pesen lagi" ucap Jayendra.
"caffe lo bagus ka, interior nya juga ngga begitu rame" ucap jelita.
"thanks jel, ini kaka gue yang nge desain" jawab jayendra.
"kayaknya kopi lo bakal jadi favorite gue disini ka" kata Lamira.
"Oh! Itu menu baru. Semenjak Ai part time disini ada beberapa menu baru usulan dia, contohnya kopi yang lo minum sekarang"
Obrolan demi obrolan mengisi jam mereka, sosok denan yang biasanya tegas, sedikit dingin berbeda ketika bersama sahabatnya begitu juga Jelita dan Lamira yang sudah akrab dengan kating nya. Ai dan Jaya hanya bagian ketawa dari lelucon yang harsa lontarkan dan keabsrud tan yang lainnya.
---
Tidak terasa mereka menghabiskan waktunya sampai pukul setengah dua belas malam, kemudia satu persatu pamit hanya tinggal Ai, Jayendra, Ajay, Jevano, Harsa dan ka Chandra. Lalu mereka berfoto, harusnya bisa full tapi sudah keburu pada pamit jadi sisa mereka aja.
Ai memilih untuk membereskan piring dan gelas mereka dibantu oleh Harsa yang kepo kenapa Ai bisa kerja disini.
Caffe juga sudah tutup sejak pukul 10 dan staf yang bekerja di caffe juga sudah pada pulang, maka Ai yang akan membereskan beberapa yang belum rapih.
"lo kemana aja seharian sa, tumben" tanya ai sambil membuang sisa makanan di piring ke tempat sampah.
"kelas. Hari ini kelas gue lagi padet, tadi gue mau samperin lo biar bareng ke sini tapi pas gue sampe lo nya ngga ada jadi yaudah gue samperin sahabat lo kali aja lo disana terus ngga ada juga yaudah gue langsung aja kesini" penjelasan harsa.
"lo kan punya handphone buat nelfon dodol"
"lupa, terus lo kenapa kerja disini?" tanya Harsa.
"kepengan aja, lumayan nambah uang jajan hehe"
"ada ada aja kelakuan lo, terus lo pulang sama siapa nanti?" tanya lagi.
"ojol mungkin"
"sama gue aja, gue bawa mobil hari ini"
"ngga ah kemaleman bego ntar lo nyampe rumah"
"sans, yok lah gece"
"yaudah sabar ini gue tinggal buang sampah doang"
Setelah percakapan itu ai keluar untuk membuang sampang di belakang caffe dan kembali lagi untuk mencuci tangan. Kemudian membuka lacinya dan mengambil tas serta beberapa barangnya dan pamit ke Jayendra dan katingnya yang lain.
------
Selama diperjalanan hanya radio yang mengisi keheningan mereka, ai memilih rebahan sebentar dan harsa yang fokus ke jalan.
"lo minggu depan free?" tanya harsa.
"free, kenapa?" jawab ai dengan mata yang tertutup.
"jalan yuk, refreshing sekalian cape gue kelas banyak banget minggu ini"
"boleh aja, mau kemana?" tanya ai.
"ke panti mau ngga, panti tempat gue dulu"
"panti?" bingung ai.
"iya, gue pernah bilang sama lo kalau gue punya ade kan. Tapi dia bukan ade kandung gue, gue cuman kakak angkatnya nah panti itu tempat tinggak gue sebelum diangkat sama bokap" jelas harsa.
"panti? Kakak angkat?" - batin ai.
"yaudah tinggal kabarin aja"
----
1 note · View note
aii18 · 4 years ago
Text
— 𝑷𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒊 𝒔𝒊𝒂𝒓𝒂𝒏 ;
“AIIIII” suara cempreng tersebut menggelar di jalan menuju fakultas kesenian. Ai yang merasa namanya dipanggil lantas menoleh kebelakang dan melepaskan satu headset yang terpasang di telinganya.
“kenapa?” tanya ai.
'heran nih orang ada dimana-dimana' – batin ai.
“kok lo malah ke sini, mon maap ya kutil naga fakultas lo ada di ujung tapi ngga ujung-ujung banget si” heran.
“kepo banget si lo uban naga, lagian lo yang ngapain disini heran gue lo ada dimana-dimana sa, lo naruto ya?” tanya ai.
Iya, tadi yang teriak si Harsa.
Sembari jalan menuju gadung kesenian yang masih sepi dan berbincang dengan harsa.
“kalau bisa mah gue mau jadi naruto, tapi ngga ah. Gue keseni mau nyari sarapan hehe” cengirnya.
“emang fakultas lo ngga ada kantin?”
“ada sii, tapi mau nyoba yang lain aja. Eh bentar” tiba-tiba harsa menghentikan langkahnya dan berjalan beberapa langka didepan Ai. Melihat dari atas hingga bawah pakaian yang digunakan Ai.
Harsa melepaskan jaket hitam yang digunakannya dan mengikatnya di pinggang Ai.
“e-eh! Ngapain?” gugup. Jelas.
“naro jaket gue, lagian lo tumben banget si pake rok biasanya hoodie sama jeans atau apa tapi pake celana” omel harsa seperti ibu-ibu tidak dikasih uang belanja. Setelah selesai mengikat jaketnya harsa lanjut berjalan beriringan dengan ai.
“o-oh, ya suasana baru lah. Lagian gue juga jarang banget pake rok” protes ai. Lagian harsa siapa ngomelin dia.
“ya tapi ngga sependek itu juga kutu gajah” balasnya.
“pendek dari mana si” protes ai tidak terima.
Gimana ngga, ai hari ini menggunakan baju turtle warna hitam dipadukan dengan rok kotak-kotak warna orange diatas lutut sedikit serta sepatu bot dengan tinggi 5cm dan beberapa aksesori lainnya jangan lupa rambut yang di kuncir kuda serta menyisakan beberapa anak rambutnya.
Tidak ada balasan dari Harsa, mereka hanya berjalan dengan heningan. Ai cukup beruntung radio NU berada di fakultas kesenian, dimana rata-rata anak kesenian tidak terlalu perduli dengan orang lain. Satu lagi yang membuat beruntung ialah fakultas kesenian mempunyai lift, jadi tidak perlu manaiki anak tangga.
