Text

يُستحال أن يردّك الله خائبًا وأنت مليء باليقين به
𝘐𝘵 𝘪𝘴 𝘪𝘮𝘱𝘰𝘴𝘴𝘪𝘣𝘭𝘦 𝘵𝘩𝘢𝘵 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘢𝘩 𝘸𝘪𝘭𝘭 𝘳𝘦𝘵𝘶𝘳𝘯 𝘺𝘰𝘶 𝘥𝘪𝘴𝘢𝘱𝘱𝘰𝘪𝘯𝘵𝘦𝘥 𝘸𝘩𝘦𝘯 𝘺𝘰𝘶 𝘢𝘳𝘦 𝘧𝘪𝘭𝘭𝘦𝘥 𝘸𝘪𝘵𝘩 𝘤𝘦𝘳𝘵𝘢𝘪𝘯𝘵𝘺 𝘪𝘯 𝘏𝘪𝘮.
854 notes
·
View notes
Text
Kamu lebih bisa powerful justru ketika tidak semua hal kamu share di media sosial.
When you build in silence, people don't know what to attack. Oversharing bisa terlalu membuka dirimu sehingga banyak celah lemahmu dipelajari dengan baik oleh mereka yang tak suka padamu.
Maka lagi-lagi saatnya mengingatkan diri saya dan kita tentang nasihat Imam Asy Syafi'i...
"Terlalu membuka diri bisa membuatmu berkawan dengan circle buruk. Menutup diri total bisa mencipta permusuhan. Maka, jadilah orang yang tahu kapan membuka diri, kapan punya privasi." (Hilyatul Auliya)
805 notes
·
View notes
Text
Sampai pada titik dimana kita tidak memiliki siapapun untuk menceritakan kesedihan yang sedang kita lalui. Hanya diam, sendiri, larut dalam doa.
223 notes
·
View notes
Text
“Yang paling susah itu memulainya. Sedang, yang paling penting itu menyelesaikannya.”
— Ya, tidak?
18 notes
·
View notes
Text
Start and end with tears, but for real, thank you
0 notes
Text
Karena Mengajar
Dulu sewaktu SMA di suatu boarding school, guru-guru kami selalu menganjurkan untuk belajar bersama sepanjang musim ujian. Entah itu mengajar, ataupun diajar. Iklim belajar seperti ini membuat kami saling belajar untuk mengenal potensi sekaligus melatih kesabaran, sabar agar tidak tergesa-gesa untuk segera memahami ilmu.
Lalu hari ini, ada sebuah fakta yang aku sadari dari proses belajar seperti itu. Sahabatku bercerita bahwa ia tiba-tiba dihubungi oleh salah seorang teman yang dulu sering diajarinya. Karena sudah terlalu lama tanpa tukar kabar, ia sempat bingung untuk melakukan percakapan. Hingga si 'teman' yang menghubunginya bercerita tentang alasan dibalik tukar sapa setelah sekian lama itu.
'Tiba-tiba aku teringat padamu di saat aku tengah ujian di perguruan tinggi. Dulu engkau dengan ringan hati mengajari kami saat sulit dan bingung. Namun saat ujian itu, aku hanya bisa menangis karena semua di sekitarku hanya belajar dengan dirinya sendiri'
Lalu sahabatku tersenyum. Sedang aku menahan haru.
10102020
3 notes
·
View notes
Text
Di usia yang sekarang, rasanya lucu-tergelitik, jika dapat pertanyaan 'kamu inginnya apa? Gak ingin sesuatu kah? Mumpung ulang tahun'
Rasanya, entah kenapa, malu. Apalagi jika yang menawarkan orang tua.
Sudah bukan waktunya lagi (kurasa) untuk 'selalu' menerima. Rasanya ingin mencoba untuk memberi, walau tak banyak.
Pak, bu. Doakan anakmu ini ya. Agar bisa memberi lebih banyak, agar bisa menerima lebih lapang.
2 notes
·
View notes
Text
Selamat Ulang Tahun
