Text
Forgive Me, Mom!
Ada rasa penyesalan yang kerap datang seperti gelombang, mengingat saat-saat ketika aku tidak bisa sepenuhnya ada untuk Mama di masa-masa sulitnya. Terlalu banyak waktu yang kuluangkan di luar rumah, mengurusi siswa di sekolah, menyelesaikan step by step penyelesaian Studi di Kampus sementara Mama membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang lebih di Rumah. Di saat itu, aku sering merasa kewalahan menghadapi situasi, kadang kehilangan kesabaran, hingga membentaknya tanpa sadar. Kini, kenangan itu membekas dalam hati, menyisakan rasa sesak karena tidak mampu memberikan yang terbaik untuknya ketika ia masih ada. Situasi saat itu memang berat. Kondisi ekonomi yang serba pas-pasan membuat pemenuhan kebutuhan Mama terasa seperti beban yang tak terhindarkan. Di tengah tekanan itu, aku dan ke-empat adikku saling berharap satu sama lain untuk membantu, tapi malah terjebak dalam ego masing-masing. Kami semua sayang pada Mama, tapi cara kami mengekspresikan kasih sayang itu sering kali tertutupi oleh rasa lelah dan frustrasi. Mungkin kami belum benar-benar memahami betapa berharganya kehadiran Mama hingga akhirnya kami kehilangannya. Di balik segala kekurangan, cinta kami untuk Mama tak pernah pudar. Kami mungkin tak sempurna dalam menunjukkan kasih sayang, tapi di hati kami, Mama adalah segalanya. Penyesalan ini mengajarkan kami untuk lebih menghargai waktu dan orang yang kami cintai. Meski Mama telah pergi, kami berharap ia tahu bahwa kami selalu mencintainya, meski kadang tak mampu menunjukkannya dengan cara yang benar. Mama tetap menjadi sosok yang selalu kami rindukan dan kenang dengan cinta yang mendalam.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لها وَارْحَمْها وَعَافِها وَاعْفُ عَنْها وَأَكْرِمْ نُزُلَها وَوَسِّعْ مُدْخَلَها وَاغْسِلْها بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّها مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْها دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِها وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِها وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِها وَأَدْخِلْها الْجَنَّةَ وَأَعِذْها مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ
Tulisan ini kubuat dalam kerinduan yang teramat, ma'. dengan seluruh rasa penyesalan dan maaf dari anakmu yang tidak sempurna ini dalam merawat. —Ayya, 22 Desember 2024.

2 notes
·
View notes
Text
Oktober pekan ke-3 separuh diri ini merasakan depresi, seolah-olah terseret dalam kekosongan yang tak berujung. Maafkan saya, Tuhan.
1 note
·
View note
Text
dari semua maksud Semesta, baru karena-nya, Aku berhenti bertanya tentang apa, mengapa dan bagaimana : Dunia menjatuhkan hati-ku pada-nya. Sehat dan panjang umur selalu, diri dan perjuangan-mu!
