Tumgik
ak-rimbatara · 5 years
Text
Penolong
Harta dunia siapa yang gak mau
Hidup nyaman kecukupan ini itu tidak berat memikirkan masa depan anak keturunannya
Itulah harta dunia yang selalu menggoda iman dan taqwa
Tak dapat melihat manusia karena kemilau harta
Harta selalu membutakan jiwa manusia yang begitu menginginkannya
Seperti berhala yang disembah dicari diincar diinginkan
Tetapi apakah harta akan menolongmu kelak ketika hanya kain kaffan yang melekat padamu
Apakah harta juga yang akan menolong mu setelah kematian
Bukan. Bukan harta. Tetapi hanya 3 hal
Doa anak yang sholeh, amalan jariyahmu, dan ilmu yang bermanfaat yang terus mengalir.
Tetapi banyak dosa-dosa yang dapat menggugurkan amal jariyahmu. Sehingga tak ada yang pernah tau timbangan hisab hidupnya
Ilmu yang bermanfaat apakah kita termasuk hamba-hamba teladan yang belajar dan mengkaji ilmu yang benar tanpa bid'ah
Anak yang sholeh. Kesholehan itu bukan suatu hal yang mudah diukur. Sholeh itu adalah buah yang kamu petik dari apa yang kau tanam selama ini kepada titipan Allah. Ditanam hingga usia matang yang memiliki akal. Anak yang bila kau tak mampu meng aqiqah nya artinya kamu masih berhutang kepada Allah.
3 hal utama itu lah yang akan membantu mu setelah kematian. Bukan harta. Karena diantara harta yang kamu kumpulkan terdapat banyak hak-hak hamba sahaya yang membutuhkan
Bilamana dari 3 hal penolong mu itu ada yang hilang karena harta. Itu adalah suatu kerugian yang besar. Termasuk orang orang yang merugi.
Apa yang kamu dapat dari anak-anakmu adalah cerminan perbuatanmu sendiri dan balasan perbuatanmu kepada orang tuamu terdahulu.
Tak usah kau menyalahkan anak-anakmu.
Sebagai ayah kau adalah pemimpin mereka
Sebagai ibu kau adalah kunci surga anak-anakmu
Adakah kamu berpikir sudah cukup pantaskah kamu menjadi orang tua yang baik untuk anak-anakmu sebelum kamu menuntut banyak kepada anak-anakmu
Karena anak-anakmu kelak di akhir zaman dapat menutut kepada Allah atas orang tua yang diberikan Allah untuknya
Karena anak tidak pernah bisa memilih dari orang tua seperti apa dia terlahir. Begitu seterusnya
Maka selamatkanlah keluargmu dari harta yang tidak berkah.
Hidup butuh harta tapi harta bukan rizki utama. Pintu rizki Allah begitu banyak. Utamakan 3 hal itu sebagai rizki penolongmu kelak
Cukup. Cukup. Cukup
Semua hanya milik Allah.
Semua akan kembali kepadaNya.
Semua akan ada pertanggungjawabannya.
Semua yang ada pada tubuhmu akan bersaksi.
Tidak ada yang tertutup
2 notes · View notes
ak-rimbatara · 5 years
Text
Apatis
Satu kata yang bisa terjadi pada banyak orang. Siapa yang mau perduli dengan masalah orang lain atah lingkungan kalau sudah merasa lelah. Lelah menghadapi ketidakpedulian orang lain yang masih bersinggungan di tempat tinggalnya.
Manusia memang punya kepentingannya sendiri. Tetapi ada manusia-manusia lain yang masih peka dan mengutamakan kepentingan bersama. Namun ada pula yang mengambil keuntungan dari kepentingan bersama itu.
Contohnya adalah air. Air adalah kebutuhan utama sehari hari yang tak bisa ditahan atau ditiadakan. Siapapun butuh air. Termasuk saya. Tetapi air ada yang langsung didapat dan ada juga yang harus pakai pengorbanan. Seperti air minum kemasan.
Air yang langsung didapatpun juga masih butuh perantara untuk dapat kita rasakan bersama. Air tanah gak mungkin langsung sampai ke rumah kita tanpa mesin air. Air hujan juga tidak mungkin turun sebelum masuk musim hujan.
Ketika perantara-perantara tersebut tidak berjalan dengan seharusnya maka terjadilah kekeringan dan air yang kosong.
TULISAN BELUM SELESAI....
0 notes
ak-rimbatara · 5 years
Text
Ruang Kotak
Ruangan ini selalu membelenggu asa manusia di dalamnya. Dia tidak memberikan celah untuk dapat terbang tinggi. Dia bahkan tak perduli sampai batas mana manusia didalamnya dapat bertahan.
Ruangan kotak hanya menjadi saksi setiap aktivitas anak-anak manusia. Entah itu baik atau buruk. Dia hanya menjadi sebuah tempat.