Setelah sampai didepan lift ai memencet tombol ke atas karena radionya berada di lantai 4. Kemudia menoleh kesamping dan masih mendapati harsa dengan handphone genggamnya.
“heh kutu gajah katanya lo mau ke kantin, ngapain masih disini?” tanya ai. Walaupun ai ngga tau letak kantin fakultas ini tapi menurut ai kantinnya ngga mungkin berada di lantai atas.
“mau ikut lo aja deh sekalian ketemu sama renen, udah lama ngga gue palakin”
“JANGAN-JANGAN LO YANG NGASIH NOMOR GUE YA KE RENAN, HAH!” omel ai. Sebenarnya ngga perduli juga kalau harsa yang kasih tapi kalau sehari ngga ngomelin harsa tuh kurang afdol.
“hehe iya” jawab harsa sambil memundurkan langkahnya agar tidak terkena pukulan dari ai.
“ck”
Lift pun terbuka menampaknya beberapa orang yang keluar, setelah itu ai dan harsa baru masuk kedalam kemudian memencet tombol angka empat. Ai bersandar pada dinding lift sembari menghayati lagu dari headset sebelah yang masih menempel pada telingganya.
'NIKI – Lowkey'
'Ting'
Pintu lift terbuka menampilkan lorong lumayan sunyi dan beberapa hasil karya dari fakultas kesenian yang ada di dinding. Berjalan mencari tempat radio tersebut beroperasi.
“Sa, lo tau ada dimana?” tanya ai sambil menengok kanan kiri mencari tempatnya.
“tau, yok” katanya, harsa kemudian belok ke kanandan  memimpin jalan ai yang dibelakangnya hanya mengikuti sambil mengagumi lukisan yang terpajang, tidak sekali dua kali berkata “wow” saking indahnya.
“nih tempatnya” ucapnya. Kemudian harsa membuka pintu bercat hitam dengan kaca itu. Terdapat dua orang disana, satu laki-laki dan satu perempuan dengan rambutnya yang dikuncir kuda.
“ka senja” panggil harsa.
Senja yang merasa namanya tepanggil lantas menoleh kearah pintu dan mendapatkan harsa dan ai.
“oh sa, ngapain kesini?” tanya senja dan melanjutkan aktivitas yang tertunda tadi.
“mau cari renan sekalian, nih” harsa menarik tangan ai agar bisa sejajar dengan dirinya.
“Penyiar baru” lanjut harsa.
Perempuan yang hanya mendengarkan obrolan harsa dan senja akhirnya menoleh untuk melihat seperti apa orang yang selalu dibicarakan lambeh kampusnya sampai serame itu.
'pantes di omongin, auranya bagus' – batin perempuan itu.
Senja melihat perempuan yang berada di samping harasa dari atas hingga bawah. Kemudian mengulurkan tangan kananya.
Ai yang melihat itu bingung harus apa, harsa yang melihat ai tidak membalas jabatan senja kemudian menarik tangganya dan meletakannya di tangan senja.
“e-eh, halo ka” dadakan.
'harsaanj, ngga tau apa tangan gue keringet dingin' – batin ai.
“senja”
“ai”
Sudah setelah itu melepas tauatan tersebut.
“radio dimulai sore, kok lo udah dateng pagi gini?” tanya senja.
“em, itu kemaren pas saya bilang ke renan ketemu besok pagi dia ngga bilang lagi kalau radio nya sore” tutur ai.
“kebiasaan tuh anak, yaudah gapapa. Btw kenalin itu Karina”
“halo”
“hai, semoga betah ya disini” katanya. Ai hanya membalas dengan senyuman.
Setelah perkenalan tadi, ai akhirnya memutuskan untuk bertanya-tanya apa yang harus dilakukan saat siaran nanti dan lain macamnya.
Kantin fakultas kesenian.
Disini ai bersama harsa.
Jam menunjukan pukul 11, sudah mendekati jam makan siang. Keduanya hanya diisi oleh obrolan ringan serta sedikit gibahan tentang kampus dan mahasiswa yang sering membalas cuitan lambeh dan beberapa candaan.
Jaket yang melingkar di pinggang ai dilepas dan diletakan di depan untuk menutupi pahanya ketika duduk.
Dimeja terdapat es jeruk dan mie goreng masing-masing dua. Hanya itu yang menemani obrolan keduanya.
“sa, lo tau caffenya ka jayen ngga?” tanya ai.
“tau, lo mau kesana?”
“iya, bagi alamatnya dong” sambil menyodorkan handphone nya di hadapan harsa.
“ngapain? Nanti bareng gue aja” bingung, ngapain ai ngasih handphone kalau ada harsa.
“ngga ah, ngerepotin lagian sore banget sa. Emang lo masih ada di kampus, nih” kata ai sambil menyodorkan handphone nya kembali.
“masih, nanti tungguin gue aja” katanya sambil melanjutkan makana.
“yaudah, thanks”
15.30
Setelah melihat jam ai memutuskan untuk segera ke lantai empat fakultas kesenian sendiri. Iya sendiri, harsa tadi pamit karena ada kelas. Kemudian berdiri dan melingkarkan kembali jaket milik harsa di pinggangnya.
Headset yang selalu menemani setiap langkah ai dan bersenandung agar tidak terasa sepi saat berjalan.
Sampai sudah ai di depan pintu bercat hitam dengan kaca kemudian mendorongnya pelan, orang yang berada didalam sana mengalihkan atensinya ke pintu yang baru saja terbuka.
“sore” sapa ai.
“sore, lo ai ya?” kata laki-laki yang sedang duduk.
“mm, iya”
“gue renandi, panggil aja renandi yang itu namanya yalendra” orang yang bernama renan menunjuk kepada laki-laki yang sedang duduk di sofa dengan beberapa kerta di genggamannya.
Ai hanya tersenyum kepada orang tersebut.
“lo tadi pagi udah ketemu sama ka senja kan?” tanya renan.
“udah”
“e-eh duduk aja disebelah renan. Lo ren kasian anak orang masa disuruh berdiri” kata karina.
“ehh,sorry yaudah duduk aja”
“lo udah tau kan yang bakal lo kerjain? Untuk beberapa siaran kedepan lo bakal pake skrip yang udah di tentuin sama kita nanti setelah lo terbiasa kita bakal ngasih intinya aja dan lo bakalan berimprovisasi sendiri. Untuk 20 menit sebelum selesai bakal ada pertanyaan dari mahasiswa yang udah dipilih sama karina, ngga usah takut pertanyaanya bakal susah ini bukan ujian jadi santai aja” ucap pajang lebar renan.