[20 Rabi'ul awwal]
0 notes
Text
إذا أخذني الموت ولم نلتقي فلا تنسى انى تمنيت لقائك كثيرا
- محمود درويش
0 notes
Text
Juni dengan Kejutan-Nya
Memasuki awal Juni dan 3 hari kedepan saya akan melaksanakan sidang. Ujian Munaqasyah. Ujian formal terakhir untuk saya di usia Mahasiswa semester 12. Berjuta rasanya. "Finally" kata orang-orang. Setelah hampir setahun menunggu moment ini. Telah kukirim-kan beberapa pemberitahuan itu kepada mereka-mereka yang kuanggap berarti dan membutuhkan do'anya kalaupun ada yang belum kukirimkan, berarti kulupai. HAHA, maafkan. Ada yang berbeda dari Juni ini barangkali, saya terasa lebih dekat betul dengan sahabat-sahabatku di "Jamaah", di tengah kesibukan agenda dan amanah dakwah. Allaah tetap mampukan saya untuk hadir dan membersamai mereka. Walaupun luar biasa (terkadang) perselisihan batin dan raga. Beberapa pekan ini saya juga tidak mengunjungi Pusara umma', tapi saya tidak pernah luput mendo'akannya. insyaa Allaah sampai akhir hayatku, umma' akan selalu kudo'akan. Sampai sini juga, selain bersyukur atas segala nikmat dari Rabbul izzati. Saya juga hendak menyampaikan Terima kasih yang tulus untuk adik-adikku: Ica, Kia dan cadilla yang selalu sabar memaklumi dan memahami kondisi saya sebagai seorang kakak yang belum begitu mampu bertanggung jawab di rumah atas pekerjaan-pekerjaan yang saya tinggal/tidak sempat untuk tunaikan. dan juga kepada anak-anak santriku, ustadzah Nayya selalu mendo'akan kalian nak. Terima kasih do'a ta' nah.. untuk adik-adikku juga: Putri Adifiah, Anjelhy dan Jumma. Terima kasih sudah memberikan effort yang luarbiasa itu. "Semoga dilancarkan" (dua kata ini dari seseorang). Terima kasih! ^^ Walaupun belum 100% persiapanku untuk sidang, Tapi Semoga Allaah senantiasa mampukan saya menjalani penyelesaian studi ini dengan penuh sukacita tanpa harus berat hati, Biidznillaah:) Dear Ayya, kuat dan bisa! Mari temukan kejutan-Nya yang lain di Juni ini. Baarakallaah^
0 notes
Text
"Good Start will lead you to great end" (setelah itu obrolan selesai, di-pangkal Ashar) Beribu maaf atas semua hal ini. "Great End" memang akan senantiasa berpihak pada mereka yang tabah dan bijak memilih perjalanan hidup.
0 notes
Text
Tak ada, tak ada puisi yang melantun dari senyuman selain milikmu. Kata tersendat, anggun diksi enggan melekat. Ini mungkin karena senyumannya bukan milikmu; ini mungkin karena maknanya tak menemukan asli tuannya;
Maka ku katakan meski jengah kau dengar:
Kau berbeda. Yang lain merupa kata namun milikmu adalah puisi.
— Arief Aumar | your smile is a poetry
35 notes
·
View notes
Text
Pengemban Dakwah itu: Siang Politisi, Malam Sufi. //13.48 WITA.
0 notes
Text
Tentang Pagi dengan Penatnya
Sudah memasuki pekan pertama di Mei, belum juga. Belum juga selesai studi Akademik strata 1 ini. Belum juga, tertunaikan amanah-amanah lain. Sekolah dengan miskomunikasinya sedang diri dipenuhi penat. Pagi dengan penatnya, Apakah saya benar-benar tidak peduli, lagi? Apakah saya adalah pengecut di tengah moment yang mesti "dirayakan"??? Ah benar juga, saya tidak layak memang diamanahi sebagai penanggung jawab atas beberapa amanah. Pagi, senantiasa hangat dengan Teh dan suasananya Namun pagi ini, penat di sekujur tubuh.
Tidak ada pembenaran atas apa-apa yang kita putuskan sekarang, Pagi dengan pesan-pesan yang saya terjemahkan dengan sentimental, demikianlah.