Tak pernah ada yang paham kenapa banuak orang terus merasa nyaman di zona ruang kotak tersebut. Seolah hanya sebatas itu saja ruang lingkupnya.
Hidup terlalu monoton di ruang kotak hanya menjadikan diri semakin kerdil. Bersentuhan dengan itu itu saja. Liar dalam pikiran sendiri dengan banyak pertanyaan tentang hidup diluar sana.
Manusia yang pelan-pelan terpaku dengan mesin bernama komputer. Di dalamnya banyak menyimpan memori aktivitas. Berselancar di dunia maya hingga tak bisa membedakan mana teman yang nyata dan maya.
Semua hanya berdasarkan wawasan di mesin yang bisa saja berasal dari keindahan kompilasi kata-kata pilihan dan terkesan amazing. Padahal itu hanya bumbu bumbu atau fakta yang diblurkan untuk menutup yang sebenarnya.
Berteman pada manusia dan mesin dalam ruang kotak. Seperti tak ada salam jabat tangan yang menggugurkan dosa-dosa diantara mereka.
Jari jemari yang bergerak menuliskan isi kepala manusia bisa saja menjadi suatu kamuflase atau hanya sebatas plesiran senda gurau.
Jadi sampai kapan bertahan dalam sebuah ruang kotak yang tak memperkaya dengan imaji dan hubungan antar manusia.
0 notes
ak-rimbatara · 5 years
Text
Tumblr media
Kesendirian
Tak ada yang ingin hidup sendiri
Tak ada yang mampu menjalaninya
Tak ada yang bisa bertahan tanpa gejolak diri
Tak ada yang mengharapkan di akhir hidupnya
Tak ada yang bisa menerima dengan ikhlas
Tak ada yang dapat menutupinya
0 notes
ak-rimbatara · 5 years
Text
And I almost get it
“Do not look for my heart any more, the beasts have eaten it.” - Charles Baudelaire, The Flowers of Evil
59 notes · View notes
ak-rimbatara · 5 years
Text
Numb
I'm tired of being what you want me to be Feeling so faithless, lost under the surface I don't know what you're expecting of me Put under the pressure of walking in your shoes Caught in the undertow, just caught in the undertow Every step that I take is another mistake to you Caught in the undertow, just caught in the undertow
I've become so numb, I can't feel you there Become so tired, so much more aware By becoming this all I want to do Is be more like me and be less like you
Can't you see that you're smothering me? Holding too tightly, afraid to lose control 'Cause everything that you thought I would be Has fallen apart right in front of you Caught in the undertow, just caught in the undertow Every step that I take is another mistake to you Caught in the undertow, just caught in the undertow And every second I waste is more than I can take! 
I've become so numb, I can't feel you there Become so tired, so much more aware By becoming this all I want to do Is be more like me and be less like you 
And I know I may end up failing too But I know you were just like me with someone disappointed in you
I've become so numb, I can't feel you there Become so tired, so much more aware By becoming this all I want to do Is be more like me and be less like you
I've become so numb, I can't feel you there I'm tired of being what you want me to be I've become so numb, I can't feel you there I'm tired of being what you want me to be
Linkin Park 
Pertama kali denger ada rasa sesuatu di dalam hati. That song is like me.
0 notes
ak-rimbatara · 5 years
Text
Balada Daycare
Perjalanan pulang kemarin D : driver, S : Saya
D : sore ibu, kita berangkat ya S : ya Pak. D : Ibu ini pulang kerja ? S : iya Pak. D : ini anak2nya juga ikut kerja ? S : iya Pak dibawa. Dititip di daycare. Mbak-mbak nya pada cuti mudik. D : oh gitu Bu. Mertua masih ada Bu ? S : mertua saya sudah ga ada Pak. Suami saya kedua orang tuanya sudah meninggal D : kalo orang tua Ibu ? S : Ayah saya sdh meninggal. Ibu saya ada tapi di kampung. D : di kampung ?? S : iya merawat nenek saya yg sudah sepuh Pak. Sudah 87 tahun. D : oh. Baik Bu. Maaf ya Bu saya tanya2. Saya kepikiran aja. Melihat Ibu bawa 2 anak sehari2 u bekerja. Masih kecil2 pula. Apa tidak ada keluarga yang bantu mengurus S : hmm. saya dari anak pertama sampai sekarang hanya berdua saja dgn suami Pak ngurus anak2 kami. Yg bantu ada krn ya bayar pembantu. Dari Keluarga tidak ada. Kalau bisa sih jangan sampe yak. Kami punya alasan sendiri kenapa demikian. D : saya punya anak Bu. Baru 1. Anak cewek. Sudah 5 tahun. Alhamdulillah saya dan istri bekerja. Alhamdulillah masih ada keluarga yang membantu kami mengurus anak. Saya salut sama Ibu. Istri saya aja 1 anak aja udah pusing. Ibu malah 2 anak lagi. Usianya lagi lelah lelahnya banget. Kerja sambil ngurus anak2. S : ya namanya hidup Pak. Tiap orang punya cobaan. Saya dan keluarga ya cobaanya seperti ini. Saya dari kecil sudah diajarin mandiri. Jadi saya gak kaget banget sm kerjaan rumah. Anak sy yg besar juga usia 3,5 thn udah bisa dan ngerti bantu2 sekedar. D : 3,5 tahun Bu ? (Kaget). Bongsor ya Bu badannya. Saya kira udah 5 tahun. Udah sekolah. S : hehehe
Lalu selanjutnya ya dengerin celotehnya Adam soal bunda gajian. Hahaha
Hidup itu punya banyak pilihan cara dalam menjalaninya. Saat ini saya dan suami harus bekerja dulu. Entah sampai kapan.