“gue siaran sendiri atau gimana?”
“ngga, lo bakal siaran bareng gue tapi gue cuman nambahin beberapa ketika siaran dan nanyain pertanyaannya aja” ucap jelas renan.
“oohh okey”
Paham, tidak terlalu susah saat dijelaskan tetapi gugup yang dirasakannya takut ketika berbicara banyak kata-kata yang salah.
“ayo” ajak renan kedalam ruangan tidak terlalu besar yang terdapat mic dan alat lainnya.
“ini skripnya, santai aja ngga usah panik mahasiswa neo cuman denger suara lo aja. Karina bakal kasih aba-aba lewat tangganya untuk dimulai acaranya, paham?”
“paham”
Ai dan renan menggunakan microphone yang tersambung oleh mic dan melihat aba-aba karina melalui kaca pembatas.
1
“Halo semuanya selamat sore, semoga kalian semua sehat dan tetap bisa beraktivitas seperti biasa. Seperti biasa gue bakalan menemani satu jam kedepan kalian, tapi untuk kali ini gue ngga sendiri seperti yang udah kita umumin melalui twitter. Kita mempunyai broadcaster baru, silakan perkenalkam diri “-renan.
“halo everyone! selamat sore. Perkenalkan gue Ai dari fakultas hukum, hari ini dan kedepannya gue bakal menemani satu jam kedepan kalian. Semoga suara dan materi radio gue bakal menyenangkan”
Gugup yang tadi ai rasakan hilang dengan kepercayaan diri yang meningkat secara perlahan. Tidak terasa waktu sudah habis hanya tersisa untuk menjawab beberapa pertanyaan dari mahasiswa Neo. Lancar. Itu yang ai rasakan, menjawab pertanyaan seputar percintaan, orientasi sampai hal yang sedikit sensitif. Ditutup dengan lancar tanpa hambatan, setelah selesai ai melepaskan microphone dan meletakan kembali di meja begitupun dengan renan.
“lo keren juga, padahal ini hari pertama lo. Suara lo juga enak didenger” ucap renan.
“makasih, ngga kok gue juga masih gugup tadi hehe” kata ai sambil merapihkan kertas yang berceceran di meja.
Kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tempat penyiaran. Yang pertama dilihat ialah orang-orang yang bertanggung jawab atas radio NU.
Karina yang melihat pintu terbuka lantas berdiri dan memamerkan senyum yang manis.
“congrats! Lo lancar banget tadi pertanyaannya juga lo jawab dengan santai padahal beberapa sensitif” puji karina.
“makasih banyak” ai hanya bisa berucap terima kasih dan memamerkan senyumnya.
“GILA!! POWER LO KUAT BANGET SUMPAH!! LIAT DEH ADA 10RIBU ORANG YANG DENGER RADIO KITA!!” heboh yalendra.
“seriusan??!” Renan penasaran. Sebanyak itukah yang denger radio mereka.
Karena selama mereka menjalankan radio paling banyak yang mendengarkannya hanya tiga sampai empat ribu orang.
Semuanya berjalan menuju yalendra yang sedang duduk di sofa dengan laptop yang meampilkan akun-akun yang memberikan kritik saran serta pertanyaan.
Shock.
Semuanya bahkan tidak bisa mengontrol mulut nya yang terbuka lebar. Ai yang melihat itu hanya bisa tersenyum.
“SUMPAH! LO SETERKENAL ITU?! GILA” histeris renan.
Setelah menetralkan kekagetan mereka, masing- masing duduk di meja dan kursinya sendiri. Ai mulai beberes karena harus pergi ke caffenya Jayendra sesuai janji kemarin.
Sebelum pamit,
“ai, gue makasih banget sama lo. Kayaknya gue ngerekrut lo bukan kesalahan.” kata renan.
“sama-sama, gue juga makasih banyak sama kalian. Santai aja, gue masih belajar kok” kata ai, lalu menaruh tote bagnya di tangan sebelah kanan dan membenarkan jaket yang masih mengimat di pinggangnya.
“gue duluan ya, harsa udah nunggu. Gue masih ada janji,duluan semuanya” pamit ai.
“hati-hati, jangan lupa jumat siaran lagi!”
Ai hanya memberikan jempolnya tanpa berbalik.
Sesampainya dibawah, ai meilhat harsa yang bersandar pada pingu pengemudi sambil memainkan handphone nya.
“oi”
“eh! Udahan?” tanya harsa lalu memasukan handphone nya kedalam saku kanan.
“udah, yuk” ajak ai.
“yuk”
Setelah masuk kedalam mobil ai melepaskanya jaketnya dan memberikan kepada harsa.
“nih jaket lo, makasih”
“ngga usah, dipegang aja kalau lo pake rok lagi jangan lupa jaket gue dipake juga”  katanya.
“gue ada jaket kok di kostan, nih gue balikin aja” paksa ai.
Lantas harsa mengambil jaket tersebut dan menaruh di paha ai.
“udah pegang aja ribet banvet si uban naga”
“yaudah, langsung aja udah lumayan sore”
0 notes
aii18 · 4 years ago
Text
—𝙳𝚎𝚋𝚊𝚝 ; 𝚆𝚊𝚛𝚝𝚎𝚐 𝚖𝚋𝚊𝚑 𝚍𝚎𝚜𝚒, 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚜𝚒𝚊𝚗𝚐
Drtt drtt
“halo?” sapa ai.
“lo nanti jam makan siang jadi ketempatnya si harsa harsa itu?”– jelly
“jadi, kenapa? Eh lo pada jadi ikut kan?”
“jadi, nanti kirim alamatnya aja ke grup ya”
“sip, beres”
“yaudah ya gue mau berangkat”
“ati-ati ya”
“hooh, byee”
Jam menunjukan pukul 08.45 sedangkan ai mempunyai kelas jam 10 pagi. Ia melangkahkam kakinya keluar dari kamar dan jangan lupa untuk mengunci pintu kamarnya, selangkah demi selangkah hingga sampai di lantai satu tempat tinggalnya.
“tumben belom rame di dapur” gumamnya.