0 notes
Text
Tentang Malam Lebaran
Lebaran tahun ini menjadi moment lebaran pertama juga tanpa kehadiran sosok umma'. Tentu suasananya akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada kompor menyala untuk memasak burasa' tidak ada hidangan masakan yang khas untuk berlebaran di hari besok,
Yang terbayang di malam lebaran tidak ada pelukan hangat dan pemaafan dari sosok umma' untuk kami kelima anaknya. Tidak ada pelukan hangat dari umma untuk bapak. Dan sebaliknya. Tidak ada lagi alarm alami yang senantiasa mengingatkan kelima anaknya untuk segera prepare sholat Id. Dear umma, malam lebaran kali ini: Saya melihat betul bait-bait do'a yang senantiasa kulangitka; itu seketika terwujud di rumah ini, malam lebaran. ke-empat adikku melakukan pekerjaan masing-masing untuk persiapan menyambut Idul Fitri. Umma' adik-adikku sudah mulai tumbuh dewasa menjalani hari-harinya. adikku Muksit, yang kita tahu selalu dalam cengkraman ego yg tinggi tapi perlahan mulai menurun. Yang penting kita mampu melihat kondisinya. Tadi sekali, saya menyisihkan uang untuk mewujudkan niat untuk membelikan Baju Lebaran dan alhamdulillaah terwujud. adikku Icha, dia betul menguasai skill dapur dan skill yang memang menjadi lazim dimiliki oleh anak perempuan. saya melihat separuh dari diri umma' ada pada separuh adikku ini. adikku Kia, dia tumbuh menjadi anak yang introvert. di malam lebaran ini, dia membersihkan beberapa tempat di rumah, merapikan pakaian, merapikan panci-panci, alat-alat masak dan segala peralatan yang ada di Etalase. adikku illa, si bungsu yang selalu sabar saat disuruh membeli ke warung dekat rumah. Malam lebaran, saya memberinya 50rb sebagai bayaran untuk cuci piring mengingat anak ini paling jarang melakukan pekerjaan cuci piring hehe. adik-adikku tumbuhlah bersamaku, mari kita lanjutkan kehidupan yang ada. Semoga tahun selanjutnya Allaah masih memberikan kita kesempatan untuk bekerja sama di malam lebaran dan di hari-hari biasa. [Ainfzh, 01 Syawwal 1445 H]
0 notes
Text
Tentang Iltizam
Tak terasa betul waktu berlalu, Ramadhaan bulan kemuliaan kembali meninggalkan kami. Yaa Rabb Ballighna Ramadhaan. Kendati kualitas amalan di Ramadhan kali ini tidak begitu optimal (menurut saya) di sisi lain banyak pengalaman baru dan pembelajaran yang saya temukan di Ramadhaan 1445 H ini. Tentang Iltizam, Jauh sebelum berada pada titik ini, biar kupahamkan sedikit makna "Iltizam" yang saya maksud. Defenisi iltizam menurut bahasa adalah berpegang teguh, memeluk, menempel dengan sesuatu. Mewajibkan sesuatu pada dirinya. Sedang ditinjau dari segi istilah Iltizam ialah suatu transaksi yang munculnya atau berakhirnya suatu hak katas kehendak pribadi ataupun kehendak orang lain. 29 Ramadhaan beberapa tahun silam. Saya menerima dengan niat baik, untuk melanjutkan proses perjalanan dakwah jamaah yang sekarang sedang kujalani. Jalan kemuliaan ini tentu tidak senantiasa mulus jalannya, silih berganti ujian diperhadapkan oleh-Nya. dan disisi lain agar melihat sebagaimana kuat para hamilud-da'wah ini bertahan dalam perjuangan ini. Memilih berada pada jalan perjuangan berarti harus siap terikat pada suatu 'komitmen' ketaatan dengan Rabbul izzati. Kurang lebih menapaki jalan dakwah dengan berbagai amanah. Tentu sebagai pengemban yang juga manusia biasa tak luput dari kesalahan. Termasuk dalam hal 'komitmen'/ iltizam ini. Tulisan ini hanya sebagai pelipur lara. Sebab tentang iltizam atau 'komitmen' beberapa hari terakhir ini saya merasa terhantui dosa. saya merasa telah mengambil hak ruhiyah para mad'u dengan dalih kepentingan pribadi. Astaghfirullah... Tentang Iltizam, sewaktu bimbingan pada ustadz Firman, beliau sempat menyinggung tentang iltizam pada alur penelitianku. "Iltizam ini kan bagian dari syakhsiyah Islam". Seketika saya teringat betul keterkaitan dua kata ini dalam perjalanan dakwah yang saya jalani. Tentang Iltizam, sempat terlintas dalam benak, apakah ada orang lain selain saya yang lalai dalam menjaga kualitas iltizam sedang dirinya dalam keadaan tidak stabil? oh atau ini hanya pertanyaan perasaan yang butuh dikasihani dan dibela?