Yang bisa bekerja tapi masih merepotkan orang tuanya dengan cucu2nya. Atau merepotkan keluarga yang lain. Bersyukurlah. Karena anak2 kalian dijaga sama anggota keluarga sendiri. Jadi gak terlalu cemas dengan masalah kekerasan pada anak kalian.
Terimakasih Bapak. Karena Bapak telah rela tidak bekerja padahal saat itu sudah di Pertamina. Bapak rela tidak bekerja karena mau mengurus saya dari kecil. Banyak tetangga yang bercerita bagaimana saya dari bayi hingga sekolah
Terimakasih Mbah Putri karena dulu saya masih bayi merah dirurus mbah Putri sampai usia 2 bulan. Saat usia 11 bulan Mbah Kakung dan mbah Putri datang ke Jakarta menjemput saya untuk diurus di Blitar. Dan saya dibawa. Baru dibawa balik ke Jakarta dijemput Bokap saat Kelud meletus. Ceritanya saat itu katanya ada adek saya diperut.
Terimakasih tante Yuli karena mau bantu mengurus saya di masa masa sekolah. Mau antar jemput ke sekolah, nemenin saya main, ngasih makan, dan juga dicuciin gosok baju2 saya.
Dari SMP saya sudah diajarin u mengurus diri saya sendiri. Mengurus keperluan orang serumah. Meski suka sering berantem sama orang rumah karena saya diperlakukan seperti kayak pembantu.
Meski demikian saya masih bisa berprestasi. Sekolah hingga masuk ke sekolah unggulan se Jakarta Barat. Hingga lolos masuk UI. Alhamdulillah beasiswa saya dari SD masih mengalir sampe SMA. Terimakasih beberapa temen2 IPA B4 yg sudah membantu saya dapat kelas les tambahan saat masa SMA dulu. Kita belajar sampe malam saat itu. Supaya bisa lolos SPMB. Budi baik kalian akan saya ingat terus.
Masuk kuliah alhamdulillah beasiswa prestasi terus sampai lulus. Kuliah sambil kerja juga selama 7 semester. Buat nambahin bayar uang semesteran. Meski setelah Bokap meninggal saya dappat beaasiswa Unggulan dari Biro Kerjasama Luar Negeri Kementrian Pendidikan saat itu. Aktif organisasi yg membawa saya sampai mendapatkan beasiswa yg katanya saat itu paling besar di UI. Banyak kenal "Pejabat-Pejabat Kampus" hahaha.
I will remember all of process in my life
0 notes
ak-rimbatara · 5 years
Text
Ringkasan Hidup
Andaikan saja dulu. Di sidang ke 3 perceraian mereka. Ayahku benar2 hadir. Mungkin mereka tidak perlu rujuk di mata negara tapi tidak lahir batin mereka. Dan saya tidak perlu tumbuh besar dengan kekerasan, intimidasi, dan tekanan batin. Ayahku hanya tidak ingin anak2nya tidak punya tempat tinggal karena dibawa kesana kemari, hidup tinggal jauh di Blitar, dibawa luntang lantung tinggal di kamar kost2an kecil. ayahku punya rumah besar dan aset2 keluarga yang dimilikinya. Tanah dan kontrakan punya tapi kenapa anak2nya harus hidup seperti anak2 yang miskin terlantar tidak punya rumah. Ayahku tidak hadir untuk membatalkan perceraiannya dengan ibuku. Mereka cekcok dari sejak aku masih di perut. Bahkan aku lahir pun juga tak mampu mendamaikan mereka.