Ai memutuskan melakngakh ke dapur milik kostnya untuk membuat sarapan, simpel. Hanya nasi goreng dengan telur setengah mateng dan teh hijau kesukaanya. Dimulai dati mengiris bawang hingga memasukan nasi kedalam penggorengan. Hanya butuh 15 menit untuk makanan sederhana yang penting kenyang dan hemat. Setelah itu ia menyeduh teh hijau instant dengan air panas. Setelah selesai semua ai membawa makanan tersebut ke meja makan tidak jauh dati dapur kost-annya.
Berdoa. Jangan lupa sebelum makan.
Hingga akhirnya sesuap nasi bisa masuk kedalam mulutnya dengan tenang tanpa ada drama kesedek. Men scroll Twitter dan mengecek beberapa akun sosial medianya untuk menemani keheningan selama makan.
“pagi ai” sapa ka sena.
“oh, pagi ka sena. Kok tumben belum rapih ka?” tanyanya, orang yang di panggila 'ka sena' itu hanya menggunakan hoodie hijau tua dan celana tidur serta rambutnya yang di ikat asal.
“ada tapi nanti siang” jawabnya sembari mengambil segelas air hangat dan mendudukan dirinya di depan ai.
“oohhhh”
“kamu tumben rapih banget jam segini terus kenapa kamu pake baju kayak gitu?”
Gimana ga bingung ka sena. Ai yang ada dihadapannya menggunakan kemeja putih dengan blazer warna hitam, rok selutut warna hitam, dan falt shoes warna senada dan jangan lupa mukanya yang di make up natural. Biasanya ai ke kampus itu hanya memakai hoodie atau paling rapih kemeja dengan celana jeans dan sepatu converse putih kesayangannya.
“hehe hari ini semua anak FH dari maba sampai kating disuruh pake baju formal gitu, katanya si mau ada debat dadakan kayak simulasi gitu loh kaa, ai juga ga terlalu paham si gimananya” jawab ai sambil menyuap sendok terakhir nasi goreng miliknya, abis itu meneguk habis teh hijaunya tanpa terisisa.
“oohh, sukses deh simulasinya jangan lupa keluarin savege kamu kalau perlu” bisiknya.
“apaan si ka, itu mah bukan savege ka emang ai nya aja yang ceplas ceplos hehe” cengirnya.
“yaudah ya ka, ai mau berangkat dulu udah jam sembilan lewat” pamitnya, sembari membawa piring kotor bekas makanannya dan mengambil tasnya di meja makan.
“HATI-HATI AI” teriak ka sena
Ai hanya mengangkat jempol nya sebagai jawaban tanpa membalikam badannya. Memasang headset dan memutar lagu yang ada di playlistnya guna menemani keheninhan perjalanan menuju kampus.
“tadi kayak bukan ai, sumpah cantik banget”
Sampai sudah dikampus dengan menggunakan ojol dari kost nya. Berjalan menuju gedung fakultas hukum dan menaiki tangga menuju lantai tiga. Setiap langkahnya dapat dipastikan banyak kejulidan untuk dirinya.
“i don't care” – ai.
Kira-kira omongan yang keluar dari kalangan mahasiswa baru hingga kating FH saat melihat dirinya berjalan menuju gedung dan berjalan menaiki tangga menuju lantai tiga,
“eh itu yang namanya ai bukan sih?”
“oh itu yang berani main sama si geng nya denandra”
“biasa aja anjir, pendek lagi masih tinggian gue”
“kok bisa si si geng nya denan main sama si ai ai itu”
“kok dia ga malu si”
“yakin sih gue dia pasti caper doang main sama geng nya denan”
“iya lah siapa si yang ga mau main sama ketua BEM sekaligus temennya, orang julukannya mereka aja udah keren 'NU PUNYA' tiba tiba ada orang asing”
Tak banyak juga yang mengomentari penampilan simpelnya tapi terlihat elegant.
“kok dia bisa cocok si pake rok gitu, gue juga mau”
“dia make up? Tapi tetep keliatan natural”
“rambutnya di gerai bagus banget”
'ahhh kenapa jauh banget si jalannya, lagian orang-orang tuh punya mulut ga pernah di filter banget si' – batin ai, jangan dikira ai menggunakan headset tidak akan mendengar komentar pedes. Tentu aja denger, orang volume nya aja ga sampai setengah. Lagian orang-orang ngomong bistik-bisik kayak pake toa.
Sampai sudah di lantai tiga, ai berjalan menuju aula yang berada di tengah antara dua kelas. Tidak terlalu besar tapi tidak terlalu kecil. Ai mengetuk pintunya lalu mendorong pelan agar tidak menimbulkan kebisingan didalam,lalu menutup pintu berchat putih itu dan melangkah ke kursi yang berada di baris tingkat tiga agar tetap terlihat dan tetap nyaman. Bukan karena ngga rajin cuman nyari tempat yang strategis agar pas dengan tempat penampilan proyektor. Lagi dan lagi banyak mata sinis yang menatapnya, hingga akhirnya sampai ditempat duduknya baru diisi oleh beberapa mahasiswa. Ai meletakan tasnya di atas meja dan mengeluarkan handphone untuk mengecek jam, sesekali menscroll sosial media dan mematikan lagunya.
Hingga satu persatu bangku yang berada di ruangan tersebut terisi, ngomong-ngomong angkatan ai digabung oleh angkatan 18. Ngga heran kenapa 18 karena, kating diangkatan tersebut sudah banyak yang memiliki pengalaman. Hingga...
'puk'
Tepukan di bahunya membuat ai menoleh ke arah kanan, dan..
“eh?” bingung. Dia siapa? Maklum ai belum familiar oleh anak angkatannya dan katingnya.
“hai” sapanya.
“h-halo” gugup, itu yang ai rasakan sekarang. Gimana ngga aura orang tersebut lumayan kuat.
“lo ngga inget gue?” tanya orang itu.
“ha? Siapa ya?” tanya ai, jujur dia ngga tau siapa cowok dihadapannya.
“gue jevano, yang kemaren makan ketoprak bareng lo sama temen-temen gue, inget ga?” tanhanya sambil menaikan satu alisnya.
“ooohhhhhhh ka jevan, inget sih tapi...
Maaf ka, penampilan kakak beda jadi saya ngga inget hehe” cengirannya, biar tidak terlalu kaku menjawab katingnya.