Tentang iltizam, Selama dalam lingkaran pertemanan yang Allaah ridho atas itu, maka iltizam akan selalu serasi dengan sentilan-sentilan yang tidak perlu kita kemas untuk diolah sebagai rasa yang lain melainkan sebagai kayu bakar yang senantiasa mengundang api semangat untuk berbenah. one day, hard times will be over and everything will pay off. Mohon maaf lahir dan bathin, Taqabalallaahu minna wamingkum; shiyaamanaa washiyaamakum. [Ainfzh,01 Syawwal 1445 H]
0 notes
Text
Ramadhan Perdana Tanpa Umma'
Memasuki 3 Ramadhan. Ya, seperti biasa beberapa tahun terakhir ini, saya dan orang-orang rumah kembali berbeda dalam memasuki bulan Ramadhan. Saya yang megikuti Rukyat Global, sedang mereka manut dengan putusan Pemerintah. Soal kebenaran. ya.. Allaahu a'lam. Life is Choice! masing-masing memegang hujjah. Demikianlah sebab ketiadaan Khalifah yang menjadi pemersatu Ummat. Ramadhan kali ini juga menjadi Ramadhan pertama kami tanpa keberadaan umma'. Setengah tahun sudah umma' meninggalkan kami. Rumah terasa hampa. Sajian masakan yang laziiz jiddan tinggal kenangan, namun yang patut saya syukuri, adik saya yang ke-3 cukup baik menampakkan skill masaknya. Walaupun tidak semirip masakan umma' tapi tetap laziiz. Ramadhan tanpa umma', Saya banyak melihat Bapak menampilkan senda gurau sedang disisi lain menyembunyikan jutaan kesedihan. Terasa betul kepergian itu. Belum lagi urusan adminstrasi di sekolah yang hampir tiap waktu menjadi beban pikiran sampai-sampai tubuhnya menjadi kurus. Banyak kekhawatiran dalam dirinya, tapi saya yakin Bapak adalah sosok Pahlawan kami di rumah yang Allaah titipkan untuk meri'ayah ke-5 anaknya. Ramadhan tanpa umma', Setelah umma' pergi, sesuatu yang amaaaat terasa dalam diri ini ialah hilangnya keberkahan do'a yang selalu ia langitkan di tiap hembusan nafasnya. Menjelang kepergian umma', separuh waktu di tiap saya berada disisinya: saya selalu memohon untuk dido'akan di banyak hal, termasuk dalam hal penyelesaian studiku ini. Dear Umma', maafkan saya. Februari telah berlalu sedang saya janjikan ki bulan itu untuk selesai. Namun tak kunjung selesai umma', Entah apa yang menghambat diri ini untuk melanjutkan proses. Fisik dan Psikis sedang tidak baik-baik saja. Dear Umma', Tengah saya kumpulkan semangat hidup ini lagi, tengah saya usahakan menjalani peran anak dan kakak di rumah kita yang sederhana ini. sambil merasakan gelombang cobaan hidup yang silih berganti. Termasuk segera mungkin menyelesaikan studi ini. Umma' Ramadhan kali ini tanpa ada ki' disampingku betul-betul membuat saya rapuh. Banyak cerita yang ingin kuperdengarkan, dengan begitu saya bisa memetik petuah ta' dalam mengambil sikap. Umma' saya rindu itu. Semoga Allaah mudahkan perjalanan ta' umma'.
