Tumgik
aisaisy-blog · 5 years
Text
Ttg: Resah (1)
Setidaknya aku punya banyak hal yang bisa ku ceritakan pada anak cucuku nanti
Iya nanti, saat semua yang seharusnya membaik akan menjadi lebih baik
Saat semua yang seharusnya mengembang akan jauh lebih mekar
Semuanya terasa begitu nyata dalam setiap tapak yg ku jalani saat ini
Biarkan aku dan jejakku saja yang tau betapa beratnya jalanan ini
Untuk yang lain, cukuplah tau bahwa aku mampu berdiri sampai akhir
Terkadang memang terlihat sedikit 'egois' atau 'munafik' bahkan?
Tapi tidak untukku,
Bukankah setiap orang mempunyai jalannya masing-masing?
Bukankah setiap jejak memiliki ceritanya masing-masing?
Dan bukankah setiap cerita mempunyai alurnya masing-masing?
Begitulah aku dan setiap tapakku, akan kuceritakan nanti, agar tak ada lagi yang teragukan jika aku bisa berdiri disini (:
Asl, 15 Des'19
0 notes
aisaisy-blog · 5 years
Text
Aku, kenanganku dan Jogjaku.
2 tahun silam aku berbicara pada diriku sendiri malam itu, "aku tak ingin kembali ke Jogja". Tubuhku yg menggigil dan semakin menggigil membuat pikiranku semakin tak karuan. Waktu menunjukkan pukul 23.50 WIB, tapi aku masih diluar. Beberapa dari mereka sangat ingin membawa ku ke rumah sakit terdekat. Aku yang kala itu sudah tidak mampu menjaga diriku sendiri seolah membenci diriku sendiri.
Aku, kenanganku dan Jogjaku.
Simposium Nasional yang diadakan di UIN Sunan Kalijaga mampu membuatku trauma akan sebuah daerah yg kalian sebut istimewa. Pada malam akbar itu, itulah hari kelimaku di Jogja. Nama timku terpampang sebagai nominasi pemenang simposium nasional kala itu. Tapi, seolah-olah tubuhku tak ingin merespon apa yg terjadi didepan sana. Aku hanya tertunduk untuk menyembunyikan wajah pucatku dan rasa sakitku.
Malu rasanya, aku tak mampu menjaga sehatnya tubuhku dan tak mampu menyembunyikan lagi lelahku. Semenjak saat itu, tak ingin rasanya aku kembali ke Jogja, kembali pada kenangan yang tak ingin ku ulang lagi. Sungguh, aku tak ingin.
Sejenak menetap tapi ternyata aku mampu.
H-14 keberangkatan ada sebuah pembicaraan ringan didalam ruangan di bawah ac dengan suhu 16° itu. "ke Jogja yok" tanpa pikir panjang ku "iya" kan ajakan itu. Sesederhana itu, dan sampailah kita di kota yg dulu sempat tak ingin ku kunjungi lagi.
Tapi ada satu hal yang membuatku teramat ingin kembali ke Jogja, bukan siapa, tapi apa. Iyaa, wedang ronde dan kenangannya. Hujan rintik-rintik, jaket tebal dan payung yang menyusulku dari belakang. Seolah begitu indah dan tak terlupakan. Jalan Malioboro, yang luar biasa indah kala itu mampu menipu hatiku. Dingin memang, tapi sarat hangatnya menyamankanku. Tatap mata resahnya menenangkanku. Hingga sajak katanya meluluhkan hatiku, walau akhirnya aku hanya ingin berlalu.
Jogjaku, aku kembali. Bukan untuk kenangan itu, tapi untuk sesuatu yang baru. Sesuatu yang ingin ku racik dalam "Wedang Rondeku".
0 notes
aisaisy-blog · 5 years
Text
Antara Aku dan Bulan
Malam ini Bulan menyapaku, ia tersenyum manis di hadapanku. Sungguh manis, aku pun membalas senyum itu. Perlahan aku mendengar suara yang sayup-sayup melewati gendang telingaku. Ku fokuskan telingaku pada suara itu, oh aku tahu itu suara Bulan sedang berbisik kepadaku. Pesan itu cukup sederhana namun menamparku. Bulan mengingatkanku, bahwa tak seharusnya aku membandingkan diriku dengan orang lain. Bukankah setiap orang mempunyai jalannya masing-masing?
Sembari melempar senyum, ia kembali berkata “sudahlah, Allah memilihmu untuk menjalankan hidupmu, Allah memilihmu untuk melewati jalan ini dan Allah memilihmu untuk mendapatkan sesuatu yang luar biasa setelah ini. Masihkah kau ragu?”
Ku palingkan pandanganku sejenak. Aku tak bermaksud untuk tak mendengarkan apa kata Bulan. Aku mencoba untuk mencerna setiap kata yang telah Bulan lontarkan kepadaku.
Sesederhana itu, lalu aku tersenyum. Ku perlihatkan senyumku pada Bulan. Lalu aku berkata “iya kau benar Bulan”
Tapi ia tak menyambut senyumku. Seolah ia tahu senyum itu diliputi seribu keragu-raguan. Lalu Bulan kembali bertanya padaku “tidakkah kau punya Allah sang penciptamu?, mengapa kau meragukan-Nya. Sehebat itukah kau? Hingga kau mampu untuk tak percaya bahwa Allah mu lah yang menuliskan semua kejadian ini untukmu? Bukankah Allah mu sudah banyak menunjukkan keajaiban-keajaiban yang luar biasa untukmu? Masihkah kau ragu?”
Aku pun tak mampu berkata walau sepatah, mataku mulai terasa penuh oleh air mata. Semakin ku tahan semakin ku tak mampu untuk membendungnya. Semakin berat dan akhirnya ia mengalir lembut di pipiku. Rasanya seperti ada sebuah rindu baru yang muncul. Rindu akan penciptaku yang mulai lama ku tinggalkan.
Bulan kembali berbisik , kini bisikan itu semakin lirih namun tegas “KAU BISA MENJADI DIRIMU SENDIRI, LAKUKAN YANG TERBAIK DAN KEBAIKAN AKAN DATANG KEPADAMU”
Ku dongakkan mukaku yang sedari tadi menunduk, ku tengok Bulan, ingin kuucapkan terimakasih kepadanya. Namun sayangnya ia sudah ditelan oleh awan gelap diatas sana.
Sangat lirih hampir tak terdengar aku berucap “terimakasih Ya Allah, kau datangkan Bulan untuk mengingatkanku malam ini dan terimakasih Bulan kau sudah menyampaikan semuanya kepadaku”
Selasa, 12 Nov’19
1 note · View note