Ibuku tidak ikhlas merasa dicurangi karena merasa diguna-guna ayahku sampe bisa menikah. Begitulah yang selalu diceritakan ke saya. Padahal menurut tetangga yang tua2 ibuku itu tidak diterima sama alm. Nenekku saat masih hidupnya karena dikenal sebagai wanita yang tua dan suka ngomel, agak gak waras dulu nenek saya bilangnya. Usianya lebih tua 10 tahun dari ayahku saat mereka menikah. setelah nenek saya meninggal mereka pun menikah. padahal nenek saya sudah mencarikan jodoh wanita baik-baik untuk ayah saya. sampe saya melihat foto2 wanita dibakar-bakarin sama ibu saya yg ternyata setelah besar saya tau kalau itu foto2 calon dan mantan ayah saya. wanita2 era 80 an yg staylish dan berkelas. pasti dari anak2 keluarga berada.
Ayahku mencoba untuk mendapatkan anak-anaknya yang selalu dibawa kabur istrinya. Ayahku bertahan dengan selalu diam terhadap perilaku buruk istrinya yang diterima selama hidupnya. Selama ini yang saya saksikan dirumah. saya pernah di usia sektar 7 thn sy dibawa tinggal ngekost di depan sekolahan tempat ibu saya bekerja. setiap sore ayah saya datang bersama adik saya naik motor RX King menjemput saya ngajak jalan-jalan. kenangan masa kecil yang saya ingat jelas. bahkan saya pun bertanya kenapa harus tinggal di tempat kecil. kenapa tidak pulang ke rumah saja.
Mereka hidup dalam 1 rumah tapi sebenarnya terpisah. Tidak tidur 1 kamar, tidak makan dengan lauk yang sama, tidak suka menghadiri acara keluarga besar, lebaran juga terpisah. Ayahku bertahan hanya untuk anak-anaknya. hanya untuk bisa memberikan tempat dan kehidupan yang layak untuk anak-anaknya.
Dia rela melepas status kepegawaiannya di Pertamina hanya karena istrinya tidak mau berhenti bekerja mengurus anak-anaknya. Dia juga rela tidak mengambil kesempatan jadi pegawai kementrian perhubungan yang ditawarkan Om dan Tantenya yg saat itu bisa menjadikannya langsung sebagai PNS karena lagi-lagi istrinya tidak mau berhenti kerja. Gak mau mengurus anaknya.
Padahal menurut Kakek dan Nenek saya saat itu mungkin rizki nya berbeda kalau ayahmu dulu bekerja dan ibumu tidak egois tinggi seperti itu.
Dan pastinya saya tidak perlu sepahit ini hidupnya kesulitan apapun meminta yg diinginkan. Ketika saya sudah bekerja saya melepas semua tali kekang yang membelenggu saya sangat kuat. Membatasai saya selama ini. Saya terus bepergian jarang dirumah. Pergi sesuka hati saya. Apalagi dirumah tak ada lagi orang yang saya tuju untuk bersandar. Ayah saya sudah meninggal. Tak ada lagi pelita dan oase dalam hidup saya.
Pria-pria baik yang mendekati saya selalu saya hindari. Karena mereka berasal dari keluarga baik yang pasti lambat laun juga akan hancur dan menjadi jahat. karena akan terus tergerus dengan keburukan ibu mertua mereka. Saya tidak mau sampai seperti itu. Saya pun terus membunuh perasaan saya untuk menjauhi setiap yang mendekat. Saya terus pergi tanpa ada keluarga besar yang tahu jerit hati kecil saya.
Bahkan saya sempat berpikir apa saya akan mati dalam perjalanan saya kali ini. Seperti yang diharapkannya. Setiap saya pulang dalam keadaan selamat selalu disesali ibu saya. Kenapa saya harus pulang hidup.
Hingga kebekuan hati saya tersentuh oleh seorang pria yang bernasib buruk semasa hidupnya dari kecil. Saya berbagi empati dan kepedulian. Saya belajar darinya bagaimana dia terus bertahan hidup dan selalu optimis dalam hidupnya dan mandiri menghadapi nasibnya. Dia lah suamiku. Dia pintar tapi nasib mempermainkannya. dialah yang berhasil membawaku menuju kebahagiaan. kebahagiaan sebuah keluarga yang seharusnya.
Kami sama sama dari keluarga broken home. Bedanya saya utuh dalam 1 keluarga. Tetapi suami saya ditinggal ibunya entah kemana dari sejak umur 4 tahun. Tak ada jejak. Terpisah dari adik kandungnya sebagai sodara asing hingga akhirnya terbuka tabir saat adik perempuannya ingin menikah.
Kami berasal dari keluarga yang berantakan. Tapi kami berusaha tidak menjadi keluarga yang berantakan demi anak-anak kami. Pengalaman pelik kedua orang tua kami menjadi pelajaran penting bagi kami.
Menuju 5 tahun pernikahan kami yang jatuh bangun diuji dengan masalah ekonomi dan pengkhianatan. Kami masih saling bergelora kasmaran. Suami makin sayang. makin semangat mencari tambahan penghasilan. Bahkan suami ngeri takut nambah anak ketiga. Karena dia tidak mau kehilangan saya untuk selamanya.