Hari ini, menurutku selalu menjadi hari yang sama dengan hari-hari pada umumnya. Terbangun, beraktivitas, lalu kembali beristirahat. Tidak ada yang terlalu istimewa, tidak pernah terlalu.
Tahun ini, dengan dua belas bulan yang telah lalu, ternyata terlalu banyak aku biarkan berlalu. Berpikir, berpikir, terus berpikir. Lalu (tanpa perlu banyak tahu), aku tidak beranjak dan justru tergugu.
Bukan. Bukan tentang orang lain. Ini tentang aku yang terlalu.
Rasanya lelah bukan? Padahal nyatanya tidak kemana-mana.
Sudah terlalu lama berkelana dalam perandaian, sudah berlarut-larut dalam prasangka. Padahal dunia nyata-ku terus bergerak, tak berhenti sedetikpun.
Kembalilah, berpijaklah. Jika takut maka berpeganglah. Ada keteguhan yang sebenarnya bisa kupinta setiap inginku.
Rasanya lelah bukan? Maka cukupkanlah.
.....
Selamat ulang tahun. Semoga ada hal-hal baik yang dapat diingat. Bahwa kamu sebenarnya adalah seseorang yang dikelilingi oleh manusia-manusia baik, yang tetap mengingatmu walau kamu kadang melupakannya.
Sudahi ya, segala perjalanan pikiranmu. Ada mereka yang bersungguh-sungguh menunggu kehadiranmu.
05102020
2 notes
·
View notes
Text
Datuk's Little Garden
Dulu di depan rumah Datuk dan Emak, ada kebun kecil rimbun beraneka warna. Ibu bilang dulu bahkan kebun itu lebih besar dan juga lebih beraneka isinya. Ibu juga bilang tidak ada yang bisa mengalahkan Datuk untuk urusan tanam-menanam di keluarganya. Hanya Datuk yang mau dan betah berlelah-lelah merawat dan juga menghijaukan kebun kecil di depan rumah itu.
Dan ternyata, benar. Terakhir aku berfoto di depan kebun, masih ada latar bunga dan daun beraneka warna. Terakhir kali itu, adalah saat Datuk meninggalkan Emak dan juga ke-9 anak beserta cucu dan sanak saudara lainnya. Kini, cukup warna hijau yang memenuhi netra. Tetap indah dan sejuk, namun tentu terselip rindu akan warna-warni itu.
Lalu siang itu, sembari menunggu kakak sepupuku mengeluarkan motor, duduklah aku di hadapan kebun kecil itu. Berhenti sejenak dan meneliti tiap bagian kebun yang terlihat. Kucing berbulu coklat yang menikmati tidur siang di bawah bayang dedaunan, pohon beri yang mulai berbuah dan juga jambu batu yang sudah mengelompok. Kemudian sekelebat kenangan akan Datuk muncul, walau tak banyak karena memang tidak lama aku tinggal bersama beliau. Masih kecil pula.
Lalu kupikir, mungkin kebun inilah salah satu cara yang tersisa untuk Emak melepas rindu pada Datuk. Mengingat apa yang pernah tertanam dulu, mengenang punggung yang sering berlelah merawatnya, juga mungkin dapat terdengar suara cangkul, sekop, dan tanah yang beriring bergesekan. Indah sekali, bukan?
.....
Lalu kamu, apa yang akan kamu tinggal untuk dikenang?
0 notes
Text