Ya gimana ngga inget coba, Jevano yang ada dihadapannya menggunakan jas biru dongker dengan celana senada, daleman kemeja putih dan sepatu pantofel hitam, jangan lupa rambutnya yang membuat dirinya berkharisma hitam pekat.
'pantesan dipilih jadi waketu BEM orang cakep gini, pasti cewek kampus klepek-klepek lah' – batin ai.
“haha gapapa, btw lo digabung sama angkatan gue?” tanya jevano.
“emm kayaknya sih ka, kaka angkatan 18?”
“Iya, lo 20?”
“iya ka”
“lo ketua angkatan kan?”
“iya, kenapa ya ka?” tanya ai, bingung kenapa tiba-tiba.
“gapapa kok, gue duduk disini ngga masalah kan?”
“ngga ka, itu kan kursi umum jadi bebas” jawa ai.
“thanks”
'kayaknya bakal seru debat kali ini,pas banget gue minta dosen kali ini Mr. Wilson' – batin jevano.
'feeling gue ga enak nih' – ai, sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal.
“eh eh itu si jevan sebelahan sama siapa deh? Kucel banget?”
“gila si ai, bisa bisanya duduk sama waketu BEM” – ghina.
“ai pake pelet apaan dah ampe kating keknya nempel”
Lagi dan lagi, hari ini dipenuhi dengan kejulitan mahasiwa.
Tepat pukul 10 Mr. Wilson memasuki aula tersebut dengan map dan beberapa barang lainnya, melangkah menuju meja yang berada di ujung kanan podium. Muda, padahal umurnya juga udah berkepala lima.
“okey, morning class” sapanya
“morning Mr. Wilson” serempak, kayak paduan suara.g canda.
“how's your day?”
“not bad”
'ini pada di breafing semua apa gimana si kompak banget? Apa emang ikatan batin anak FH?' heran.
“Previously introduce my name Mr. Wilson, do not be surprised with my face because I'm 56 years old”
“Today as already told, we will hold a simulated debate”
'kenapa gue jadi keringet dingin, ini lagi kenapa temen-temen gue keliatannya biasa aja' batinnya, disaat ai lagi mengusap kedua tangannya untuk menenangkan diri. Tapi angkatannya santai seperti tidak terjadi apa-apa.
“Since we have to save time I will immediately point to the first participant, Samuel force of 20 with bella force of 18, please come forward ” ucapnya.
“huh..” lega, itu yang pertama kali dirasakan ai.
“kenapa lo, takut?” tanya jevano tanpa menngalihkan pandang kedepan.
“ya lo pikir aja ka, gue aja ngga tau apa yang didebatin kalau kepilih” bisik ai.
“haha santai aja, lo didepan sana tinggal milih tema aja” ujarnya.
“ga deh ka, gue berharap gue ngga dipilih”
'Hopefully' – Jevano.
Suara demi suara yang dikelurakan oleh Samuel dan ka Bella untuk melangsungkan debatnya, hanya butuh waktu 55 menjt untuk menyelesaikan. Dan ai kembali merasakan ketegangan.
“Okay, since we only have two hours so, I will only choose two pairs after samuel and bella. I choose jevano with who Chairman force of 20?” tanya Mr. Wilson
'mampus' – ai.
“Ai” jawab angkatan 20.
'anj kok beginian lo pada kompak si sat' – ai
“Okay, please go ahead Ai and Jevano and choose what theme you want to debate”
Berdiri, mana barengan.
Melangkah menuju podium dengan Ai didepan dan Jevano mengekor di belakangnya.
'Good, I thought of mr. Wilson will forget' – jevano.
Sesampainya di depan podium ai sekali melirik kesemua mahasiswa yang berada di aula, banyak tatapan yang mereka berikan.
“ngga usah dipikiran, So what theme do you want to choose?” tanya jevano. Ia tau, tatapan dari berbagai teman angkatannya semenjak kejadian di lambeh NU kepada adik tingkatnya ini.
“Corruption in Indonesia”
“sure”
Selesai sudah simulasi debat, Mr. Wilson juga sudah keluar ruangan dan mahasiswa didalam sana sudah mulai keluar satu persatu. Ai mengecek handphone nya untuk mengecek jam nya dan..
Ini udah lewat 20 menit, tau kenapa? Seorang Jevano Suriatmadja selalu mencela dan membantah setiap fakta yang Ai tau dan lontarkan sampai tidak sadar kalau waktu yang di berikan Mr. Wilson sudah melebihi batas. Dan wow.. Banyak notif dari dua sahabatnya dan telfon dari harsa. Ai memberi tau alamat warteg dan menelfon kembali harsa sembari berjalan keluat ruangan, tapi..
“lo jadi ke warteg?” tanya jevano yang mulai menyamai langkah lawan bicaranya.
“jadi, ini lagi telfon balik harsa”
“ooh”
Hening tidak ada yang berbicara sepanjang jalan, setelah ai mematikan sambungan telfon ia hanya menahan kesal sama kakak tingkat nya ini, masih dendam dia.
Sampai di lantai dua, karena sudah tidak tahan ai akhirnya..
“KOK LO NYEBELIN BANGET SI KA?! GUE UDH NGUCAPIN FAKTA KENAPA LO SELALU CELA SIIII ISHHH”
“hehehe tapi yang gue ucapin ada benernya kan, anggep aja latihan i. Masih banyak lagi, ini baru simulasi belom ngambil nilai praktek haha”
“tau ah” ai mempercepat langkahnya menuju taman FH untuk nyamperin harsa dengan mobilnya.
“lo lagi tebar pesona ya?” ucap ai.
“dih ogah, gue mah emang dasarnya cakep makanya banyak yang liat heheh”
“najis, ayo gue udah laper”
“lo ngga minta maaf dulu? Udah telat 20 menit” tanyanya sambil meletakan satu tangan di pintu mobil dan tangan satunya lagi diatap mobil, menghadap pintu penumpang.
“ngga, sana minta maaf sama ka jevan dia yang bikin gue telat. PADAHAL GUE UDAH LAPER”
“hehe yaudah langsung”
Sebelum harsa menyalakan mesin mobilnya, ai ingin memastikan sesuatu
“sa, gapapa kan gue ngajak sahabat gue? Biar ngga canggung banget” tanyanya.