Baginya sudah cukup dia menangis melihat kesakitan saya selama proses kehamilan dan persalinan anak kedua kami.
0 notes
ak-rimbatara · 5 years
Text
Pilih Kasih
Sofia itulah saya. Saya tumbuh besar dalam lingkungan yang ketat aturan, jauh dari tata krama dan sopan santun, dan penuh kekerasan lahir dan batin. Sofia kecil tidak paham arti dari semua itu. Sampai pada akhirnya dia melihat dengan jelas bagaimana teman-teman di masa Sekolah Dasar nya diantar jemput, ditunggu, disuapin, didandanin, dan dicium mesra oleh Ibunya. 
Dia melihat betapa hal yang dia tidak sering rasakan dalam kesehariannya ke sekolah. Dia sadar ibunya adalah wanita pekerja jadi tak ada banyak waktu luang untuk menunggunya selama di sekolah. Sofia kelas 1 SD diantar jemput oleh ayah nya naik motor. Makan dan minum dibekali oleh keseringan ayahnya Yusuf dan Tantenya Yuli yang menolongnya. 
Sofia juga tidak seperti anak perempuan yang manis dengan pernak pernik anak perempuan seharusnya. dia standard semuanya seperti barang anak laki-laki. sepatu kets biasa, tas tomboy, tanpa riasan jepitan di rambut, dan bedak dimuka apalagi lipbamb yang dipakai. benar-benar polos dengan pakaian seragam sekolah sehari-hari dan alat tulis yang juga biasa. buku tulis sampul coklat, tempat pensil besi, dan tak ada pensil lucu-lucu anak perempuan seperti sekarang. 
Sofia Kecil tak bisa dan tak boleh menentukan apa yang ingin dia pakai. apa yang dia ingin punya. Dia hanya mengamati dan melihat milik teman-temannya anak-anak perempuan lainnya. dia pun juga tak berani meminta dan bilang ke ibunya. apa yang disediakan itulah yang dipakai. Sofia tak mampu bersuara bahkan membantah aturan dirumahnya. Sofia terlalu penurut akan aturan dirumah. 
ayahnya Yusuf suka bertanya apa yang diingikan. tetapi sofia kecil takut akan dimarahi oleh ibunya. karena akan menambah pengeluaran orang tuanya saja. meski demikian Sofia kecil tetap melakukan rutin kesehariannya di sekolah. 
Sofia menjadi anak yang murung, penyendiri, tidak mudah bergaul bersama teman-temannya. selalu diledek dan dicemooh akan rupanya dan penampilannya yang kurang terawat sebagai anak perempuan pada umumnya. 
Tanpa terasa adik Sofia yang berbeda 1 tahun umurnya memasuki sekolah dasar yang sama. Sofia memiliki adik laki-laki yang putih bersih dan aktif. Dia bernama Roby. Sofia duduk di kelas 2 dan adiknya duduk di kelas 1. 
Sejak Roby mulai sekolah, Sofia selalu melihat Ibunya berdiri di luar kelas melihat dari jendela kelas Roby. Roby setiap hari pulang pukul 10 pagi selama kelas 1. Hampir setiap pulang sekolah selalu dijemput oleh ibunya. 
Bahkan Ibunya Sofia lebih mengenal orang tua murid teman adiknya daripada orang tua murid teman sekelas Sofia. Sementara Sofia hanya ditunggui oleh Tantenya Yuli. sofia memang selesai sekolah jam 12 siang. namun jam 10 adalah waktunya istirahat kelas. jadi dia selalu melihat ibunya dengan suka cita menunggu adiknya. 
Mereka adik kakak bersekolah di tempat yang sama tetapi sudah berbeda diperlakukan dari awal mulanya. Sofia belum terlalu mengerti kenapa demikian. setiap dia melihat ibunya disekolah dia sangat senang karena pasti datang untuknya juga. namun kenyataan pahit menamparnya. ibunya lebih memilih mengurus adiknya. 
semua alat-alat sekolah yang disediakan cenderung untuk motif anak laki-laki. Sofia dan Roby sekolah tumbuh disana bersama. Sofia dikenal murid yang lumayan tidak bodoh-bodoh banget dan jarang angka merah di raport. sementara Roby dia pernah tinggal kelas dan raport selalu merah. 
Sofia dianggap mampu sekolah sehingga tidak terlalu memerlukan Ibunya. berbeda dengan Roby. Terapi Ayah Sofia tak menyukai sikap dan perilaku istrinya kepada Sofia. itu menjadi bahan percecokkan rumah tangga mereka. meski akhirnya ayah Sofia lebih memilih banyak diam tak mau memperpanjang keributan. 