1 note
·
View note
Text
Sederhana saja untukmu, semoga ada hal baik setelah hari ini. Selebihnya telah kulangitkan-di banyak waktu :)
0 notes
Text
Tentang Kouhai
Kohai (Nihon-Go) adalah sebutan bagi adik kelas atau pegawai yang lebih muda. Sebutan ini biasa digunakan dari sudut pandang orang ketiga dan jarang sekali digunakan untuk memanggil secara langsung. Let me tell you 'bout "Kouhai" Kisaran tahun 2021 saya mengenal orang ini. His name is "Baso". ya.. sebuah nama yang lekat hubungannya dengan 'bangsawan' khas Bugis. Nama itu diperkenalkan Almarhumah ummi (mantan kepala sekolah) sewaktu ngobrol di Kantor. Baso diamanahkan sebagai Musyrif di tempat Kerja. di tahun yang sama, ummi memberikan amanah kepada saya sebagai wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Beberapa proker yang saya 'coba' untuk rancang dan membutuhkan kerja sama Musyrif. Disinilah permulaan saya mulai berkomunikasi dengannya. beberapa proker terealisasi, beberapa problem teratasi, sedikit banyak saya merasa terbantu atas 'perannya'. Lebih jauh lagi, saya cukup terkesima dengan kemampuannya akan 'Bahasa Arab'. diceritakan santri-santri tentang kemampuan itu, tentang humorisnya, tentang tegas dan menakutkannya dia kala mengajar—dan tentang cueknya di beberapa moment. Sampai pada waktu membawa saya dan dia pada obrolan-obrolan random; menembus hari. karena sama-sama Mahasiswa Akhir, terjadilah kerja sama lanjutan, saya menerima penawarannya untuk membantu dalam hal Tugas Akhir. dan saya bisa membersamainya: pada waktu seminar proposal. Disinilah ia mulai memanggil saya dengan sebutan 'senpai'. (Nihon-Go) artinya kakak kelas/ yang lebih tua. Dan kemarin sempat menjadi pertimbanganku untuk membiarkannya sendiri atau mencari orang lain yang bukan saya untuk membantunya lagi. Sebab, saya pun harus fokus pada paperku. Rupanya, tidak bisa. Walaupun tidak keseluruhan saya membantunya, tapi saya masih bisa membersamainya di Sidang Hasil. Lebih lanjut lagi, saya bisa ikut membantu persiapan sidang/Ujian Munaqasyah-nya. walaupun unofficially, tapi saya sangat bersyukur sekali bisa terlibat dalam perjalanan sederhana ini. Selamat atas pencapaian ini, Sarjana Agama. Untuk selanjutnya, saya cuma bisa mendo'akan dia. Kuatkan dia Yaa Rabb, seorang laki-laki yang sedang berjuang untuk masa depannya. Beri dia kesehatan dan kesabaran yang tiada habisnya, lancarkan segala urusannya. Entah dengan siapapun wanita yang menemanimu kelak. Semoga dia adalah wanita paling bersyukur dapat menemani ibadah-ibadahmu. Semoga dia adalah wanita yang tidak pernah terbesit di hatinya untuk meninggalkanmu. Semoga dia adalah wanita paling beruntung, menuju surga dari genggaman tanganmu. Duhai Rabb-ku, Biarkan saya menjadi bagian dari perjalanan hidupnya, Kendati kelak bukan saya menjadi tujuan akhirnya :)

0 notes
Text
Tuesday with self
Entah ke-Selasa berapa, namun saya belum juga. Yang ada hanya "diam-diam menyaksikan keberhasilan-keberhasilan". Lalu, pergi mencari ketenangan, katanya. Lengkungan senyum yang diperlihatkan, kadang-kadang sekadar menjadi wujud kemunafikan diri, sebab yang ada hanya pengingkaran yang tak berkesudahan. sayang sekali, kenapa saya merawat hal-hal itu begitu lama? membiarkannya betah dalam diri. derai air mata hampir tiap waktu menjadikan pipi becek. apakah maujud nestapa? entahlah.
-Ainfzh, 7 Jumadil Awal 1445 H.
1 note
·
View note