Two things I noticed once receiving this photo. First, I resemble my mom a lot. Second, this weekly class is finally over. This class keep me sane after facing weekdays, remind me to do tazkiyah (again and again), and a reminder that I still have to learn a lot, more. It's never been a regret to join this class, until this far. Cause it isn't far enough for the journey of 'ilm.
See you!
1 note
·
View note
Text

Maybe this is what it likes to have a twin. Though we're not talking a lot, but somehow we're connected.
Proud and energizing me for your another steps today. Hope you'll find another fascinating yet breathtaking road in the near future.
2 notes
·
View notes
Text
Sometimes I'm just a weirdo.
Sometimes I will be a silent.
Another time maybe I'll scream out loud.
And once in a while, you'll know that I'm lost.
.....
Well passing times, I'm trying to embrace myself.
But at the end I want to be hugged too. Once. A lot.
1 note
·
View note
Text

That day!
I thought that it will be the ordinary day as usual but, no. It's all started with a common feeling, the eager to just chill and relax in my room. But my fingers did a lot that day, interact a lot the day before and voila!, I've got things to do on that supposed-to-be-ordinary Friday.
Awalnya cuma mau berenang, merealisasikan wacana berminggu-minggu sebelumnya. Udah kepengen banget dan akhirnya aku tidak wacana again! Jujur aja, sebenernya gak biasa berenang di kolam renang (karena dari kecil berenangnya langsung nyebur di laut), cenderung takut dan lebih gampang panik daripada pas dulu belajar renang di laut. But somehow, I managed my fear. Munyer-munyer gelantungan di pinggiran kolam renang (adjusting my body there), terus akhirnya nekat berenang bolak-balik. Not much, but I'm happy!
Then the stories went on, lanjut ke agenda berikutnya yang gak kalah menyenangkan, meeting my high school buddies. Berawal dari kabar sakitnya ortu temen, terus ujung-ujungnya reunian ala kadarnya. Yang awalnya mau jenguk, malah jadi yang disuguhin macem-macem. But what made me happy that day was, ibu temenku bilang gini pas aku bilang ada temenku yang nawarin antar jemput aku dari rumah beliau, 'kok baik sekali temannya, berarti kalian baik-baik juga lah ya sama teman-teman'. Yap, kurang lebih seperti itu. Tiba-tiba aja aku mbatin, 'aku akhir-akhir ini sering alpa di beberapa hal padahal, tapi kenapa tetep aja ada orang-orang baik di sekitarku ya?'. Terus berlanjut ke proses kontemplasi tipis-tipis, 'apakah Dia sedang negur aku?' Because what I felt that time was, Dia Kayak nyarkasin aku yang sering telat banyak amalan tapi selalu diingetin lewat orang-orang baik di sekitarku.
Well, I don't know.
But satu hal, aku tersentil.
-021219-
1 note
·
View note
Text
Batas
Dari batas aku belajar, ada hal-hal yang memang dicukupkan sampai di situ saja. Tidak lebih tak pula kurang.
Dari batas aku belajar untuk menerima, memanfaatkan sebaik mungkin tiap kesempatan, dan mengisi celah-celah dengan kualitas terbaik.
Dari batas pula aku mensyukuri tiap interaksi di antara kita.
Kau laki-laki dan aku perempuan. Saat ini, tiada ikatan yang mengharuskanku mengkhawatirkanmu dan tak pula engkau mengulik kisah-kisahku. Tak berhak kita terlalu tau satu sama lain, secukupnya saja, sewajarnya saja.
Walau kadang gemas sekali rasanya.
Walau kadang terasa sedih dan membingungkan.
Terima kasih. Kau. Telah menjaga batas-batas itu. Tanpa sadar kau membuatku belajar untuk mendekat padaNya, karena kepada siapa lagi aku menceritakannya bukan?
2 notes
·
View notes
Text
Riuh-riuh
sepi sekali.
Sang adik
berjalan pulang.
Petang-petang
terang benderang.
Sang kakak
beranjak pergi.
-Randomly made, but sanely loved.
1 note
·
View note
Text
Secuil Conversation
Me : A, aku........ (curhat panjang nyeritain rasa takut, cemas, insecure)
A : makanya mbak tiba-tiba random, tiba-tiba gini, tiba-tiba gitu, mungkin karena belum terarah (re: ga ada tujuan)
Me : .....
-----
Tiba-tiba kesentil dengan jawaban beliau, mungkin sumber dari segala sumber ke-abu-abu-an hidup saya akhir-akhir ini adalah karena saya sendiri belum menentukan tujuan yang ingin saya singgahi terlebih dahulu (dalam waktu dekat). Hingga kemudian muter sana, lalu muter sini, tiada henti lalu lelah.
Lalu, akhirnya kamu mau ke mana, Yas?
0 notes
Text

Bunch of Words for You
Some people may know that scrolling my gallery back and forth upon some photos is my habit or maybe my to-do-list every day. Not because I don't have anything to do but somehow looking on pictures of any moment makes me realize how my life isn't as flat as I thought or as bright as what people might think. It reminds me on how to be grateful in everything.
People may think that I am a little bit childish by crying upon deleted photos or formatted memory storage, but that's the effect on appreciating moments from this lil' habit of mine. I really valued every moments taken or snapped.
Just right now, the moment I lined these words up is the result of this habit. Sometimes I was moved to empty my mind and express it into words or eternalise it in different forms, not just keeping it as a secret in the deepest mind of mine. Sometimes I was encouraged to randomly chat the person in the pictures, and I found out that It's been a long time since my last contact with him/her. Sometimes I cried or sobbing hardly, but then sometimes I smiled and felt ease in my heart. All because this simple act of recalling moments.
At the almost-end of my writing, thanks for these two sisters of mine that make me realize, we are all grown ups. We're still lacking in many parts, yet we have each others to be the best version of ourselves. We're imperfect, but still beauties aren't we? Let's strive this dunya life together, shall we :)
From Jogja with Hugs and Kisses, me love you.
0 notes