Ayah Sofia lebih merangkul dan menemani Sofia. apa yang dibutuhkan dibelikan meski saat itu Sofia belum terlalu mengerti model-model yang seharusnya disukai oleh anak perempuan. 
0 notes
ak-rimbatara · 5 years
Text
Gojek Rasa Masa Lalu
Pagi ini dapat Gojek yang masih tetangga rumah dulu. Kaget pas dateng lalu saya buka masker saya. Drivernya pun kaget.
S : Wah sama bang Jaka 
D : lah Sofia anak nya Bang Yusuf kan. Tinggal dimana ?
S : itu disitu. Sambil nunjuk.
D : kontrakan ? (Muka nya kaget)
S : iya. Udah mau 4 tahun disini.
D : Astaghfirullah. Ya Allah. Rumah segede gitu lu tinggal ditempat kecil begini.
S : lah emang gak tau ceritanya. Masih di gang pangkalan kan ?
D : ktp saya masih alamat sana. Tapi sy udah pindah tinggalnya. Taunya rumah bang Yusuf sekarang lebih sepi. Kosong kayak gak ada penghuninya. Sesekali aja kedengaran suara anak kecil. Saya kan juga udah jarang main ke gang pangkalan
S : ya udah ayo bang berangkat. Saya cerita di jalan aja
D : oke
S : saya itu udah gak tinggal disana. Saya udah diusir gak boleh tinggal disana sejak rumah itu selesai dibangun thn 2014.
D : iya itu rumah kan udah bagus. Gede. Cakep. Kirain semua anak2nya bang  Yusuf pada tinggal disitu semua. Tapi kok sepi tiap saya lewat.
S : rumah itu jadi sengketa sekarang. Saya punya hak waris disana. Punya hak tinggal disana. Tapi sama ibu dan adik saya dikuasain. Padahal itu rumah dari keluarga ayah saya.
D : saya dengernya emang disitu berantem mulu dari lu pada masih kecil. Terus ibu situ gak cocok sama suami lu. Ibu lu terkenal emang kan tukang marah marah dari dulu. Siapa aja diomelin. Gue aja pernah kena. Padahal dulu kan panitia 17 an pas elu pada masih kecil2.
S : yah maaf ya bang. Saya mah udah kenyang. Mau gimanapun. Takdir saya begitu.
D : tapi emang maaf yak. Saya ngeliat adik lu emang dari kecil wataknya keras. Dia ngerasa selalu bener. Gak mau ngalah. Dan dia gak akan ngerasa salah. Mau orang ngomong kayak apa.
S : saya juga begitu bang. Mkanya kan cekcok terus.
D : tapi lu meski begitu. Tapi bagus. Lu mau ngalah. Lu dewasa. Lu tau itu gak sehat. Lu pergi cari tempat yang nyaman. Kalo gak mau ngalah kan meski diusir berapa kali tetep aja gak mau pergi. Bertahan aja disana. Malah kasian sama anak jadinya.
S : saya dan suami tinggal disana kayak orang gak punya harga diri. Kami masih kerja cari nafkah aja disebutnya parasit benalu. Padahal anak yg satunya nganggur hampir 2 thn gak disebut begitu. Dipuja bener. Itu jg puncaknya kan suami saya kesel anak dan pembantu saya disakitin ama menantu kesayangannya. Sy lagi gak dirumah. lagi tugas 3 hari ke surabaya. Baru sampe jakarta. Cuma tidur 2 jam drumah. pecah perang. Masih di koper itu baju saya. Langsung pergi dibawa keluar sama suami saya malam. Saya nangis2 sedih. punya emak begini banget.
D : emang adik lu tuh dari kecil orang juga pada tau anak kesayangan emaklu. Mau dikata salah kayak apa ga pernah abang ngeliat dia nangis, biru biru digebukin emak lu. Lu yang keseringan digituin. jadi sasaran terus
S : yah namanya juga nasib. Mau gimana. Dibelain dilindungin ama ayah saya makin jadi sasaran terus.
D : suami lu bagus. Hebat dia. Gak cocok ama mertua nya tapi anaknya gak ditinggal. Dibawa serta semuanya. Masih setia sampe sekarang. Biasanya kan orang laki kalo dia egois nih. gak cocok ama mertua ya ditinggalin anak istrinya. Kalo suami lu enggak. Emang banyak yg bilang bapak2 di gang pangkalan soal suami lu. Tanggapannya baik. Penyabar kayak bang Yusuf.
S : oh gitu ya bang. Saya gak tau warga gang pangkalan pada komen gimana. Karena ya namanya ibu saya suka jelek2in saya dan suami kemana2. Saya pikirnya ya kami sudah jelek dimata warga.
D : enggak ko. Sapa bilang. Kalo ama emaklu semua orang disono juga tau. Makanya pada kagak percaya. Emang kita kagak punya mata apa. Kagak bisa ngeliat.