“boleh, kan lo semalem udah nanya dodol”
“ya kan mastiin, takut lo orangnya pelupa”
Sesampainya di warteg harsa memarkirkan mobilnya di sebelah warteg biar ngga ngalain jalan. Keluar bersama dan memasuki warteg.
“mbah desiiiiii”
“ehh si harsaa, tumben mampir?”
“hehe iya nih lagi ada janjian sama yang lain, udah dateng mbah?”
“belum tapi baru si ajay sama jamal doang, ngomong-ngomong itu siapa sa yang kamu bawa?” penasaran. Karena selama harsa dan temen-temennya nongkrong ga pernah membawa cewek atau cowok lain.
“oh kenalin mbah ini ai, temen baru kita” jawab harsa sambil narik tangan ai agar mukanya terlihat oleh mbah desi.
“aihh mana geulis pisan, namanha siapa cahayu?” tanyanya
“ai mbah”
“cantik seperti orangnya” jawab mbah desi sambil mengelus rambut ai.
“makasih mbah” malu.
“mau makan apa ai?”
“nanti aja mbah nunggu yang lain aja”
Senyum, hanya itu yang dibalas mbah desi. Tapi senyumnya menenangkan.
Harsa dan ai berjalan meja yang sudah ada dua orang sok sibuk dengan handphone nya tanpa menyadari kehadiran mereka berdua. Harsa langsung menundukan dirinya disamping laki-laki dengan jaket denim dan kaos putih ssdangkan ai masih berdiri. Canggung.
“astaga! Sopan dikit kek heh, salam atau apa gigu ngagetkn orang aja” ucap cowok satunya lagi dengan rambut blonde panjang, kemeja merah dan kaos putih.
“santai aja si ka ajay, ngga usah so kaget gitu”
“Lohh ada ai, duduk aja langsung ngga usah malu paling sifat lo malu-maluin” jawab cowok yang dipanggil ajay sama harsa.
'tai' – ai.
Ia langsung mendudukan dirinya di sebelah harsa dan mengeluarkan handphone nya.
Satu persatu mereka dateng dan seperti replay an jaya saat dia bilang membawa dimsum kantin fakultasnya yang katanya enak buat ai. Awalnya ai nolak karena dia juga ngga minta, tapi karena disuruh coba jadi diterima.
'lumayan rejeki anak kost hehehe' – ai.
Hingga suara ngga asing menyapa gendang telinga ai, dan menoleh kebelakang,
Gotcha!
Kedua sahabatnha datang, ai langsung meneriki nama mereka.
“JELLY! GALON!”
'busey itu nama beneran?' – jamal 'namanya aneh tapi unik' – yudith 'lucu namanya' – jayendra 'baru kali ini gue denger nama begitu' – jevano 'seriously?' – jaya 'hah?' – ajay 'beneran namanya?' – alka 'ngga asing' – harsa
Kedua orang itu berjalan dan menyapa kating yang ada di hadapannya, biar keliatam sopan.g canda.
“halo ka/halo ka”
“hai, duduk aja langsung” – jayendra.
“makasih ka” mereka mendudukan diri disebalah ai.
Memesan makanan dan berbincang, awalnya memang canggung terlebih ai dan dua sahabatnya maba jadi belum terlalu dekat dengan kating. Tapi dengan sepanjang obrolan mereka gerlihat selerti udah kenal 5 tahun, apa yang di bicarakan selalu nyambunh menyambung tidak ada putusnya.
Dari mereka yang langsung menanyakan kenapa memiliki nama aneh seperti itu. Itu ngga aneh cuman unik. Sebenarnya mereka memiliki nama hanya ada beberapa kejadian yang membuat namanya jadi sperti ini, mulai dari jelly dia memiliki nama asli 'Jelita' hanya dari kecil pipinya sangat tembam seperri agar, tapi dia ngga mau di panggil agar katanya kurang bagus dan jadilan jelly usulan dari galon. Beda dengan galon, galon sendiri memiliki nama asli Lamira, cuman karena saat kita SMA ada pelajaran bahasa prancis yang menggunakan kata “la, le, les” saat absen madam memanggil nama lamira sampai dikira namanya merek air dari negara asing sontak itu membuat tawa satu kelas, dan tiba-tiba ada yang nyeletuk galon dan jadilan panggilan galon.
Obrolan kami sesekali diisi dengan komedian sampe Jaya jatoh dari kursi. Terus berlanjut sampe Jayendra pamit untuk pergi ke caffe milik dia dan kakaknya.
“gue pamit duluan ya, harus ke caffe” pamit sembari membereskan barang-barang miliknya yang tergeletak di atas meja.
“lo punya caffe ka?” tanya ai.
'lumayan bisa kerja kalau ada lowongan' – ai.
'mau kerja lagi nih bocah jangan-jangan' – jelly.
'jangan bilang..' – galon.
“ada, ngga jauh dari kampus. Kenapa i?” tanyanya sambil memasang jaket kulit warna coklat.
“gapapa cuman nanya aja, namanya apa ka?”
“Arsi caffe, mampir aja sesekali”
“bolehh”
Setelah pamitnya Jayendra, kami semua memutuskam untuk pulang karena hari semakin gelap, matahari mulai menyembunyikan sinarnya. Saat sudah selesai semua, waktunya bayar ke mbah desi.
“mbah jadi berapa totalnya?” tanya jevano.
“ini mau di gabung atau mau sendiri jev?”
“gabung aja mba”
“eh ngga usah mba, kita bertiga bayar sendiri aja” cela ai, jelly, galon.
“udah gapapa sekalian, anggep aja bayaran gue tadi bikin lo kesel hehe”
“yaudah, makasih ka”
“jadi 120 ribu jev”
“ini ya mbah uangnya, sisanya buat besok besok aja takut ajay mampir”
“baik pisan si jevan mah, yaudah atuh”
“makasih mbah” – harsa
“makasih mbah”
Diluar warteg ai bingung pulang sama siapa,
“lo pulang sama siapa i?” tanya jevano.
“mm... Belum tau ka. Jell! Lo bawa mobil kan?” tanya ai.
“yah i, gue ngga bawa kendaraan hari ini tadi aja kesini nebeng si galon”
“yahh,yaudah deh hati-hati ya awas jatoh jangan lupa helm” ucap ai untuk mengingatkan keselamatan sahabatnya.
“kayaknya gue naik ojol ka, kenapa?”