S : ya bang. Hanya Allah yang Maha Tahu Segalanya
D : nih ya. Bukan abang ngedoain. Tapi emaklu emang kudu harus disadarin. Biar kata anak perempuan dan anak mantu. tetep yg ngebopong dia kalo dia udah tua nanti ya anak kandung perempuannya. Anak mantu bakal ada bekasnya.
S : lah itulah. Dia gak ngeliat. selama ini klo dia sakit, punya urusan, bangun rumah, urusan di jawa emang siapa yg bantuin dia. Ngurusin nganterin kesana kesini. saya bang. saya yang pasang badan. Adik saya mana mau. Ibu nya sakit di ugd aja gak mau deket. Saya yang pontang panting ngurusin. Ngerawatin. Adik saya mana betah dirumah. Aplagi setelah bapaknya meninggal makin parah. Mantunya aja nganterin belanja ke tanah abang aja udah marah2 aja. Berasa dia. banyak yg bilang sodara2 di jawa. suami saya juga bilang. Ibu saya asli nyesel begitu sikapnya ke saya dan keluarga. tapi gengsi mau ngaku salahnya. biar dia belajar minta maaf. Kan gak pernah dia salah kayak apa sama saya minta maaf. saya terus yang selalu dibilang salah
D : lah iya. Biar kata orang tua. Itu gak selalu bener. kalau salah ya memang harus dikasih tau. Tapi kalo sampe dilawan ama anak ya artinya udah bebel gak mempang omongan. Nanti kalau udah sakit. Emak lu bakal nyesel. Bakal sadar dia. Emang mau anak laki2nya nyebokin ngurusin dia. Mantunya apalagi. saya ngeliatnya lagaknya bukan main. Maaf ya saya liat istrinya adik lu tuh asalnya kayaknya dari orang gak berada. Orang susah. Pas dapet adek lu makin berlagak kayak orang kaya dia. Makanya dia maunya nguasain. Pas banget suami nya anak tersayang. Emak lu benci sama elu dari kecil. Jadi makin diatas angin dah. Dia nyingkirin elu tuh sebenarnya. cuma emaklu aja yang gue gak habis pikir. ama anak tega ampe bgitu. kayak udah mati gak bakal butuh doa dari anaknya aja. emang bisa mayat jalan sendiri.
S : ya begitulah yg terjadi ama saya. Yg ngelindungin saya disana cuma ayah saya doang. Setelah meninggal makin nginjek2 saya. Ya saya makin ngelawan. bodo amat orang mau komen apa.
D : nah ni si Yuli dimana ? Tau gak kalo bang Yusuf udah meninggal
S : dia udah tau. tapi telat taunya. Cuma sekarang tinggalnya dimana. Masih hidup atau udah mati. Kita ga ada yang tau. Biar gimana pun dia kan masih adik angkat ayah saya. Nenek saya yg ngangkat dia jadi anak dari dia baru lahir. Dirawat kayak anak perempuannya sendiri. Masuk kk juga.
D : ya Allah kasian amat. Abang masih inget itu Yuli bonyok berdarah digebukin ama emak lu.
S : dia yg paling pertama pergi dari rumah. sejak dia bisa kerja cari duit sendiri. Tapi saya sedih karena saya belum balas budinya. Gimanapun juga saya kecil pernah diurusin dia
D : trus ntu rumah nasibnya gimana. Elu ada gak kebagian ?
S : mereka dua kali usaha buat sertifikat rumah tanpa nama saya. Sama Bang Udin Rt dan bang Andre RW di tolak. Karena masih ada saya. Kenapa harus atas nama 2 orang. Harusnya 3. Saya masih hidup. Ada anak juga. gak bisa begitu. Surat Ahli waris yang disahkan smpe kecamatan juga atas 3 nama. Sekarang lg dibuat atas 3 nama dengan nama saya yang dicantumin.
D : wah itu mah parah. Itu yak kalo sampe dijual atas nama bapak lu dan tanpa sepengetahuan elu. Emak lu sama adik lu bisa kena kasus hukum itu. Gak main2 loh. Itu kan semua warisan. Emak lu juga gak boleh begitu. salah emak lu tuh emang. Mikirnya lakinya meninggal semua banda nya jatuh ke dia apa. terus dia yg nentuin itu semuanya jatuh ke siapa. Salah besar itu. Astaghfirullah
S : tadinya begitu bang. Pas saya meledak marah. geger kan. Sampe alm. Hj. Mamat negur ibu saya. Itu ya sekelas ulama kampung aja udah negur. Baru deh mau nerima. Sama sprti hukum agama yg sy jelasin. Udah kepalang malu aib nya kebuka karena saya naik darah ampe ribut fisik sama mereka semua.
D : iye gue denger tuh ceritanya. Abang gak nyangka Sofia berani berantem begitu. Emang bener ya Sofia waktu itu udah sampe pegang pisau. Roby juga.
S : iya. Keluarga Pakde yg dateng ngelerai malem2 diatas lt 2. Dhika dan Pakde yang laki2 pada megangin.
D : astaghfirullah. bang Yusuf kasian amat lu bang disana.
S : makanya saat itu saya udah kesetanan banget ngadepin keluarga saya. Suami sy takut sy khilaf gelap mata. makanya suami sy usahain bawa saya keluar dari rumah itu.
D : biar nanti Allah yang ngasih tamparan ke mereka. Sabar aja yak. Terus berdoa. Lu udah enak kerja disini (udah nyampe ceritanya). Insya Allah abang doain keluarga lu lebih sukses dari adiklu. Lu dari kecil terkenal anak paling pinter di gang pangkalan. Siapa yang gak tau elu sekolah diunggulan terus. Biar lu jadi orang hebat dah. Jangan kayak abang gini. udah putus sekolah. Jaga kesehatan. Allah gak tidur.
S : turun dari motor bayar ongkosnya
D : udah kagak usah. pake bayar2. Apaan sih.
S : bang kan namanya transaksi. Ya harus dibayar. abang kan narik gojek buat anak istri dirumah. ntar klo begini abang kurang penghasilannya. Ambil aja bang. gpp
D : ya elah lu. bapak lu udah banyak nolongin pemuda2 kampung dulu termasuk abang. Belum sempet balas budi.
S : gak usah begitu bang. Doain aja ayah saya supaya tenang disana ya. Saya juga sekeluarga ya didoakan.
D : iya Aamiin. Makasih ini yak
S : ya bang sama2. Lalu pergi masuk ke area kantor.
Pagi ini dikasih takdir demikian. Silahkan berpikir sendiri yak. Yg masih nyalahin saya silahkan. Yg masih benci sama saya silahkan.
0 notes
ak-rimbatara · 5 years
Text
Sofia
Gadis mungil yang terlahir dari kombinasi suku jawa dan sumatra. KOPAJA alias kombinasi Padang Jawa. Sofia Malikha begitulah mereka memberiku nama.
Aku terlahir dalam sebuah keluarga yang tak lengkap dan kurang bahagia. Keluarga Kakek dari ayahku berasal dari Danau Maninjau Sumatra Barat. Kakekku masih cucu keponakan Buya Hamka. Sementara Keluarga Nenek dari Ayahku berasal dari Banyurip Purworejo.
Ayahku adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara. Ia memiliki seorang kakak yang meninggal di usia muda dan belum sempat menikah. Nenekku telah meninggal sebelum ayahku menikah dan kakekku mengalami gangguan kejiwaan sehingga harus hidup terpisah bersama Ibunya dari usia ayahku 7 tahun.
Ibuku adalah perantauan dari Blitar, Jawa Timur. Kakek dan Nenek ku asli orang Blitar. Ibuku ke Jakarta menyusul kakaknya yang telah lebih dahulu menetap dan bekerja. Di desa Ibuku tidak betah karena selalu diminta segera menikah. Masih SMP bahkan sudah ada yang mau melamar. Ibuku tidak menyukai pernikahan usia muda hingga akhirnya memutuskan merantau ikut kakaknya.
Akhirnya kedua orang tuaku pun bertemu dan berjodoh hingga menikah. Lahirlah aku sebagai anak pertama. Anak perempuan yang sangat disayang oleh ayahku. Meski saat masih di perut kedua orang tuaku sering cekcok.
Tak banyak yang saya tau duduk permasalahannya berpangkal darimana. Tetapi aku hanya mendengar cerita-ceritanya saja dari banyak pihak. Yang pasti cerita yang kurang mengenakkan.
0 notes
ak-rimbatara · 5 years
Text
Welcome
Entah ingin memulai darimana. Tapi sudah banyak yang meminta saya untuk menulis.
Menulislah bila itu dapat meringankan
Menulislah bila itu dapat menenangkan
Menulislah bila itu dapat mengurangi
Menulislah bila itu dapat melegakan
Karena tidak semua harus kamu pendam disimpam sendiri. Semua energi-energi negatif itu harus dikeluarkan dan dikemas dalam narasi yang indah hingga tidak ada penghakiman.
Energi negatif harus dikeluarkan untuk tidak berubah menjadi bom waktu. Tidak merubah kebaikan dalam diri menjadi suatu kejahatan yang tak terkendali. Meski setiap manusia selalu punya batas diri.
Semua yang terjadi selalu atas kehendak dan Izin Allah. Ada manusia yang terlahir sebagai penguji kesabaran dan diuji kesabarannya.
Percayalah setiap prosea hidup merupakan jalan pendewasaan diri untuk naik tingkat menuju manusia-manusia pilihan Nya.
Aamiin. Insya Allah
2 notes · View notes