“lah lo lupa ada gue heh uban naga lo tadi kesini bareng gue yaudah pulangnya gue anterin sekalian, parah banget lo lupain gue” harsa dengan dramatisirnya.
“hehe lupa, yaudah yuk lah gue udah gerah” ucap ai sambil berjalan menuju mobil harsa.
“ka jev gue duluan ya” – harsa
“ka gue duluan, lo langsung balik? ” – ai
“hati-hati yaa, ngga gue mau jemput denan dulu tadi bocahnya ngabarin udah kelar rapat”– Jevano
“salam buat ka denan ka, duluan” – ai.
0 notes
aii18 · 4 years ago
Text
𝙷𝚊𝚖𝚙𝚒𝚛 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚝 ; 𝚔𝚎𝚋𝚎𝚛𝚞𝚝𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚔𝚎𝚜𝚒𝚊𝚕𝚊𝚗(?)
'It's dripping love love Dripping dripping love love'
“mana siii aaah”
Perempuan dalam gundukan selimut meraba kasurnya untuk menemukan handphone canggihnya.
“astagaaaaa, ck”
Setelah meraba kasur yang hanya bisa ditempati oleh satu orang tersebut, perempuan tersebut menemukan handphone nya dan mematikan alarmnya yang sangat berisik dipagi hari.
“jam berapa si?” sembari mencoba membuka matanya dengan sekuat tenaga.
“oh masih jam 9....
HAH JAM 9. WOII GUE TELATT TELATT ASTAGAAAAA KELAS PAGII KELAS PAGIII” teriakannya yang menggelar sampai orang yang melewati pintu kamarnya berhenti sejenak untuk mendengarkan suara cemprengnya. Loncat dari kasur dan berlari ke kamar mandi.
Hanya butuh 20 menit untuk siap berangkat ke kampus, dengan pakaian hoodie hitam, skinny jeans dengan warna senada, converse putih, dan tote bag yang berisi laptop dan barang lainnya.
Mengunci pintu kamar dan berlari menuruni tangga sambil menyapa orang yang turun bersama.
“Halo ka! Maaf aku duluan udah telat, misi misi” sapanya tanpa melihat orang yang ia sapa.
“Gausah lari-larian ai, nanti jatoh!!”
“Udah telat ka sena, ai duluan. Bye!”
Sesampainya di lantai bawah, ia melihat..
“Ka bagas ai nebeng ke kampus, kakak juga kan? Ayo cepet kaaa!” ucapnya sambil menaiki motor beat milik bagas.
“hm, nih helmnya”
“ayo cepet kaa! Ai mau telatt!”
“yaudah iya tapi ga usah mukul bahu gue, sakit anj”
Sampainya dikampus ai turun dan memberikan helm milik ka bagas dan berucap terima kasih. Berlarian menuju kelasnya yang berada di lantai empat.
“kenapa harus jauh banget sih!”
Sesampainya di lantai empat, ai berdiam diri sebentar untuk menormalkan nafas dan jantungnya yang berdetak seperti dikejar deadline tugas.
“huh, tarik buang, huh”
Setelah cukup menormalkan nafasnya, ai berjalan menuju kelasnya sebelum membuka pintu ia mengintip sedikit apakah dosennya sudah datang atau belum. Tapi aneh
“kok sepi..” gumamnya.
Akhirnya ai mendorong pintu bercat putih itu, dan tidak menemukan seseorang didalam kelas tersebut. Ai mencoba merogoh tote bag nya untuk mencari handphone dan membuka grup chat yang berisi anak kelasnya untuk memeriksa jadwal kampusnya. Membaca pesan satu persatu yang dikirimkan temannya di grup tersebut.
“Kelas di undur jadi jam 2, Pa Santoso nya lagi ada halangan sebentar” bergumam membaca satu persatu.
“kelas di undur? Maksudnya?”
Ai mencoba membaca dua kali pesen yang dikirimkan oleh ketua kelas di grup itu.
“oh diun– LAH ANJ KALAU GITU NGAPAIN GUE BURU BURU, AELAH MANA GUE BELOM SARAPAN MINUM AJA BELOM!” mukanya memerah menahan kesal dan kebodohan nya yang tidak mengecek handphone nya tadi pagi.
“terus gue harus kemana? Mana masih pagi, ck”.
Decakan demi decakan terdengar menemani langkahnya menuju tangga untuk turun kembali. Memikirkan kemana dia harus menumpang sampai jam 2 siang nanti. Dipikirannya hanya dua pilihan pertama ke kantin fakultasnya jelly atau kantin fakultasnya galon.
“kemana ya? Kalau ke jelly jalan paling 10 menitan, kalau ke galon 15 menit. Hm??”
“Lagian kenapa beda gedung sii kan jauh aelahhh” dumelnya.
Sambil memutuskan pilihan mana yang harus dililih, ai mendudukan dirinya di bangku taman FH. Mengotak-ngatik handphone nya dan memutuskan menelepon kedua temennya untuk menanyakan ada dimana.
Setelah berbincang kurang lebih 10 menit, ai memutuskan ke fakultasnya jelly karena galon masih on the way. Sebelum jalan ke kantin fakultas farmasi, ai mengeluarkan headset untuk mendengarkan lagu menemani keheningan jalan nanti dan membukan playlist berisikan lagu dari idol kesukaannya.
Berjalan, bersenandung, menari kecil, bergumam.
Hanya itu yang dilakukannya agar tidak terasa membosankan dijalan. Berulang kali, disetiap lagu berganti. Tak terasa 10 menit jalan ke FF. Masuk kedalam gedung sesekali menyapa orang yang dikenal.
Biar ga dikira sombong. G canda
“ngga terlalu rame” gumamnya setiba di depan kantin.
Matanya menelusuri setiap sudut kantin mencari temannya itu.
Gotcha!
Jelly, dia duduk di baris nomor tiga dari ujung berjalan menuju mejanya tanpa menghiraukan tatapan dari berbagai mahasiswa fakultas farmasi.
Gimana ngga?
Ai satu satunya orang yang memakai hoodie disaat yag lain memakan jas lab atau kemeja.
Ai duduk didepan jelly dan asal rebut minuman yang ada dimeja, diteguk hingga habus tanpa tersisa.
“hah... seger”
“heh! Asal minum aja punya orang kalau tuh minuman gue kasih obat tidur gimana”
“ga mungkin lah orang yang minum lo, masa lo naro obat tidur buat lo sendiri”
Jelly hanya menggelengkan kepalanya, heran kenapa punya temen kayak gini.
Ia menatap lekat temannya dari atas hingga bawah untuk memastikan pakaian yang temannya gunakan.
“ai, lo ga salah pake baju kek gitu ke kampus?” herannya. Gimana ngga baru kali ini liat anak hukum pake baju santai kayak anak sastra.
“ngga, emang kenapa si baju gue? Jelek? Bau? Ngga kan?”
“ya ngga cuman lo bayangin aja kating tau lo anak hukum, anak hukum biasanya rapih pake kemeja atau baju santai tapi elegan. Lah elo kek anak sastra ini mah”
“lagian hari ini gue cuman ada 2 kelas, lagian wajar anjir anak hukum main ke farmasi ya jelas beda pakaiannya”
“tapi tadi lo bilang kating tau, MAKSUD LO KATING KENAL GUE!?” teriakannya terdengar sampai penjuru kantin.
“ya kenal lah, lo belum liat lambeh nya kampus. Gegara lo berani nge rep tweetnya ketu BEM” jelasnya.
“aelah lebay banget deh orang-orang, dahlah biarin aja” cuek. Selalu ai selalu cuek buat hak yang bagi dia ga penting.
“hahh... lo udah sarapan?” tanya jelly, karena dia yakin 100% jawabannya ai..
“belum”
Kan, sudah diduga. Liat ada bibirnya pucet kek mayat.
“Ya lagian gimana mau sarapan nih ya gue bangun tidur langsung lari kekamar mandi terus lari lagu turun kebawah untungnya ada ka bagas jadi gue ga susah nyari kendaraan, sampe kampus gue lari ke lantai empat ternyata di unduru kan ngeselin banget, hah” lega itu yang  dirasakan ai setelah menceritakan dramanya di pagi hari.
“Lagian ceroboh di pelihara”
“pedes banget omongan lo jel”
“mau pesen apa? Sekalian gue juga belum makan”
“samaain aja lah biar ga ribet”
Jelly berjalan menuju stand ayam geprek karena yang paling deket dari meja itu jadi ngga ribet.
Dua jam sudah berbincang hal random bersama, by the way galon udab dateng pas ayam gepreknya di anterin.
“udah jam 12 gue ada kelas sebentar lagi, lo mu nunggu sini?” tanya jelly sambil merapihkan barangnya yang berserakan dimeja.
“ga tau, beb lo juga ada kelas?” tanya ai ke galon.
'plis ngga' harapannya.
“ada, maaf ya beb hehe” hilang sudah harapan ai.
“hm yaudah gue disini bentar dulu aja”
“yaudah kita duluan ya, bye jan ketiduran!” jelly&galon.
Heran kompak banget si ngingetin ga boleh tidur nya.
Setelah kepergian dua temannya, ai hanya scroll Twitter dan membukan sosial media lainnya.  Sampai tiba-tiba..
'puk'
“eh?” ai menoleh kebalakang dan menemukan cowok dengan kemeja hitam, jeans, dan sepatu senada dengan bajunya, jam tangan skmei dan jangan lupa ransel yang ada di bahu sebelah kanannya.
“siapa?”
“lo ai kan? Tadi gue ngga sengaja denger temen lo nyebut nama lo”
“iya, siapa?”
Cowok tersebut langsung duduk dihadapan ai dan meletakan ranselnya di meja.
“eeh, ga punga sopan santun banget si” omel ai.
“hehe maaf deh, gue numpang sini ya?”
“silakan gue juga mau cabut” katanya, sambil memasukan headsetnya ke kedua telinga.
“eh bentar neng, sabar buset” cowok itu menarik hoodienya ai biar kembali duduk.
“ishh apaan si, lo siapa juga ga kenal gue”
“gue harsa, yang semalem ngechat lo”
“oh lo orang yang ga jelas semalem, pantes sama ana kelakuannya ga jelas”
“pedes banget neng omongannya, btw lo bukannya anam hukum ya ai?” tanya harsa, dia bingung aja dia anak hukum tapi ada di fakultas farmasi.
Ga nyasarkan? Ga mungkin udah kuliah sebulan ga inget gedungnya sendiri.
“hm, abis sarapan” jawab seadanya.
“oohh”
Hanya keheningan yang meliputi mereka, masing-masinh sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ai bermain handphone sedangkan harsa bertarung dengan pikirannya.
“lo abis ini ada kelas?” harsa mencoba mencairkan keheningan diantara mereka.
“ngga, masih tiga jam an. Kenapa?” tanya ai.
'ajak ga ya?' – harsa
“ke base camp gue yuk, kenalan sama temen-temen gue. Mau ga?”
'dih ga jelas banget nih anak temen bukan, sodara bukan, tetiba ngajar ke tongkrongannya' – ai.
“ga makasih, mending gue ke perpus”
Setelah mengucapkan itu ai berdiri dan berjalan menuju pintu keluar kantin menunu perpus buat tidur. Tanpa terduga tangannya di tarik oleh cowok ga tau diri.
“HARSA ANJ! JAN NARIK SEMBARANGAN ORANG BEGO!” kehebohan ai mengundang atensi mahasiswa yang berada di kantin dan di lorong”
“udah ikut aja si, gue yakin lo diperpus kalau ga tidur paling cuman gabut. Yuk”
Akhirnya dengan terpaksa ai mengikuti langkah harsa menuju parkiran buat mengambil motornya.
“nih pake helmnya, walaupun tongkrongannya deket tetep aja”
Ai langsung mangambil tanpa mengucapkan sepata kata pun.
Masih kesel dia, dipaksa ikut sama orang yang dikenal deket aja ngga, terus jadi pusat perhatian sepanjang lorong.
'ha' – ai.
'semoga temen-temenya jelas ngga kek harsa' lagi lagi berharap.
0 notes
aii18 · 4 years ago
Text
♪♪ 𝙳𝚎𝚗𝚊𝚗𝚍𝚛𝚊 𝚇 𝙾𝙲 (𝚏𝚝.𝙼𝚊𝚛𝚔𝚠𝚘𝚘)
• 
• 
• 
• 
𝔸𝕌 𝕋𝕀𝕄𝔼!!!
0 notes